BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Terdahulu Penelitian tentang analisis tanāzu’ di Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sebelumnya pernah diteliti masalah yang berhubungan dengan tanāzu’ yaitu : 1. Judul Hukum ma’mul dalam kalimat tanāzu’ oleh Aminullah Dalam jurnal 2002 Digitized by USU Digital Library. Dalam pembahasannya, membahas tentang hukum ma’mul dalam kalimat tanāzu’ bukan di dalam Al-Qur’an . metode yang digunakanakan adalah metode deskriptif analisis yaitu mengamati dan memahami bahan-bahan yang dikumpulkan yang berhubungan dengan yang akan ditulis. Kemudian dipaparkan dan dibahas berdasarkan pada penjelasan tertentu, selanjutnya dilakukan intervarisasi dan diklasisifikasikan menurut pola-pola yang akan ditulis. Hasil dan pembahasan menyatakan bahwa hukum ma’mul adalah sesuatu yang berubah harkah atau kasus akhirnya dengan rafa’,nasab, jazam, ataupun kasrah karena bekas amil yang ada di dalamnya. Ma’mul dalam kalimat tanāzu’ ini juga merupakan produk dari amil, dia dipengaruhi dan ditentukan oleh amil, dan amil sangat mempengaruhinya. Sesuai dengan jabatannya dalam suatu jumlah. Perubahan ini juga menentukan jabatan kalimat di dalam jumlah itu sesuai dengan kaedah-kaedah yang ada di dalam bahasa Arab. 2.
Judul Studi tanazu’ dalam bahasa arab. oleh M. Yusup Aripin, NIM
100704012. Penelitian ini menggunakan teori dari Al-Ghulayaini dengan metode analisis deskriptif yaitu menuturkan dan menafsirkan data dengan jalan mengumpulkan
data,
mengklasifikasikan,
kemudian
menganalisis
dan
mengintreprestasikannya. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tanāzu’ adalah kajian dari sintaksis bahasa arab yang terdapat dua amil atau lebih dan satu ma’mul.
Universitas Sumatera Utara
3.
Judul Amil al-tanāzu’ ʻinda al -baṣrayain wa al-kufayain dirasah
muqaranah oleh Firman Firdausi NIM. 04111820, (2010) Skripsi Thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan muqaranah (perbandingan) dan menggunakan kerangka teoritik sintaksis yaitu teori tanāzu’. Dengan menggunakan teori ini, peneliti meneliti tentang pandangan dan sikap mazhab basrah dan kufah dalam persoalan amil tanāzu’ mana yang terlebih utama beramal. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Aminullah dan M.Yusuf Aripin serta Firman Firdausi adalah dari segi subyek dan data penelitiannya. Subyek dan data penelitian ini diambil dari Al-Qur’an dengan merujuk kepada dua surah yaitu surah Al-Baqarah dan Ali-'Imrān. Kontribusi dari penelitian Aminullah dan M.Yusuf Aripin serta Firman Firdausi terhadap penelitian ini adalah sebagai bacaan dan rujukan. 2.2. Pengertian Tanāzu’ ()ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ Menurut Muhammad Ibnu Ahmad (2005:253) tanāzu’ adalah :
ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ ﻟﻐﺔ ﺍﻟﺘﺨﺎﺻﻢ /ˋAl- tanāzu’ lugatan attakhāṣimu/. Tanāzu’ menurut bahasa adalah berbantahbantah. Menurut Muhammad Ibnu Ali (2003:142), tanāzu’ adalah :
ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ ﻟﻐﺔ ﺍﻟﺘﺠﺎﺫﺏ /ˋAl- tanāzu’ lugatan attajāżubu/. Tanāzu’ menurut bahasa adalah saling menarik. Menurut AL-Ghulayaini (2009:495), tanāzu’ adalah :
.ﻣﺖﺧﺮ ﺃﻭ ﺃﻛﺜﺮ ﺇﻟﻰ ﻣﻌﻤﻮﻝ ﻭﺍﺣﺪ ﺃ، ﺍﻭ ﺃﻛﺜﺮ، ﺃﻥ ﻳﺘﻮﺟﻪ ﻋﺎﻣﻼﻥ ﻣﺘﻘﺪﻣﺎﻥ: ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ /ˋAl- tanāzu’ : an yatawajjaha āmilāni mutaqaddimāni au akṡarin ilā ma’mūli wāhidin mutaakhirin au akṡarin’/ ‘berhadapan dua amil, atau lebih, kepada satu ma’mul yang terdapat diakhir atau lebih’.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sheykh Muhammad Ibnu Ahmad (2005:253-254), tanāzu’ :
ﻭﻳﺖﺧﺮ ﻣﻌﻤﻮﻟﻪ ﺃﻑﻛﺜﺮ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻛﻞ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻳﺘﻘﺪﻡ ﻋﺎﻣﻼﻥ ﺃﻭ ﺃﻛﺜﺮ ﺃ: ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ ﺍﻟﻤﺖﺧﺮ ﺍﻟﻤﻘﺪﻣﺔ ﻳﻄﻠﺐ ﺫﺍﻟﻚ ﺃ /ˋAl- tanāzu’ : an yataqaddama āmilāni au akṡari wayataakhiru ma’mūlahu faakṡari wayakūnu kullu wāhidin min al-mutaqadimati yatlubu Żalika mutaakhirin’/ ‘ bahwa berhadapan dua amil, atau lebih dan mengakhiri ma’mulnya serta setiap dari pada amil yang berhadapan menuntut akhirnya’. Menurut Sheykh Muhammad Ibnu Ali (2003:142), tanāzu’ :
