BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berikut ini adalah pengertian Bank menurut para ahli: 1. Budisantoso dan Triandaru (2008:6) Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat baik secara langsung berupa tabungan, giro dan deposito maupun secara tidak langsung berupa kertas berharga, penyertaan dan sebagainya yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 2. Dendawijaya (2005:14) Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit) kepada pihak yang
membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.โ 2.1.2. Fungsi-fungsi Bank Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998, tugas pokok bank adalah membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services (Triandaru, dan Santoso, 2008:9) 1. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. 2. Agent of Development Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Tugas bank sebagai penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan
perekonomian
di
sektor
riil.
Kegiatan
bank
tersebut
memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang.
3. Agent of Services Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa - jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa - jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa - jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses pembelian surplus dana dari sektor usaha, pemerintah maupun rumah tangga, untuk disalurkan kepada unit ekonomi yang defisit. Fungsi intermediasi keuangan muncul sebagai akibat dari mahalnya biaya minoritas. Peran sebagai intermediasi inilah yang membuat bank sangat berperan dalam mendukung segala kegiatan ekonomi suatu negara dalam pencapaiannya. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2.1.3 Jenis-jenis Bank Di dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan. Untuk lebih jelasnya jenis perbankan dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain:
1. Dari segi fungsinya a. Bank Umum Sesuai dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Dari segi kepemilikannya Jenis Bank ini dilihat dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja boleh memiliki bank tersebut. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah sebagai berikut: a. Bank milik Pemerintah Di mana akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Di sini ada beberapa bank yang termasuk milik pemerintah yaitu PT. Bank Negara Indonesia 46 Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT. Bank Tabungan Negara Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk. Keempat bank diatas telah go public dan sahamnya tidak sepenuhnya lagi milik pemerintah melainkan sebagai milik masyarakat.
b. Bank Pemerintah Daerah (BPD) Bank yang di mana seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah dan terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II. c. Bank milik swasta nasional Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. Dalam bank swasta milik nasional tersebut merupakan bank-bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk Koperasi. d. Bank milik asing Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara. e. Bank milik campuran Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga neraga Indonesia. 3. Dari segi status Dalam praktiknya jenis Bank dilihat dari statusnya dibagi ke dalam 2 (dua) macam, yaitu: a. Bank devisa Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank non devisa Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. 4. Dari segi cara menentukan harga a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Mayoritas bank yang ada di Indonesia menganut prinsip konvensional. Hal ini disebabkan dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, Bank yang berdasarkan prinsip ini menggunakan dua metode yaitu menetapkan bunga sebagai harga jual dan untuk jasa-jasa Bank lainnya pihak perbankan konvensional menerapkan berbagai biayabiaya. b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah Bank yang berdasarkan dengan prinsip syariah merupakan aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara Bank dengan pihak lain, baik dalam hal untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. 2.1.4 Kegiatan-kegiatan Bank Kegiatan bank umum pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam) kegiatan utama, yaitu perkreditan, marketing, treasury, operations, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), dan audit. (Siamat, 2005) -
Perkreditan Perkreditan merupakan rangkaian kegiatan utama bank umum.
Penghasilan terbesar bank diperoleh dari bunga, provisi, komisi, commitment fee, appraisal fee, dan lain-lain yang diterima sebagai akibat dari pemberian kredit bank. Risiko terbesar yang dipikul oleh bank berasal dari kegiatan pemberian kredit, misalnya risiko spread, risiko kredit bermasalah, risiko nilai jaminan, risiko kurs valuta asing. -
Pemasaran (marketing) Kegiatan pemasaran (marketing) suatu bank umum lebih banyak diarahkan pada penghimpunan dana. Hal ini dikarenakan semua kegiatan bank pada sisi aktiva, seperti pemberian kredit, penanaman dalam surat berharga, penanaman dalam penyertaan pada suatu perusahaan, serta penempatan dana pada bank lain sangat tergantung pada adanya dana yang dapat dihimpun oleh bank umum yang jumlahnya dapat dilihat pada sisi pasiva pada neraca bank.
-
Treasury Kegiatan treasury lebih diutamakan kepada pengelolaan dana oleh para eksekutive bank. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kinerja yang optimal dalam memperoleh dana serta memaksimalkan alokasi dana kepada aktiva produktif.
