BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 1. Hasil perencanaan pengembangan Kali Pepe sebagai sarana transportasi air yang telah diuraikan oleh saudara Entar Gilang Romadhoni, memberikan kesimpulan sebagai berikut : Kondisi eksisting ruas Kali Pepe memerlukan rehabilitasi untuk tujuan sarana transportasi air pada bagian pintu air Tirtonadi dan sepanjang saluran sungainya yang masih terdapat sedimen. Luas lahan pada spot pertama 243 m2, spot kedua 119 m2, spot ketiga 143 m2 dan spot ke empat 1.155 m2. Fungsi Kali Pepe untuk transportasi air memerlukan perencanaan penataan ulang di sepanjang ruas sungainya, dengan merencanakan 4 spot untuk shelter atau dermaga kapal. Pada perencanaan setiap spot 1,2,3 dan 4 terdapat bangunan penunjang antara lain shelter kapal, tangga shelter kapal, tempat parkir pengunjung, jalur pejalan kaki, jalur hijau, kursi taman, lampu taman, papan peta, tempat sampah dan tanaman hias. Rencana anggaran biaya dalam perencanaan pengembangan Kali Pepe sebagai
sarana
transportasi
airdi
4
spot
adalah
sebesar
Rp.
1.146.788.605,00. 2. Tinjauan Waterfront City Dalam rangkuman DJ dan Tondobala T, 2011 menjelaskan definisi waterfront sebagai berikut : Tanah atau tepi sungai, pelabuhan atau tanah semacam itu di sebuah kota dengan dermaganya. (Salim Peter, 1993) The Dynamic area of the cities and towns where land and water meet. (Breen, Ann dan Rigby, Dick, 1994). 4
5
3. Jenis-jenis Waterfront Berdasarkan jenis pengembangan pesisir, waterfront dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu konservasi, pembangunan kembali (redevelopment), dan pengembangan (development). Konservasi adalah penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat. Preservasi adalah waterfront yang harus dilestarikan, dilindungi, dipelihara dan dipugar sesuai dengan bentuk aslinya tetapi tetap disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan fungsionalnya karena merupakan kawasan atau mengandung bangunan dan/atau bangun-bangunan yang mempunyai nilai sejarah, nilai seni dan budaya serta nilai arsitektur. Redevelopment adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada. Development adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai. 4. Dalam proses perencanaan pembangunan, masyarakat tidak semata-mata diperlakukan sebagai obyek, tetapi lebih sebagai subyek dan aktor atau pelaku (Soetomo,2008:8). 5. Hoofsteede dalam Khairuddin (1992:125), membagi partisipasi menjadi tiga tingkatan : Partisipasi inisiasi (inisiation participation) adalah partisipasi yang mengundang inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun informal, ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu proyek, yang nantinya proyek tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat. Partisipasi legitimasi (legitimation participation) adalah partisipasi pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang proyek tersebut. Partisipasi eksekusi (execution participation) adalah partisipasi pada tingkat pelaksanaan.
6
2.2.
Landasan Teori
2.2.1. Sungai Perkotaan Pentingnya sungai perkotaan selalu diakui untuk sumber daya air, perlindungan alam, perikanan dan rekreasi dalam pandangan konstribusi yang cukup besar. Selain itu, sungai memiliki nilai-nilai lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi. Sungai digunakan oleh manusia untuk berbagai macam keperluan seperti irigasi, industry, tenaga pembangkit listrik, transportasi, pengendali banjir, memancing, berenang, dan kenikmatan estetika lainnya. Sungai juga memiliki banyak fungsi seperti menyediakan hubungan antara pemandangan alam dan manusia, yang dapat menuntun manusia untuk menemukan ide-ide untuk pembangunan berkelanjutan (Cengiz B, 2013).
2.2.2. Kawasan Tepi Air Sungai (KTAS)
Kawasan tepi air sungai adalah kesatuan area/lahan yang letaknya berbatasan langsung dengan tepian air sungai, yang masih yang masih memiliki pengaruh dominan karakteristik lingkungan tepi air baik secara morfologis, maupun ekologis. Kawasan tepi air sungai merupakan area konservasi yang diharapkan mampu “memfilter” serta melindungi sumber daya air sungai. Pada kenyataannya fungsi ekologis kawasan tepi air sungai saat ini sudah mulai hilang karena pemanfaatan kawasan tepi air sungai semata-mata hanya diperuntukan bagi fungsi-fungsi hunia, perdagangan, tanpa memperhatikan kepentingan-kepentingan kelestarian lingkungan. Hal ini berimplikasi pada kecenderungan penurunan kualitas visual dan kualitas ekologi lingkungan kawasan (Wikantoyoso R,2009).
