Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Pustaka Tools untuk membantu proses perancangan dan simulasi link radio
microwave bukanlah suatu hal yang baru. Saat ini telah tersedia beberapa tools
serupa untuk keperluan perancangan dan simulasi link radio microwave dengan
beragam bentuk dan kemampuan. Beberapa tools ada yang dikemas dalam bentuk aplikasi komputer berbasis Windows, seperti Radio Mobile [12], Pathloss [13],
dan Atoll Microwave [14]. Bahkan tools yang diimplementasikan dalam bentuk
aplikasi berbasis web pun sudah tersedia secara cuma-cuma, seperti WRI Wireless
Link Calculators [18], RF Link Budget Calculator [16], serta Fresnel Zone Calculator [17]. Literatur seputar tools untuk perancangan link radio microwave pun sudah pernah dipublikasikan, salah satunya berjudul Professional Path Analysis Using a Spreadsheet karya James Lawrence, Sr., NCE dari Texas A&M University [15]. Berikut dipaparkan sejumlah detail serta beberapa kekurangan dari tools untuk keperluan perancangan link radio microwave yang telah tersedia. 2.1.1 Radio Mobile dan Pathloss Radio Mobile merupakan aplikasi berbasis Windows yang dikembangkan oleh Roger Caudè. Radio Mobile memiliki kemampuan untuk merancang dan melakukan simulasi link radio microwave. Simulasi link radio pada Radio Mobile mampu menampilkan profil lintasan lengkap dengan bentuk kontur permukaan bumi serta daerah Fresnel Zone-nya. Beberapa parameter yang dihitung dan dianalisa pada Radio Mobile diantaranya: sudut elevasi antena, EIRP, Fresnel Zone, kondisi line-of-sight dari lintasan, free space loss, redaman akibat obstruksi, daya sinyal dipenerima, dan fade margin. Adapun kekurangan dari aplikasi Radio Mobile adalah ketidaklengkapan beberapa parameter dalam simulasinya. Radio Mobile tidak melibatkan perhitungan redalam hujan pada lintasannya. Selain itu simulasi pada Radio Mobile tidak mempertimbangkan kemungkinan terjadinya multipath fading. Fitur penting seperti penerapan space diversity dan perhitungan performa lintasan radio
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
8
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
pun tidak dimiliki oleh Radio Mobile. Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 Detail hasil
simulasi link radio pada aplikasi Radio Mobile memperlihatkan hasil simulasi dan
detail perhitungan dari aplikasi Radio Mobile.
Gambar 2.1 Simulasi link radio pada aplikasi Radio Mobile
Gambar 2.2 Detail hasil simulasi link radio pada aplikasi Radio Mobile Selain Radio Mobile, adapula aplikasi Pathloss. Fitur yang ditawarkan lebih lengkap dibandingkan dengan Radio Mobile. Pathloss sudah melibatkan redaman akibat hujan, redaman vegetasi, performa lintasan radio, serta konstanta atmosfer yang bisa diubah-ubah. Selain minimnya fitur yang ditawarkan, Radio Mobile dan Pathloss tidaklah platform-independent dan hanya bisa dijalankan pada sistem operasi Windows. Peta topografi untuk perancangan pun tidak terintegrasi pada aplikasi
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
9
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
dan harus diunduh lewat jaringan internet. Gambar 2.3 memperlihatkan hasil
simulasi rancangan link radio microwave pada aplikasi Pathloss.
