BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Iklan
2.1.1. Pengertian Iklan Berbagai defenisi tentang iklan antara lain dikemukakan oleh : 1. “Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat” (Niken, 2007). 2. Menurut Liliweri (2011) iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mempersuasi para pendengar, pemirsa dan pembaca agar mereka memutuskan untuk melakukan tindakan tertentu. 3. Iklan didefenisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media (Kasali, 1995). Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, iklan adalah suatu bentuk pesan yang disampaikan kepada masyarakat luas dengan menggunakan suatu media. Istilah periklanan merujuk kepada pemahaman keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian pesan. Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan kesuatu
khalayak,
target melalui media bersifat
massal seperti televisi, radio, koran, majalah, pengeksposan langsung, reklame luar ruang, atau kendaraan umum (Lee, 2007). Alat dalam komunikasi periklanan selain bahasa, terdapat alat komunikasi lainnya yang sering dipergunakan yaitu gambar, warna, dan bunyi. Iklan merupakan sistem yang
Universitas Sumatera Utara
menggunakan tanda yang terdiri atas lambang baik verbal maupun ikon.
Pada dasarnya
lambang yang digunakan dalam iklan terdiri dari dua jenis yaitu verbal dan non verbal. Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal, lambang non verbal adalah bentuk dan warna yang disajikan yang tidak secara meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan warna serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya, seperti gambar benda, orang atau binatang (Sobur, 2003). 2.1.2. Fungsi Iklan Ibrahim dalam Rina (2008) menyatakan iklan memiliki sejumlah fungsi sesuai dengan yang dimaksudkan oleh perancang atau pengiklannya.secara garis besar, fungsi iklan bias dilihat dari dua sisi, yaitu funsi nyata dan funsi tersembunyi. Iklan bisa menampilkan beraneka fungsi yang terlihat secara nyata (manifest), dalam hal ini iklan berfungsi untuk : 1. Menginformasikan suatu produk ke public. 2. Menarik perhatian konsumen terhadap suatu produk. 3. Memotivasi konsumen untuk bertindak atau melakukan sesuatu. 4. Menstimulus pasar. 5. Mendukung komunitas bisnis. 6. Membangun dan memelihara hubungan yang abadi antara konsumen dan perusahaan. Menurut Liliweri (2008), iklan berfungsi sebagai : 1. Mengirimkan informasi. 2. Memanfaatkan jasa non personal, karena iklan memindahkan informasi tidak melalui manusia, individu atau kelompok, melainkan melalui media bukan manusia.
Universitas Sumatera Utara
3. Memanfaatkan media massa, karena iklan memindahkan informasi melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. 4. Persuasif, karena iklan pada umumnya berisi bujukan terhadap individu atau kelompok sasaran agar mereka memiliki informasi yang lengkap mengenai produk barang dan jasa. 5. Sponsor, karena iklan yang dimuat dalam media dibayar oleh pihak tertentu yang disebut sponsor. 6. Tujuan, karena iklan mempunyai tujuan tertentu, misalnya untuk mengubah sikap dan sasaran terhadap produk barang dan jasa. 2.1.3. Strategi Iklan Strategi komunikasi adalah siasat, cara dan jembatan yang dipakai kreator iklan dalam mengkomunikasikan suatu pesan agar berbeda dari kompetitornya. Orang-orang kreatif harus mendapatkkan gaya, nada,
kata-kata, dan bentuk untuk melaksanakan pesan. Semua
unsur ini harus dapat menyampaikan citra dan pesan yang terpadu. Karena hanya sedikit orang yang membaca beritanya, gambar dan kepala berita harus mengikhtisarkan usulan penjualan. Pesan apapun dapat disajikan dalam berbagai gaya pelaksanaan seperti potongan kehidupan, gaya hidup, fantasi, suasana atau citra, musik, simbol kepribadian, keahlian teknis, bukti ilmiah, atau bukti kesaksian (Kotler, 2001). Penyampaian pesan juga harus memilih nada yang tepat untuk iklan tersebut. Harus diperoleh kata-kata yang mudah diingat dan menarik perhatian. Unsur bentuk seperti ukuran, warna dan ilustrasi iklan memberikan perbedaan baik terhadap pengaruh iklan dapat meningkatkan kemampuan menarik perhatiannya. Iklan ukuran besar menarik lebih banyak perhatian, walau tidak sebesar perbedaan biayanya. Ilustrasi empat warna dan bukannya hitam putih akan meningkatkan efektifitas dan biaya iklan.
