BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Saham Saham merupakan salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan penerbitnya. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan terbuka Sumariyah(2004). Suad (2004) saham atau sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi untuk melaksanakan hal tersebut. Saham menarik bagi investor karena berbagai alasan. Pada umumnya fluktusi harga saham dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan di pasar. Harga saham akan cenderung mengalami penurunan jika terjadi penawaran yang berlebihan dan harga saham akan cenderung mengalami kenaikan jika permintaan terhadap saham itu meningkat. Keuntungan hasil penjualan akibat adanya fluktuasi harga saham ini dapat berupa Capital gain atau capital loss. Capital gain adalah keuntungan dari hasil jual beli harga saham, diperoleh pada saat nilai jual lebih tinggi daripada nilai beli. Dan capital loss adalah kerugian dari hasil jual beli saham dimana nilai jual saham lebih kecil daripada nilai beli saham. Biasanya pemegang saham akan tetap mempertahankan saham dengan tidak diniagakan untuk menghindari capital loss dan berharap harga saham akan meningkat kembali. Bagi beberapa investor, membeli saham merupakan cara untuk mendapatkan kekayaan besar (capital gain) yang relatif cepat. Sementara bagi investor yang lain, saham memberikan
83 Universitas Sumatera Utara
penghasilan yang berupa deviden. Adapun jenis-jenis saham antara lain saham biasa (common stock) saham preferen (preferren stock) dan saham komulatif preferen (commulative preferren stock) Riyanto ( 2005).
2.1.1.1. Harga Saham Harga saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut Van Horne (2012) harga pasar saham merupakan ukuran indeks prestasi perusahaan, yaitu seberapa jauh manajemen telah berhasil mengelola perusahaan. Menurut Sartono (2008) bahwa harga saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham cenderung naik. Dan sebaliknya suatu saham kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun. Menurut Sawidji (1996;46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga): 1.
Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk
menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2.
Harga Perdana
84 Universitas Sumatera Utara
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. 3.
Harga pasar Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor,
maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar. Harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis fundamental. Pada analisis teknikal harga saham ditentukan berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu, sedangkan dalam analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, seperti laba dan dividen. Hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Harga saham merupakan harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham. Dalam penelitian ini, harga saham yang dimaksud adalah rata-rata harga saham 5 (lima) hari setelah publikasi laporan keuangan pada periode pengamatan. Laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang relevan dengan model keputusan yang digunakan oleh investor dalam
85 Universitas Sumatera Utara
membuat keputusan buy, hold, atau sell saham. Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek, maka harga saham cenderung akan naik. Menurut Nainggolan (2008), hal-hal penting yang merupakan faktor makro atau pasar yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah tingkat inflasi dan suku bunga, kebijakan keuangan dan fiskal, situasi perekonomian dan situasi bisnis internasional. Sedangkan faktor mikro perusahaan yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah pendapatan perusahaan, dividen yang dibagikan, arus kas perusahaan, perubahan mendasar dalam industri atau perusahaan dan perubahan dalam perilaku investasi misalnya merubah investasinya dari saham menjadi obligasi. Kekuatan pasar dapat juga dilihat dari data mengenai sisa beli dan sisa jual. Bagi investor yang memerlukan investasi jangka panjang maupun jangka pendek perlu memperhatikan likuiditas suatu saham dan posisinya di pasar, apakah diminati masyarakat atau tidak.
2.1.1.2. Perubahan Harga Saham Harga saham merupakan harga yang terbentuk di bursa saham dan umumnya harga saham itu diperoleh untuk menghitung nilai saham. Faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal Brigham (1993). Menurut Kodrat (2010), Faktor internal yang mempengaruhi harga saham adalah
86 Universitas Sumatera Utara
keputusan dividen, struktur permodalan dan risiko. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham adalah peraturan yang ada, resesi ekonomi, sentimen pasar dan lain – lain. Terdapat dua pendekatan dalam penilaian saham yaitu : 1.
