BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah singkat Kerajaan Padang Bedagai Menurut sejarah,Kerajaan Padang diperintah Tuan Hapultakan Saragih Dasalak yang asalnya dari daratan Simalungun. Beliau masuk Islam di tahun 1630. Lalu beliau memakai nama Umar Baginda Saleh Komar. Beliau ini merupakan Raja yang pertama di Kerajaan Padang. Ia memerintah dengan bijaksana, karena itu memiliki pengaruh besar di tengah-tengah masyarakatnya. Raja Umar Baginda Saleh Komar mempunyai empat putra dan seorang putri. Keempat putra itu antaranya, Marah Muhammad Ledin, Ia meninggal di saat masih muda, Marah Sudin, Marah Ali Maludin, dan seorang lagi yaitu Marah Adam. Sedang yang seorang lagi adalah putri, ia bernama Puang Zainab (Panak boru, anak ke-2).Saat Raja Umar Baginda Saleh Komar memerintah, kerajaan selalu ingin memperluas wilayahnya, sehingga Kerajaan Padang memiliki kekuasaan yang jauh keluar dari lingkungan kerajaan wilayah Padang. Namun sayangnya tatkala kerajaan sedang jaya-jayanya, Raja Umar Baginda Saleh Komar meninggal dunia. Kedudukan raja dipegang oleh anak yang ketiga bernama Marah Sudin. Sedang putra yang lain keturunannya mewakili Kerajaan Padang dan menguasai wilayah, ia adalah Ali Maludin. Tidak hanya terbatas pada wilayah Pabatu, tetapi malah lebih jauh lagi sampai ke Dalak Merawan. Dan tidak lama lagi Marah Sudin diangkat sebagai raja kedua pengganti ayahanda yang memiliki tiga orang anak laki-laki, yaitu Marah Sudin, Marah Saleh Safar, dan Sultan Ali. Setelah mereka dewasa dan berkeluarga masing-masing membentuk
6 Universitas Sumatera Utara
wilayah kekuasaan baru. Marah Saleh Safar beserta keturunannya membentuk wilayah baru berkedudukan di Mandaris yang letaknya berbatasan dengan Kerajaan Tanjung Kasau. Ia merupakan wakil dari Raja Padang kekuasaan ayahnya yang telah wafat lebih dahulu. Sedang Sutan Ali memiliki kedudukan di Kampung Bulianialahsatu bagian dari wilayah kekuasaan Raja Padang di abad XVI. Sejarah Kerajaan Padang pada masa-masa berikutnya dengan wafatnya Raja Marah Sudin yang saat itu berkedudukan di Kerajaan Padang, lalu kekuasaan dialihkan kepada putranya yang bernama Raja Marah Saladin sebagai raja III. Menurut sejarah, pemerintahan Kerajaan Padang saat dipegang oleh Raja Marah Saladin, rakyat di kerajaan itu merasakan suatu kegembiraan seperti yang diinginkan. Semua rakyat merasa hidup makmur karena hasil pertanian melimpah. Sedang pungutan pajak tidak memberatkan rakyat. Tetapi akibat kesehatannya terus menerus memburuk, tidak lama kemudian beliau pun wafat, rakyat pun merasa bersedih. Dalam mengisi kedudukan Raja Padang untuk masa berikutnya, yaitu raja IV, bernama Marah Adam. Dalam pemerintahan Raja Marah Adam, Kerajaan Padang tidak sejaya saat diperintah oleh ayahnya. Dalam pemerintahan Marah Adam terdapat berbagai kelemahan-kelemahan. Raja Marah Adam wafat lalu diangkat raja Syahdewa yang merupakan putra pertama raja Marah Adam. Peristiwa penggantian ini berlangsung tahun 1780. Raja Syahdewa memerintah dengan kemampuan yang ada. Setelah Raja Syahdewa wafat lalu digantikan oleh Raja Sidin, sebagai raja VI, Raja Sidin inipun bertahta hingga usia tua. Lalu setelah Raja Sidin wafat, diangkatlah Raja Padang yang bernama Raja Pangeran. Ini merupakan raja VII di Kerajaan Padang. Dalam sejarah Kota Tebing Tinggi, Raja Pangeran inilah yang merupakan pendiri Kota Tebing Tinggi yang saat ini
7 Universitas Sumatera Utara