2.2.3. Contoh Penataan Tepi Sungai Perkotaan
Beberapa sampel atau contoh penataan kawasan tepi sungai di indonesia. 1. Kalimas di Surabaya
7
Gambar 2.1 Sungai Kalimas di Surabaya 2. Sungai Martapura Banjarmasin
Gambar 2.2 Sungai Martapura Banjarmasin 3. Tepian Sungai Tenggarong
Gambar 2.3 Tepian Sungai Tenggarong
8
4. Penataan Sungai Di Jogjakarta
Gambar 2.4 Penataan Tepian Sungai Di Jogjakarta 5. Kali Pepe (Kelurahan Sudiroprajan)
Gambar 2.5 Tepian Kali Pepe
Gambar 2.6 Gazebo Untuk Warga
9
Gambar 2.7 Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
2.3.
Konsep Pengembangan Kawasan
2.3.1.
Konsep WaterFront City
Waterfront City adalah konsep pengembangan daerah tepian air baik itu tepi pantai, sungai ataupun danau. Pengertian “waterfront” dalam Bahasa Indonesia secara harfiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols,2003). Waterfront City/Development juga dapat diartikan suatu proses dari hasil pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air dan bagian dari upaya pengembangan wilayah perkotaan secara fisik alamnya berada dekat dengan air dimana bentuk pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi ke arah perairan (Henry R,2014)
a. Prinsip Perancangan Waterfront City
Prinsip Perancangan Waterfront City adalah dasar-dasar penataan kota atau kawasan yang memasukan berbagai aspek pertimbangan dan komponen penataan untuk mencapai suatu perancangan kota atau kawasan yang baik. Kawasan tepi air merupakan lahan atau area yang terletak berbatasan dengan air seperti kota yang menghadap ke laut, sungai, danau, atau sejenisnya. Bila Dihubungkan dengan
10
pembangunan kota, kawasan tepi air adalah area yang dibatasi oleh air dari komunitasnya yang dalam pengembangannya mampu memasukkan nilai manusia, yaitu kebutuhan akan ruang publik dan niali alami.
b. Aspek yang dipertimbangkan dalam perancangan Waterfront City
Aspek yang dipertimbangkan adalah kondisi yang ingin dicapai dalam penataan kawasan. Komponen penataan merupakan unsur yang diatur dalam prinsip perancangan sesuai dengan aspek yang dipertimbangkan. Variabel penataan adalah elemen pentaan kawasan yang merupakan bagian dari tiap komponen dan variable penataan kawasan dihasilkan dari kajian (normatif) kebijakan atau aturan dalam penataan kawasan tepi air baik didalam maupun luar negeri dan hasil pengamatan di kawasan studi.
2.3.2.
Konsep Urban Design
Perancangan kota adalah merupakan bagian dari proses perencanaan yang berkaitan dengan perancangan fisik dan ruang suatu linkungan kota yang ditujukan untuk kepentingan umum. Orientasi perancangan kota tersebut merupakan dasar kebijaksanaan yang harus diperhatikan dalam perancangan kota (Shirvani,H. 1985). Dalam perancangan kota “urban design” memiliki 3 unsur pokok dalam pembentukannya, yaitu: 1. Faktor lingkungan alam, karakteristik alam merupakan unsur dasar yang akan memberikan karakteristik yang spesifik suatu kawasan/kota. Faktor alam ini mencakup iklim, topografi, geo-morfologi, aliran, kelembapan, suhu udara, flora-fauna, dan sebagainya. 2. Faktor lingkungan buatan, kondisi potensi lingkungan buatan seperti produk budaya masyarakat yang telah membentuk lingkungan yang spesifik perlu menjadi suatu pertimbangan sebagai satu kesatuan produk aktifitas masyarakat.
11
3. Faktor lingkungan non-fisik, kehidupan sosial-budaya, ekonomi, politik dan teknologi, sebagai faktor yang melatar belakangi terbentuknya lingkungan binaan manusia. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling pengaruh mempengaruhi. Lingkungan alam akan menentukan struktur dan pola kota yang spesifik, sebagai cerminan pola perilaku dan tata nilai sosial-budaya, ekonomi, dan politik yang melatar belakanginya.
