BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Bercak Daun Kelapa (BDK) Penyakit BDK adalah penyakit yang dapat menurunkan produktifitas karena daun-daun yang diserang rusak dan kering sehingga aktivitas fotosintesa terganggu. Serangan berat penyakit BDK menyebabkan lebih dari 50% permukaan daun (bibit) dan sebagian besar daun dewasa (kelapa produktif ) rusak dan tidak berfungsi. Diperkirakan kehilangan buah kelapa akibat serangan penyakit ini mencapai 5%, tergantung dari berat ringannya serangan. Perhatian pada penyakit BDK masih kurang, padahal kerusakan yang ditimbulkannya cukup menganggu dibeberapa pertanaman dan persemaian varietas kelapa tertentu. Sesungguhnya penyakit BDK dapat menganggu dan merupakan produktivitas kelapa. Karena itu penyakit BDK merupakan komponen kendala yang penting dalam produksi kelapa (Motulo dkk,1989). Penyakit-penyakit yang termasuk ke dalam kelompok bercak daun adalah yang disebabkan oleh jamur-jamur patogenik dari genera Curvularia, Cochiobolus, Drechslera dan Pestalotiopsis (Turner, 1981). Bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia lebih dikenal sebagai hawar daun curvularia. Penyakit ini terdapat di berbagai perkebunan kelapa sawit di Indonesia, tetapi tingkat serangannya beragam tergantung pada kondisi lingkungan setempat dan tindakan agronomik yang dijalankan (Purba, 2001).
Gejala penyakit BDK yang disebabkan oleh Pestalotia palmarum memiliki gejala berupa bercak-bercak yang tembus cahaya pada daun-daun dan kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan sampai kelabu, kemudian bercak-bercak tersebut bersatu membentuk bercak yang lebih besar yang terdapat bintik-bintik yang terdiri dari acervuli cendawan. Penyakit BDK juga bisa disebabkan oleh cendawan Helminthosporium incurvatum dengan gejala yang mirip dengan gejala yang disebabkan P. Palmarum (Anonim, 2010). Adapun tipe gejala penyakit berscak daun pada tanaman sebagai berikut: 1. Penyakit Bercak Daun Awal Gejala penyakit mulai timbul pada awal pertumbuhan. Daun yang terserang terdapat bercak-bercak berbentuk bulat, berwarna coklat tua dan dikelilingi warna kuning yang sangat jelas. Tanaman yang terserang berat, daunnya mengering, rontok, dan batangnya berwarna kehitaman. 2. Penyakit Bercak Daun Lambat Gejala timbul pada tanaman yang lebih tua. Bercak yang timbul mirip dengan bercak daun awal, tetapi warnanya kehitaman dan kadang-kadang mempunyai batas warna kuning yang tipis. Gejala serangan penyakit bercak daun lambat juga dijumpai pada batang, tangkai daun, maupun stipula berupa bercak memanjang berwarna hitam. Jika tidak dikendalikan dengan baik, daun akan mengalami kekeringan, dan akhirnya rontok, meranggas, serta menyebabkan kematian pada tanaman. Penyakit bercak daun bukan merupakan penyakit tular biji (seed born disease) dan intensitas
serangan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan tindakan yang dilakukan dalam perawatan tanaman. Tindakan pengendalian yang tepat dan efektif, sangat membantu menekan perkembangan penyakit bercak daun hingga tingkat sangat rendah dan terkendali (Anonim, 2011). 1.2
Karakteristik Jamur Penyebab Penyakit Tanaman Penyakit adalah gangguan fisiologi pada tumbuhan yang disebabkan oleh
penyebab penyakit seperti patogen yang mengakibatkan hilangnya koordinasi pada tanaman inangnya (Anonymous, 2010). Penyakit akan terjadi apabila ada patogen yang ganas menyerang tanaman yang rentan, di dukung lingkungan yang mendukung patogen untuk menyerang tanaman yang rentan tersebut (Tjahadi, 1989). Penyebab penyakit pada tanaman yaitu Bakteri, jamur, dan virus semua dapat menyebabkan penyakit tanaman. Dan semua ini dapat berasal dari beberapa faktor, seperti kekurangan nutrisi, polusi udara, lingkungan yang tidak menguntungkan dan tanah, dan terlalu sedikit / terlalu banyak sinar matahari. Bakteri adalah parasit bersel tunggal yang perlu untuk mendapatkan makanan mereka dari tanaman inang mereka. Jamur adalah parasit sel multi yang melakukan hal yang sama dengan bakteri, kecuali pada skala yang lebih besar, dan virus patogen sangat kecil yang dapat menginfeksi segala sesuatu dari bakteri ke tanaman. Dari jumlah tersebut, infestasi jamur merupakan patogen tanaman yang paling umum, dan salah satu jamur yang paling umum adalah bercak daun. Jamur bercak daun ini terwujud dalam berbagai lesi berwarna seperti hitam, coklat, merah, atau kuning. Setelah mengembangkan bintik-bintik, daun yang terkena akan turun dari
tanaman. Kasus buruk dapat menyebabkan defoliasi massa dan sangat mempengaruhi pohon. Masalah ini disebabkan oleh jamur yang menyebar dari satu tanaman yang terinfeksi ke yang lain. Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian tumbuhan mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga atau sentuhan tangan. Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang misalnya buah akan menjadi busuk jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun akan menyebabkan bercak- bercak kecoklotan. Dari bercak- bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau orange yang dapat meluas keseluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok. Ada beberapa jenis penyakit bercak daun pada tanaman antara lain : 1. Antraknosa Antraknosa jamur (Colletotrichum graminicola) menyerang daun muda dan tunas di musim semi. daun kadang-kadang lebih tua juga. Jamur menyebabkan munculnya besar, blights (kebinasaan) gelap pada daun. kanker pada ranting dan cabang
kecil.