. ﺃﻥ ﻳﺘﻘﺪﻡ ﻋﺎﻣﻼﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻤﻮﻝ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻁﺎﻟﺐ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ: ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ /ˋAl- tanāzu’ : an yataqaddama āmilāni ‘alā ma’mūlin kulli minhumā ṭālibin lahu min jihhatil ma’nā/. ‘ bahwa berhadapan dua amil kepada ma’mul, dari kedua ‘amil merebutkan satu ma’mul dari sisi ma’na/. Peneliti dapat menyimpulkan dari dua pengertian di atas menjelaskan bahwa tanāzu’ berarti adanya dua amil atau lebih (fi’il atau isim) dan kedua amil saling merebutkan satu ma’mul (dua amil menghadapi satu ma’mul). Dalam hal ini ma’mulnya terdapat diawal, ditengah, maupun diakhir. Contoh :
ﺿﺮﺑﺖ ﻭﺍﻛﺮﻣﺖ ﺯﻳﺪﺍ /ḍarabtu wa akramtu zaidan/’ aku memukul dan memuliakan zaid. dan fi’il
ﺍﻛﺮﻣﺖ
/ˋakramtu/ tersebut berupa fi’il madi. Dua fi’il ﺿﺮﺑﺖ/ḍarabtu/ dan fi’il
ﺍﻛﺮﻣﺖ
Contoh di atas terdapat dua amil fi’il
/ˋakramtu/ saling merebutkan satu ma’mul
ﺿﺮﺑﺖ/ḍarabtu/ ﺯﻳﺪﺍ
/zaidan/. Kedua amil berada
sebelum atau mendahului ma’mul dan posisi kedua amil berada diantara fi’il yang bertasrif. Tanāzu’ dalam istilah linguistik disebut dengan frase koordinatif. Menurut kridalaksana (1982:46) frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya, gunung tinggi adalah frase karena merupakan konstruksi ini berbeda dengan gunung itu tinggi yang bukan frase karena predikatif. Frase koordinatif adalah frase endosentris berinduk banyak yang bagianbagiannya secara potensial maupun aktual dapat
dihubungkan dengan
penghubung, baik penghubung tunggal BI dan,atau,tetapi maupun penghubung terbagi seperti baik.... baik, entah.... entah. Jumlah tanāzu’ dikenal dengan peristilahan linguistik yaitu frase koordinatif. Dalam jumlah tanāzu’ terdapat ‘amil (kata yang bertugas merubah harkah akhir dari suatu isim) dan ma’mul. Kedua istilah ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam bentuk satu jumlah. Apabila diamati pada pembahasan ini kata yang menjadi ma’mul terletak sesudah ‘amil yang berbilang dua atau lebih. 2.3. ‘Amil Tanazu’ Al-Ghulayaini (2009:684) mendefinisikan ‘Amil sebagai :
ﺃﻭ ﺍﻟﺨﻔﺾ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻠﻴﻪ، ﺃﻭ ﺍﻟﻨﺼﺐ،ﻣﺎ ﻳﺤﺪﺙ ﺍﻟﺮﻓﻊ /mā yahdaṡu ar-raf’un awinnasbi awlkhafḍi fīma yalīhi/. Sesuatu keadaan yang membuat rafa’ atau nasab atau khafad (jarr) sebagaimana (amil) yang mengiringinya. ‘Amil adalah lafal yang bisa membuat rafa’ atau nasab atau jar pada lafal yang mengiringi atau menyandinginya sehingga harakah daripada lafal berubah karena amil yang berbeda.
ﻭﺍﻟﻌﻮﺍﻣﻞ ﻫﻲ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻭﺷﺒﻪ ﻭﺍﻷﺩﻭﺍﺕ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﻨﺼﺐ ﺍﻟﻤﻀﺎﺭﻉ ﺃﻭ ﺗﺠﺰﻣﻪ ﻭﺍﻷﺣﺮﻑ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﻨﺼﺐ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺍء ﻭﺗﺮﻓﻊ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﻭﺍﻷﺣﺮﻑ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺮﻓﻊ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺍء ﻭﺗﻨﺼﺐ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﻭﺣﺮﻭﻑ ﺍﻟﺠﺮ ﻭﺍﻟﻤﻀﺎﻑ ﻭﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺍء /Wal ‘awāmilu hiya al-fi’lu wasyinhu waladawātu allatī tanṣibul mudari‘u au tajzamhu walaḥrufu allatī tansibul mubtadāu wa tarfa‘ul khabaru wal ahrufu allatī tarfa‘ul mubtada watanṣibul khabar wa huruful jarri walmudafi walmubtadāi/. Dan amil-amil adalah fi’il dan menyerupainya, huruf yang
Universitas Sumatera Utara
menasabkan mudari’ atau menjazamkannya, huruf-huruf yang menasabkan mubtada dan merafa’kan khabar dan huruf-huruf yang merafa’kan mubtada dan menasabkan khabar, huruf jar, mudaf, dan mubtada. Yang dapat menjadi ‘Amil adalah : •
Fi’il dan lafal yang menerupainya ( isim fa’il, isim maf’ul, masdar, isim tafdil, syifat musyabahat, dan isim fi’il).
•
Huruf-huruf yang menasabkan mubtada dan merafa’kan khabar.
•
Huruf-huruf yang merafa’kan mubtada dan menasabkan khabar.
•
Huruf-huruf jar.
•
Mudaf.