-
Operations Kegiatan operasi adalah kegiatan unit-unit dalam bank yang bersifat membantu kegiatan-kegiatan unit utama bank lainnya.
-
Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pengelolaan sumber daya manusia dalam bank mencakup seluruh siklus di
bidang sumber daya manusia yang meliputi perencanaan sumber daya manusia, penarikan tenaga kerja, penempatan pegawai, dan lain-lain -
Audit (Pengawasan) Dalam bisnis perbankan terdapat 3 (tiga) jenjang pengawasan atau audit, yaitu pengawasan intern, pengawasan ekstern, dan pengawasan BI.
2.1.5. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Menurut Brigham & Houston (2010: 86) informasi yang terkandung dalam laporan tahunan dapat digunakan untuk membantu meramalkan laba dan dividen di masa depan. Oleh karena itu, para investor biasanya sangat tertarik dengan laporan keuangan, karena dapat membantu memprediksikan return yang akan diperoleh oleh para investor di masa yang akan datang. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan yang tediri dari (Siamat, 2005:28): 1. Laporan Tahunan Dan Laporan Keuangan Tahunan Laporan tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank dalam kurun waktu satu tahun. Laporan keuangan tahunan adalah laporan
keuangan akhir tahun bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan wajib diaudit oleh akuntan public. Laporan keuangan tahunan adalah: a. Neraca, menggambarkan posisi keuangan dari satu kesatuan usaha yang merupakan keseimbangan antara aktiva, utang, dan modal pada suatu tanggal tertentu. b. Laporan laba rugi merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan beban dari satu kesatuan usaha untuk satu periode tertentu. c. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan perubahan modal dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu yang meliputi laba komprehensif, investasi dan distribusi dari dan kepada pemilik. d. Laporan arus kas berisi rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran kas baik yang berasal dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu. 2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiap triwulan. c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan bulanan bank umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia dan dipublikasikan setiap bulan. d. Laporan Keuangan Konsolidasi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau
memiliki anak perusahan wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku serta menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. 2.1.6. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menganalisa keadaan keuangan suatu bank, tetapi analisa dengan menggunakan rasio merupakan hal yang sangat umum dilakukan dimana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari kegiatan operasi suatu bank. Data pokok sebagai input dalam analisis rasio ini adalah laporan rugi-laba dari suatu bank. Dengan laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk meneliti beberapa aspek tertentu dari kegiatan operasi suatu bank tersebut (Syamsuddin, 2009). Menurut Abdullah (2005:124) analisis rasio keuangan perbankan terbagi menjadi lima bagian, yaitu: 1. Rasio Permodalan Untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien.
2. Rasio Likuiditas Untuk mengukur kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek. 3. Rasio Rentabilitas Untuk mengetahui kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek. 4. Rasio Resiko Usaha Untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah resiko dari aktivitas operasi 5. Rasio Effisisensi Usaha Untuk mengetahui kinerja manajemen dalam menggunakan semua asset secara efisien. 2.1.6.1. Biaya Operasional Terhdap Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Rivai, et al:722). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Pandia, 2012:73):
BOPO =
Biaya (beban ) Operasional
Pendapatan Operasiona ๐๐
x 100%
Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang
diperoleh bank akan semakin besar Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh
perbankan di Indonesia adalah sebesar 50-70% Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO yang dimiliki adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Peringkat Bank Bedasarkan Rasio BOPO Peringkat 1 2 3 4 5
Predikat Sangat Sehat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
Besaran Nilai BOPO 50-75% 76-93% 94-96% 96-100% >100%
Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
Berdasarkan Tabel 2.1, Bank Indonesia menetapkan peringkat BOPO dari yang sangat sehat sampai yang tidak sehat. 2.1.6.2 Non Performing Loan (NPL) Menurut peraturan Bank Indonesia No.5 tahun 2003, risiko adalah salah satu potensi terjadinya peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian. NPL adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. NPL diketahui dengan cara menghitung jumlah kolektabilitas kredit kurang lancar hingga macet. Apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Peningkatan Non Performing Loans (NPL) yang terjadi pada masa krisis secara langsung berpengaruh terhadap menurunnya likuiditas bagi sektor perbankan, karena tidak ada uang masuk baik