Gambar 2.3 Hasil simulasi link radio pada aplikasi Pathloss 2.1.2 Atoll Microwave Dibandingkan dengan Radio Mobile dan Pathloss, Atoll Microwave merupakan aplikasi berbasis Windows yang memiliki fitur perancangan link radio microwave yang paling lengkap. Dalam memodelkan link radio, Attol Microwave sudah mendukung penerapan space diversity. Atoll Microwave juga sudah mendukung berbagai nilai faktor-K yang berbeda untuk menganalisa profil lintasannya. Analisa simulasi link radio-nya pun sudah melibatkan faktor pantulan permukaaan bumi yang erat kaitannya dengan fenomena multipath fading. Selain multipath fading, faktor redaman lain yang dilibatkan pada analisa link radio adalah redaman hujan dan redaman akibat obstruksi. Fitur penting lainnya yang terdapat pada Atoll Microwave adalah pengukuran performa objektif dari lintasan radio. Fitur pelengkap lainnya yang disediakan oleh Atoll Microwave adalah database yang memuat berbagai data antena serta perangkat radio microwave dari vendor. Tidak seperti Radio Mobile atau Pathloss, Atoll Microwave merupakan aplikasi yang berbayar. Sama halnya dengan kedua aplikasi sebelumnya, Atoll Microwave tidaklah platform-independent yang hanya mendukung sistem operasi berbasis Windows. Selain itu aplikasi Atoll Microwave membutuhkan spesifikasi
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
10
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
perangkat komputer yang relatif tinggi, minimal prosesor Dual-Core dengan
memori RAM 2 GB. Atoll Microwave pun tidak sepenuhnya terintegrasi, aplikasi
ini masih membutuhkan dukungan aplikasi GIS seperti MapInfo, ArcView, atau Google Earth. Gambar 2.4 dan Gambar 2.5 memperlihatkan tampilan dari aplikasi Atoll Microwave.
Gambar 2.4 Tampilan dari aplikasi Atoll Microwave
Gambar 2.5 Hasil simulasi rancangan link radio microwave pada aplikasi Atoll Microwave 2.1.3 Aplikasi Berbasis Web Aplikasi berbasis web yang ditujukan untuk membantu perancangan link radio microwave-pun sudah tersedia, diantaranya: WRI Link Calculators dari WISP serta RF Link Budget Calculator dan Fresnel Zone Calculator dari Afar Communications. Aplikasi WRI Link Calculators dan RF Link Budget ini relatif sederhana karena hanya mampu menghitung beberapa parameter link budget
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
11
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
seperti system gain, free space loss, dan Fresnel Zone. Adapun Fresnel Zone
Calculator sudah dilengkapi Applet Java untuk menampilkan profil lintasan,
namun tentu saja tidak melibatkan data topografi sehingga tidak tampak kontur dari permukaan buminya. Gambar 2.6 memperlihatkan tampilan dari aplikasi WRI Wireless Calculator.
Gambar 2.6 Tampilan aplikasi WRI Wireless Calculator 2.1.4 Professional Path Anaysis Using Spreadsheet Professional Path Analysis Using Spreadsheet adalah jurnal yang ditulis oleh James R. Lawrence Sr., NCE dari Texas A&M University. Dalam karya tulisnya, James Lawrence memaparkan proses kalkulasi sejumlah parameter yang terkait dengan perancangan link radio dengan memanfaatkan program spreadsheet. Program spreadsheet yang dibuat mampu menampilkan profil lintasan dari link radio yang disertai Fresnel Zone dan kontur permukaan buminya. Selain itu program yang dirancang pun sudah dapat menghitung performa dari lintasan radio. Salah satu kelemahan dari program spreadsheet adalah rumitnya proses pemasukan data. Data ketinggian untuk setiap titik pada lintasan harus dimasukan
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
12
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
secara manual, sehingga diperlukan ketelitian yang lebih untuk mendapatkan
kontur permukaan bumi yang benar. Gambar 2.7 memperlihatkan hasil simulasi
profil lintasan yang diimplementasikan oleh James Lawrence dalam jurnalnya.
Gambar 2.7 Simulasi profil lintasan pada program spreadsheet 2.2
Transmisi Radio Microwave Transmisi
radio
microwave
merupakan
sebuah
teknologi
pengiriman informasi dengan memanfaatkan gelombang radio dengan panjang gelombang antara 1 meter hingga 1 mm atau antara 300 MHz hingga 300 GHz. Band frekuensi microwave yang sangat lebar ini mencakup band UHF dan EHF yang tergolong kedalam millimeter-wave. Pun begitu definisi band microwave umumnya mencakup band 3 GHz hingga 30 GHz, namun dalam dunia RF tidak jarang band microwave didefinisikan antara 1 GHz hingga 100 GHz [26]. Tabel 2.1 memperlihatkan perbandingan rentang frekuensi dari sinar gamma hingga gelombang radio. Tabel 2.2 memperlihatkan pembagian band frekuensi radio dan karakteristik propagasinya. Tabel 2.3 merinci pembagian band frekuensi dari 1 GHz hingga 100 GHz yang didefinisikan oleh RSGB (Radio Society of Great Britain).