•
Mubtada. 2.3.1. Amil Rafa’ (Nominatif) ‘Amil rafa’ (nominatif) adalah ‘amil yang bertugas untuk merafa’kan kata
yang sesudahnya, diantaranya amil rafa’ tersebut adalah fi’il (verbal) : 1. Fi’il madi /fiʻil maḍi/ ﻣﺎﺽ
( ﻓﻌﻞVerba Berkala Lampau)
ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻨﻰ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ ﻣﻘﺘﺮﻥ ﺑﺎﻟﺰﻣﺎﻥ ﺍﻟﻤﺎﺿﻲ: ﻓﻌﻞ ﻣﺎﺽ /mā dalla ‘alā ma’nā fī nafsihi muqtarinin bizzamānil maḍi/. Fi’il madi adalah perbuatan atau pekerjaan yang menunjukkan pada masa lampau, yaitu kata kerja yang menunnjukkan makna sesuatu peristiwa yang telah terjadinya pada masa lampau.(Al-Ghulayaini, 2009:51) 1T
Contoh : ﺟﺎء/jāa/ ﺍﺟﺘﻬﺪ/ijtahada/ ﺗﻌﻠﻢ/taʻallama/ Tanda-tanda (ciri-ciri) fi’il madi yaitu : •
Menerima
ﺗﺎء ﺍﻟﺘﺎﻧﻴﺚ ﺍﻟﺴﺎﻛﻨﺔ/tāu attaˋnī ṡis sākinati/ contoh :
ﻛﺘﺒﺖ
/katabat/ dia (perempuan) telah menulis.
Universitas Sumatera Utara
•
Menerima
ﺗﺎء ﺍﻟﻀﻤﻴﺮ
ﻛﺘﺒﺘﻤﺎ
/katabti/
/tāu addamīri/ contoh
ﻛﺘﺒﺖ
/katabta/
/katabtumā / ﻛﺘﺒﺘﻢ/katabtum/ ﻛﺘﺒﺘﻦ/katabtunna/
ﻛﺘﺒﺖ ﻛﺘﺒﺖ
/katabta/.
Contoh :
ﺯﻳﺪ ﻗﺎﻡ ﻭﻗﻌﺪ / zaidun Qāma waqa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk. Contoh ‘amil ﻗﺎﻡ/qāma/ dan
ﻗﻌﺪ/qaʻada/ di atas beramal kepada ma’mulnya yaitu ﺯﻳﺪ ﻗﺎﻡ
/qāma/ dan
ﻗﻌﺪ
/zaidun/. Kedua ‘amil
/qaʻada/ terdiri dari fi’il madi (verba berkala lampau) yang
dihubungkan dengan konjungsi (‘athof)
ﻭ
/waw/. Ma’mul
ﺯﻳﺪ
/zaidun/ adalah
isim mufrad yang berkedudukan sebagai fa’il (subjek) yang ber ada diawal kalimat (sentence). 2. Fi’il mudari’ /fiʻil muḍāri’/ ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎﺭﻉ
ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻨﻰ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ ﻣﻘﺘﺮﻥ ﺑﺰﻣﺎﻥ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺍﻟﺤﺎﻝ ﻭﺍﻻﺳﺘﻘﺒﺎﻝ: ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎﺭﻉ /mā dalla ‘alā ma’nā fī nafsihi muqtarinin bizamānin yaḥtamilul ḥāli walistiqbāli /.Fi’il mudari’ adalah perbuatan atau pekerjaan yang menunjukkan pada keadaan yang sedang berlangsung (sekarang) dan waktu yang akan datang , yaitu kata kerja yang menunnjukkan makna sesuatu peristiwa yang terjadi pada masa sekarang atau sedang berlangsung.(Al-Ghulayaini, 2009:51) 1T
Contoh : ﻳﺠﻲء/yajīu/ ﻳﺠﺘﻬﺪ/yajtahidu/ ﻳﺘﻌﻠﻢ/yata‘allamu/ Contoh dalam tanāzu’ :
Universitas Sumatera Utara
ﻳﻔﺘﺢ ﻭﻳﻘﺮﺃ ﺍﻟﻘﺮﺃﻥ /yaftaḥu wa yaqraˋu al -qurˋana/ dia membuka dan membaca Al-Qur’an. Contoh ‘amil ﻳﻔﺘﺢ/yaftaḥu/ dan ﻳﻘﺮﺃ/yaqraˋu/ beramal kepada ma’mulnya yaitu ﺍﻟﻘﺮﺃﻥ/alqurˋana/. Kedua ‘amil ﻳﻔﺘﺢ/yaftaḥu/ dan ﻳﻘﺮﺃ/yaqraˋu/ terdiri dari fi’il mudari’ (Verba Berkala Futur) yang dihubungkan dengan konjungsi ﻭ. Ma’mul berkedudukan sebagai maf’ulunbih (Objek) yang berada diakhir kalimat (Sentence). 3. Fi’il amar /fiʻil al-amri/ ﻓﻌﻞ ﺍﻻﻣﺮ
ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﻁﻠﺐ ﻭﻗﻮﻉ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺎﻋﻞ ﺍﻟﻤﺨﺎﻁﺐ ﺑﻐﻴﺮ ﻻﻡ ﺍﻻﻣﺮ: ﻓﻌﻞ ﺍﻷﻣﺮ /mā dalla ‘alā ṭulbin wuqū’il fi’li minal fā’ilil mukhaṭabi bigayri lāmul amri/. Fi'il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang menuntut pekerjaan yang dikehendaki dari Mutakallim (pembicara) kepada Mukhathab (lawan bicara) tanpa menggunakan lam al-amril.(Al-Ghulayaini, 2009:51) 1T