yang berupa pembayaran pokok ataupun bunga pinjaman dari kredit-kredit yang macet. Sehingga bila hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap hilangnya kepercayaan masyarakat. Adapun metode perhitungan NPL sebagai berikut (Pandia, 2012:119):
NPL=
Jumlah Kredit Bermasalah Total Kredit
X 100%
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini: Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL Rasio NPL < 5% NPL > 5%
Predikat Sehat Tidak Sehat
Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
Berdasarkan Tabel 2.2, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. 2.1.6.3 Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal adalah hal yang paling penting bagi bank karena merupakan dasar untuk mengembangkan bisnisnya. Menurut Teguh Pudjo Muljono (1992:87) Capital Adequacy Ratio adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan permodalan untuk menutup kemungkinan kerugian atas kredit yang diberikan beserta kerugian pada investasi surat-surat berharga. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Pandia 2012:72):
CAR = Aktiva
Modal Bank
Tertimbang Menurut Risiko
x 100%
Bank yang termasuk bank sehat, apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8% sesuai dengan standar Bank for International Settlements (BIS). Sesuai dengan penilaian rasio CAR berdasarkan Surat Keputusan DIR BI No. 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 CAR minimal 8%. Modal yang dimaksud adalah modal inti dan modal pelengkap. Modal inti bank terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, laba yang ditahan, dan yang termaksud modal pelengkap adalah cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan umum PPAP, modal agunan/pinjaman subordinasi. 2.1.6.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi LDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar (Dendawijaya, 2005). LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Pandia, 2012:119): LDR =
Jumlah Kredit yang Diberikan Jumlah Dana Pihak Ketiga
X 100%
Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia Nomor 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 sebagai berikut: 1. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat. 2. Untuk rasio LDR dibawah 110% atau diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. 2.1.6.5. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) dijadikan variabel independen yang mempengaruhi ROA, didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Risiko NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2008). Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat bergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan. Menurut surat edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, NIM diukur dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva produktif. Semakin besar rasio NIM maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, jika hal tersebut terjadi maka dapat menunjukkan kinerja keuangan bank yang semakin baik. NIM dirumuskan sebagai berikut (Pandia, 2012:72) : Pendapatan Bunga Bersih
NIM = Rata โrata
Aktiva Produktif
x 100%
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan beban bunga dari sumber dana yang diberikan. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan, dan kredit yang diberikan. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya NIM yang harus dicapai oleh suatu bank adalah diatas 6%. 2.1.6.6 Bank Size Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi menjadi 3 kategori yang didasarkan kepada total assets perusahaan yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). Ukuran perusahaan (Size) dalam penelitian ini dilihat dari besarnya total assets yang dimiliki perusahaan. Pada neraca bank, aktiva menunjukkan posisi penggunaan dana (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Aktiva (asset) merupakan sumber daya yang dikuasai oleh suatu perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba (Wild, et al., 2005). Variabel ukuran perusahaan (Size) diukur dengan logaritma natural (Ln)total assets. Hal ini dikarenakan besarnya total assets masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim. Untuk menghindari adanya data yang tidak
normal tersebut maka data total assets perlu di Ln kan. Bank size diproksikan sebagai berikut (Prasanjaya, 2013): Bank Size : Ln (Total Asset) 2.1.6.7. Return on Assets (ROA) RoA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan/ laba secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2005:119). ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak / earning before interest tax (EBIT) terhadap total assets. EBIT merupakan pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak. Total assets merupakan total asset perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total assets yang lazim digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah dari asset-asset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga. ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Pandia, 2012:71): ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
ROA = ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด
X 100%
Kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank yang memiliki ratio RoA (Return on Asset) minimal sebesar 1,5%.
