BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Obligasi 1. Pengertian Obligasi Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang diperjualbelikan. Dalam pasar modal dikenal dua instrumen keuangan yaitu instrumen keuangan yang bersifat penyertaan atau ekuitas yang dikenal dengan saham (stock) dan instrumen yang berpendapatan tetap (fixed income) atau instrument hutang jangka panjang yang disebut obligasi (bond). Obligasi menurut Fabozzi (2000:1) “is a debt instrument requiring the issuer (also called the debtor or borrower) to repay to the lender/investor the amount borrowed plus interest over a specified period of time”. Sedangkan menurut Block dan Hirt (2005:204) “ bonds are debt instrument that have a fixed life and must be repaid at maturity”. Obligasi (bond) merupakan sekuritas yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian pinjaman. Pihak peminjam menerbitkan obligasi kepada pihak pemilik dana dengan imbalan sejumlah uang. Jadi, obligasi tersebut merupakan surat pernyataan utang dari pihak peminjam. Obligasi yang timbul dari suatu kontrak dikenal sebagai indenture obligasi (bond indenture) dan merupakan janji untuk membayar : 1. sejumlah uang yang sudah ditetapkan pada tanggal jatuh tempo 2. bunga periodik pada tingkat tertentu atas jumlah yang jatuh tempo
Universitas Sumatera Utara
2. Karakteristik Utama Obligasi a. Nilai pari, adalah nilai nominal yang dinyatakan pada suatu obligasi (Brigham dan Houston, 2006:347). Nilai pari obligasi adalah jumlah yang disetujui oleh penerbit obligasi untuk dibayar kembali kepada investor (bondholders) pada waktu jatuh tempo obligasi. b. Kupon, menunjukkan besarnya pendapatan bunga yang akan diperoleh pemegang obligasi dari perusahaan penerbit obligasi (emiten) selama umur obligasi (Tandelilin, 2001:136). c. Tanggal jatuh tempo, adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan menerima pembayaran kembali nilai nominal obligasi dari emiten. d. Provisi penebusan, adalah hak emiten untuk melunasi obligasi sebelum tanggal jatuh tempo obligasi. Provisi penebusan umumnya menyatakan bahwa perusahaan harus melakukan pembayaran kepada pemegang obligasi jumlah yang lebih besar dari nilai pari jika emiten ingin melakukan penebusan sebelum jatuh tempo (Brigham dan Houston, 2006:349). e. Dana pelunasan, adalah sejumlah uang yang didepositokan emiten kepada pihak trustee, yang selanjutnya akan menginvestasikan uang tersebut dan kemudian menggunakan jumlah yang terakumulasi untuk membayar obligasi ketika jatuh tempo (Brigham dan Houston, 2006:350).
3. Jenis Obligasi Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Dilihat dari sisi penerbit : 1. Corporate
bonds
merupakan
obligasi
yang
diterbitkan
oleh
perusahaan, baik itu perusahaan yang berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau badan usaha swasta. Corporate bond memiliki risiko gagal bayar. Jika perusahaan yang menerbitkannya mengalami masalah, maka mungkin saja perusahaan tersebut tidak dapat membayar bunga dan pokok pinjaman yang dijanjikan (Brigham dan Houston, 2006:346). 2. Government bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat ini tidak memiliki risiko gagal bayar seperti pada corporate bond. 3. Municipal bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility). Menurut Brigham dan Houston (2006:346), obligasi pemerintah daerah (municipal bond) juga memiliki risiko gagal bayar. b. Dilihat dari sistem pembayaran bunga : 1. Zero coupon bond yaitu obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Pembayaran bunga dan pokok pinjaman akan dilakukan pada saat yang bersamaan pada saat obligasi telah jatuh tempo.
