ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1
Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan beberapa penelitian terdahulu dan teori
relevanyang mendukung topik penelitian. 2.1.1
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah referensi yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan adalah sebagai berikut : 1.
Upacara Ritual Congko Longkap dan Penti Sebagai Media Komunikasi Dalam Pengembangan Pariwisata Daerah Oleh Ferdinandus Ngare, Program Magister Ilmu Komunikasi Kajian Khusus Komunikasi Bisnis Universitas Padjajaran Bandung Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran budaya dalam upacara ritual congko lokap dan penti di Kabupaten Manggarai serta makna yang terkandung di dalamnya baik bahasa, tarian dan musik dalam keberhasilan perkembangan pariwisata budaya Manggarai. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pada upacara ritual congko lokap dan penti yang dirayakan oleh masyarakat Manggarai selain upacara-upacara ritual yang lain di sana mempunyai peran sosial dalam rangka menjalin hubungan dengan sesama manusia, serta berperan religius yaitu menjalin hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahasa Manggarai berperan sebagai salah satu media penyampaian pesan-pesan adat dari para tetua adat kepada masyarakatnya dan juga sebagai media pemersatu masyarakat Manggarai.
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.
Komunikasi Ritual Dalam Upacara Adat "WU,U Hori" (Makan Rengky) Masyarakat Desa Lamaole Kabupaten Flores Timur Oleh Theodorus R. Goran Gapun, Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Ritual Dalam Upacara Adat Wu,u Hori (Makan Rengky) Masyarakat Desa Lamaole Kabupaten Flores Timur. Hasil Penelitian menyatakan bahwa Kegiatan Upacara Adat Wu,u Hori (Makan Rengky) di Desa Lamaole merupakan Suatu bentuk Tradisi dari Kebudayaan yang ada di Desa Lamaole dilakukan setiap tahun pada bulan juli, kegiatan ini melibatkan semua unsur masyarakat yang ada di Desa Lamaole.
3.
Komunikasi Ritual Ma'atenu Pakapita Sebagai Media Tradisional Masyarakat Adat Negeri Pelauw (Studi Tentang Pemanfaatan Media Dalam Komunikasi Ritual Upacara Adat Kapata Dan Tarian Ma'atenu Masyarakat Adat Negeri Pelauw Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah) oleh Natasya Tuahuns Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata cara pemanfaatan media tradisional masyarakat Negeri Pelauw Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk menganalisis dari mikro yaitu metode, prosedur dan fungsi dari pemanfaatan media tradisional dalam komunikasi ritual upacara adat kapata dan tarian ma‟atenu. Hasil dari penelitian ini menunjukan Kapata dan Tarian Ma‟atenu dalam praktek komunikasi ritual lebih cenderung menampilkan aspek pertunjukan atau seremonial yang sakral dan keramat dibandingkan dengan
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
transmisi pesan jika dilihat dari metode, prosedur dan fungsi dari pemanfaatan media tradisional. 4.
Tradisi Kenduri Kuburan (Keunurie Jeurat) Pada Masyarakat Aceh Di Desa Pulo Tengah Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Aceh Oleh Dedi Andriansah, Universitas Medan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tujuan pelaksanaan tradisi kenduri kuburan, mengetahui proses pelaksanaannya, orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaannya dan kemudian simbol dan makna yang terdapat dalam rangkaian pelaksanaan kenduri kuburan ini. Kenduri kuburan sebenarnya bertujuan untuk membersihkan kuburan dan juga mengirimkan doa bagi arwah keluarga yang telah meninggal. Akan tetapi kenduri kuburan juga menjadi suatu wadah untuk memperkenalkan silsisah keluarga, leluhur dan juga menguatkan sikap kebersamaan serta saling berbagi antar sesama warga desa Pulo Tengah.
5.
TRADISI NYADRAN PADA MASYARAKAT MULTIFAITH(Studi Kasus Pada Masyarakat Multifaith Kampung Pancasila Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan) oleh Mirnia Badiatus Sabariyanti, Universitas Trunojoyo Madura Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tradisi nyadran pada masyarakat multifaith di Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi Nyadran di Desa Balun berasal dari tradisi nenek moyang jaman dahulu yang bertujuan untuk menghormati leluhur yaitu, Mbah Alun atau Mbah Sin Arih yang merupakan tokoh ulama yang merupakan Raja Blambangan keturunan dari Majapahit.