Universitas Sumatera Utara
Sejumlah periset mengenai iklan cetakan melaporkan bahwa gambar, kepala berita, dan berita penting, sesuai urutan tersebut. Pembaca
pertama
memperhatikan
gambar,
dan
gambar harus cukup menarik untuk menarik perhatian. Kemudian kepala berita harus efektif dalam mendorong orang tersebut untuk membaca beritanya. Berita itu sendiri harus disusun dengan baik. Bahkan setelah itupun, suatu iklan yang betul-betul bagus akan diperhatikan oleh kurang dari 50% audiensnya, sekitar 30% dari audiensnya itu mungkin ingat maksud kepala beritanya, sekitar 25% mungkin ingat nama pengiklan, dan kurang dari 10% telah membaca sebagian besar beritanya. Sayangnya iklan-iklan biasanya tidak mencapai hasil seperti itu (Kotler, 2001). Agar seluruh elemen iklan dapat disampaikan secara tuntas kepada audiens hendaknya dapat memenuhi ketentuan AIDA yaitu getting attention (menarik perhatian audience), holding interest (menarik minat audience membaca, mendengarkan atau melihat pesan sampai selesai), arousing desire (menimbulkan keinginan audiens memiliki atau mempergunakan barang atau jasa yang diiklankan) dan obtaining action (menyakinkan audiens melakukan sesuatu yang bersifat positif), misalnya membeli produk atau bersikap baik terhadap merek dagang atau perusahaan pemasang iklan (Kleinsteuber, 2002). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Djayakusumah (1982), agar iklan berhasil merangsang tindakan pembeli harus memenuhi kriteria aidcda yaitu attention (mengandung daya tarik), interest (mengandung perhatian dan minat), desire (memunculkan keinginan untuk mencoba atau memiliki), conviction (menimbulkan keyakinan terhadap produk), decision (menghasilkan kepuasan terhadap produk), dan action (mengarah tindakan untuk membeli) (Nirmana, 2003).
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Iklan Media Luar Ruang Media luar ruang atau yang sering disebut dengan papan reklame atau billboard adalah poster dalam ukuran besar dan didesain untuk dilihat oleh orang yang melakukan perjalanan dengan tingkat mobilitas cukup tinggi. Menurut KBBI, papan reklame adalah papan untuk iklan yang dipasang di tempat terbuka dan mudah terlihat. Papan reklame atau billboard adalah salah satu media reklame yang banyak digunakan untuk menyampaikan pesan iklan produk atau jasa oleh perusahaan kepada pelanggan mereka, pemerintah untuk menyampaikan pesan himbauan kepada masyarakat dan yang lainnya. Syarat pemasangan media luar ruang juga mencantumkan standar ukuran reklame, tingginya dari permukaan tanah atau dari atas atap gedung bertingkat, pemakaian stempel khusus dan tidak memasang di tempat-tempat seperti jalan protocol, di sekitar pusat keramaian dan lokasi peribadatan dan sekolah (Kasali, 1995). Pendirian papan reklame juga dipengaruhi oleh sosio-kultur masyarakat setempat misalnya di Jogjakarta papan reklame pernah diharuskan tidak boleh dekat dengan Kraton Jogja apalagi sampai tingginya menutupi Kraton, tetapi sekarang aturan inipun agak diperlunak oleh pihak Pemda DI Jogjakarta. Papan reklame atau billboard mempunyai jenis-jenis yang biasa dipakai dalam kampanye periklanan, yaitu: 1. Poster Panels. Lembaran kertas besar yang dicetak sesuai dengan keinginan pemesan. Dicetak dalam jumlah yang banyak untuk menghemat biaya kemudian ditempelkan pada panel besar yang dilengkapi kerangka dan bantuan cahaya lampu. Lembaran kertas ini tahan dengan perubahan cuaca dan gangguan cuaca, misalnya hujan. Jenis ini sekarang popular dengan bantuan digital printing.