Universitas Sumatera Utara
2. Coupon bond adalah obligasi dengan kupon. Kupon obligasi tersebut dapat diuangkan secara periodik pada waktu pembayaran bunga sesuai dengan ketentuan penerbitnya. 3. Fixed coupon bond merupakan obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik. 4. Floating coupon bond adalah obligasi dengan tingkat kupon bunga yang dapat berubah-ubah berdasarkan acuan tertentu. c. Dilihat dari hak opsi atau penukaran : 1. Convertible bonds adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut menjadi sejumlah saham milik penerbitnya. Convertible bonds memiliki suku bunga kupon yang lebih rendah daripada non-convertible bonds, tetapi menawarkan kesempatan kepada bondholders untuk mendapatkan keuntungan modal sebagai ganti dari suku bunga yang lebih rendah (Brigham dan Houston, 2006:351). 2. Exchangeable bonds adalah obligasi yang memberikan hak kepada bondholders untuk menukar obligasi perusahaan menjadi sejumlah saham perusahaan afilliasi milik penerbitnya. 3. Callable bonds adalah obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk menebus atau menarik obligasi tersebut sebelum jatuh temponya (Kieso, et al 2002:244).
Universitas Sumatera Utara
4. Putable bonds adalah obligasi yang memberikan hak kepada bondholders yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu meskipun belum jatuh tempo. d. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya : 1. Secured bonds adalah obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah : a. Guaranteed bonds merupakan obligasi yang pembayaran bunga serta pokoknya dijamin dengan penanggungan dari pihak ketiga b. Mortgage bonds merupakan obligasi yang pelunasan bunga serta pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau aset tetap. c. Collateral trust bonds adalah obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya sahamsaham anak perusahaan yang dimilikinya. e. Dilihat dari segi nilai nominalnya : 1. Konvensional bonds adalah obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, misalnya Rp 1 milliar per satu lot. 2. Retail bonds merupakan obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik itu corporate bonds maupun government bonds
Universitas Sumatera Utara
f. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasilnya : 1. Obligasi
konvensional
adalah
obligasi
yang
perhitungannya
menggunakan sistem kupon. 2. Obligasi syariah merupakan obligasi yang perhitungan imbal hasilnya dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu: a. Obligasi syariah mudharabah, merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten. b. Obligasi
syariah
ijarah
merupakan
obligasi
syariah
yang
menggunakan akad sewa sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap dan bisa diketahui sejak awal obligasi diterbitkan. Sumber : Bursa Efek Indonesia
4. Risiko Obligasi a. Interest rate risk, merupakan risiko yang berkaitan dengan tingkat suku bunga. Kenaikan tingkat suku bunga akan berdampak pada turunnya harga obligasi. Sedangkan penurunan tingkat suku bunga akan membuat harga obligasi akan naik. b. Reinvestment risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan perubahan strategi dari tingkat penanaman kembali investasi dimana hal tersebut juga dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga.
Universitas Sumatera Utara
c. Call risk, beberapa obligasi menyertakan provisi yang memberi hak kepada emiten untuk menarik seluruh atau sebagian dari obligasi yang beredar sebelum waktu jatuh tempo. Penarikan obligasi sebelum jatuh tempo inilah yang disebut dengan call risk. d. Default risk, juga dikenal sebagai credit risk adalah risiko yang merujuk pada kemungkinan emiten tidak mampu membayar bunga dan membayar kembali jumlah uang dipinjam. e. Inflation risk, atau dikenal juga dengan purchasing-power risk, risiko ini merupakan risiko bahwa return yang direalisasikan dari investasinya tidak dapat menutupi kerugian menurunnya daya beli akibat inflasi. Risiko ini meningkat karena variasi nilai arus kas dari sekuritas yang dipengaruhi inflasi. Risiko ini diukur dengan kekuatan pembelian. f. Exchange-rate risk, yaitu risiko yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar mata uang. Risiko ini akan semakin besar bila investor mananamkan dananya dalam mata uang asing. g. Liquidity risk, yaitu risiko yang mengacu pada seberapa mudah investor dapat menjual obligasinya sedekat mungkin dengan nilai obligasi tersebut. Ukuran utama dari likuiditas adalah selisih antara harga permintaan dan penawaran yang ditetapkan perantara pedagang efek. Semakin besar selisih harga jual dan harga beli, maka risiko likuiditasnya akan semakin besar. Bagi investor yang merencanakan memegang oligasi hingga tanggal jatuh tempo, risiko likuiditas ini kurang menjadi perhatian.
Universitas Sumatera Utara
h. Volatility risk, salah satu faktor yang mempengaruhi risiko ini adalah ekspektasi terhadap tingkat bunga yang berubah-ubah. Risiko dalam perubahan
volatilitas
akan
mempengaruhi
harga
obligasi
secara
berlawanan disebut dengan risiko volatilitas. i.