Cuaca
basah
mendorong
pertumbuhan
jamur
ini,
namun
pertumbuhannya berkurang dalam cuaca kering. Ada jenis lain dari jamur antraknosa yang menyebabkan kanker besar dan kadang-kadang dapat berakibat fatal bagi pohon.
Kasus antraknosa tertentu sulit untuk diberantas. di kontrol, terpisah dari pemangkasan dan penyemprotan tanaman dengan fungisida seperti chlorothalonil dan polyoxin. Hasil dapat diperoleh dengan menyemprot selama fase musim semi. Penyemprotan dilakukan sebanyak 2- 3 kali dalam dua minggu.Jika daun terinfeksi berat maka tanaman harus dimusnakan. 2. Bercak hitam Bercak hitam (Diplocarpon rosae) adalah jamur yang mempengaruhi kebanyakan mawar. Penyakit ini menyebabkan bintik-bintik hitam melingkar yang menyebar dari daun bawah sampai atas. Lingkaran-lingkaran tersebut sangat kecil, tetapi muncul sebagai bercak besar di infestasi berat. Jamur disebarkan oleh sporanya yang tenggelam dalam air dan kemudian mengait pada daun yang baru muncul akibat percikan. Hapus semua daun tua, daun-daun kering, dan jika perlu, semprot daerah yang terinfeksi dengan fungisida (chlorothalonil, folpet). 3. Keropeng Ada beberapa macam, yang mempengaruhi berbagai jenis pohon dan tanaman. Salah satunya adalah Cladosporium carpophilum mempengaruhi buahbuahan, ranting. kudis apel (Venturia inaequalis) mempengaruhi apel dan dapat menyebabkan kehilangan berat buah jika tidak ditangani sejak dini.Jenis keropeng lain adalah keropeng pir (Fusicladium pyrorum). Keropeng adalah umum dalam cuaca basah, dan dengan demikian, musim awal musim semi. Tidak seperti jamur daun lainnya merajalela, lesi gelap keropeng adalah pertumbuhan jamur yang
sebenarnya pada daerah yang terkena dan tidak daerah jaringan mati. Meskipun tidak membunuh pohon inangnya, keropeng masih merupakan masalah merepotkan.
Ciri jamur mempunyai tubuh vegetatif yang terdiri dari filamen (benang) memanjang, bersambungan, bercabang, mikroskopis, mempunyai dinding sel yang jelas, jamur jenis Oomycotina dinding selnya terbuat selulosa, tidak mempunyai klorofil, pencernaan dilakukan secara ekstrasel. Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya ( Burkil,2000). Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Hifa adalah struktur menyerupai terhadap daun kelapa menunjukkan penyakit diawali dengan adanya bercak / noda pada daun dengan ukuran kecil lamakelamaan bercak tersebut berkembang menjadi besar ,warna bercak coklat tua dibagian tengah dan disekelilingnya berwarna coklat kekuning-kuningan.benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma
dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat (Anonim , 2000). Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.(Anonim 2010) Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman . 2.3
Isolasi Dan Identifikasi Penyebab Penyakit Tanaman Identifikasi penyebab suatu penyakit (etiologi) merupakan suatu langkah
dalam studi penyakit dan sebagai titik awal untuk menentukan langkah-langkah
selanjutnya. Suatu komoditas pertanian yang penting dan telah menimbulkan kerusakan yang cukup berarti atau diduga akan menimbulkan masalah yang besar, maka langkah pertama yang harus dilakukan ialah menentukan organisme penyebabnya (Suhardi, 2009). Identifikasi penyebab penyakit atau diagnosis merupakan tahapan awal yang perlu dilakukan dalam pengendalian penyakit. Penyakit utama tanaman umumnya telah dikenal oleh petugas lapangan dan petani, walaupun mungkin memiliki nama yang berbeda. Kekeliruan dalam diagnosis penyebab penyakit sering terjadi karena gejala penyakit yang sama dapat disebabkan oleh dua kelompok mikroorganisme yang sangat berbeda. Prosedur baku untuk diagnosis penyakit, yaitu postulat Koch, tidak selalu dapat diikuti secara lengkap karena beberapa patogen tidak dapat dibiakkan dalam media buatan (parasit obligat), atau dapat ditumbuhkan namun tidak dapat membentuk spora untuk studi morfologinya. Namun dengan kemajuan teknologi molekuler, identifikasi dapat dilakukan untuk membedakan spesies bahkan subspesisnya (Daryanto, 2003). Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telah di identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran
bermacam-macam
mikroba.
Hal
ini
dapat
dilakukan
dengan
menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo dalam krisno, 2011). Koch menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. Yang dikenal dengan postulat Koch yaitu (Adrian, 2009). 1.
Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit
yang
ditimbulkan. 2.
Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium.
3.
Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada tanaman rentan yang sesuai dapat menimbulkan penyakit.
4.
Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari tanaman yang telah terinfeksi tersebut