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
13
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Tabel 2.1 Perbandingan rentang frekuensi [26]
Panjang Gelombang
Nama
Frekuensi (Hz)
Sinar Gamma
< 0,01 nm
> 10 EHz
Sinar X
0,01 nm – 10 nm
30 EHz – 30 PHz
Ultravioliet
10 nm – 400 nm
30 PHz – 790 THz
Sinar Tampak
390 nm – 750 nm
790 THz – 405 THz
Infrared
750 nm – 1mm
405 THz – 300 GHz
Microwave
1 mm – 1 meter
300 GHz – 300 MHz
Radio
1 mm – km
300 GHz – 3 Hz
Tabel 2.2 Pembagian band spektrum radio [27]
Band Frekuensi Extremely Low
Akronim ELF
Rentang Frekuensi < 300 Hz
Karakteristik
Infra Low
ILF
300 Hz – 3 KHz
Very Low
VLF
3 KHz – 30 KHz
Low
LF
30 KHz – 300 KHz
Medium
MF
300 KHz – 3 MHz
Ground / Sky Wave
High
HF
3 MHz – 30 MHz
Sky Wave
Very High
VHF
30 MHz – 300 MHz
Ultra High
UHF
300 MHz – 3 GHz
Super High
SHF
3 GHz – 30 GHz
Extremely High
EHF
30 GHz – 300 GHz
Tremendously High
THF
300 GHz – 3000 GHz
Ground Wave
Space Wave
Tabel 2.3 Pembagian band frekuensi radio microwave oleh RSGB [26]
Band L Band
Frekuensi 1 – 2 GHz
Band Q Band
Frekuensi 33 – 50 GHz
S Band
2 – 4 GHz
U Band
40 – 60 GHz
C Band
4 – 8 GHz
V Band
50 – 75 GHz
X Band
8 – 12 GHz
E Band
60 – 90 GHz
Ku Band
12 – 18 GHz
W Band
75 – 110 GHz
K Band
18 – 26,5 GHz
F Band
90 – 140 GHz
Ka Band
26,5 – 40 GHz
D Band
110 – 170 GHz
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
14
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Radio microwave secara luas digunakan untuk komunikasi point-to-point
karena panjang gelombangnya yang pendek memungkinkan penggunaan diameter
antena yang relatif kecil untuk memancarkan sinyal dengan sudut pancar yang sempit [24]. Tidak seperti gelombang radio dengan frekuensi yang lebih rendah, dengan sudut pancar yang sempit memungkinkan perangkat radio microwave
disekitarnya menggunakan frekuensi yang sama tanpa menginterferensi satu sama lain.
Keuntungan
lain
dari
penggunaan
microwave
adalah
kapasitas
komunikasinya yang jauh lebih besar. Namun tidak seperti pada band frekuensi lebih rendah, jangkauan komunikasi radio microwave terbatas pada yang
komunikasi line-of-sight.
2.3
Parameter Link Radio
2.3.1 Line Of Sight Agar link radio dapat berkomunikasi, syarat utama yang harus dipenuhi adalah kondisi line-of-sight (LOS) dari lintasan radio. Antara antena pengirim dan antena penerima harus berada dalam satu garis radio horizon tanpa terhalangi obstruksi apapun. Dalam kondisi atmosfer normal, radio horizon berada sekira 30% di atas optical horizon [1]. Gambar 2.8 memperlihatkan lintasan radio microwave yang memenuhi kriteria LOS.