Risk risk, banyak risiko yang tidak dimengerti atau dipahami manajer keuangan sehingga risk risk diartikan sebagai ketidaktahuan risiko dari sekuritas.
5. Peringkat Obligasi Kelayakan kredit dari instrumen utang yang diperdagangkan secara publik sering kali dinilai berdasarkan peringkat kredit yang diberikan oleh badan pemeringkat obligasi. PT Pefindo merupakan salah satu lembaga pemeringkat yang memberikan penilaian objektif, independen, terpercaya terhadap surat utang yang ditawarkan kepada masyarakat melalui peringkat risiko surat utang (Setiawan dan Shanti, 2009:77). PT. Pefindo atau PT Pemeringkat Efek Indonesia, didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993 melalui inisiatif Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Bank Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus 1994, PEFINDO mendapatkan izin usaha dari BAPEPAM dengan nomor 39/PM-PI/1994 dan menjadi salah satu lembaga penunjang pasar modal di Indonesia. Tugas utama PT Pefindo yaitu menyediakan peringkat atas risiko kredit dengan objektif, independen, dan dapat dipertanggungjawabkan atas penerbitan surat hutaang yang diperdagangkan kepada masyarakat luas.
Universitas Sumatera Utara
Peringkat obligasi (credit ratings) merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi para investor. Keamanan ini ditunjukkan dari kemampuannya dalam membayar bunga dan pelunasan harga pokok pinjaman secara tepat waktu. Peringkat obligasi perusahaan (corporate bond rating) diharapkan dapat memberikan investor petunjuk tentang kualitas investasi obligasi yang mereka minati. Peringkat (rating) merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan emiten dan kemungkinan apa yang ia bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan utang yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa rating mencoba mengukur risiko default, yaitu keadaan dimana emiten atau peminjam dana tidak mampu memenuhi
kewajibannya.
Semakin
tinggi
peringkat
obligasi,
semakin
menunjukkan bahwa obligasi tersebut terhindar dari risiko default. Menurut Brigham dan Houston (2006:373), peringkat obligasi didasarkan pada faktor-faktor kualitatif maupun kuantitatif, yang beberapa di antaranya adalah sebagai berikut : a. Berbagai macam rasio, termasuk rasio utang dan rasio kelipatan pembayaran bunga. Semakin baik rasionya, maka semakin tinggi peringkatnya. b. Provisi-provisi hipotek. Apakah obligasi dijamin oleh hipotek? Jika ya, dan jika properti itu memiliki nilai yang tinggi sehubungan dengan jumlah utang yang diobligasikan, maka peringkat obligasi tersebut akan meningkat. c. Provisi subordinasi. Apakah obligasi menjadi subordinasi dari utang yang lainnya? Jika ya, obligasi akan diberi peringkat paling sedikit satu tingkat di bawah peringkat yang seharusnya jika tidak disubordinasikan. Sebaliknya, suatu obligasi dengan utang lain yang disubordinasikan di bawahnya akan memiliki peringkat yang sedikit lebih tinggi. d. Provisi penjaminan. Beberapa obligasi dijamin oleh perusahaanperusahaan lain. Jika utang sebuah perusahaan yang lemah dijamin oleh perusahaan yang kuat, obligasi akan diberikan peringkat perusahaan yang kuat.