Universitas Sumatera Utara
2. Painted Bulletins Langsung didesain dan digambar oleh artist dari agency di atas panel yang telah disediakan. Bisa juga dikerjakan terlebih dahulu di studio kemudian dipindahkan ke panel tersebut. Butuh kejelian mata seorang seniman lukis untuk menimbulkan detail sehingga benarbenar artistic. Jenis ini masih tetap bertahan di bioskop-bioskop untuk mempromosikan film yang sedang diputar. 2.1.5. Efek-efek dalam iklan luar ruang 1. Tata Cahaya Dibutuhkan pencahayaan yang cukup atraktif untuk menimbulkan minat orang memperhatikan pesan dalam media ini. 2. Lampu Latar Beberapa
pengiklan
melakukan
eksperimen
dengan
holografi
yang
dapat
memproyeksikan efek tiga dimensi dari suatu panel atau pada panel yang lain. 3. Bentuk Perlu eksperimen untuk memecahkan keterikatan pada sudut-sudut segi empat yang membuat penampilan media ini menjadi kaku. Dewasa ini ada yang menggunakan efek tiga dimensi
dan
beberapa
teknik
yang
lain,
misalnya
cutting.
4. Inflatables Menggunakan benda-benda yang digantungkan dan ditampilkan pada papan reklame sehingga efek tiga dimensi lebih terasa. 5. Gerakan Panel-panel yang bergerak disebut kinetic board, digunakan untuk menyajikan pesanpesan yang berbeda-beda. Satu panel yang terdiri dari dua atau tiga sisi dapat digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
menyampaikan pesan yang berubah-ubah sesuai dengan bergesernya khalayak sasaran yang lalu lalang di jalan raya. 2.1.6. Efektifitas Media Luar Ruang 1. Jangkauan Kemampuan media menjangkau khalayak sasaran. Pada media luar ruang, faktor ini bersifat local, artinya hanya mampu menjangkau daerah di sekitarnya saja. Hal ini terjadi karena dalam hal bepergian, ternayata manusia sering hanya menggunakan satu jalan dan tidak pernah berganti rute kecuali jika ada gangguan. 2. Frekuensi Kemampuan media mengulang pesan iklan yang sama terhadap khalayak sasaran saat mulai dilupakan. 3. Kontiniuitas Kesinambungan media menyampaikan pesan iklan sesuai dengan tuntutan strategi periklanan. 4. Ukuran Kemampuan media memberikan ukuran yang dituntut oleh pesan iklannya. Memiliki kemampuan tampil dengan mencolok dan tiba-tiba. 5. Warna Kemampuan media menyajikan tata warna yang dituntut oleh suasana yang dikehendaki pada saat pesan iklan disampaikan. 6. Pengaruh Kekuatan pesan iklan yang kreatif dengan tata letak yang fungsional dalam hal menjual dirinya kepada khalayak sasaran. Pesan harus singkat dan ditampilkan secara jelas. Harus dapat
Universitas Sumatera Utara
dibaca setidaknya dalam tujuh detik. Menggunakan huruf yang mudah terbaca dari jarak relative jauh. Menggunakan warna yang tepat sebagai pembantu. Beberapa kendala sebagai kelemahan : 1. Papan reklame efektif bagi pengendara sepeda motor. 2. Papan reklame efektif bagi mereka yang duduk di jok depan kendaraan roda empat. 3. Papan reklame menjadi sangat efektif di negara maju, karena semakin banyak orang yang mengemudikan sendiri kendaraannya. 4. Di Indonesia, sopir terekspose oleh papan reklame sedangkan si boss asyik baca Koran. 5. Bis dan kendaraan umum lainnya tidak memberikan ruang pandang yang cukup bagi penumpangnya. 2.2.