Contoh : 1T
ﺟﻲء ﻭﺍﺟﺘﻬﺪ ﻭﺗﻌﻠﻢ
T1
/jiˋ waˋijtahid wataʻallam/.Datanglah, bersungguh-sungguhlah, dan belajarlah. 1T
4. Huruf-huruf yang merafa’kan mubtada (isim) dan menasabkan khabar ﻛﺎﻥ
ﻭﺍﺧﻮﺍﺗﻬﺎ/kāna waˋakhwatuhā/ . Huruf-huruf :
ﻛﺎﻥ/kāna/ jadi, ﺻﺎﺭ/ṣāra/ jadi, ﻟﻴﺲ/laysa/ bukan, ﺍﺻﺒﺢ/aṣbaḥa/ menjadi, ﺍﺿﺤﻰ/aḍḥā/ menjadi, ﻅﻞ/ẓalla/ senantiasa, ﺍﻣﺴﻲ
/amsā/ menjadi,
Universitas Sumatera Utara
ﺑﺎﺕ/bāta/ menjadi, ﻣﺎﺯﺍﻝ/māzāla/ masih, ﻣﺎ ﺍﻧﻔﻚ/mānfakka/ senantiasa, ﻣﺎﻓﺘﺊ /māfatiˋa/ senantiasa, ﻣﺎﺑﺮﺡ/mābariḥa/ senantiasa, ﻣﺎﺩﺍﻡ/mādāma/ selama.(AlGhulayaini, 2009:428) Contoh dalam tanāzu’ :
ﻛﺎﻥ ﻣﺤﻤﺪ ﻧﺎﺟﻬﺎ ﻭﺻﺎﻟﺤﺎ /kāna muhammadun nājihan wa ṡalihan/. Muhammad adalah orang yang bersungguh-sungguh dan saleh. Contoh di atas bahwa terdapat huruf ﻛﺎﻥ yang merafa’kan mubtada ﻣﺤﻤﺪ
/
muhammadun
/
/ kāna /
(ma’mul) dan menasabkan
khabar atau kedua ‘amilnya ﻧﺎﺟﻬﺎ/ nājihān /dan ﺻﺎﻟﺤﺎ/ ṡalihān
/.
5. ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺍ ﻭﺍﻟﺨﺒﺮ/al-mubtadau wa al-khabaru/
ﻫﻮ ﺍﻟﻤﺴﻨﺪ ﺍﻟﻴﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﻟﻢ ﻳﺴﺒﻪ ﻋﺎﻣﻞ: ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃ /al-mubtadau : huwa al-musnadu ilaihi allażī lam yusbiqhu ‘amilun/. Mubtada adalah tempat bersandarnya khabar yang belum didahului oleh ‘amil.(AlGhulayaini, 2009:415) 1T
ﻭﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﺍﻟﻤﺆﻟﻔﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃ،ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﺗﺘﻢ ﺑﻪ ﻣﻊ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃ ﻓﺎﺋﺪﺓ، ﻣﺎ ﺃﺳﻨﺪ ﺇﻟﻲ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃ: ﻭﺍﻟﺨﺒﺮ .ﻭﺍﻟﺨﺒﺮ ﺗﺪﻋﻰ ﺟﻤﻠﺔ ﺇﺳﻤﻴﺔ /Mā asnāda ilāl mubtdai wahuwa allażī tatimmu bihi maʻal mubtadai fāidatun wal jamilatu al-muallifatu min al-mubtadai wa al-khabaru tadʻī jumlatan ismiyatan/. Khabar : kata (isim) yang bersandar kepada mubtada yang adalah setiap kata atau kalimat yang menyempurnakan makna mubtada dan jumlah yang tersusun dari mubtada, serta khabar menuntut kepada jumlah ismiah.(AlGhulayaini, 2009:415) 1T
Contoh : 1T
ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﺴﻠﻢ /Ar-rajulu muslimun/. Laki-laki itu muslim. Contoh dalam tanāzu’ :
ﺯﻳﺪ ﻗﺎﺋﻢ ﻭﻗﺎﻋﺪ
Universitas Sumatera Utara
/ zaidun qāimun wa qāʻidun/. Dalam contoh ini terdapat khabar mubtada yaitu
ﻗﺎﺋﻢ/qāimun/ ﻗﺎﻋﺪ/qāʻidun/. kata ﺯﻳﺪ/zaidun/ disebut sebagai khabarnya. (Al1T
Ghulayaini:2009:415) 2.3.1. Amil Nasab (Akusatif) 1. ﺍﻥ ﻭﺍﺧﻮﺍﺗﻬﺎ a. ﺍﻥ/Anna/ memiliki makna ﺗﺆﻛﻴﺪmenguatkan 1T
ﺃَ ْﺷﻬَ ُﺪ ﺃَ ﱠﻥ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًﺍ َﺭﺳُﻮْ ُﻝ ﷲ / aṣhadu anna muḥammadān rasulullahi/. Aku bersaksi sesungguhnya Nabi Muhammad itu Utusan Allah SWT. b. ﻟﻜﻦ/lakinna/ artinya tetapi Memiliki makna ﺍﺳﺘﺪﺭﺍﻙmerivisi, membetulkan pembicaraan yang sudah di ucapkan
ّ /kaanna/ ﻛﺎﻥ
c.
artinya
seakan-akan,
menyerupai memiliki
makna ﺗﺸﺒﻴﻪmenyerupai
ﻟﻴﺖ/laita/ artinya menginginkan.
d.
Memiliki makna ﺗﻤﻨﻰmenginginkan sesuatu tapi tidak mungkin tercapai.
ﻟﻌﻞ/la’alla/ artinya semoga , mudah-mudahan.
e.