Universitas Sumatera Utara
e. Dana pelunasan. Apakah obligasi memiliki dana pelunasan untuk memastikan adanya pembayaran yang sistematis? Faktor ini adalah faktor plus bagi para agen pemeringkat. f. Jatuh tempo. Jika hal yang lain tetap, obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat akan dinilai lebih kecil risikonya jika dibandingkan dengan obligasi yang memiliki waku jatuh tempo yang panjang. g. Stabilitas. Apakah penjualan dan keuntungan emiten stabil? h. Regulasi. Apakah emiten berada di bawah regulasi, dan dapatkah iklim peraturan yang kurang baik membuat posisi ekonomi perusahaan mengalami penurunan? i. Antitrust. Apakah ada tuntutan antitrust yang masih menggantung terhadap perusahaan sehingga dapat merusak posisinya. j. Operasi di luar negeri. Berapa persen penjualan, aktiva, dan laba perusahaan yang berasal dari operasi di luar negeri, dan bagaimana iklim politik di negara tersebut? k. Faktor lingkungan hidup. Apakah perusahaan kemungkinan akan menghadapi pengeluaran yang besar untuk peralatan pengendalian polusi? l. Tanggung jawab produk. Apakah produk tersebut aman? m. Tanggung jawab pensiun. Apakah perusahaan memiliki kewajiban pensiun yang belum didanai sehingga dapat menciptakan kemungkinan masalah di masa depan? n. Masalah tenaga kerja. Apakah terdapat potensi terjadinya masalah tenaga kerja di masa depan yang dapat memperlemah posisi perusahaan? o. Kebijakan akuntansi. Berdasarkan pada evaluasi penebitan obligasi tersebut, badan pemeringkat memberi pendapat mereka dalam bentuk peringkat huruf, yang dipublikasikan untuk dapat digunakan para investor. Tabel 2.1 Peringkat Obligasi Arti
Simbol idAAA
Efek utang jangka panjang dengan peringkat idAAA didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan paling kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut Pengaruh dari memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis,
Universitas Sumatera Utara
dan keuangan terhadap kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut adalah minimal idAA
Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idAA didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan paling kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut tidak terlalu terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan.
idA
Efek hutang jangka panjang dengan peringkat
idA
didukung oleh
obligor yang memiliki kemampuan yang kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut cukup
terpengaruh oleh
memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan. idBBB
Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idBBB didukung oleh obligor
yang memiliki kemampuan yang memadai dibanding
obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut lebih terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan dibanding obligor dengan peringkat lebih tinggi. idBB
Efek hutang dengan peringkat
idBB
didukung oleh obligor yang
memiliki kemampuan yang agak lemah dibanding obligor
Universitas Sumatera Utara
Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut sangat terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan. idB
Efek hutang jangka panjang dengan peringkat
idB
didukung oleh
obligor yang memiliki kemampuan yang lemah dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Pemburukan kondisi perekonomian, bisnis, dan keuangan dapat berakibat pada ketidakmampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. idCCC
Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idCCC menandakan terdapat risiko besar bahwa obligor tidak mampu memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut serta sangat bergantung pada perbaikan kondisi perekonomian, bisnis serta keuangan.
idD
Efek hutang jangka panjang dengan peringkat
idD
menandakan
obligor gagal memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang pada saat jatuh tempo tersebut. Peringkat
idD
ini akan diberikan tanpa
menunggu sampai masa tenggang berakhir, kecuali PEFINDO yakin obligor akan mampu memenuhi kewajibannya dalam masa tenggang yang ditetapkan. Peringkat
idD
juga dapat diberikan
kepada obligor yang sudah mengajukan pailit atau berhenti berusaha.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pemeringkatan dari idAA sampai dengan idB dapat dimodifikasi dengan menambahkan tanda tambah (+) atau tanda kurang (-) untuk menunjukkan kekuatan relative obligor dalam suatu kategori peringkat tertentu. Sumber : PT PEFINDO. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fabozzi (2000:150) Bonds issues that are assigned a rating in the top four categories are reffered to as investment-grade bonds. Issues that carry a rating below the top four categories are referred to as non-investment-grade bonds, or more popularly as high yield bonds or junk bonds. Thus, the corporate bond market can be devided into two sectors: the investment-grade and non-investment garde markets. Menurut Wild et al (2005:239), salah satu badan pemeringkat menggunakan aturan umum seperti : peringkat AAA untuk obligasi yang memiliki perbandingan aktiva berwujud bersih dengan nilai utang jangka panjang sebesar 5:1 untuk peringkat AAA, 4:1 untuk peringkat AA, 3-3,5:1 untuk peringkat A, dan 2,5:1 untuk peringkat BBB. Aturan umum lainnya menyarankan rasio utang jangka panjang terhadap total modal di bawah 25% untuk peringkat AAA, mendekati 30% untuk peringkat AA, mendekati 35% untuk peringkat A, dan mendekati 40% untuk peringkat BBB.
Anggota agen peringkat obligasi secara konsisten menyatakan bahwa tidak ada rumus yang tepat untuk menentukan peringkat obligasi. Kriteria yang menentukan peringkat tertentu tidak pernah didefenisi dengan tepat. Beberapa badan pemeringkat terkemuka menolak mengungkapkan kombinasi faktor untuk menetukan peringkat (biasanya merupakan keputusan suatu komite) karena menghindari perdebatan mengenai keabsahan faktor kualitatif dalam penentuan peringkat (Wild et al, 2005:238).