Perilaku Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut elicting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. 2. Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian di ikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini di sebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di bedakan menjadi dua, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert) respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan bel0um dapat di amati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau unobservable behavior. 2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat di amati atau di lihat. Oleh sebab itu disebut overt behavior. Menurut teori Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam Notoatmodjo (2005), perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni Cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain. Ketiga Domain tersebut diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practise). 2.2.1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Sagala (2010), segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas otak termasuk ke dalam dimensi kognitif. Tujuan belajar pada dimensi kognitif lebih mengarah pada perilaku dalam aspek berfikir atau kemampuan intelektual. Dimensi kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom oleh Anderson et al. (Widodo, 2003) mencakup dimensi pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
dan dimensi proses kognitif yang terpisah satu sama lain. Dimensi pengetahuan hanya memuat jenis – jenis pengetahuan sedangkan proses kognitif memuat macam – macam proses kognitif. 1. Dimensi pengetahuan Dimensi pengetahuan pada taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson et al. (widodo, 2003) dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu : a. Pengetahuan Faktual Pengetahuan faktual meliputi unsur – unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu yang biasa digunakan oleh ahli di bidang tersebut. Pengetahuan ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Pengetahuan tentang terminologi : mencakup pengetahuan tentang label atau symbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal (Widodo,2003). 2. Pengetahuan tentang bagian detail dari unsur – unsur : mencakup pengetahuan tentang kejadian tertentu, tempat, orang, waktu dan sebagainya (Widodo, 2003). b. Pengetahuan Konseptual Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan tentang saling keterkaitan antara unsur – unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi secara bersama-sama. Pengetahuan konseptual terdiri dalam tiga bentuk yaitu : 1. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori : mencakup pengetahuan tentang kategori, kelas, bagian atau susunan yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu. 2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi : mencakup abstraksi dari hasil observasi ke level yang lebih tinggi yaitu prinsip dan generalisasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur : pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi seta saling keterkaitan antara keduanya yang menghasilkan kejelasan terhadap suatu fenomena yang kompleks. c. Pengetahuan Prosedural Pengetahuan procedural merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan cara untuk melakukan sesuatau. Pengetahuan prosedural berisi tentang langkah – langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan sesuatu. d. Pengetahuan Metakognitif Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Pengetahuan metakognitif terdiri dari pengetahuan strategik, pengetahuan tentang tugas kognitif dan pengetahuan tentang diri sendiri. 2. Dimensi proses kognitif Proses kognitif pada taksonomi yang baru dari Bloom tetap menunjukkan proses perjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke proses kognitif yang lebih kompleks. Dimensi proses kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom menurut Anderson et al. (Widodo, 2003) terdiri dari proses kognitif mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate) dan beraksi (create). a. Mengingat (Remember) Dimensi proses kgnitif mengingat merupakan proses menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang lebih rendah tingkatannya
Universitas Sumatera Utara
b. Memahami (Understand) Dimensi proses kognitif memahami merupakan proses mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengeintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. c. Menerapkan (Apply) Dimensi proses kognitif mengaplikasikan mencakup penggunaan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah atau tugas. d. Menganalisis (Analyze) Dimensi
proses
kognitif
menganalisis
adalah
proses
menguraikan
suatau
permasalahan atau objek menjadi unsur – unsur dan menentukan proses saling keterkaitan unsur – unsur tersebut. e. Mengevaluasi (Evaluate) Dimensi proses kognitif mengevaluasi merupakan proses membuat sesuatu atau pertimbangan berdasarkan criteria dan standar yang ada. f. Membuat (Create) Dimensi proses kognitif membuat merupakan proses menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. 2.2.2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmojo, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Allport (1954) dalam Soekijo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu : a. Kepercayaan (kenyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon (responding)
Universitas Sumatera Utara
Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Ciri-ciri sikap adalah : 1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motifmotif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat. 2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa. 4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto, 1999). Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni : 1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbanganpertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbanganpertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginankeinginan pada orang itu dan sebagainya. 3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.
Universitas Sumatera Utara
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999). 2.2.3. Tindakan Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007). Adapun tingkatan dari tindakan adalah : 1.
Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek yang pertama.
2.
Respon Terpimpin (Guide Response) Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.
3.
Mekanisme (Mechanisme) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga.
4.
Adaptasi (Adaptation)
Universitas Sumatera Utara
Tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).
2.3.
Perubahan Perilaku Menurut WHO yang dikutip dalam Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: a.
Perubahan Alamiah (Natural Change) Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian
alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan. b.