2.4. Aspek Penataan dan pemanfaatan Lahan Sungai Sungai memiliki arahan perlindungan dan pemanfaatan untuk lingkungan dan menghindari disfungsional kawasan di sekitar sungai yang dapat mengganggu pola aliran sungai. Adapun pada sempadan sungai memiliki aturan untuk perlindungan kawasan sungai dan sekitarnya menurut Menteri PU (2011) : 1. Menetapkan garis sempadan yang jelas untuk setiap sungai : - Sungai sebesar, 50-100 meter di kiri dan kanan berupa jalur hijau. - Sungai kecil, 5-15 meter di kiri dan kanan berupa jalur hijau. - Sungai yang terdapat di kawasan sendiri dengan sempadan 5-10 meter berupa jalur hijau atau jalan inspeksi 2. Penertiban dan pengendalian sungai agar tidak dijadikan tempat pembuangan sampah oleh penduduk, sehingga tidak terjadi pendangkalan dan penyempitan sungai. 3. Pelarangan dan penertiban di sepanjang bantaran sungai agar tidak dijadikan hunian liar sehingga tidak menimbulkan penyempitan sungai.
2.4.1.
Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi sungai. Kriteria kawasan sempadan sungai menurut Menteri PU (2011) terdiri atas
12
1. Sungai Bertanggul
Di kawasan Perkotaan
Di Luar Kawasan Perkotaan
3. Sungai Tidak Bertanggul
Di Kawasan Perkotaan kedalaman kurang dari 3 meter
Di Kawasan Perkotaan kedalaman lebih dari 3 meter
13
2.4.2.
Di Luar Kawasan Perkotaan
Aturan-aturan Perlindungan Sungai
Pengendalian sungai perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan mananggulangi terjadinya kerusakan lingkungan yang di sebabkan oleh banjir, pencemaarn, kekeringan, erosi, dan sedimentasi. Arahan pemanfaatan guna memberikan perlindungan sungai adalah (Menteri PU, 2011) : 1. Dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sempadan sungai. 2. Dilarang melakukan kegiatan yang secar sengaja dan jelas menghambat arah dan intensitas aliran air saam sekali tidak diperbolehkan. 3. Diperbolehkan bagi kegiatan pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkan pada kawasan sempadan sungai. 4. Diperbolehkan bagi kegiaatn yang tidak memanfaatkan lahan secara luas. 5. Diperbolehkan
melakukan
kegiatan
yang
dapat
memperkuat
fungsi
perlindungan kawasan sempadan sungai dan tidak mengubah fungsi kegiatannya di masa mendatang.
2.4.3.
Arahan Pemanfaatan Lahan di Kawasan Sempadan Sungai
Pengendalian kegiatan yang ada disekitar sungai dengan memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai dapat di peruntukan bagi kegiatan tertentu sebagai berikut (Menteri PU,2011) :
14
1. Kegiatan budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan namun lebih diutamakan dilakukan penanaman tumbuhan/pepohonan berakar dalam guna mencegah terjadinya longsor. 2. Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, ramburambu pekerjaan/pengamanan, serta sarana bantu navigasi pelayaran. 3. Untuk pemasangan rentang kabel listrik, kabel telpon, dan pipa air minum. 4. Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air. 5. Untuk menyelenggarakan kegiatan bagi masyarakat yang tidak menimbulkan dampak merugiakn bagi kelestarian dan fungsi sungai (dapat digunakan untuk olah raga, rekreasi, parker dan lain-lain.
2.4.4. Aspek Pencemaran Lingkungan
Pencegahan pencemaran lingkungan perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan lingkungan. Pencemaran air pada sungai dapat menimbulkan dampak negatif yang besar. Arahan Pemanfaatan guna memberikan perlindungan pada sungai adalah (Menteri PU,2011) :
1. Penetapan daya tamping beban cemaran. 2. Identifikasi dan Investarisasi sumber air limbah yang masuk ke sungai. 3. Penetapan dan persyaratan tata cara pembuangan air limbah. 4. Pelanggaran pembuangan sampah ke sungai. 5. Pemantauan kualitas air pada sungai. 6. Pengawasan air limbah yang masuk ke sungai.