Universitas Sumatera Utara
6. Keterbatasan Permainan Peringkat Peringkat utang berguna bagi penerbitan utang dengan proporsi besar. Namun, harus dipahami keterbatasan bawaan dari prosedur standar badan pemeringkat (Wild et al, 2005:240). Penerbitan utang mencerminkan berbagai karakteristik. Karenanya, karakteristik ini memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi perbedaan antara berbagai kelompok peringkat dengan menilai dampak menguntungkan dan merugikan dalam kelompok peringkat tersebut. Selain itu, terdapat bukti bahwa perubahan peringkat tertinggal oleh pasar (Wild et al, 2005:240).
B. Analisis Kinerja Keuangan Wild et al (2007:12) mengatakan bahwa “financial analysis is the use of financial statement to analyze a company’s financial position and performance, and to assess future financial performance”. Menurut Djarwanto (2004:143), “yang dimaksud dengan rasio dalam analisis laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsurunsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis sederhana”. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti) (Harahap, 2010:297). Selanjutnya Harahap juga menyatakan bahwa : Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara poe tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini
Universitas Sumatera Utara
kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Current ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menutupi utang lancar atau pun utang jangka panjang yang telah jatuh tempo dengan memanfaatkan seluruh aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Current ratio merupakan indikator tunggal terbaik dari sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva-aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat, rasio ini merupakan ukuran solvabilitas jangka pendek yang paling sering digunakan (Brigham dan Houston, 2006:96). Cash flow ratio is a measure of how well current liabilities are covered by the cash flow generated from a company’s operation. Since liabilities are paid with cash, a comparison of operating cash flow to current liabilities is important (Wild et al, 2007:515). Times interest earned didesain untuk menghubungkan berbagai berbagai beban keuangan perusahaan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga tersebut. Rasio ini berfungsi sebagai salah satu ukuran kemampuan perusahaan untuk membayar bunga hingga dapat menghindari kebangkrutan (Van Horne dan Wachowicz, 2007:211). Return on equity adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan. Menurut Kasmir (2009:204) “return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri”.Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal yang dimiliki perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menutupi sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri (Dendawijaya, 2005:121). Rasio ini merupakan pengujian yang baik bagi kekuatan keuangan perusahaan. Tujuan dari rasio ini adalah mengukur bauran dana dalam neraca dan membuat perbandingan antara dana yang diberikan oleh pemilik (ekuitas) dan dana yang dipinjam atau utang (Walsh, 2004:118)
C. Teori Signal Informasi mengenai prospek perusahaan merupakan suatu hal yang penting baik bagi manajer perusahaan dan investor, untuk itu terdapat suatu hubungan pemahaman informasi antara investor dan manajer. Otoritas yang diberikan oleh investor dan kreditor kepada pihak manajemen dalam menjalankan perusahaan membuat pihak manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi perusahaan bila dibandingkan dengan informasi yang dimiliki oleh investor maupun kreditor. Keadaan ini menyebabkan terjadinya asymetri information antara manajemen dan investor maupun kreditor. Teori signal menunjukkan adanya asymetri information antara pihak manajemen perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan, berkaitan dengan informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Berkaitan dengan asymetri information, sangat sulit bagi para investor dan kreditur untuk membedakan antara perusahaan yang berkinerja bagus dan perusahaan yang berkinerja buruk. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan diharapkan
Universitas Sumatera Utara
dapat menjadi signal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.