Perubahan Terencana (Planned Change) Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Didalam
melakukan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut. 2.3.1. Teori Stimulus Organisme (S - O – R) Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources) sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hosland, et al (1953) dalam buku Soekidjo (2007) mengatakan perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organism dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organism berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan ke proses berikutnya. c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini faktor reinforcement memegang peranan penting. Proses perubahan perilaku berdasarkan S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Teori S - O - R
Organisme Reaksi Stimulus
-
Perhatian
-
Pengertian
-
penerimaan
(perubahan sikap)
Reaksi (perubahan praktek) Universitas Sumatera Utara
2.4.
Pengertian Perilaku Merokok Bermacam-macam bentuk perilaku
yang dilakukan
manusia dalam menanggapi
stimulus yang di terimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok dan Romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan
asap
dan
menimbulkan
kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Bustan, 2007). Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh di mana pun juga. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990). Dannusantoso (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang lain yang berada disekitarnya.
Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan
kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya (Levy,1994). Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok yang dihisap, tempat merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari- hari. 2.4.1. Tipe Perilaku Merokok
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan karena ada beberapa tahap yang dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap rokok telah menjadi bagian dari hidupnya (Feldman, 1989). Menurut Leventhal dan Cleary (1980) ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu : 1. Tahap persiapan Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Di tahap ini terjadi pembentukkan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan yang berkaitan dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal sebagai model, sehingga rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga anggapan merokok berkaitan dengan bentuk kedewasaan dikalangan remaja sehingga diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga dianggap sebagai sesuatu yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya menenangkan diri dalam situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok. 2. Tahap inisiasi Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-coba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Menurut Salber, et.al., dalam Feldman (1990), apabila seorang remaja mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka
Universitas Sumatera Utara
besar kemudian tidak akan menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10 batang atau lebih, maka ia memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok sebesar 80%. Leventhal dan Cleary (1980) juga berpendapat seseorang yang telah merokok empat batang rokok pada awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler. Seperti dikatakan Ary dan Biglan (1988) bahwa menjadi perokok reguler seringkali terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih. 3. Tahapan menjadi seorang perokok Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep, belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya (Laventhal dan Evehant dalam Oskamp, 1984). 4. Tahapan tetap menjadi perokok Ditahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis yang memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok, yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah (Leventhal dan Avis, 1976).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Trim (2006), ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah : 1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari. 2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari 3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat – tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mu'tadi (2002), menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi 2 yaitu: 1. Merokok di tempat-tempat umum/ruang public a. Kelompok homogeny (sama-sama perokok) secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area. b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah-tengah orang lain yang tidak merokok , anak kecil, orang jompo , orang sakit dll). 2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi. a. Kantor atau di luar kamar pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam. b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi. Menurut Silvan dan Tomkins (Mu’tadin, 2002) ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah : 2.4.2. Alasan Merokok Menurut Sue Armstrong (1992) ada beberapa alasan orang dewasa merokok:
Universitas Sumatera Utara
-
Mereka benar-benar menikmatinya sewaktu merokok. Mereka bahkan tidak dapat menahan diri meskipun menyadari bahwa kesehatannya dipertaruhkan untuk kesenangan tersebut.
-
Mereka menjadi ketagihan terhadap nikotin dan tanpa nikotin hidup terasa hampa.
-
Mereka menjadi terbiasa menghisap rokok agar dapat merasa santai.
-
Tindakan mengambil sebatang rokok, menyulutnya dengan pemantik api, memandangi asap dan memegang sesuatu dalam tangannya telah menjadi bagian dari perilaku sosial mereka dan tanpa itu mereka akan merasa hampa. Dengan kata lain, merokok telah menjadi suatu kebiasaan.
-
Merokok adalah ”penopang” bermasyarakat. Mereka mungkin seorang pemalu yang perlu mengambil tindakan tertentu untuk menutupi perasaan malunya terhadap orang lain. Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Conrad and Miller menyatakan bahwa seseorang
akan menjadi perokok melalui: a.