2.4.5. Arahan Penyediaan RTH pada Sempadan Sungai
Ruang terbuka hijau sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai
15
tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya. Fungsi RTH sempadan sungai adalah (Menteri PU,2008) :
1. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara. 2. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan. 3. Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati. 4. Pengendali tata air. 5. Sarana estetika kota.
2.5.
Perencanaan Desain Sungai Perkotaan
Agar dapat mewujudkan perencanaan pengembangan ruas sungai yang baik maka harus melihat prinsip-prinsip perencanaan desain yang indah tetapi ramah lingkungan. Oleh karena itu prinsip-prinsip desain tersebut di bagi dalam 3 kategori yaitu (Cangin R, 2013) :
2.5.2. Prinsip Umum
1.
Tujuan
ekologi
dan
sasaran
pembangunan
ekonomi
harus
saling
menguntungkan. 2. Melindungi dan mengembalikan karakteristik dan fungsi sungai alam. 3. Regenerasi tepi sungai sebagai alam manusia. 4.
Mendiskusikan hal yang di perlukan untuk mencapai beberapa tujuan.
5. Mendapatkan partisipasi yang luas dalam proses perencanaan dan merancang dengan desain yang indah.
2.5.3. Prinsip Perencanaan
1. Menunjukan karateristik hubungan yang unik antara kota dan sungai pada desain yang indah
16
2. Mengenal ekosistem sungai dan merencanakan untuk skala yang lebih besar dari tepi sungai. 3. Karena sungai yang dinamis, meminimalkan pengembangan dataran banjir baru. 4. Menyediakan akses publik, koneksi, dan kesempatan rekreasi bagi masyarakat. 5. Mengenalkan sejarah sungai dan lingkungan budaya melalui program pendidikan masyarakat.
2.5.4. Prinsip Desain
1. Melindungi fitur dan fungsi sungai alami 2. Menggunakan alternative non strukturnal untuk mengelola sumber daya air. 3. Mengelola air hujan pada suatu tempat dan menggunakan pendekatan non strukturnal. 4. Mengembalikan jalur tumbuhan dan habitat sungai. 5. Mengurangi hardscapes. 6. Menyeimbangkan antara rekreasi dan akses untuk umum dengan arahan perlindungan sungai. 7. Memasukkan informasi tentang sumber daya sungai yang alami dan sejarah budaya ke dalam desain yang mewah dan ramah lingkungan.
2.5.5.
Transportasi Sungai
Banyak daerah yang dialiri oleh sungai besar selalu menjadi pusat perekonomian daerah tersebut. Sebut saja Jakarta dengan sungai Ciliwung dan Banjir Kanal Timur yang membelah Ibu Kota Indonesia itu. Banyak sungai di Jakarta yang sebenarnya
dapat
dimafaatkan
sebagai
prasarana
baru
dalam
sarana
bertransportasi, sebagi latar belakang tidak seimbangnya pertumbuhan kendaraan bermotor di jalur darat dengan pertumbuhan pembangunan jalan. Dengan dukungan program Pemprov DKI Jakarta periode 2014-2019 dalam revitalisasi
17
sungai, maka perancangan program transportasi air mejadi salah satu solusi problem kemacetan di Jakarta (Daniswara, Handojo, 2014)
Gambar 2.8 Shelter Transportasi Air Pada Banjir Kanal Timur Jakarta
Surabaya mempunyai sungai Kalimas yang membelah kota terbesar kedua di Indonesia tersebut. Menyusuri sungai Kalimas di Surabaya banyak menyimpan keindahan, selain sungainya yang bersih juga terdapat banyak taman di pinggir sungai tersebut. Selama ini bantaran sungai identik dengan kekumuhan namun dengan pengelolaan pemerintah kota yang baik, Surabaya dapat menghapus kesan tersebut. Kalimas adalah pecahan sungai Brantas yang berhulu di Kota Mojokerto, mengalir ke arah timur laut dan bermuara di Surabaya, menuju Selat Madura. Di beberapa tempat Kalimas menjadi batas alam Kabupaten Sidoarjo dengan Kabupaten Gresik. Muara Kalimas merupakan pelabuhan tradisional Surabaya, yang telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu, sekarang sudah direvitalisasi oleh Pemkot Surabaya untuk meningkatkat potensi pariwisata (Hermanusa, 2015). Seperti pada gambar 2.9. Menunjukkan betapa serius Pemkot Surabaya mewujudkan konsep waterfront city dan menghidupkan transportsi air pada revitalisasi Kalimas. Demikian juga dengan kota-kota di luar Pulau Jawa diantaranya revitalisasi Sungai Mesuji, yang telah menjadi program pembangunan Pemerintah Provinsi Lampung yang tertuang dalam RTRW 2009-2029. Menghidupkan kembali Sungai Mesuji menjadi sarana transportasi air yang sekarang tehambat karena sungai
18
mengalami pendangkalan (Kusdian, 2011). Sungai Batanghari di Kota Jambi masih sangat diperlukan oleh masyarakat sebagai saran tranpartasi meskipun telah banyak dibangun jalan darat dan jembatan, persepsi masyarakat mengenai pelayanan transportasi sungai tergolong baik, moda ini masih penting dan sanat di perlukan oleh masyarakat. Maka pemerintah Propinsi Jambi diharapkan memperhatikan keberadaan dan pengelolaan transportasi sungai tidak hanya alat penyeberangan tapi dikembangkan menjadi saran transportasi wisata guna mendukung konsep pembangunan kawasa tepi sungai sebagi waterfront city Kota Jambi (Kartini, 2013).