D. Tinjauan Peneliti Terdahulu Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Karim Amrullah pada tahun 2007. Pada penelitian yang berjudul Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur, Karim Amrullah menggunakan lima rasio keuangan sebagai variabel independen dan menggunakan peringkat obligasi sebagai variabel dependen. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode 2004-2005. Hasil penelitian Karim Amrullah menemukan bahwa empat rasio keuangan mempunyai kemampuan dalam membentuk model prediksi peringkat
obligasi,
yaitu rasio
leverage,
solvabilitas, profitabilitas dan
produktivitas, sedangkan likuiditas tidak berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. Kesimpulan penelitian ini adalah rasio keuangan tersebut berbeda secara signifikan antara perusahaan yang rating obligasinya masuk investment grade dan non-investment grade. Peneliti tertarik untuk melakukan replikasi terhadap penelitian tersebut untuk membuktikan apakah penelitian sebelumnya dapat juga digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode analisis yang berbeda. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada sampel yang digunakan,
Universitas Sumatera Utara
rasio keuangan yang dipakai, tipe analisis yang dipakai dan periode penelitian. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan peringkat obligasi adalah sebagai berikut ini : Tabel 2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu No Judul Penelitian Peneliti Variabel Penelitian 1 Kemampuan Rasio Karim Leverage (Long Keuangan Sebagai Alat Amrullah Term Liabilities/ Untuk Memprediksi (2007) Total Assets), Peringkat Obligasi Likuiditas Perusahaan Manufaktur (Current Asset/ Current Liabilities), Solvabilitas (Cash Flow from Operating/ Total Liabilities), Profitabilitas (Operating Income/ Sales), Produktivitas (Sales/ Total Asset) 2 Faktor-Faktor yang Luciana Faktor akuntansi Mempengaruhi Prediksi Spica (growth, size, Peringkat Almilia dan profitabilitas, Obligasi pada Vieka Devi likuiditas) dan non Perusahaan Manufaktur (2007) akuntansi yang (jaminan obligasi, Terdaftar di Bursa Efek umur obligasi, Jakarta reputasi auditor) 3
4
Pengaruh Faktor Current Ratio, Debt to Equity, Return on Equity, Size dan Maturity Terhadap Prediksi Peringkat Obligasi Pengaruh Pertumbuhan terhadap Peringkat dan Yield Obligasi
Rahmat Dirja (2007)
Current Ratio, Debt to Equity, Return on Equity, Size, Maturity
Maria Pertumbuhan Immaculataa Restuti MD
Hasil Penelitian Long Term Liabilities/ Total Asset, Cash Flow from Operating/ Total Liabilities, Operating Income/ Sales, dan Sales/ Total Asset mempunyai kemampuan dalam membentuk model prediksi peringkat obligasi
Growth, likuiditas berpengaruh signifikan, size, profitabilitas, jaminan obligasi, umur obligasi dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan CR, DER, ROE, size dan maturity berpengaruh secara signifikan.
Pertumbuhan berpengaruh positif terhadap
Universitas Sumatera Utara
peringkat obligasi Dan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi
E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :
Current Ratio (X1)
H1
H2 Cash Flow Ratio (X2) H3 Times Interest Earned (X3)
Peringkat Obligasi (Y)
H4 Return on Equity (X4) Debt to equity ratio (X5)
H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh utang lancar maupun utang jangka panjang yang akan jatuh tempo
Universitas Sumatera Utara
dengan memanfaatkan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio ini, semakin besar kemungkinan suatu obligasi masuk dalam peringkat investment grade. Cash flow ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar maupun utang yang akan jatuh tempo dengan memanfaatkan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Semakin kecil nilai rasio ini, maka perusahaan kemungkinan masuk dalam peringkat non investment grade. Times intereset earned berfungsi sebagai salah satu ukuran kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran bunga atas kewajiban perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar bunga tanpa kesulitan. Apabila nilai rasio ini menunjukkan nilai yang besar, maka obligasi perusahaan tersebut kemungkinan besar akan masuk dalam peringkat investment grade. Return on equity merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberi ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2008:196). Apabila rasio ini menunjukkan nilai yang tinggi, maka obligasi tersebut kemungkinan akan masuk pada peringkat investment grade. Debt to equity ratio menggambarkan kemampuan modal pemilik untuk menutupi utang-utang perusahaan. Bila rasio ini menunjukkan nilai yang tinggi, ini menandakan bahwa perusahaan memiliki utang yang berlebihan, dan menandakan kemungkinan perusahaan tidak mampu menciptakan laba yang cukup untuk membayar kewajiban obligasinya (Bodie et al, 2006:38)
Universitas Sumatera Utara
Apabila rasio ini menunjukkan nilai yang tinggi maka obligasi dimungkinkan masuk pada peringkat non investment grade.
2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat mengajukan hipotesis bahwa: H1
: current ratio berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial
H2
: cash flow ratio berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial
H3
: time interest earned berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial
H4
: return on equity berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial
H5
: debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial
Universitas Sumatera Utara