Dorongan Psikologis, merokok rasanya seperti rangsangan seksual, sebagai suatu ritual, menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan, dan menunjukkan kedewasaan.
b. Dorongan Fisiologis, adanya nikotin yang dapat mengakibatkan ketagihan (adiksi) sehingga ingin terus merokok. Menurut Silvan Tomkins yang dikutip oleh Rochadi ada 4 alasan psikologis orang menjadi perokok ke empat alasan tersebut adalah: 1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam Psychological Factor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 sub tipe ini:
Universitas Sumatera Utara
-
Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
-
Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
-
Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak. 3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai psychological Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya. 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
Universitas Sumatera Utara
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas: 1.
Merokok di tempat-tempat Umum/ Ruang Publik Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati
kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lainnya). Mereka yang berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar "racun" kepada orang lain yang tidak bersalah. 2.
Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi. Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini
sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam. Di toilet, perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Masyarakat belakangan ini telah banyak menyadari bahwa merokok memberi dampak lebih merugikan daripada menguntungkan terutama bila dikautkan dengan aspek kesehatan dan kebersihan lingkungan. Mungkin karena merokok dapat memberi kenikmatan kepada manusia, maka tidak ayal lagi bahwa meskipun rokok secara nyata mengancam kesehatan, ternyata masih banyak orang bersikap acuh tak acuh dan megabaikan ancaman tersebut. Oleh karena itu pulalah merokok merupakan kegiatan yang sulit untuk dihentikan.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merokok. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah : 1. Tekanan kelompok sebaya Seorang remaja cenderung merokok apabila ia berada pada kelompok yang merokok dibandingkan saat ia berada pada kelompok yang tidak merokok (Ary dan Biglan, 1988). Keinginan ini sangat kuat walaupun akan berakibat menjadi sesuatu yang tidak mengenakkan seperti rasa mual, muntah, sakit kepala dan memberi rasa yang tidak enak lainnya pada mereka yang baru pertama kali merokok (Hardinge dan Shryock, 2001) 2. Orang tua Orang tua yang perokok memberikan pengaruh kepada anak-anaknya untuk merokok (Hughes, 1986; Mittlemark, et.al., 1987). Leventhal, et.al., (1988) mengatakan bahwa dalam suatu studi di Amerika Serikat ditemukan sekitar 14% anak-anak yang merokok memiliki orang tua yang juga perokok. 3. Saudara Kandung Menurut Eggmose (1985) perilaku merokok itu menular , yaitu bila salah satu anggota keluarga ada yang merokok, maka anggota keluarga yang lain akan ikut merokok. Suatu studi menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai orang tua tidak perokok akan menjadi perokok apabila saudara-saudara kandung yang lebih tua merokok (Leventhal, et.al., 1988). 4. Iklan rokok Iklan mempunyai peranan dalam menentukan kebiasaan merokok seseorang dan satu masyarakat (Aditama, 2001). Di Amerika Serikat, 86% para remajanya menghisap
Universitas Sumatera Utara
tiga jenis rokok yang paling sering diiklankan sementara hanya 30% dari orang dewasa yang menghisap rokok tersebut. Para remaja beranggapan bahwa dengan melalui iklan yang dilihatnya menimbulkan persepsi dalam benaknya bahwa merokok itu identik dengan maskulinitas, kebebasan, berjiwa muda, kecerdasan dan gaya hidup yang enak (Rice, 2002). Banyak juga alasan yang dikemukakan oleh perokok yang menyebabkan mereka terus merokok. Alasan tersebut dikemukakan oleh Hardinge dan Shryock dalam Rochadi, 2004 yaitu: 1. Kesenangan atau kenikmatan yang diberikan rokok. 2. Menghilangkan stres dan depresi. 3. Takut gejala-gejala yang timbul waktu berhenti merokok. 