Memiliki makna ( ﺗﺮﺟﻲ ﻭﺗﻮﻗﻴﻊmenginginkan, mengharapkan sesuatu dan masih mungkin untuk di dapatkan. (Al-Ghulayaini:2009:447) 1T
2.3.3. Amil Jarr (Jenetatif) a. ﺣﺮﻑ ﺍﻟﺠﺮ/ ḥarfu al- jarri / 1T
Huruf-huruf Jarr jumlahnya ada 20 : 1T
ﺍﻟﺒﺎء/al-bāˋu/, ﻣﻦ/min/, ﺇﻟﻰ/ˋilā/, ﻋﻦ/ʻan/, ﻋﻠﻰ/ʻalā/, T1
ﺍﻟﻜﺎﻑ/al-kāfu/, ﺍﻟﻼﻡ/al-lāmu/,
ﻭﺍﻭ ﺍﻟﻘﺴﻢ/wawul qasami/,
ﻓﻲ/fī/,
ﺗﺎء/tāˋu/ ﻣﺬ
Universitas Sumatera Utara
/muż/, ﻣﻨﺬ/munżu/,
ّ ﺭﺏ/rabba/,
ﺣﺘﻰ/ḥattā/, ﺧﻞ/khala/,
ﻋﺪﺍ/ʻadā/,
ﺣﺎﺷﺎ/ḥāsyā/, ﻛﻲ/kay/, ﻣﺘﻰ/matā/, ّ ﻟﻌﻞ/laʻalla/ b. ﺍﻻﺿﺎﻑ/iḍāfu/ Idafah Idafah adalah nisbah antara dua isim atas ketetapan yang menyebabkan 1T
isim yang kedua berharakat jarr selamanya.(Al-Ghulayaini:2009:625) Contoh : 1T
ﻫﺬﺍ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺘﻠﻤﻴﺬ
T1
/hajā kitābu al-tilmīżi/. Ini adalah buku seorang murid. ‘Amil terbagi kepada dua macam yaitu : ‘Amil Lafẓi adalah lafal yang bisa memberi pengaruh kepada lafal lainnya yang dilafalkan. ‘Amil Ma’nawi adalah kosongnya Isim atau Fi’il Mudari’ dari lafal yang bisa mempengaruhinya yang dilafalkan. Kekosongan itu termasuk dalam ‘amil yang bisa merafa’kan. Yang dinamakan tajarrud atau kekosongan adalah tidak disebutkannya ‘amil. Itu adalah sebab ma’nawi dalam merafa’kannya ‘amil itu pada lafal yang dikosongkan dari ‘amil yang bersifat lafdzi, seperti Mubtada’ dan Fi’il Mudari’ yang tidak didahului ‘amil nawasib dan jawazim.(Al-Ghulayaini,2009:684) Contoh dalam Al-Qur’an surah Ali Imran : 105
ْ َﻭ َﻻ ﺗَ ُﻜﻮﻧُﻮﺍ َﻛﺎﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﺗَﻔَ ﱠﺮﻗُﻮﺍ َﻭ ُ ﺍﺧﺘَﻠَﻔُﻮﺍ ِﻣ ْﻦ َﺑ ْﻌ ِﺪ َﻣﺎ َﺟﺎ َءﻫُ ُﻢ ْﺍﻟ َﺒﻴﱢﻨ َﻈﻴ ٌﻢ ِ َﺎﺕ ۚ َﻭﺃُﻭ ٰﻟَ ِﺌﻚَ ﻟَﻬُ ْﻢ َﻋ َﺬﺍﺏٌ ﻋ /’Walā takūnū kālladzīna tafarraqū waikhtalafū min ba’di mā jā-ahumul bayyinaātu wa ūlā-ika lahum ‘ażābun ‘aẓīmun./ Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.
Universitas Sumatera Utara
Contoh di atas menunjukkan bahwa posisi ‘Amil ﺗَﻔَ ﱠﺮﻗُﻮﺍ/tafarraqū/ dan
ﻫُ ُﻢ
ْ َﻭ/waˋikhtalafū/ diantara dua fi’il yang bertasrif. ma’mulnya yaitu ﺍﺧﺘَﻠَﻔُﻮﺍ
ُ َْﺍﻟ َﺒﻴﱢﻨ ﺎﺕ
/humulbayyinaātu/.