2.2. Penelitian Terdahulu Banyak penelitian yang dapat dijadikan sebagai penelitian terdahulu untuk penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Mitasari (2013) melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Capital Adequancy Ratio, Non Performing Loan, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin dan BOPO Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank (Studi Pada Bank Umum Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesiaโ. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL, LDR, BOPO. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Berganda. Hasil dari penelitian tersebut variabel CAR tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan, variabel NPL, LDR, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA. 2. Pamularsih (2013) melakukan penelitian yang berjudul โPengaruh LDR, NPL, NIM, BOPO, CAR, dan Suku Bunga Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2013โ. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah LDR, NPL, NIM, BOPO, CAR, dan Suku Bunga. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, dan uji hipotesis menggunakan tstatistik untuk menguji koefisien regresi parsial, serta F-statistik untuk menguji pengaruh secara bersama-sama dengan level 5%. Hasil penelitian didapat variabel NIM, CAR, dan Suku Bunga tidak berpengaruh terhadap
ROA. Sedangkan variabel NPL, LDR, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA. 3. Prasanjaya dan Ramantha (2013) melakukan penelitian yang berjudul โAnaisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank yang Terdaftar di BEIโ. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, BOPO, LDR, dan Ukuran Perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis serta analisis regresi berganda. Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap ROA. Artinya, dari setiap perubahan yang terjadi pada variabel independen yaitu CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan secara simultan atau bersama-sama akan berpengaruh pada ROA pada Bank Umum di Indonesia. 4. Rizkita (2012) melakukan penelitian yang berjudul โAnalisis Pengaruh CAR, BOPO, NIM, LDR Terhadap Perubahan Laba Perbankan yang Terdaftar di BEIโ. Variabel dependen yang digunakan ROA. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, BOPO, NIM, dan LDR. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial, serta F-statistik untuk menguji pengaruh secara bersama-sama dengan level 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normlitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Bedasarkan hasil penelitian CAR, NIM, dan LDR berpengaruh secara parsial terhadap ROA. 5. Francis (2013) melakukan penelitian yang berjudul โDeterminants of Commercial Bank Profitability in Sub-Saharan Africaโ. Variabel dependen yang digunakan adalah ROAA. Sedangkan variabel independen yang digunakan lngta, eta, lntd, ctir, nlta, lngdpa, dan infl. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian didapat bahwa semua variabel berpengaruh terhadap ROA. 6. Dewi (2015) melakukan penelitian yang berjudul โAnalisis Pengaruh NIM, BOPO, GCG, LDR, dan NPL Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)โ. Variabel Dependen adalah ROA. Sedangkan, variabel indpenden adalah NIM, BOPO, GCG, LDR, dan NPL. Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NIM dan LDR berpengaruh positive signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel BOPO, GCG, dan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Secara ringkas, penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini, yaitu:
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No 1
2
3
Peneliti (Tahun Penelitian) Dwihilda Rezha Mitasari (2013)
Diyah Pamularsih (2013)
A.A Yogi Prasanjaya dan I Wayan Ramantha (2013)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Analisis
Hasil Penelitian
Pengaruh Capital Adequancy Ratio, Non Performing Loan, Loan To Deposito Ratio, Net Interest Margin dan BOPO Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank (Studi pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Dependen: ROA
Regresi 1. NIM Linier berpengaruh Berganda positive signifikan terhadap ROA
Pengaruh LDR, NPL, NIM, BOPO, CAR, DAN SUKU BUNGA Terhadap Profitabilitas Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2013
Dependen: Regresi ROA Linier Independen: Berganda 1.LDR 2.NPL 3.NIM 4.BOPO 5.CAR 6.SUKU BUNGA
1. LDR, NPL, BOPO Berpengaruh Positive Signifikan Terhadap ROA
Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank yang Terdaftar di BEI
Dependen : ROA
CAR, BOPO, LDR, dan Ukuran Perusahaan Berpengaruh Secara Simultan Terhadap ROA
Independen: 1. CAR 2. NPL 3. LDR 4. NIM 5.BOPO
2. NPL , LDR dan BOPO berpengaruh negative signifikan terhadap ROA 3. CAR tidak berpengaruh
Independen : 1. CAR 2. BOPO 3. LDR 4. Ukuran Perusahaan
Regresi Linier Berganda
2. NIM, CAR, dan SUKU BUNGA Tidak Berpengaruh Terhadap ROA