4. Membantu santai 5. Memberikan rasa aman. 6. Memberikan rasa percaya diri. 7. Takut bertambah gemuk 2.4.4. Definisi dan Kalisifikasi Perilaku Merokok Dijelaskan Sweeting (1990) bahwa seseorang yang disebut perokok adalah orang yang telah merokok setidaknya 100 batang rokok atau lebih selama hidupnya.Secara ekstrim Hoepoedio (1980) menegaskan bahwa perilaku merokok adalah suatu kebiasaan tanpa tujuan positif bagi kesehatan manusia yang pada hakekatnya berwujud suatu proses pembakaran massal yang menimbulkan polusi udara yang padat yang terkosentrasi dan secara langsung serta sadar dihirup dan di serap oleh tubuh manusia yang akan menyebabkan cidera bagi tubuh manusia itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Safarino (1994) menyatakan disaat seseorang mulai mencoba merokok, maka ia akan mengalami batuk-batuk dan perasaan tidak nyaman di tenggorokan serta efek negatif lainnya. Namun pengalaman yang tidak menyenangkan saat berkenalan dengan rokok ternyata tidak membuat orang meninggalkan rokok. Gilchrist, et.al., dalam Sweeting (1990) membagi perokok atas tiga kategori, yaitu: (i) bukan perokok (non smokers), adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali; (ii) perokok eksperimen (experimental smokers), adalah seseorang yang telah mencoba merokok tapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan; dan (iii) perokok tetap atau perokok reguler (regular smokers), adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi. Chasin, et.al., dalam Sweeting (1990) mangklasifikasikan perokok atas empat kategori, yaitu: (i) tidak pernah merokok sama sekali; (ii) mencoba merokok tetapi tidak dalam beberapa bulan terakhir; (iii) merokok secara tetap tetapi sudah berhenti; dan (iv) saat ini merokok. Bonaguro dan Bonaguro dalam Sweeting (1990) membedakan perokok dalam lima kategori, yaitu: (i) tidak pernah merokok sama sekali; (ii) pernah mencoba merokok; (iii) mantan perokok; (iv) merokok pada kesempatan tertentu; dan (v) merokok setiap hari. Turner (1967) menjelaskan Yayasan Kanker Amerika menggolongkan perokok ke dalam empat golongan, yaitu: (i) perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok kurang dari setengah bungkus perhari; (ii) perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara setengah hingga satu bungkus perhari; (iii) perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara satu hingga dua bungkus perhari; dan (iv) perokok berat sekali, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari dua bungkus perhari.
Universitas Sumatera Utara
Sitepoe (2000) membagi perokok atas empat bagian, yaitu: (i) perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-10 batang perhari; (ii) perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang perhari; (iii) perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari; dan (iv) perokok yang menghisap rokok dalam-dalam. 2.4.5. Bahaya Merokok Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia ( Yoga Aditama, 1992). Penyakit yang ada hubungannya dengan merokok adalah penyakit yang diakibatkan langsung oleh merokok atau diperburuk keadaannya karena orang itu merokok (Sue Armstrong, 1992). Penyakit-penyakit yang terpicu karena merokok dan dapat meningkatkan sebab kematian (Sitepoe, 2000) adalah: 1. Penyakit Kardiovaskuler Pada SKRT 1993 angka kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler menduduki urutan pertama dan bertahan hingga tahun 1998 dan merokok merupakan faktor resiko yang memicu penyakit kardiovaskuler. 2. Penyakit Kanker Paru Karena penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru, maka kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum disebabkan merokok. Tar tembakau dapat menyebabkan kanker bilamana ia merangsang tubuh untuk waktu yang cukup lama (Sue Armstrong, 1992). 3. Penyakit Saluran Pernafasan Merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru bersifat kronis dan obstruktif misalnya bronchitis dan emfisema. Sekitar 85% dari penderita penyakit ini disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
rokok. Gejala yang ditimbulkan berupa batuk kronis, berdahak dan gangguan pernafasan-banyak dijumpai pada perokok. 4. Merokok dan Kehamilan Merokok pada wanita hamil memberikan resiko tinggi terhadap keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir, dan kematian mendadak pada bayi (Mangku Sitepoe, 2000). Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Chanoine wanita hamil perokok juga mengganggu perkembangan kesehatan fisik maupun intelektual anak-anak yang akan bertumbuh. 5. Merokok dan Alat Perkembangbiakan Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi (memiliki anak), fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan, nafsu seksual juga akan mengalami penurunan dibandingkan dengan bukan perokok. Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Chanoine wanita perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan dengan bukan perokok. 6. Merokok dan Alat Pencernaan Sakit maag lebih banyak dijumpai pada mereka yang merokok. Merokok mengakibatkan penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang perokok. Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Harrisons, bahwa merokok mengurangi rasa lapar. 7. Merokok Meningkatkan Tekanan Darah Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Beaglehole merokok sebatang sehari akan meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali per 1 menit. 8.