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Masing-masing agama memiliki pemaknaan tersendiri terhadap tradisi Nyadran, tetapi pada intinya makna yang diberikan dari proses interaksi antara individu satu dan lainnya adalah sama yaitu sebagai bentuk penghormatan kepada leluhurnya. 2.2
Kerangka Teori 2.2.1
Teori Konstruksi Sosial
Konstruksi sosial merupakan sebuah teori sosiologi kontemporer yang dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Dalam menjelaskan paradigma konstruktivis, realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Individu adalah manusia yg bebas yang melakukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah korban fakta sosial, namun sebagai media produksi sekaligus reproduksi yang kreatif dalam mengkonstruksi dunia sosialnya (Basrowi dan Sukidin, 2002 : 194). Sosiologi pengetahuan Berger dan Luckman adalah deviasi dari perspektif yang telah memperoleh “lahan subur” di dalam bidang filsafat maupun pemikiran sosial. Aliran fenomonologi mula pertama dikembangkan oleh Kant dan diteruskan oleh Hegel, Weber, Husserl dan Schutz hingga kemudian kepada Berger dan Luckman. Akan tetapi, sebagai pohon pemikiran, fenomenologi telah mengalami pergulatan revisi. Dan sebagaimana kata Berger bahwa “posisi kami tidaklah muncul dari keadaan kosong (ex nihilo)”, akan jelas menggambarkan bagaimana keterpegaruhannya terhadap berbagai pemikiran sebelumnya. Jika Weber menggali masalah mengenai interpretatif understanding atau analisis
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pemahaman terhadap fenomena dunia sosial atau dunia kehidupan, Scheler dan Schutz menambah dengan konsep life world atau dunia kehidupan yang mengandung pengertian dunia atau semesta yang kecil, rumit dan lengkap terdiri atas
lingkungan
fisik,
lingkungan
sosial,
interaksi
antara
manusia
(intersubyektifitas) dan nilai-nilai yang dihayati. Ia adalah realitas orang biasa dengan dunianya. Di sisi lain, Manheim tertarik dengan persoalan ideologi, dimana ia melihat bahwa tidak ada pemikiran manusia yang tidak dipengaruhi oleh ideologi dan konteks sosialnya, maka dalam hal ini Berger memberikan arahan bahwa untuk menafsirkan gejala atau realitas di dalam kehidupan itu. Usaha untuk membahas sosiologi pengetahuan secara teroitis dan sistematis melahirkan karya Berger dan Luckman yang tertuang dalam buku The Social Construction of Reality, A Treatise in the Sociology of Knowledge (tafsiran sosial atas kenyataan, suatu risalah tentang sosiologi pengetahuan). Berger
berpandangan
bahwa
sosiologi
pengetahuan
seharusnya
memusatkan perhatian pada struktur dunia akal sehat (common sense world). Dalam hal ini, kenyataan sosial didekati dari berbagai pendekatan seperti pendekatan mitologis yang irasional, pendekatan filosofis yang moralitis, pendekatan praktis yang fungsional dan semua jenis pengetahuan itu membangun akal sehat. Pengetahuan masyarakat yang kompleks, selektif dan akseptual menyebabkan
sosiologi
pengetahuan
perlu
menyeleksi
bentuk-bentuk
pengetahuan yang mengisyaratkan adanya kenyataan sosial dan sosiologi pengetahuan harus mampu melihat pengetahuan dalam struktur kesadaran individual, serta dapat membedakan antara “ pengetahuan” (urusan subjek dan obyek) dan “kesadaran” (urusan subjek dengan dirinya).