yang terus berbenah diri. Bahkan Raja Pangeran lalu mendapat gelar Raja Tebing Pangeran. Menurut beberapa penuturan kalangan orang-orang tua di Kota Tebing Tinggi menyebutkan raja yang bergelar Raja Tebing Pangeran inilah yang memerintah paling menonjol dalam membangun Kota Tebing Tinggi pada pemerintahannya di tahun 1823, bahkan dalam sejarah pemerintahannya Raja Tebing Pangeran sempat membangun sebuah pangkalan yang dapat dijadikan pusat jual beli hasil bumi penduduk sekitar Kota Tebing Tinggi. Menurut sejarah perkembangan Kota Tebing Tinggi tempat yang paling tepat untuk berjual beli hasil bumi di Kota Tebing Tinggi pada masa-masa kejayaan Kerajaan Padang di Kota Tebing Tinggi adalah tempat di antara muara Sungai Bahilang dengan Sungai Padang. Dan saat itu tempat itu diberi nama Pangkalan Tebing. Disitulah tempat orang-orang dari berbagai pelosok untuk transaksi jual beli hasil bumi dari berbagai desa di sekitar tempat itu. Dan menurut sejarahnya lagi di tempat Pangkalan Tebing yang terletak antara Muara Bahilang dan Sungai Padang inilah nama asal Kota Tebing Tinggi dimulai. Dalam kisah hidup Raja Tebing Pangeran dalam memajukan perdagangan di kota yang baru dibangun ini, Raja Tebing Pangeran selalu mengadakan pengawasan ketat terhadap jalannya perdagangan yang ada di kawasan kekuasaanya. Berkat kesanggupannya dan kerja keras dalam mengurus perdagangan di Kerajaan Padang maka lambat laun terciptalah Pelabuhan Bandar Khalifah. Dengan kegigihannya mengurus perdagangan inilah, maka beliau semakin terkenal dan penduduk pun menjulukinya dengan gelar ”Raja Tebing Pangeran” dan istananya pun di Bandar Khalifah Tebing Tinggi sampai seberang masih bisa dilihat di Desa Kampung Gelam. Hal ini suatu bukti bahwa Raja Tebing Pangeran memang benar-benar pemimpin yang patut menjadi
8 Universitas Sumatera Utara
contoh. Sejarah mencatat atas kejayaan Kerajaan Padang di Tebing Tinggi tatkala di kerajaan dipegang oleh Raja Tebing Pangeran, Kerajaan Deli yang terletak di Kota Medan pun merasa iri, Sultan Usman Perkasa Alamsyah yang memerintah Kerajaan Deli menginginkan bahwa Kerajaan Padang takluk di bawah kekuasaannya, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Raja Tebing Pangeran. Karena itu keduanya menyatakan perang. Dan terjadilah peperangan dahsyat. Berkat bujukan Raja Sultan Deli Raja Siti (seorang raja perempuan) dari Kerajaan Bedagai turut menyerang Kerajaan Padang di Tebing Tinggi. Pasukan dari Kerajaan Bedagai dipimpin Panglima Daud, ia Etnis Bugis. Tetapi dalam berbagai peperangan Panglima Daud tidak bisa mengalahkan Raja Tebing Pangeran di Kerajaan Padang yang sudah kokoh kuat dan itu. Dalam sejarah peperangan antara Kerajaan Deli yang dibantu Raja Siti dari Kerajaan Bedagai dengan Kerajaan Padang dengan rajanya Tebing Pangeran, pertempuran paling dahsyat adalah terjadi di tepian Sungai Padang yang dulu dikenal dengan nama Sungai Berong dan sekarang orang menyebut Sungai Birong (kini dikenal Desa Sei Barong). Kisah sei birong dalam bahasa kampung saat itu artinya hitam. Sebab saat terjadi pertempuran sengit antara pasukan Kerajaan Deli, Bedagai dengan Kerajaan Padang, air sungai itu menjadi hitam. Hal ini karena air sungai itu bercampur dengan darah manusia akibat pertempuran sengit menyebabkan pertempuran darah yang tidak dapat dielakkan lagi.Akibat pertempuran sengit itu akhirnya
kerajaan
Deli
menawarkan
perundingan.