Analisis saham fundamental (Fundamental Security Analysis)
2.
Analisis teknikal (Technical Analysis)
2.1.2. Pemecah Saham (Stock Split) 2.1.2.1.
Pengertian Stock Split
Pemecah saham atau stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham sehingga harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya Hartono (2009). stock split juga diartikan sebagai tindakan memecahnilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil dan jumlah lembar saham yang beredar menjadi banyak sesuai dengan faktor pemecahan (split factor). Jika sebelum pemecahan saham harga saham di pasar Rp 1.000 per lembar, maka setelah adanya pemecahan saham harga saham baru yang berlaku di pasar menjadi Rp 500 per lembar Novita (2005). Stock split biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Secara teoritis stock split tidak memiliki nilai ekonomis karena stock split hanyalah mengganti saham yang beredar dengan cara menurunkan nilai pari saham sedangkan saldo modal saham dan laba yang ditahan tetap sama. Banyaknya peristiwa stock split di pasar modal memberikan indikasi bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktik pasar modal karena stock split menjadi
87 Universitas Sumatera Utara
salah satu alat manajemen untuk membentuk harga pasar perusahaan, dan dalam praktik di pasar modal apabila perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang bagus maka harga akan meningkat lebih cepat. Secara umum, stock split akan cenderung meningkatkan kinerja pasar. Pada hari pencatatatan terakhir, kecenderungan harga saham akan naik dibandingkan dengan harga sekarang. Seberapa besar kenaikannya tergantung target harga stock split-nya. Bila target harga saham baru sesudah stock split Rp 4000 maka harga saham sebelum stock split akan cenderung naik setara Rp 8000. Namun demikian hari hari menuju target tersebut akan terjadi fluktuasi kenaikan dan penurunan harga saham yang dipengaruhi oleh faktor lain baik peristiwa dalam negeri maupun global. Menuju hari pencatatan terakhir, harga saham yang terbentuk merupakan harga penyesuaian. Para investor yang sudah berpengalaman dalam membeli saham dengan tujuan mendapatkan dividen akan mencari waktu dan harga yang tepat pada kurun waktu tersebut. Kombinasi antara peristiwa pembagian dividen dengan peristiwa stock split nampaknya merupakan upaya memberikan sinyal yang positif. Dengan pemilihan waktu dan harga yang tepat dalam kurun waktu tersebut, maka investor akan mendapat dividen tanpa atau dengan penurunan nilai pada harga sahamnya. Dapat dipastikan hal tersebut akan terwujud dengan prasyarat tidak terjadi peristiwa politik yang dapat mengejutkan pasar. Dengan adanya stock split, saham emiten di pasar akan lebih murah dan jumlahnya pun akan lebih banyak. Dengan kondisi deperti ini, maka perdagangan saham pelaku stock split diharapkan bisa lebih likuid dan kemampuannya menggalang dana untuk perusahaan akan semakin baik. Selain itu, dengan murahnya harga saham tersebut, kesempatan masyarakat luas untuk ikut memiliki saham ini akan semakin tinggi.
88 Universitas Sumatera Utara
Beberapa penelitian dan pendapat mengenai alasan perusahaan melakukan stock split diantaranya oleh Indah (2003). Peneliti berpendapat bahwa pengumuman stock split di pasar merupakan sinyal yang positif terhadap aliran kas perusahaan di masa yang akan datang. Sinyal positif dari pengumuman stock split menginterpretasikan bahwa manajer perusahaan akan menyampaikan prospek yang baik sehingga dianggap dapat meningkatkan kesejahteraan investor, selain itu stock split juga menunjukkan sinyal yang valid karena tidak semua perusahaan dapat melakukannya. Hanya perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik yang dapat melakukan stock split, karena untuk melakukan stock split, perusahaan harus menanggung semua biaya yang ditimbulkan oleh stock split tersebut.