Tabel 2.3 (Lanjutan) No 4
5
6
Nama (Tahun) Andra Rizkita (2012)
Munyambone ra Ezra Francis (2013)
Luh Eprima Dewi (2015)
Judul Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NIM, NPL dan LDR Terhadap Perubahan Laba Perbankan yang Terdaftar di BEI Determinants of Commercial Bank Profitability in Sub-Saharan Africa
ANALISIS PENGARUH NIM, BOPO, GCG, LDR, DAN NPL TERHADAP PROFITABILI TAS (Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 20092013 )
Variabel Penelitian Dependen : ROA Independen : 1. CAR 2. BOPO 3. NIM 4. NPL 5. LDR Dependen: ROAA (Return On Assets Average) Independen: 1. Growth in total assets - (lngta) 2. Capital adequacy - (eta) 3. Growth in total deposit- (lntd) 4. Cost income ratio - (ctir) 5. Liquidity ratio (nlta) 6. Growth in GDP(lngdpa) 7. Inflation - (infl) Dependen: ROA Independen: 1. NIM 2. BOPO 3. LDR 4. NPL 5. GCG
Metode Analisis Regresi Linier Berganda
Deskriptif dengan Pendekata n Studi Kasus
Hasil Penelitian 1. CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positive signifikan terhadap ROA 2. BOPO dan NPL tidak berpengaruh terhadap ROA 1. Lngta, eta, lntd, dan lngdpa berpengaruh positive terhadap ROAA 2. Ctir, nlta, dan infl berpengaruh negative signifikan terhadap ROAA
Analisis Regresi Linear Berganda
1. NIM dan LDR berpengaruh positive signifikan terhadap ROA 2. BOPO, NPL, dan GCG berpengaruh negative signifikan terhadap ROA
2.3.Kerangka Konseptual Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Return on Assets (ROA) merupakan ukuran profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya, 2005). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank. ROA penting bagi bank karena rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
perbandingan antara beban operasional terhadap pendapatan operasional. Bank yang nilai BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional (Rivai, 2007:722). Semakin rendah BOPO, berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Penelitian yang dilakukan Pamularsih (2013) BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA. NPL adalah perbandingan total pinjaman bermasalah dibanding dengan total pinjaman diberikan pihak ketiga. NPL merupakan proksi dari resiko kredit yang terdapat dalam laporan keuangan publikasi. Dengan demikin kenaikan NPL mengakibatkan laba menurun sehingga ROA menjadi semakin kecil. Semakin
tinggi NPL maka kinerja bank menurun dan sebaliknya (Yonira, 2014). Pengaruh NPL terhadap ROA didukung oleh penelitian Dewi (2015) bahwa NPL berpengaruh negative signifikan terhadap ROA. Menurut Siamat (2005:291), fungsi utama modal yaitu untuk memenuhi kebutuhan minimum dan untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah. Semakin tinggi CAR semakin baik kinerja suatu bank. Penyaluran kredit yang optimal, dengan asumsi tidak terjadi macet akan menaikkan laba yang akhirnya akan meningkatkan ROA (Ponttie, 2007). Peningkatan LDR berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin besar sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut menunjukkan ROA semakin tinggi. Oleh karena itu pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Logika teori tersebut didukung oleh hasil penelitian Rizkita (2012) yang menyatakan bahwa secara parsial variabel LDR berpengaruh positif terhadap ROA. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi LDR sampai dengan batas tertentu maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk kredit akan meningkatkan pendapatan bunga sehingga ROA semakin tinggi. Penelitian ini dibuktikan oleh Rizkita (2012) yang menyatakan LDR berpengaruh postive signifikan terhadap ROA.
Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka semakin meningkat pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Rahman Teddy, 2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar net interest margin (NIM) suatu perusahaan, maka semakin besar pula Return on asset (ROA) perusahaan tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat, begitu juga sebaliknya. Bank Size bank juga dimasukkan kedalam independen variabel untuk menghitung ukuran yang berhubungan dengan ukuran ekonomi, dalam beberapa literatur finansial total asset dari sebuah bank digunakan sebagai proxy atau pendekatan untuk size bank tetapi untuk menghubungkan dengan dependen variabel ROA total asset diubah kedalam log total asset (Naceur, 2003). Semakin besar Total Asset maka semakin besar ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Prasanjaya dan Ramantha (2013) ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sehingga dapat dikembangkan kerangka konseptual sebagai berikut:
BOPO
NPL
CAR ROA
LDR
NIM
BANK SIZE
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual, maka dihipotesiskan bahwa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan Bank Size dan berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Badan Usaha Milik Negara (Persero) di Indonesia.