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Di samping itu, karena sosiologi pengetahuan Berger ini memusatkan pada dunia akal sehat (common sense), maka perlu memakai prinsip logis dan non logis. Dalam pengertian, berpikir secara “kontradiksi” dan “dialektis” (tesis, antitesis, sintesis). Sosiologi diharuskan memiliki kemampuan mensintesiskan gejala-gejala sosial yang kelihatan kontradiksi dalam suatu sistem interpretasi yang sistematis, ilmiah dan meyakinkan. Kemampuan berpikir dialektis ini tampak dalam pemikiran Berger, sebagaimana dimiliki Karl Marx dan beberapa filosof eksistensial yang menyadari manusia sebagai makhluk paradoksal. Oleh karena itu, tidak heran jika kenyataan hidup sehari-hari pun memiliki dimensidimensi obyektif dan subjektif (Berger dan Luckmann, 1990 : 28-29). Berger dan Luckmann berpandangan bahwa kenyataan itu dibangun secara sosial, sehingga sosiologi pengetahuan harus menganalisi proses terjadinya itu. Dalam pengertian individu-individu dalam masyarakat itulah yang membangun masyarakat, maka pengalaman individu tidak terpisahkan dengan masyarakatnya. Waters mengatakan bahwa “they start from the premise that human beings construct sosial reality in which subjectives process can become objectivied”. (Mereka mulai dari pendapat bahwa manusia membangun kenyataan sosial di mana proses hubungan dapat menjadi tujuan yang pantas). Pemikiran inilah barangkali yang mendasari lahirnya teori sosiologi kontemporer “konstruksi sosial”. (Basrowi dan Sukidin, 2002 : 201) Dalam sosiologi pengetahuan atau konstruksi sosial Berger dan Luckmann, manusia dipandang sebagai pencipta kenyataan sosial yang obyektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana kenyataan obyektif mempengaruhi kembali manusia melalui proses internalisasi (yang mencerminkan kenyataan
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
subjektif). Dalam konsep berpikir dialektis (tesis-antitesis-sintesis), Berger memandang masyarakat sebagai produk manusia dan manusia sebagai produk masyarakat. Melalui sentuhan Hegel, yaitu tesis, antitesis dan sintesis, Berger menemukan konsep untuk menghubungkan antara yang subjektif dan obyektif itu melalui konsep dialektika. Yang dikenal sebagai eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Eksternalisasi adalah penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia, obyektivasi adalah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses intitusionalisasi, dan internalisasi adalah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-lembaga sosial dimana individu tersebut menjadi anggotanya. Teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann mencoba mengadakan sintesa antara fenomena-fenomena sosial yang tersirat dalam tiga momen dan memunculkan suatu konstruksi kenyataan sosial yang dilihat dari segi asalmuasalnya merupakan hasil ciptaan manusia, buatan interaksi intersubjektif. Masyarakat adalah sebagai kenyataan obyektif sekaligus menjadi kenyataan subjektif. Sebagai kenyataan obyektif, masyarakat sepertinya berada di luar diri manusia dan berhadap-hadapan dengannya. Sedangkan sebagai kenyataan subjektif, individu berada di dalam masyarakat itu sebagai bagian yang tak terpisahkan. Dengan kata lain, bahwa individu adalah pembentuk masyarakat dan masyarakat adalah pembentuk individu. Kenyataan atau realitas sosial itu bersifat ganda dan bukan tunggal, yaitu kenyataan subjektif dan obyektif. Kenyataan atau realitas obyektif adalah kenyataan yang berada di luar diri manusia, sedangkan kenyataan subjektif adalah kenyataan yang berada di dalam diri manusia.
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Di dalam kehidupan ini ada aturan-aturan atau hukum-hukum yang menjadi pedoman bagi berbagai intitusi sosial. Aturan itu sebenarnya adalah produk manusia untuk melestarikan keteraturan sosial, sehingga meskipun aturan di dalam struktur sosial itu bersifat mengekang, tidak menutup kemungkinan adanya “pelanggaran” yang dilakukan oleh individu. Pelanggaran dari aturan itulah yang disebabkan oleh proses eksternalisasi yang berubah-ubah dari individu atau dengan kata lain ada ketidakmampuan individu menyesuaikan dengan aturan yang digunakan untuk memelihara ketertiban sosial tersebut. Oleh karena itu, problem perubahan berada di dalam proses eksternalisasi ini. Jadi di dalam masyarakat yang lebih mengedepankan “ketertiban sosial” individu berusaha sekeras mungkin untuk menyesuaikan diri dengan peranan-peranan sosial yang sudah dilembagakan, sedangkan bagi masyarakat yang senang kepada “kekisruhan sosial” akan lebih banyak ketidaksukaannya untuk menyesuaikan dengan perananperanan sosial yang telah terlembagakan. Hal ini yang termasusk masyarakat sebagai kenyataan obyektif adalah legitimasi. Fungsi legitimasi adalah untuk membuat obyektivasi yang sudah dilembagakan menjadi masuk akal secara obyektif. Misalnya mitologi, selain memiliki fungsi legitimasi terhadap perilaku dan tindakan, juga menjadi masuk akal ketika mitologi tersebut difahami dan dilakukan. Untuk memelihara universum itu diperlukan organisasi sosial. Hal ini tidak lain karena sebagai produk historis dari kegiatan manusia, semua universum yang dibangun secara sosial itu akan mengalami perubahan karena tindakan manusia, sehingga diperlukan organisasi sosial untuk memeliharanya. Ketika pemeliharaan itu dibangun dengan kekuatan penuh, maka yang terjadi adalah status quo.