Gambar 2.9 Waterfront di Kali Mas Surabaya Kota Surakarta yang lebih populer disebut Kota Solo, dimana Kali Pepe yang melintas di tengah kota menjadi sangat penting untuk di revitalisasi terus menerus. Walikota Surakarta Hadi Rudiyatmono mengatakan upaya menghidupkan kembali jalur transportasi di Kali Pepe sesuai dengan visi dan misi pembangunan Kota Solo, yakni "Solo Masa lalu adalah Solo Masa Depan". Pada zaman dahulu Kali Pepe ini dijadikan jalur transportasi. Maka telah banyak program pemerintah Kota Surakarta untuk mewujudkan impian tersebut, antara lain dengan normalisasi sungai dengan tindakan struktural pemasangan talud pengaman dinding sungai dan pengerukan sedimen dasar sungai. Dan telah digunakan untuk wisata air pada saat perayaan Tahun Baru Imlek 2015. Seperti pada Gambar 2.12 dibawah ini.
19
Gambar 2.10 Pembuatan Talud Normalisasi Kali Pepe Di Kelurahan Sudiroprajan
Gambar 2.11 Pengerukan Sedimen Dasar Sungai Kali Pepe Di Kelurahan Ketelan
Gambar 2.12 Wisata Air di Kali Pepe Saat Tahun Baru Imlek 2015
20
2.5.6. Partisipasi Masyarakat
Berdasarkan penelitian Adi Yusuf, 2006, 2011 menunjukan bahwa, pemahaman masyarakat di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar terhadap fungsi drainase sangat baik dalam arti masyarakat sudah mengerti fungsi drainase sebagai saluran pematus hujan, tapi masih rendah dalam partisipasi pemeliharaan saluran. Dalam rangka otonomi daerah, pemerintah pusat telah memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi masyarakat.(Situmorang, 1999, dalam Sobriyah dan Widnyosukarto, 2001) Masyarakat yang dimaksud di sini yaitu seluruh masyarakat yang ada baik di pedesaan, perkotaan, di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) maupun di hilir, kaya atau miskin, akademisi atau non akademisi, bahkan semua insan yang mempunyai hubungan dengan air.(Sobriyah dan Wignyosukarto, 2001). Partisipasi masyarakat dalam setiap tahap pembangunan (sistem jaringan drainase) menurut Pranoto, 2005. Dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Survey dan Investigasi: memberi informasi lokasi dan kondisi setempat. 2. Perencanaan
: persetujuan, kesepakatan, penggunaan.
3. Pembebasan tanah
: memberi kemudahan, memperlancar proses.
4. Pembangunan
: membantu pengawasan dan terlibat dalam
pelaksanaan. 5. Operasi dan pemeliharaan : terlibat dalam pelaksanaan, ikut memelihara, melaporkan jika ada kerusakan. 6. Monitoring dan evaluasi : memberikan data yang nyata di lapangan tentang dampak yang terjadi pasca pembangunan. Maka dalam penelitian ini juga sangat diperlukan bagaimana pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam hal Perancangan Waterfront City di Kali Pepe guna peningkatan potensi sebagai infrastruktur transportasi air. Dalam penelitian ini disusun perumusan kendala dalam peningkatan partisipasi masyarakat tentang Pemahaman, Kepedulian, dan Kesanggupan.