Merokok memperpendek umur
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Krantz penelitian di Amerika Serikat yang melibatkan 6813 pria perokok, dibedakan menjadi bukan perokok, perokok sedang, dan perokok berat. Pada perokok berat 50% meninggal pada usia 47, 5 tahun; 50% perokok sedang meninggal sesudah berumur 56 tahun dan 50% bukan perokok meninggal pada usia 58 tahun. Dengan kata lain merokok sama saja dengan memperpendek umur. 9.
Merokok Bersifat Adiksi (Ketagihan) Didalam rokok terdapat nikotin yang diklasifikasikan sebagai obat yang bersifat
kecanduan bila digunakan sehingga nikotin diklasifikasikan sebagai obat bersifat adiktif. 10.
Merokok Membuat Lebih Cepat Tua Rokok mengakibatkan kulit menjadi mengerut, kering, pucat dan mengeriput terutama di
daerah wajah. Mekanisme ini terjadi akibat bahan kimia yang dijumpai dalam rokok mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah tepi dan di daerah terbuka, misalnya pada wajah. Wajah perokok menjadi tua dan jelek, mengeriput, kecoklatan dan tidak berminyak. 2.5. Remaja Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, wanita 13 tahun sampai dengan 22 tahun, bagi pria rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 / 13 tahun sampai dengan 17/18 tahun sampai dengan 21 /22 tahun adalah remaja akhir. Pada usia ini umumnya anak sedang duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP) sampai menengah atas (SMA) (Asrori, 2009). Menurut Monks dkk dalam Asrori (2009), remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi
belum
juga
dapat
Universitas Sumatera Utara
diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase topan dan badai”. Sesuai dengan perkembangan usia remaja menurut Monks (1999) maka terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu : 1. Remaja awal (12 – 15 tahun) Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah teragsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. 2. Remaja Madya (15 - 18 tahun) Pada
tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan
narsistik, yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai- ramai atau sendiri, optimis atau pesimis dan sebagainya. 3. Remaja akhir (18 - 21 tahun) Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian -
Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
Universitas Sumatera Utara
-
Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.
-
Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
-
Egosentrisme
(terlalu
memusatkan
perhatian
pada
diri
sendiri)
diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. -
Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa remaja
pada penelitian ini adalah masa remaja madya yang berada pada rentang usia 15-18 tahun yang duduk pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Masa
remaja adalah
merupakan periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan. Ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan remaja adalah 1. Kegelisahan.;
Sesuai
dengan
fase
perkembangannya
remaja
mempunyai banyak
idealisme, angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa depan. Namun sesungguhnya remaja belum memiliki kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik menarik antara keinginan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah. 2. Pertentangan; Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri. 3. Mengkhayal; Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier, sedangkan remaja putri lebih mengkhayalkan romantika hidup. 4. Aktivitas berkelompok; Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
terpenuhi karena bermacam-macam kendala, diantaranya biaya, larangan dari orang tua, yang seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja. 5. Keinginan mencoba segala sesuatu; Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya (Ali, 2002). 2.6. Kerangka Konsep
Media Luar Ruang: •
Jenis media luar ruang
•
Efek didalam media luar ruang
•
Efektifitas Media luar ruang
Perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Medan •
Pengetahuan
•
Sikap
•
Tindakan
Keterangan : Dari skema yang diatas kita dapat melihat, responden yang mendapatkan stimulus dari luar ruang yang berasal dari jenis media luar ruang, efek didalam media luar ruang, efektifitas media luar ruang yang akan mempengaruhi organisme tersebut. Apakah stimulus yang datang ditolak atau diterima dapat diukur dari pengetahuan responden. Apabila stimulus telah mempengaruhi pengetahuan responden, maka akan muncul respon dari responden, yang diukur dari sikap responden terhadap objek dan selanjutnya dilihat melalui tindakan siswa dalam merokok.
Universitas Sumatera Utara