Gambar 2.8 Lintasan radio microwave harus memenuhi kriteria LOS
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
15
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
2.3.2 Fresnel Zone
Fresnel Zone merupakan sebuah daerah interferensi yang bersifat
konstruktif dan destruktif
yang tercipta ketika propagasi gelombang
elektromagnetik di ruang bebas mengalami pantulan atau difraksi [1]. Fresnel Zone sendiri memiliki daerah berupa elipsoid dan terbagi kedalam beberapa
kelompok, tergantung dari konsentrasi daya elektromagnetiknya. Fresnel Zone
pertama merupakan daerah yang menyelimuti direct-wave, sehingga memiliki
konsentrasi daya elektromagnetik terbesar.
Dalam perancangan link radio microwave, Fresnel Zone pertamalah yang
paling dipertimbangkan. Untuk mendapatkan lintasan radio yang bebas dari
redaman difraksi, minimal 60% dari jari-jari Fresnel Zone pertama harus bebas dari obstruksi. Pada kondisi atmosfer normal, clearance sebesar 60% sudah cukup untuk memenuhi kriteria free space propagation. Gambar 2.9 mengilustrasikan daerah Fresnel pertama pada lintasan radio. Persamaan 1 merupakan persamaan untuk menghitung besar jari-jari Fresnel Zone pertama.
Gambar 2.9 Ilustrasi Fresnel Zone pertama dari sebuah lintasan radio
√
(1)
RFresnel : Jari-jari fresnel pertama (m)
d1
: Jarak dari pemancar ke titik eveluasi (Km)
d2
: Jarak dari titik evaluasi ke penerima (Km)
f
: Frekuensi yang digunakan (GHz)
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
16
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
d
: Total jarak lintasan radio (Km)
2.3.3 Free Space Loss (FSL) Free Space Loss atau FSL adalah redaman terhadap kuat sinyal gelombang
elektromagnetik karena merambat di ruang bebas (umumnya udara) dengan kondisi LOS, tanpa ada obstruksi yang mengakibatkan difraksi ataupun pantulan
[28]. Persamaan 2 digunakan untuk menghitung besar FSL.
(2)
FSL : Free Space Loss (dB)
d
: Jarak total lintasan radio (Km)
f
: Frekuensi yang digunakan (GHz)
2.3.4 Redaman Vegetasi Redaman vegetasi adalah redaman yang diakibatakan oleh pertumbuhan vegetasi di sepanjang lintasan radio. Redaman ini turut dilibatkan dalam perancangan link radio apabila lintasan melewati daerah seperti perkebunan ataupun hutan. Dalam perancangan, umumnya besar redaman vegetasi diprediksi untuk lima tahun kedepan sehingga menjamin kualitas link radio. Persamaan 3 digunakan untuk menghitung besar redaman vegetasi.
(3) VL : Vegetation Loss (dB) f
: Frekuensi yang digunakan (MHz)
R
: Kedalaman vegetasi (m)
2.3.5 Redaman Obstruksi Redaman obstruksi atau disebut juga dengan redaman difraksi adalah redaman pada sinyal radio akibat terdapat halangan pada daerah Fresnel link radio. Redaman akibat obstruksi ini akan sangat signifikan apabila halangan tersebut menghalangi direct wave [7]. Namun apabila syarat clearance minimum sebesar 60% dari jari-jari pertama Fresnel Zone terpenuhi, maka redaman obstruksi diabaikan [1]. Tetapi apabila jarak clearance tersebut tidak terpenuhi,
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
17
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
maka redaman obstruksi diprediksi berdasarkan ruang Fresnel Zone yang tersisa
dengan puncak halangan. Gambar 2.10 memperlihatkan perbandingan redaman
obstruksi untuk beragam tinggi halangan. Apabila puncak halangan setinggi jarijari pertama Fresnel Zone, maka redamannya sebesar 6 dB. Sementara untuk puncak halangan yang setinggi diameter pertama Fresnel Zone mengakibatkan
redaman sebesar 16 dB. Sedangkan apabila halangan mempenetrasi melebihi diameter pertama Fresnel Zone, maka redamannya adalah 20 dB.