Tempat
perundingan
berlangsung di Kerajaan Bedagai. Tetapi anehnya pada saat perundingan berlangsung Raja Deli seolah-olah melakukan penghinaan terhadap Raja Tebing Pangeran. Caranya, saat dalam perjalanan ke Bedagai, tatkala rombongan Raja
9 Universitas Sumatera Utara
Tebing Pangeran sampai di Kampung Juhar Kecamatan Bandar Khalifah sekarang, Raja Tebing Pangeran dibunuh oleh Panglima Daud yang merupakan komandan pasukan dari Kerajaan Bedagai. Bahkan senjata untuk membunuh Raja Tebing Pangeran adalah senjata pasukan dari Negeri Padang sendiri yang dicuri dari seorang penghianat. Bahkan makam Raja Tebing Pangeran hingga sampai sekarang masih bisa dilihat secara jelas di Tanah Wakaf Kampung Gelam, Kecamatan Bandar Khalifah, Serdang Bedagai. Sepeninggal Raja Tebing Pangeran, kaum bangsawan Kerajaan Padang masa itu lalu mengadakan musyawarah untuk mengangkat raja baru. Dalam musyawarah yang berlangsung ketat akhirnya memutuskan untuk mengangkat Raja VIII Kerajaan Padang. Dan pengangkatan raja tersebut terpilih adalah Marah Hukum yang kemudian bergelar Raja Geraha (Groha). Pengangkatan Raja Geraha pada tahun 1823 hingga tahun 1870. Raja Geraha ini merupakan keturunan dari putra Puang Zainab yang bersuamikan laki-laki dari Barus bukan dari keturunan bangsawan.Dari sejarah keturunan, sebenarnya yang harus menjadi raja adalah keturunan dari Raja Marah Saleh Safar yang salah satu putranya bernama Marah Jakfar atau juga keturunan dari Raja Marah Sudin sendiri yang merupakan keturunan dari Raja Kedua Kerajaan Padang. Tetapi menurut penuturan penduduk Kerajaan Padang Marah Jakfar ternyata menderita sakit gila. Sedangkan saat itu putra Raja Tebing Pangran sendiri masih belum berumur diangkat menjadi raja. Sejarah mencatat bahwa rakyat dari Kerajaan Padang saat itu sebagian besar adalah berbagai etnis dan pada umumnya mereka memiliki sumber daya manusia yang baik. Dan akhirnya mereka bisa mengembangkan Kerajaan Padang sebagai yang diharapkan kerajaan. Karenanya tidak ragu-ragu lagi Raja Geraha pun memberikan kehormatan pada
10 Universitas Sumatera Utara
rakyat Kerajaan Padang tersebut agar mereka lebih mengabdikan diri pada kerajaan. Di antara rakyat yang mendapat tanda penghormatan dari RajaGeraha adalah OK Aliviah, Datuk Bandar Kajum, OK Matlahan, Tuan Rambutan, Bandar Hasan, OK Syahimbang Saragih, OK Bakir dan OK Dasiah serta Datuk Alang yang kemudian diangkat menjadi Panglima Kerajaan Padang. Dengan kelengkapan panglima yang dipegang oleh Datuk Alang, Kerajaan Padang semakin maju. Apalagi Raja Geraha memerintah dengan bijaksana. Semua rakyat Kerajaan Padang merasa aman, gembira karena mereka dapat cukup sandang dan pangan. Bahkan tatkala Kerajaan Padang bertahta Raja Geraha ini banyak pendatang baru yang bermunculan. Hal ini karena mereka tahu bahwa Kerajaan Padang sedang berjaya dan pembangunan sangat maju. Sehingga penduduk dari tempat lain misalnya dari Kerajaan Rayayang tidak jauh dari Kerajaan Padang mereka berduyun-duyun merantau ke Kerajaan Padang. Berhubung pedagang itu semakin banyak jumlahnya, bahkan sebagian besar mereka memiliki sumber daya manusia yang patut diharapkan, sehingga dapat mengembangkan Kerajaan Padang yang sudah bisa digolongkan sebagai kerajaan besar. Dari sebab itu, Raja Geraha lalu memberikan gelar kehormatan kepada beberapa orang tokoh masyarakat atas pengabdiannya terhadap Kerajaan Padang yang dipimpin oleh Raja Geraha 2.2
Teori Struktural Teori struktural adalah pendekatan yang bertujuan untuk memaparkan unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra. Unsur-unsur yang dimaksud adalah tema, alur, latar, watak dan perwatakan.