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Masyarakat juga sebagai kenyataan subjektif atau sebagai realitas internal. Untuk menjadi realitas subjektif, diperlukan suatu sosialisasi yang berfungsi untuk memelihara dan mentransformasikan kenyataan subjektif tersebut. Sosialisasi selalu berlangsung di dalam konsep struktur sosial tertentu, tidak hanya isinya tetapi juga tingkat keberhasilannya. Jadi analisis terhadap sosial mikro atau sosial psikologis dari fenomen-fenomen internalisasi harus selalu dilatarbelakangi oleh suatu pemahaman sosial-makro tentang aspek-aspek strukturalnya. Struktur kesadaran subjektif individu dalam sosiologi pengetahuan menempati posisi yang sama dalam memberikan penjelasan kenyataan sosial. Setiap individu menyerap bentuk tafsiran tentang kenyataan sosial secara terbatas, sebagai cermin dari dunia obyektif. Dalam proses internalisasi, tiap individu berbeda-beda dalam dimensi penyerapan, ada yang lebih menyerap aspek ekstern, ada juga yang lebih menyerapa bagian intern. Tidak setiap individu dapat menjaga keseimbangan dalam penyerapan dimensi obyektif dan dimensi kenyataan sosial itu. Kenyataan yang diterima individu dari lembaga sosial, menurut Berger, membutuhkan cara penjelasan dan pembenaran atas kekuasaan yang sedang dipegang dan dipraktekkan. Dengan demikian, hubungan antara individu dengan institusinya adalah sebuah dialektika (intersubjektif) yang diekspresikan dengan tiga momen :society is human product. Society is an objective reality. Human is sosial product.(Masyarakat adalah produk manusia. Masyarakat adalah suatu kenyataan sasaran. Manusia adalah produk sosial). Dialektika ini dimediasikan oleh pengetahuan yang disandarkan atas memori pengalaman di satu sisi dan
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
olehperanan-peranan yang merepresentasikan individu dalam tatanan institusional (Waters, 1994 : 35) 2.2.2 Teori Interaksi Simbolik Teori Interaksi Simbolik atau Symbolic Interaction Theory adalah teori yang membahas tentang pemaknaan simbol, interaksi dan ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Pada awalnya manusia menciptakan simbol-simbol terhadap suatu objek dan kemudian memberikan makna yang disepakati bersama. Selanjutnya makna ini akan membentuk perilaku manusia. Teori ini didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Symbolic Interaction Theory (Teori Interaksi Simbolik) memiliki tiga premis inti. Diantaranya adalah meaning, language, dan thought. Ketiga premis inti ini memiliki definisi yang berbeda. 1.
Meaning merupakan pemaknaan. Di mana seseorang memberikan makna terhadap orang lain dalam berinteraksi.
2.
Language merupakan bahasa. Bahasa yang telah disepakati dalam penggunaannya.
3.
Thougt merupakan pemikiran Manusia bertindak terhadap orang lain didasarkan atas meaning
(pemaknaan) yang kita miliki terhadap orang tersebut. Pemaknaan tidak akan muncul tanpa diikuti oleh komponen lain, yaitu language (bahasa) yang telah disepakati sebelumnya. Menurut La Rossa dan Donald C. Reitzes, pemaknaan mendukung asumsi Teori Interaksi Simbolik yang diambil dari karya Herbert Blumer (1969). Diantaranya adalah:
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.
Pentingnya makna bagi perilaku manusia Untuk mempermudah komunikasi antar manusia dibutuhkan suatu
penyetaraan makna melalui interaksi. Tanpa interaksi untuk menyamakan makna, komunikasi akan menjadi semakin sulit. Setiap orang pasti akan berasumsi orang lain paham apa yang dia maksud namun ternyata sering kali asumsi itu keliru karena setiap orang akan memiliki pemahaman lain akan sebuah simbol yang sama. Tema ini mendukung tiga asumsi yaitu: a.
Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasar makna yang diberikan oleh orang lain kepada mereka. Dalam asumsi ini manusia akan memperlajari makna yang terlihat dari perilaku dan respon seseorang dalam menerima rangsangan dari segi psikologis dan sosiologis.
b.
Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia Suatu hal akan memiliki makna yang sama jika orang-orang memiliki pendapat yang sama akan hal tersebut. Menurut Blumer (1969) ada tiga cara untuk menjelaskan asal sebuah makna, yaitu 1) Makna dimaknai dari wujud nyata suatu objek, 2) Makna terbentuk dari orang melihat, 3) Memaknai sebuah aktivitas yang terjadi saat manusia saling berinteraksi.
c.
Makna dimodifikasi melalui proses interpretif Terdapat dua langkah dalam proses interpretif, menurut Blumer. Yang pertama adalah penentuan benda yang memiliki makna bagi dirinya. Kedua, lebih melihat di mana dirinya berada.
2.
tesis
Pentingnya konsep mengenai diri
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Seseorang dapat mengenal dirinya melalui sebuah proses pandangan terhadap dirinya sendiri. Pemaknaan terhadap hal ini dapat membentuk sebuah karakter sehingga menjadi konsep diri. Ada dua asumsi tambahan untuk tema ini: a.
Pengembangan konsep diri individu terjadi melalui interaksi dengan
orang lain Konsep diri pada tiap individu dibangun melalui interaksi dengan orang lain. Manusia akan memahami akan dirinya sendiri melalui pandangan-pandangan yang dia dapat melalui orang di sekitar dan hal itu akan membentuk karakter diri. b.
Konsep diri menjadi motif penting perilaku Pemikiran yang dapat membentuk karakter tersebut kemudian akan diterjemahkan kembali menadi perilaku diri yaitu bagaimana seseorang akan berinteraksi dengan orang lain ataupun dengan dirinya sendiri.
3.
Hubungan antara individu dan masyarakat Ada dua asumsi yaitu: a.
Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial Dalam asumsi kebebasan individu dikesampingkan karena adanya norma sosial yang membatasi dan mengatur perilaku individu.
b.
Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial Struktur sosial dalam masyarakat tidak berubah, tetapi yang berubah adalah situasi sosial, sehingga manusia sebagai pembuat keputusan. Dari ketiga asumsi di atas bahwa pemaknaan berasal dari proses negoisasi
yang menggunakan bahasa dalam interaksi simbolik. Pemaknaan muncul dari
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
interaksi sosial yang dipertukarkan di antara keduanya. Selanjutnya thought (pemikiran) adalah komunikasi dari diri kita sendiri. Kita membentuk konsep diri kita sendiri dari tanggapan atau kritik yang diberikan orang lain. Bahasa juga diperlukan dalam pemikiran. Bahasa dapat dikiaskan sebagai software yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan pemikiran kita. 4.
Hubungan antar konsep Komunikasi adalah hal yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan, karena
komunikasi merupakan kebutuhan dalam hidup. Dimanapun manusia berada akan membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia (Winarso, 2005). Manusia berinteraksi menggunakan simbol yang telah disepakati bersama. Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi. Ralph Larosa dan Donald C. reitzer (1993) mengatakan bahwa teori interaksi simbolik “pada intinya sebuah kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lainnya, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini, sebaliknya membentuk perilaku manusia”. Teori ini berfokus pada seseorang bertindak berdasarkan makna yang diberikannya pada orang, benda, dan kejadian. Makna diciptakan melalui pemahaman bahasa (verbal atau non verbal)
yang memungkinkan orang
menyampaikan perasaan baik dengan diri sendiri, orang lain, dan apa yang sedang dipikirkan. Bahasa akan memudahkan orang untuk berinteraksi dengan orang lain. Manusia menciptakan simbol-simbol terhadap objek dan memberikan makna yang telah diketahui bersama. Makna tersebut akan membentuk perilaku