Gambar 2.10 Perbandingan besar redaman obstruksi Persamaan 4 merupakan pendekatan untuk menghitung redaman difraksi yang diakibatkan oleh obstruksi tunggal (single-knife-edge).
(
√ ( LDiff
)
(√
) )
(4)
: Redaman difraksi akibat onstruksi tunggal (dB)
Clearance : Besar clearance relatif terhadap jari-jari Fresnel Zone pertama
2.3.6 Redaman Hujan Air merupakan medium yang lossy, bulir-bulir hujan dapat menyebabkan penghamburan, depolarisasi, dan redaman terhadap sinyal radio microwave. Semakin besar ukuran bulir hujan, semakin mendekati bentuk elipsoid dan bukan berbentuk bulat lagi Oleh karenanya hujan lebih berpengaruh pada sinyal radio dengan polarisasi horizontal. Redaman hujan akan sangat berpengaruh pada frekuensi di atas 10 GHz dan besarnya merupakan fungsi eksponensial terhadap
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
18
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
intensitas hujan. Salah satu cara untuk mengatasi redaman akibat hujan adalah
dengan cara menerapkan polarisasi antena vertikal.
Fenomena hujan cenderung terlokalisasi atau terjadi pada daerah tertentu, tidak semua lintasan radio yang mengalami hujan. Oleh karenanya didefinisikan lintasan hujan efektif (dEff) yang merupakan total panjang lintasan radio yang
mengalami redaman hujan. Persamaan 5 digunakan untuk menghitung lintasan hujan efektif. Untuk menentukan besar intensitas hujan, digunakan tabel intensitas hujan yang didefinisikan pada dokumen ITU-R 837-1 (Lampiran 1).
(
)
(
d0
)
(
(
))
(5)
: Panjang lintasan dengan intensitas hujan yang waktu kejadiaanya melebihi 0,01% pertahun (Km)
R0,01 : Intensitas hujan pada zona hujan terkait yang waktu kejadiannya melebihi 0,01% pertahun (mm/hr) dEff
: Panjang lintasan hujan efektif (Km)
d
: Panjang total lintasan radio (Km)
Selanjutnya tentukan parameter untuk redaman hujan K dan A berdasarkan dokumen ITU-R 721-3 (Lampiran 2). Setelah diketahui parameter K, A serta intensitas hujan pada zona hujan terkait, redaman hujan bisa dihitung dengan Persamaan 6 berikut.
(
)
(6)
LRain : Redaman hujan (dB) dEff
: Panjang lintasan hujan efektif (Km)
K, A
: Parameter redaman hujan (ITU-R 721-3)
2.3.7 Received Signal Level (RSL) Received Signal Level atau RSL adalah besar level daya yang diterima oleh sisi penerima. Persamaan 7 digunakan untuk menghitung besar RSL.
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
19
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
)
(
RSL
: Received Signal Level (dBm)
PTX
: Daya pemancar (dBm)
GTX
: Gain antena pemancar (dBi)
GRX
: Gain antena penerima (dBi)
LF
: Total loss feeder di pengirim dan penerima (dB)
LCon
: Total loss konektor di pengirim dan penerima (dB)
LD/C
: Total loss unit divider atau combiner (dB)
LEQ
: Loss toleransi perangkat (dB)
LDiff
: Besar redaman akibat difraksi (dB)
FSL
: Free Space Loss (dB)
(
)
(7)
2.3.8 Fade Margin Fade Margin adalah margin daya antara sinyal yang diterima dengan sensitivitas penerima untuk mengkompensasi fading yang terjadi. Dengan adanya selisih daya ini, performa dari link radio dapat terjamin. Berdasarkan percobaan A. J. Giger dan W. T. Barnett, Fade Margin sebesar 40 dB sudah optimal untuk melawan fading pada link radio microwave [2]. Gambar 2.11 memperlihatkan kurva hasil observasi Giger dan Barnett. Persamaan 8 digunakan untuk menghitung besar fade margin.