11 Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Tema Tema adalah pokok permasalahan sebuah cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Tema suatu cerita biasanya bersifat tersirat (tersembunyi) dan dapat dipahami setelah membaca keseluruhan cerita. 2.2.2 Watak dan Perwatakan Dalam pembicaraan sebuah karya sastra, sering dipergunakan istilahistilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah tokoh menunjukan pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan : “siapakah tokoh utama cerita rakyat itu?”, atau “ada berapa orang pelaku dalam cerita rakyat itu?”, atau siapakah tokoh pratagonis dan antagonis dalam cerita itu?”, dan sebagainya. Watak, perwatakan dan karakter, menunjukan pada sikap dan sifat para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi, kareakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan, menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah karya sastra dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus, misalnya sebagai tokoh utama-protagonis- berkembang-tipikal, adapun jenis-jenis tokoh cerita tersebut adalah : 12 Universitas Sumatera Utara
a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Dilihat dari segi peranan dan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus sehingga terus mendominasi sebagai besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama (central character, main character), sedang yang kedua adalah tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita yang bersangkutan. b. Tokoh Protagonis dan Antagonis Jika dilihat dari peran tokoh-tokoh dalam perkembangan plot dapat dibedakan adanya tokoh utama dan tokoh tambahan, dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan antagonis.
Membaca
sebuah
karya
sastra
,
pembaca
sering
mengidentifikasikan diri dengan tokoh tertentu, memberikan simpati dan simpati melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian oleh pembaca disebut sebagai tokoh protagonis (alterband dan lewis dalam nurgiyantoro, 2001 : 178). Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, tokoh yang mendahulukan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Demikian pula sebaliknya, tokoh antagonis adalah tokoh yang menampilkan sesuatu yang tidak sesuai dengan pandangan kita, tidak sesuai dengan normanorma dan nilai-nilai yang tidak ideal bagi kita.
13 Universitas Sumatera Utara
c. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex atau round character). Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia, ia tidak diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Dan tokoh bulat atau komleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya dan jati dirinya.
2.3 Teori Psikologi Sastra
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta rasa, dan karsa dalam berkarya. Pembaca dalam menanggapi karya tidak lepas dari kejiwaan masingmasing. Psikologi sastra juga mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala jiwa, kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra (Endraswara, 2008:96). Sebagaimana dijelaskan Ratna (2009 : 350) bahwa, psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh maka akan dapat dianalisis konflik batin yang mungkin saja bertentangan dengan teori psikologis. Dalam hubungan itulah peneliti harus menemukan gejala yang tersembunyi atau
14 Universitas Sumatera Utara
sengaja disembunyikan oleh pengarangnya, yaitu dengan memanfaatkan teoriteori psikologi yang dianggap relevan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa fokus penelitian psikologi sastra adalah aspek kejiwaan. Kejiwaan memang luas, namun penulis memfokuskan pada satu sisi yang dominan saja. Oleh sebab itu penulis mempersempit penelitian dan fokus membahas kepribadian para tokoh. Pada dasarnya kajian psikologi sudah banyak diterapkan oleh pengarang sejak dulu, namun terkadang pengarang dengan sengaja tidak memunculkan gejala-gejala
psikologi secara terang-terangan.