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dibutuhkan pikiran sebagai kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama. Manusia harus mengembangkan pikirannya melalui interaksi dengan orang lain, dalam interaksi dengan individu lain pasti akan menggunakan pikiran yang membentuk dan mengarahkan perilaku manusia, apakah perilaku itu baik atau buruk, sopan atau tidak sopan, dan lain-lain. Selain perilaku manusia makna juga membentuk konsep diri, dimana hubungan konsep diri dengan diri erat kaitannya. Konsep diri merupakan pandangan seseorang mengenai diri sendiri. Menurut George Herbert Mead tidak percaya bahwa diri berasal dari intropeksi atau dari pemikiran sendiri yang sederhana. Diri berkembang dari pengambil peran yang khusus, artinya membayangkan bagaimana kita dilihat orang lain yang disebut cermin diri (looking-glass self). Simbol yang memberikan makna dapat menciptakan hubungan antara individu dengan masyarakat. Masyarakat adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan dan direspon manusia, jadi dalam masyarakat ada individu-individu yang saling berinteraksi. Ada dua hal penting masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri yaitu: orang lain secara khusus (particular others) merujuk pada orang-orang yang penting dengan kita yaitu keluarga, teman dekat, dan rekan kerja. Orang lain secara umum (generalized other) merujuk pada cara pandang kelompok sosial dan budaya. Mereka akan memberikan informasi mengenai peranan, aturan, dan sikap yang dimiliki bersama oleh komunitas. 2.2.3 Ruang Publik Gagasan ruang publik atau public sphere merupakan gagasan yang dicetuskan oleh filsuf Jerman Jurgen Habermas, sekalipun sebagian orang
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menganggap benih-benih pemikiran ruang publik sudah dikemukakan oleh sosilogis dan ekonomis Jerman Maximilian Carl Emil Weber (1864-1920). Jurgen Habermas mengenalkan gagasan ruang publik melalui bukunya Strukturwandel der Öffentlichkeit; Untersuchungen zu einer Kategorie der Bürgerlichen Gesellschaft. Edisi bahasa Inggris buku ini, The Structural Transformation of the Public Sphere: an Inquiry into a Category of Bourgeois Society, diterbitkan pada 1989. Melalui buku tersebut dan buku Civil Society and the Political Public Sphere, Jurgen Habermas memaparkan bagaimana sejarah dan sosiologis ruang publik. Menurutnya, ruang publik di Inggris dan Prancis sudah tercipta sejak abad ke-18. Pada zaman tersebut di Inggris orang biasa berkumpul untuk berdiskusi secara tidak formal di warung-warung kopi (coffee houses). Mereka di sana biasa mendiskusikan persoalan-persoalan karya seni dan tradisi baca tulis. Dan sering pula terjadi diskusi-diskusi ini melebar ke perdebatan ekonomi dan politik. Sementara di Prancis, contoh yang diberikan Jurgen Habermas, perdebatanperdebatan semacam ini biasa terjadi di salon-salon. Warga-warga Prancis biasa mendiskusikan buku-buku, karya-karya seni baik berupa lukisan atau musik, di sana. Selanjutnya Jurgen Habermas menjelaskan bahwa ruang publik merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi dan juga pandangan. Sebagaimana yang tergambarkan di Inggris dan Prancis, masyarakat bertemu, berdiskusi tentang buku baru yang terbit atau karya seni yang baru diciptakan. Dalam keadaan masyarakat bertemu dan berdebat akan sesuatu secara kritis maka akan terbentuk apa yang disebut dengan masyarakat madani. Secara sederhana masyarakat madani bisa dipahami sebagai masyarakat yang berbagi minat, tujuan, dan nilai
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tanpa paksaan, yang dalam teori dipertentangkan dengan konsep negara yang bersifat memaksa. Pada perkembangan selanjutnya ruang publik juga menyangkut ruang yang tidak saja bersifat fisik, seperti lapangan, warung-warung kopi dan salon, tetapi juga ruang di mana proses komunikasi bisa berlangsung. Misal dari ruang publik yang tidak bersifat fisik ini adalah media massa. Di media massa itu masyarakat membicarakan kasus-kasus yang terjadi di lingkungannya. Penguasa yang tidak menerima dikritik dan media massa yang menolak memuat sebuah artikel karena takut kepada penguasa juga sebagai tanda bahwa sebuah ruang