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
20
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Gambar 2.11 Kurva hasil observasi Giger dan Barnett tentang perilaku fading (8) FM
: Fade Margin (dB)
RSL
: Received Signal Level (dBm)
RThres : Receiver minimum threshold value (dBm)
2.3.9 System Gain System Gain merupakan salah satu ukuran performansi link radio microwave yang penting karena menyangkut parameter-parameter penting lainnya. System Gain merupakan selisih antara daya output pemancar dengan sensitivitas level threshold penerima pada BER yang telah ditetapkan [1]. Nilai system gain ini harus sama atau lebih besar daripada total loss dan gain pada link radio. Secara matematis, system gain dirumuskan seperti pada Persamaan 9.
(9)
GS
: System gain (dB)
PTX
: Daya pancar (dBm)
RThres
: Receiver minimum treshold value (dBm)
FM
: Fade Margin (dB)
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
21
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
FSL
: Free Space Loss (dB)
LF
: Total loss feeder di pengirim dan penerima
LCon
: Total loss konektor di pengirim dan penerima
LD/C
: Total loss akbat unit divider atau combiner
LEQ
: Loss akibat toleransi perangkat
LDiff
: Besar redaman akibat difraksi
GTX
: Gain antena pemancar (dBi)
GRX
: Gain antena penerima (dBi)
2.3.10
Equivalent Isotropically Radiated Power (EIRP) EIRP merupakan akronim dari Equivalent Isotropically Radiated Power
atau Effective Isotropically Radiated Power [29]. Dalam sistem komunikasi radio, EIRP merupakan level daya radiasi yang dipancarkan oleh sebuah antena ekuivalen terhadap level daya radiasi antena isotropis dengan kuat sinyal yang sama. Parameter EIRP digunakan untuk mengestimasi cakupan area layanan dari pemancar, dan digunakan untuk mengatur pemancar-pemancar pada frekuensi kerja yang sama sehingga coverage-nya tidak saling tumpang tindih [29]. Di setiap daerah umumnya telah ditetapkan regulasi mengenai besar EIRP maksimum untuk meminimalisir interferensi terhadap layanan lain pada frekuensi kerja yang sama. Persamaan 10 digunakan untuk menghitung besar EIRP.
(10) EIRP : Equivalent Isotropically Radiated Power (dBm)
2.3.11
PTX
: Daya pancar (dBm)
GTX
: Gain antena pemancar (dBi)
LTX
: Total loss akibat redaman saluran transmisi di pengirim (dB)
Fading Depth Untuk dapat mengestimasi besar kedalaman fading yang dialami suatu
lintasan radio bukanlah hal yang mudah. Kedalaman fading atau fading depth sangat erat kaitannya dengam karakteristik propagasi gelombang radio yang berubah-ubah secara acak, tegantung waktu dan lokasinya. Persamaan-persamaan untuk mengestimasi besar fading depth diturunkan dari data statistik hasil
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
22
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
pengukuran dari link radio tertentu yang dilakukan secara periodik pada waktu
tertentu [2]. Persamaan 11 merupakan persamaan availability Barnet – Vigant
yang digunakan untuk mengestimasi besar kedalam fading. Persamaan ini juga diturnkan menjadi Persamaan 12 yang digunakan untuk menghitung performa lintasan radio berdasarkan perentase availability dan lama outage nya.
(
(
)
)
( (
)
)
(11) (12)
DF : Fading depth (dB) p
: System availability
1-p : System outage f
: Frekuensi yang digunakan (GHz)
A
: Faktor kekasaran permukaan bumi 4 untuk permukaan yang sangat halus, termasuk air 1 untuk permukaan bumi yang agak kasar ¼ untuk pegunangan atau permukaan yang sangat kasar
B
: Faktor konversi dari worst month probability ke annual availability ½ untuk danau yang besar atau daerah yang panas dan lembab ¼ untuk daratan 1/8 untuk pegunungan atau daerah yang kering
1 untuk menghitung worst month probability
FM : Fade Margin (dB) 2.3.12
Space Diversity Space Diversity adalah salah satu teknik yang diterapkan untuk
meningkatkan kualitas dari link radio. Teknik space diversity juga lazim digunakan untuk mengatasi multipath fading. Adapun implementasinya adalah dengan memasang sebuah antena penerima tambahan dengan jarak tertentu dari antena penerima utama. Persamaan 13 merupakan persamaan faktor penurunan fading Arvids Vigants yang dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk menghitung faktor peningkatan dari penerapan space diversity. Persamaan 14 digunakan untuk menghitung jarak antena tambahan pada penerapan space
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
23
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
diversity. Sementara untuk keperluan praktis, Tabel 2.4 merupakan daftar aturan
umum jarak pemasangan antena tambahan pada teknik space diversity.