Kedua
‘amil
ﺗَﻔَ ﱠﺮﻗُﻮﺍ
/tafarraqū/
dan
ْ َﻭ ﺍﺧﺘَﻠَﻔُﻮﺍ
/waˋikhtalafū/ berada sebelum ma’mulnya dan terdiri dari fi’il mudari’ (verba berkala futur) yang dihubungkan oleh konjungsi ‘ َﻭathaf. 2.4. Ma’mul dalam Tanāzu’ Al-Ghulayaini mendefinisikan ma’mul adalah :
ﺑﺖﺛﺮ ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ ﺃﻭ ﻧﺼﺐ ﺃﻭ ﺟﺮ ﺃﻭ ﺟﺰﻡ ﺃﻭ ﺧﻔﺾ ﺃ،ﺍﻟﻤﻌﻤﻮﻝ ﻫﻮ ﻣﺎ ﻳﺘﻐﻴﺮ ﺃﺧﺮﻩ ﺑﺮﻓﻊ .ﻓﻴﻪ /ˋAl-Ma’mul huwa ma yataghayyaru akhiruhu bi raf’in aw nasbin aw jarrin aw jazmin aw khafḍin, bi ta’ṡiri al-‘amili fihi./’ma’mul adalah : sesuatu (isim) yang (menjadi) berubah akhirnya dengan rafa’ atau nasab atau jarr atau jazam ataupun kasrah karena pengaruh amil yang ada padanya. (Al-Ghulayaini,2009:684) Maksud dari pengertian atau definisi di atas yaitu ma’mul adalah isim yang huruf terakhirnya mengalami perubahan dengan rafa’ atau nasab atau jar atau jazam dengan mendapat pengaruh dari ‘amil. Dapat disimpulkan bahwa ma’mul selalu dipengaruhi oleh ‘amil dan ‘amil sangat mempengaruhinya. Ma’mul dapat berharkat fatha, dhammah, kasrah, dan jazam, sesuai dengan jabatan dalam jumlah atau kalimat. Yang dapat menjadi ma’mul adalah : • Isim-isim • Fi’il Mudari’ Ma’mul sebagai kalimat yang di pengaruhi amil dapat dibagi dua yaitu: •
Ma’mul bi al-asālati (asalnya memang sudah menjadi ma’mul) : yaitu lafal yang mendapat pengaruh dari ‘amil secara langsung, seperti
fa’il dan na’ibul fa’il, mubtada’ dan khabarnya, isim fi’il naqish dan khabarnya,
Universitas Sumatera Utara
isim ( )ﺇِ ﱠﻥdan saudara-saudaranya serta khabarnya, maf’ul, haal, tamyiz, mustastna, mudaf ilaih dan fi’il mudari’. •
ma’mul bi at-tabi’iyati : Yaitu lafal yang mendapat pengaruh dari ‘amil dengan lantaran mengikuti
lafal yang lainnya, seperti na’at, ‘athaf, taukid dan badal, karena kesemuanya dibaca rafa’, nasab, jar atau jazam disebabkan mereka semuanya mengikuti pada lafal yang dibaca rafa’, nasab, jar atau jazam. Dan ‘amil pada semuanya adalah ‘amil yang terdapat pada lafal yang mereka ikuti yang mendahuluinya. Dari kedua ma’mul tersebut masing-masing menjelaskan jabatan kalimat, yang termasuk di dalamnya. Adapun ma’mul tanazu’ dalam kata kerja dilihat dari kedudukannya dalam jumlah. Pada dasarnya ma’mul tanāzu’ menjabat pada tiga tempat, yaitu : •
Ma’mul sebagai Fa’il (subjek)
•
Ma’mul sebagai Maf’ul bih (objek) dan
•
Ma’mul sebagai Jar majrur/ mudhaf ilaih Maka dari pada itu ma’mul dalam jumlah ini adalah kalimat isim.
Perubahan yang terjadi pada isim adalah rafa’ ke nasab dan ke jar.(Aminullah, 2002:1) 2.5 Syarat-Syarat Tanāzu’ Adapun syarat- syarat isim tanāzu’ adalah : Diantara dua ‘amil harus ada irthibath (hubungan) secara athof (konjungsi). Huruf 'Athof ada sembilan, yaitu :
َﻭ/waw/, َ ﻑ/fa/, ﺛُ ﱠﻢ/ṡumma/, َﺣﺘﱠﻰ/ḥatta/, ْ ﺃَﻭ/au/, ﺃَ ْﻡ/am/, ْﺑَﻞ /bal/, َ ﻻ/lā/, ﻟَ ِﻜ ْﻦ/lakin/.
Universitas Sumatera Utara
contoh :
ﺯﻳﺪ ﻗﺎﻡ ﻭﻗﻌﺪ / Zaidun qāma waqa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk. Contoh ‘amil ﻗﺎﻡ/ qāma / dan ﻗﻌﺪdi atas terletak setelah ma’mul ﺯﻳﺪ
/zaidun/. Kedua ‘amil ﻗﺎﻡ/ qāma / dan ﻗﻌﺪterdiri dari fi’il madi (verba berkala lampau) yang dihubungkan dengan konjungsi
ﻭ
/waw/. Ma’mul ﺯﻳﺪ/zaidun/
adalah isim mufrad yang berkedudukan sebagai fa’il (subjek) yang berada diawal kalimat (jumlah). Dengan demikian apabila terdapat dua ‘amil mencakup syarat disebut tanāzu’ dengan salah satu ‘amil beramal pada isim zahir (kata ganti isim yang jelas). Sedangkan ‘amil yang lain beramal pada dhamir isim zhahir (kata ganti isim yang jelas) tersebut ‘amil muhmal. Contoh :
ﺟﺎءﻧﻲ ﻭ ﺃﻛﺮﻣﺖ ﺧﺎﻟﺪﺍ /jāˋani wa akramtu khālidan./’ datang kepadaku dan aku memuliakan khalid. Contoh ‘amil
ﺟﺎءﻧﻲ/ jāˋani / dan ﺃﻛﺮﻣﺖ/ akramtu / di atas terletak
sebelum ma’mul ﺧﺎﻟﺪﺍ/ khālidan/. Kedua ‘amil ﺟﺎءﻧﻲdan ﺃﻛﺮﻣﺖterdiri dari fi’il madi (verba berkala lampau) yang dihubungkan dengan konjungsi (athof)