Berdasarkan
kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan psikologi pada karya sastra memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, dari tokoh-tokoh tersebut maka akan ditemukan adanya konflik batin di dalamnya. Oleh karena itu, pendekatan psikologi sastra sangat diperlukan untuk menganalisis dan menemukan gejalagejala yang tidak terlihat atau bahkan dengan sengaja disembunyikan oleh pengarang pada karya sastra.
2.4 Teori Ekstrovert
Menurut Jung (dalam Jess Feist dan Gregory J Feist terjemahan Handrianto 2010 hlm. 137-138). Ekstrovert adalah sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan menjauh dari subjektif. Ekstrovert akan lebih mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya sendiri. Mereka cenderung untuk berfokus pada sikap objektifnya dan menekan sisi subjektifnya. Seorang ekstrovert memiliki sifat sosial, lebih banyak berbuat
15 Universitas Sumatera Utara
daripada merenung dan berpikir. Ia juga adalah orang yang penuh motif-motif yang dikoordinasi oleh kejadian-kejadian eksternal.
Jung percaya bahwa perbedaan tipe kepribadian manusia dimulai sejak kecil. Jung mengtakan bahwa “tanda awal dari perilaku ekstrovert seorang anak adalah kecepatannya dalam beradaptasi dengan lingkungan dan perhatian yang luar biasa, yang diperankan pada objek-objek, khususnya pada efek yang diperoleh dari objek-objek itu. Ketakutannya pada objek-objek sangat kecil. Ia hidup dan berpindah antara objek-objek itu dengan penuh percaya diri. Karena itu ia bebas bermain dengan mereka dan belajar dari mereka. Ia sangat berani. Kadang ia mengarah pada sikap ekstrem sampai pada tahap risiko. Segala sesuatu yang tidak diketahuinya selalu memikat perhatiannya.
Bentuk neurotik yang sering diderita orang ekstrovert adalah hysteria. Hysteria akan semakin besar dan panjang untuk menarik perhatian orang lain dan untuk menimbulkan kesan yang baik bagi orang lain. Mereka adalah orang yang suka diperhatikan, suka menganjurkan, berlebihan dipengaruhi orang lain, suka bercerita, yang kadang mengaburkan kebenaran.
Jung selanjutnya memberikan deskripsi tipologi manusia dalam beberapa tipe. yaitu:
1. Tipe Pemikiran yang Ekstraversi/Ekstrovert. Adalah orang yang memiliki sifat demikian juga mengapresiasikan perasaannya, idealidealnya, dan cenderung menolak kegiatan estetis atau artistik. Jung (dalam mengenal teori kepribadian mutakhir 1997)
16 Universitas Sumatera Utara
2. Tipe Perasaan yang Ekstraversi/Ekstrovert adalah orang yang hidup dalam situasi objektif dan nilai-nilai umum. Dengan kata lain, perasaan dan perilaku mereka dikontrol oleh norma-norma sosial, yaitu sesuatu yang justru diinginkan orang lain. Sebagai konskuensinya, perasaan mereka dapat berubah dari satu situasi ke situasi yang lain dari satu orang ke orang lain. 3. Tipe Sensasi yang Ekstraversi/Ekstrovert. Jung menggambarkan pria sebagai contoh utama tipe ini. Mereka terutama berorientasi pada realitas dan secara tipikal menjauhi pemikiran dan dan kontemplasi atau perenungan. Orang demikian senang berpergian karena setiap pengalaman merupakan sesuatu yang baru. Mereka mempunyai kapasitas besar untuk bersenang-senang atau makan enak. Memiliki perasaan estetis, senang pada lukisan, patung, dan sastra sama baiknya seperti makan dan penampilan fisiknya. Akan tetapi sisi negatifnya adalah ketika mereka menjadi serakah. 4. Tipe Intuitif yang Ekstraversi/Ekstrovert. Mengeksploitasi kesempatan di luar merupakan ciri utama tipe ini. Dalam kata-kata Jung, mereka memiliki penciuman yang tajam terhadap sesuatu yang baru dan menantang. Mereka memiliki ciri positif dalam inisiatif dan sering memberi inspirasi kepada orang lain. Negatifnya adalah orang dengan tipe seperti ini sangat sedikit berbuat untuk dirinya sendiri.