publik belum tercipta. Menurut Habermas, Public Sphere dikonsepsionalisasikan sebagai suatu realitas kehidupan sosial di dalam mana terdapat suatu proses pertukaran informasi dan berbagai pandangan berkenaan dengan pokok persoalan yang tengah menjadi perhatian umum sehingga dalam proses tadi terciptalah pendapat umum. Dengan dihasilkannya pendapat umum maka pada gilirannya akan membentuk kebijakan negara dan pada akhirnya akan membentuk suatu tatanan masyarakat secara keseluruhan. Adanya Public Sphere menyaratkan keaktifan dari warga masyarakat memanfaatkan hak-haknya untuk ikut berpikir terlibat di dalam suatu wacana yang sedang hangat pada hari suatu saat tertentu, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan politik. Dalam perkembangan masyarakat yang makin besar maka proses terbentuknya wacana menuju opini publik tadi lalu diantarai oleh media massa. Gagasan Habermas di atas memang bisa dibilang sebuah cita-cita ideal dalam konteks historis masa itu yang kalau kita bandingkan dengan konteks
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
zaman sekarang tentunya prosesnya tidak sesederhana itu. Pemikiran Habermas itu bisa kita pahami dalam dua perspektif. Pertama, Habermas mencoba menggambarkan munculnya ruang publik di kalangan calon kaum borjuis dalam spirit kapitalisme liberal di abad 18. Kategori Public Sphere semacam ini dapat ditemui dalam realitas sejarah masyarakat Inggris, Perancis dan Jerman. Pada masa sebelum itu, memang bisa dikatakan tidak ada ruang sosial yang layak disebut “publik” sebagai lawan dari “private”. Dengan berkembangnya konsep negara kebangsaan, lembaga perwakilan, perekonomian,dan tidak ketinggalan lahirnya media cetak maka mulailah berkembang akar kemunculan Public Sphere di masyarakat tertentu di Eropa Barat. Dalam Public Sphere ini terdapat kelompok –kelompok sosial tertentu atas dasar pendidikan, kelas kepemilikan (biasanya pada kalangan pria ) dan berproses melalui berbagai media seperti jurnal, pamflet, dan surat kabar termasuk di dalam lingkungan tertentu seperti bar, coffee house dan berbagai club. Pertukaran informasi aktual, yang berlangsung terus menerus dalam sebuah diskusi dan seringkali dihangatkan dengan perdebatan merupakan gejala baru yang menurut Habermas amatlah berarti. Kedua,
konsepPublic Sphere memasuki warna baru dengan mulai
memudarnya kelompok borjuis dalam konteks masyarakat industri yang makin maju dan munculnya demokrasi massa. Dengan adanya demokrasi massa, publikyang semula diwakili oleh kalangan elite terpelajar terbatas mulai dimasuki oleh masyarakat kebanyakan yang tidak begitu berpendidikan. Sementara negara, dalam kepentingannya untuk mengendalikan pertentangan kapital menjadi makin intervensionis. Batas antara wilayah publik dan private , baik dalam pengertian ekonomi politik maupun budaya makin tipis. Organisasi besar dan kelompok
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kepentingan menjadi partner politik kunci bagi negara, menghasilkan bentuk politik feodal baru yang makin menggantikan peran-peran yang semula dilakoni masyarakat. Berkembangnya karakteristik kepemilikan media massa, khususnya tatkala kekuatan komersial mengubah fungsi komunikasi publik menjadi Public Relation dan makin menguatnya periklanan dan hiburan, maka fungsi kritis media massa makin terkikis. Publik lalu terkotak-kotak sedemikian rupa, sehingga kehilangan daya ikatnya. (Habermas, 2007) Pada intinya, bagiHabermas ruang publik memiliki peran yang cukup berarti dalam proses berdemokrasi. Ruang publik merupakan ruang demokratis atau wahana diskursus masyarakat, yang mana warga negara dapat menyatakan opini-opini, kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan mereka secara diskursif. Ruang publik merupakan syarat penting dalam demokrasi. Ruang publik adalah tempat warga berkomunikasi mengenai kegelisahan-kegelisahan politis warga. Selain itu, ruang publik merupakan wadah yang mana warganegara dengan bebas dapat menyatakan sikap dan argumen mereka terhadap negara atau pemerintah. Ruang publik bukan hanya sekedar fisik, maksudnya sebuah institusi atau organisasi yang legal, melainkan adalah komunikasi warga itu sendiri. Ruang publik harus bersifat bebas, terbuka, transparan dan tidak ada intervensi pemerintah atau otonom di dalamnya. Ruang publik itu harus mudah diakses semua orang. Dari ruang publik ini dapat terhimpun kekuatan solidaritas masyarakat warga untuk melawan mesin-mesin pasar/kapitalis dan mesin-mesin politik. Habermas membagi-bagi ruang publik, tempat para aktor-aktor masyarakat warga membangun ruang publik, Pluralitas (keluarga, kelompok-