ﻭ
/waw/. Ma’mul ﺧﺎﻟﺪﺍ/ khālidan/ bekedudukan sebagai maf’ulun bih yang berada diakhir kalimat.‘Amil yang pertama ﺟﺎءﻧﻲ/ jāˋani / beramal kepada dhamir isim zahir dan amil yang kedua ﺃﻛﺮﻣﺖ/ akramtu / beramal kepada isim zahir.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai ‘amil tidak ada khilaf antara ulama basrah dan kuffah. Namun yang menjadi ikhtilaf (perbedaan) dalam bab tanāzu’ ini adalah dalam hal mana yang lebih utama beramal diantara kedua ‘amil. Ulama basrah memilih ‘amil yang kedua yang beramal karena dekatnya dengan isim ma’mul. Sedangkan ulama kuffah memilih ‘amil pertama karena ia dikedepankan. Sedangkan peneliti lebih memilih atau mendekat kepada pendapat ulama kuffah karena ‘amil yang pertama lebih dikedepan dan ‘amil kedua itu menjadi athop atau pengikut ‘amil pertama. Pendapat ulama dalam buku Al-Kawakibu Ad-Duriyyah karangan (Muhammad Ibnu Ahmad, 2005:254) bahwasanya : •
Ma’mul mendahului kedua ‘amilnya. Contoh :
ﺯﻳﺪﺍ ﺿﺮﺑﺖ ﻭﺃﻛﺮﻣﺖ / zaidan ḍarabtu wa akramtu /’ zaid, aku memukul zaid dan memuliakan. Ma’mul
ﺯﻳﺪﺍ/zaidan/ pada kalimat ini berupa isim mufrad yang
berkedudukan sebagai maf’ulun bih (objek) yang berada sebelum atau mendahului kedua ‘amil ﺿﺮﺑﺖ/ḍarabtu/ dan ﺃﻛﺮﻣﺖ/akramtu/. Kedua ‘amil
ﺿﺮﺑﺖ/ḍarabtu/ dan ﺃﻛﺮﻣﺖ/akramtu/ berupa fi’il madi (verba berkala lampau). •
Ma’mul kemungkinan terdapat ditengah, artinya diantara dua ‘amil. Contoh :
ﺿﺮﺑﺖ ﺯﻳﺪﺍ ﻭﺃﻛﺮﻣﺖ /ḍarabtu zaidan wa akramtu /’ aku memukul zaid dan memuliakan. Ma’mul
ﺯﻳﺪﺍ/zaidan/ pada kalimat ini berupa isim mufrad yang
berkedudukan sebagai maf’ulun bih (objek) yang berada diantara kedua ‘amil
ﺿﺮﺑﺖ/ḍarabtu/ dan ﺃﻛﺮﻣﺖ/akramtu/. Kedua ‘amil ﺿﺮﺑﺖ/ḍarabtu/ dan ﺃﻛﺮﻣﺖ /akramtu/ berupa fi’il madi (verba berkala lampau).
Universitas Sumatera Utara
Ma’mul pada kalimat ini berupa isim mufrad sebagai maf’ulun bih yang berada diantara kedua amil. Kedua amil berupa fi’il madi atau fi’il yang bertasrif. Kedua pendapat ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ma’mul tanāzu’ terdapat didepan (dikedepankan), ditengah maupun sesudah (mendahului) ‘amilnya. Dan tidak pula dinamakan tanāzu’ apabila diantara dua ‘amil tidak terdapat irthibat (hubungan) yang menghubungkan kedua ‘amil. Contoh :
ﺯﻳﺪ ﻗﺎﻡ ﻗﻌﺪ / zaidun Qāma qa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk. Contoh ‘amil ﻗﺎﻡ/ qāma / dan ﻗﻌﺪdi atas tidak disebut tanāzu’ karena belum mencukupi syarat sebagai tanāzu’ sebab tidak ada konjungsi (hubungan) diantara keduanya. Jika hendak dirubah menjadi tanāzu’ maka susunannya menjadi :
ﺯﻳﺪ ﻗﺎﻡ ﻭﻗﻌﺪ / zaidun Qāma waqa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk. Contoh ‘amil ﻗﺎﻡ/ qāma / dan ﻗﻌﺪdi atas terletak setelah ma’mul ﺯﻳﺪ
/zaidun/. Kedua ‘amil ﻗﺎﻡ/ qāma / dan ﻗﻌﺪterdiri dari fi’il madi (verba berkala lampau) yang dihubungkan dengan konjungsi
ﻭ
/waw/. Ma’mul ﺯﻳﺪ/zaidun/
adalah isim mufrad yang berkedudukan sebagai fa’il (subjek) yang berada diawal kalimat (jumlah).
Universitas Sumatera Utara
2.6. Posisi ‘Amil dalam Tanāzu’
ﺃﻭ ﻓﻌﻞ، ﺃﻭ ﺍﺳﻤﻴﻦ ﻳﺸﺒﻬﺎﻧﻬﻤﺎ،ﻭﺇﻋﻠﻢ ﺍﻧﻪ ﻻﻳﻘﻊ ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ ﺇﻻ ﺑﻴﻦ ﻓﻌﻠﻴﻦ ﻣﺘﺼﺮﻓﻴﻦ ﻣﺘﺼﺮﻑ ﻭﺃﺳﻢ ﻳﺸﺒﻪ /’ Wai’lam annahu lāyaqa’u al-tanāzu’ illa baina fi’laini mutasarrifaini, aw ismaini, aw fi’lun nutasarrifu waismu yasybahuhu./ Ketahuilah bahwasanya tidak terdapat tanāzu’ kecuali diantara dua fi’il yang bertasrif , atau dua isim yang menyerupai keduanya atau fi’il bertasrif dan isim yang menyerupainya.(AlGhulayaini: 497) Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa posisi tanāzu’ terdapat tiga tempat yaitu : a. Diantara Dua Fi’il (verbal) Yang Bertasrif Adapun dua ‘amil yang menuntut tanāzu’ yaitu ada yang berbentuk fi’il dan fi’il, baik itu amil yang pertama maupun yang kedua. Dan terkadang ‘amil tersebut terdapat lebih dari dua.