17 Universitas Sumatera Utara
2.5 Teori Introvert
Menurut Jung (dalam Jess Feist dan Gregory J Feist terjemahan Handrianto 2010 hlm.137) Introvert adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang memiliki orientasi subjektif. Introvert memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi dan persepsi yang bersifat individu. Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan sangat selektif dan dengan pandangan subjektif mereka. Jung menguraikan perilaku introvert sebagai orang pendiam, menjauhkan diri dari kejadian-kejadian luar, tidak mau terlibat dengan dunia objektif, tidak senang berada di tengah orang banyak, merasa kesepian dan kehilangan di tengah orang banyak. Ia melakukan sesuatu menurut caranya sendiri, menutup diri terhadap pengaruh dunia luar. Ia orang yang tidak mudah percaya, kadang menderita perasaan rendah diri, karena itu ia gampang cemburu dan iri hati. Ia mengahadapi dunia luar dengan suatu system pertahanan diri yang sistematis dan teliti, tamak sebagai ilmuan, cermat, berhati-hati, menurut kata hati, sopan santun, dan penuh curiga.
Dalam kondisi kurang normal ia menjadi orang yang pesimis dan cemas, karena dunia dan manusia sekitarnya siap menghancurkannya. Dunianya adalah suatu pelabuhan yang aman. Tempat tinggalnya (rumah) adalah yang teraman. Teman pribadinya yang terbaik. Karena itu tidak mengherankan orang-orang introvert sering tampak sebagai orang yang cinta diri tinggi, egois, bahkan menderita patologis.
Jung selanjutnya memberikan deskripsi tipologi manusia dalam beberapa tipe. yaitu:
18 Universitas Sumatera Utara
1. Tipe Pemikiran yang Introversi/Introvert. Pondasi subjektif pemikiran yang introvert ini merupakan ketidaksadaran kolektif. Ide-ide kreatif muncul dari sumber ini dan bukan dari sumber lain, seperti otoritas moral tradisional. Sebagai akibat pemusatan perhatian internal itu, pemikiran introvert tampak dingin, menjauhkan diri, dan tidak mudah bergabung dengan orang lain. Dia juga menjadi orang yang susah mengartikulasikan ide-idenya. 2. Tipe Perasaan yang Introversi/Introvert. Walaupun tidak tampak menunjukkan perasaan atau emosi kepada orang lain, kenyataannya mereka mampu menunjukkan emosinya. Akan tetapi, perasaannya tersimpan dalam ketidaksadaran kolektif. Mereka sesungguhnya memiliki emosi yang dalam
yang sering kali terwujud dalam
religiositas atau bentuk-bentuk puitik. 3. Tipe Sensasi yang Introversi/Introvert. Dalam pandangan Jung, tipe ini adalah irasional. Mereka berpegang pada intensitas sensasi subjektif, terutama objek stimulus. Mereka tampil secara overacting terhadap stimulus di luar dirinya. Mereka juga bisa tampil rasional dan dengan baik mengontrol tindakannya yang tidak berhubungan dengan objeknya. Misalnya, bila mereka berada dalam lingkungan masyarakat. Orang demikian juga memiliki pandangan objektif terhadap dunia dan mampu pula melawak 4. Tipe Intuitif yang Introversi/Introvert. Orang dengan tipe ini memiliki intensitas intuitif yang tinggi. Akibatnya, mereka terpisah dari realitas eksternal. Orang demikian bahkan dikenal sangat misterius oleh
19 Universitas Sumatera Utara
sahabatnya. Segi positifn ya, mereka berpandangan luas dan mistis. Segi negatifnya, mereka sukar dipahami orang lain karena fungsi pertimbangan mereka (pemikiran dan perasaan) relatif direpresikan. Mereka tidak mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
20 Universitas Sumatera Utara