)⁄
(
ISD : Faktor peningkatan space diversity (dB)
f
: Frekuensi yang digunakan (GHz)
s
: Jarak bertikal center-to-center antar antena (kaki)
(13)
FM : Fade Margin (dB) d
: Jarak total lintasan radio (Km)
(14) s
: Jarak bertikal center-to-center antar antena (m)
d
: Jarak total lintasan radio (Km)
f
: Frekuensi yang digunakan (GHz)
hTX : Tinggi antena di pengirim relatif terhadap bidang pantul yang menyebabkan multipath propagation (m)
Tabel 2.4 Jarak antena tambahan untuk space diversity [2]
2.3.13
Band Frekuensi
Jarak Antena Tambahan
2 GHz
20 – 25 m
4 GHz
10 – 15 m
6 GHz
9 – 12 m
11 GHz
7,5 – 9 m
Teknik Diversity Lainnya Selain space diversity, masih ada teknik penerapan diversity lainnya
seperti frequency diversity, polarization diversity, time diversity, dan route diversity. Semua teknik diversity tersebut ditujukan untuk meningkatkan kehandalan lintasan radio. Pada frequency diversity sinyal ditransmisikan dengan menggunakan dua kanal frekuensi yang berbeda. Kedua kanal frekuensi tersebut dipancarkan secara
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
24
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
simultan melalui antena yang sama. Sementara di sisi penerima, kedua kanal
frekeunsi tersebut diterima oleh antena yang sama. Penerima akan menentukan
kanal frekuensi mana yang memiliki kualitas yang labih baik, mengingat perbedaan fading yang terjadi pada masing-masing band frekuensi tidaklah sama. Gambar 2. mengilustrasikan penerapan teknik frequency diversity pada lintasan
radio.
Gambar 2.12 Penerapan teknik frequency diversity
Adapun teknik time diversity adalah teknik diversity dimana beberapa sinyal yang sama ditransmisikan dalam selang waktu yang berbeda. Pada time diversity sinyal informasi diberi bit-bit tambahan untuk forward error correction. Dengan penerapan time diverisity, error burst dapat diminimalisir sehingga proses error correction menjadi lebih sederhana. Sedangkan
teknik
polarization
diversity
diterapkan
dengan
cara
menggunakan antena dengan polarisasi yang berbeda. Route diversity merupakan teknik diversity pada jaringan bertopologi ring dimana terdapat beberapa lintasan alternatif yang digunakan sebagai back-up. Apabila salah satu lintasan mengalami outage, maka sinyal akan ditrasmisikan melalui lintasan lain. 2.3.14
Jarak Lintasan Parameter lain yang tidak kalah pentingnya adalah jarak lintasan,
parameter ini dilibatkan secara langsung dalam menentukan besar FSL, jari-jari Fresnel Zone, system availability, hingga redaman hujan. Persamaan 15 merupakan persamaan Harversine yang digunakan untuk menghitung jarak terdekat antara dua titik di permukaan bumi.
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
25
Bab II – Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
(
)
(
)
(√
(
(
√
)
(
)
) (15)
)
Jarak : Jarak lintasan radio (Km) LatA
: Koordinat lintang dari stasiun A (°)
LatB
: Koordinat lintang dari stasiun B (°)
ΔLat
: Selisih koordinat lintang antara stasiun A dan B (°)
ΔLon : Selish koordinat bujur antara stasiun A dan B (°)
RBumi : Jari-jari bumi (6371 Km)
Risan Bagja Pradana NIM 08334023 Laporan Tugas Akhir 2012
26