ﺟﺎءﻧﻲ ﻭ ﺃﻛﺮﻣﺖ ﺧﺎﻟﺪﺍ: ﻧﺤﻮ /’nahwu : jāˋani wa akramtu khālidan./’ datang kepadaku dan aku memuliakan khalid. ‘Amil pertama ﺟﺎءﻧﻲ/ jāˋani / dan ‘amil kedua ﺃﻛﺮﻣﺖ/ akramtu / berada sebelum ma’mul ﺧﺎﻟﺪﺍ/ khālidan /. Kedua ‘amil ﺟﺎءﻧﻲ/ jāˋani / dan ﺃﻛﺮﻣﺖ/ akramtu /
berupa fi’il madi (verba berkala lampau) yang saling merebutkan
ma’mul ﺧﺎﻟﺪﺍ/ khālidan /. Contoh :
َﻳَﺎ َﻣﺮْ ﻳَ ُﻢ ﺍ ْﻗﻨُﺘِﻲ ﻟِ َﺮﺑ ِﱢﻚ َﻭﺍ ْﺳ ُﺠ ِﺪﻱ َﻭﺍﺭْ َﻛ ِﻌﻲ َﻣ َﻊ ﺍﻟﺮﱠﺍ ِﻛ ِﻌﻴﻦ
Universitas Sumatera Utara
/’Yaa maryamu uqnutii lirabbiki wausjudii wairka’ii ma’a alrraaki’iina./Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'. (Ali-Imran:43) Contoh di atas terdapat lebih dari dua amil ﺍ ْﻗﻨُﺘِﻲ/uqtunī/
, ﺍ ْﺳ ُﺠ ِﺪﻱ/usjudī/
, ﺍﺭْ َﻛ ِﻌﻲ
/arka’ī/ saling merebutkan ma’mul ﱢﻚ ِ ِﻟ َﺮﺑ/ lirabbiki /dan posisi ﺍ ْﻗﻨُ ِﺘﻲ
/uqtunī/
, ﺍ ْﺳ ُﺠ ِﺪﻱ/usjudī/ , ﺍﺭْ َﻛ ِﻌﻲ/arka’ī/ amil adalah diantara dua atau lebih fi’il
yang bertasrif. b. Diantara Dua Isim (nominal) Adapun dua ‘amil yang menuntut tanāzu’ yaitu ada yang berbentuk fi’il dan isim. amil yang pertama berbentuk fi’il dan yang kedua berbentuk isim begitu sebaliknya. Dan terkadang ‘amil tersebut terdapat lebih dari dua.
ﻣﺤﻤﺪ ﻛﺎﺗﺐ ﻭﻗﺎﺭﺉ ﺍﻟﻤﻘﺎﻟﺔ: ﻧﺤﻮ /’ Nahwu : Muhammadun kātibun waqāriun al-maqalata./’contoh : Muhammad adalah orang yang menulis dan membaca makalah. Kedua ‘Amil
ﻛﺎﺗﺐ
/kātibun/ dan ﻗﺎﺭﺉ/qāriun/ pada berupa isim
(nominal). Ma’mulnya ﺍﻟﻤﻘﺎﻟﺔ/al-maqalata/ terletak setelah ‘amil sebagai maf’ulun bih (objek). c. Amil campuran berupa isim (nominal) dan fi’il (verbal) Adapun dua ‘amil yang menuntut tanāzu’ yaitu ada yang berbentuk isim dan fi’il. amil yang pertama berbentuk isim dan yang kedua berbentuk fi’il begitu sebaliknya. Dan terkadang ‘amil tersebut terdapat lebih dari dua.
ﻫﺎﺅﻡ ﺍﻗﺮءﻭﺍ ﻛﺘﺎﺑﻴﻪ: ﻧﺤﻮ /’ haumu-iqra’ū kitabiyah./’ambillah, bacalah kitabku (ini). (Al-haqqah: 19)
Universitas Sumatera Utara
‘Amil yang pertama ﻫﺎﺅﻡ/haumu/ berupa isim dan ‘amil yang kedua berupa fi’il amar ﺍﻗﺮءﻭﺍ/iqra’ū/. lafaz ﻫﺎﺅﻡ/haumu/ sinonim dengan kata ﺧﺬ/khuż/ 1T
1T
(ambillah). Ma’mulnya ﻛﺘﺎﺑﻴﻪ/ kitabiyah / terletak setelah kedua ‘amil sebagai maf’ulun bih (objek). Contoh dalam Al-Qur’an :
ِﻓﻲ ﻗُﻠُﻮ ِﺑ ِﻬ ْﻢ َﻣ َﺮﺽٌ ﻓَﺰَ ﺍ َﺩﻫُ ُﻢ ﱠ َﷲُ َﻣ َﺮﺿًﺎ ۖ َﻭﻟَﻬُ ْﻢ َﻋ َﺬﺍﺏٌ ﺃَ ِﻟﻴ ٌﻢ ِﺑ َﻤﺎ َﻛﺎﻧُﻮﺍ َﻳ ْﻜ ِﺬﺑُﻮﻥ
T1
/Fī qulūbihim maraḍun fazādahumullaahu maraḍan walahum ‘adzābun alīmun bimā kānū yakżibūn/. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(AlBaqarah:10) 1T
Pada ayat di atas terdapat isim ٌ َﻣ َﺮﺽ/maraḍun/, kata tersebut berupa isim 1T
sebagai amil pertama dan kata (verbal) ﻓَﺰَ ﺍ َﺩ
/fazāda/
Keduanya terhubung karena adanya huruf konjungsi
sebagai ‘amil yang kedua. 1T
َﻑ
.
1T
Ma’mul dari kedua
ﱠ/allahu/ Posisi ‘amil dalam kalimat tersebut berada ‘amil itu adalah lafaz ُﷲ 1T
1T
1T
1T
diantara isim dan fi’il.
Universitas Sumatera Utara