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kelompok informal, organisasi-organisasi sukarela, dst), publisitas (media massa, institusi-institusi kultural, dst), keprivatan (wilayah perkembangan individu dan moral), legalitas (struktur-struktur hukum umum dan hak-hak dasar). Habermas memberikan gagasan bahwa ruang publik bukan hanya ada satu, tetapi ada banyak ruang publik di tengah-tengah masyarakat. Ruang publik tidak dapat dibatasi karena ruang publik ada dimana saja. Di mana ada masyarakat yang duduk berkumpul bersama dan berdiskusi tentang tema-tema yang relevan, maka disitu hadir ruang publik. Selain itu, ruang publik tidak terikat dengan kepentingan-kepentingan pasar maupun politik. Oleh karena itu, ruang publik tidak terbatas. (Hardiman, 2010) Public Sphere dalam pengertian politik berarti menyediakan sebuah ruang – berupa wacana, lembaga-lembaga, suatu ruang topografik – di mana orang dalam perannya sebagai warga memiliki akses masuk di dalam sebuah dialog kemasyarakatan yang sedang mempersoalkan sesuatu demi kepentingan umum, atau dengan kata lain akses menuju dunia politik dalam pengertian yang luas. Ruang yang demikian ini, dengan kondisi komunikasi tertentu yang mewarnainya, menjadi sesuatu hal yang penting dalam demokrasi. Fungsi Public Sphere dengan demikian adalah memenuhi persyaratan komunikasi tertentu sabagai variabel terbentuknya demokrasi. 2.3
Kenduri
Kenduri atau yang biasa disebut dengan Genduren atau Kenduren merupakan tradisi yang sudah ada sejak jaman dahulu, yaitu acara berkumpul yang dilakukan oleh beberapa orang (biasanya laki-laki) dengan tujuan untukberdoa dan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan atau
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
diinginkan dari sang penyelenggara dengan mengundang orang-orang sekitar untuk datang ke acara kenduri tersebut. Ada beberapa macam acara kenduri, yaitu selamatan syukuran dan selamatan peringatan. Selamatan syukuran misalnya syukuran karena memiliki rumah baru, mobil baru, motor baru, khitanan, atau sebelum pernikahan. Sedangkan kenduri selamatan peringatan adalah peringatan kematian (pada hari ke-3, 7, sebulan, setahun), peringatan kehamilan pada bulan ketujuh dll. Dalam pelaksanaan kenduri, akan ada orang yang ditunjuk sebagai pemimpin do‟a sekaligus yang akan mengutarakan hajat tuan rumah. Seorang pemimpin itu biasanya adalah seorang yang dipandang memiiki ilmu agama yang lebih tinggi dibanding yang lain, semisal modin, ustadz, kyai dll. Namun apabila tidak ada, maka bisa digantikan dengan sosok orang yang dianggap paling tua diantara para undangan. Saat undangan datang di rumah pemilik hajat, maka selanjutnya para undangan akan duduk bersila dan melingkar di tempat yang telah disediakan oleh pemilik hajat, lalu setelah semuanya hadir acara kenduri dimulai. Setelah acara kenduri selesai maka para undangan akan diberi berkat (buah tangan) dalam bentuk mentahan atau matengan tanpa harus memberi kado atau sumbangan, inilah yang membedakan antara kenduri dengan acara lain seperti kondangan atau undangan pernikahan. Pada intinya, kenduri ini dilaksanakan untuk merawat dan menjaga kebersamaan.
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.4
Kerangka Berpikir Kerangka Berpikir Desa Balun
ISLAM
HINDU
KRISTEN
KENDURI MASYARAKAT BERBEDA AGAMA
RUANG PUBLIK
KONSTRUKSI FENOMENA KENDURI
TERDAPAT KEPENTINGAN UNTUK MENUNJUKKAN EKSISTENSI AGAMA YANG DIANUT
KONTESTASI SIMBOLIK
tesis
Ruang Publik Dalam Kenduri Masyarakat .....
Azza Abidatin Bettaliyah