2.1.2.2. Mekanisme Stock Split Aksi korporasi stock split dapat berperan sebagai salah satu upaya mencapai pemberdayaan. Stock split dapat menjadikan harga saham secara absolut lebih rendah. Investor yang semula tak dapat menjangkau harga saham, melalui stock split menjadi terjangkau. Stock split merupakan perwujudan pemerataan untuk para investor untuk membeli dan memiliki saham. Melalui stock split frekuensi perdagangan saham cenderung meningkat atau lebih likuid. Perdagangan saham yang likuid akan cenderung meningkatkan harga sahamnya. Mekanisme dan informasi mengenai kebijakan stock split akan diberitahukan oleh Dewan Direksi berdasarkan dengan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sebagai contoh nilai nominal saham yang semula sebesar Rp 500,(lima ratus rupiah) menjadi sebesar Rp 250,- (dua ratus lima puluh rupiah) per saham. Jika dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memutuskan adanya perubahan
89 Universitas Sumatera Utara
anggaran dasar, keputusan tersebut dibuat dihadapan notaris yang ditunjuk oleh Dewan Direksi. Perubahan anggaran dasar tersebut harus diterima dan dicatat oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum serta didaftarkan dalam daftar perusahaanpada kantor pendaftaran perusahaan daerah setempat. Sehubungan dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengenai persetujuan untuk melakukan konversi sahamnya menjadi catatan elektronik (tanpa warkat) dalam rekening efek perusahaan efek atau bank kustodian dimana pemegang saham membuka rekening efeknya (konversi saham) dan pemecahan nilai nominal saham dari Rp 500,- (lima ratus rupiah) per saham menjadi sebesar Rp 250,-
(dua ratus lima puluh rupiah) per saham, Dewan
Direksi akan memberitahukan tata cara konversi saham dan pemecahan nilai nominal saham.
2.1.2.3.
Alasan Melakukan Stock Split
Para ahli keuangan melakukan penelitian terhadap beberapa manajer perusahaan yang melakukan stock split. Dari hasil penelitian mereka, dapat disimpulkan berbagai alasan para manajer perusahaan dalam melakukan stock split adalah sebagai berikut: 1.
Sebagian besar manajer perusahaan yang melakukan split percaya bahwa stock split akan mengembalikan harga saham pada kisaran perdagangan yang optimal yang selanjutnya dapat menambah daya tarik investor untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham likuid untuk diperdagangkan.
2.
Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split serta efek yang ditimbulkannya tertuang dalam beberapa hipotesis yakni hipotesis signaling dan liquidity. Penjelasan ini didukung oleh adanya pandangan bahwa
90 Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang melakukan stock split akan menambah daya tarik investor akibat semakin rendahnya harga saham. 3.
Harga saham yang semakin rendah akan menambah kemampuan saham tersebut untuk diperjual belikan setiap saat dan akan meningkatkan efisiensi pasar.
2.1.3. Teori Kebijakan Dividen Dividen merupakan laba yang dibagikan kepada pemegang saham atau pembayaran sejumlah dana kepada pemegang saham sesuai jumlah saham yang dimilikinya Skousen ( 2001). Kieso (2008) menyatakan pembagian dividen umumnya didasarkan atas akumulasi laba, yaitu laba ditahan, atau atas beberapa pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor. Dividen merupakan salah satu keputusan penting untuk memaksimumkan nilai perusahaan disamping keputusan investasi dan struktur modal (keputusan pemenuhan dana). Kebijakan dividen ialah keputusan untuk membagikan keuntungan atau menahannya untuk melakukan investasi kembali didalam perusahaan. Model dasar harga saham memperlihatkan bahwa jika perusahaan yang bersangkutan menjalankan kebijakan untuk membagikan tambahan dividen tunai, hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dalam peningkatan harga saham. Namun jika dividen tunai meningkat, maka akan semakin sedikit dana yang tersedia untuk melakukan investasi kembali, sehingga tahap pertumbuhan yang diharapkan untuk masa akan datang akan rendah, dan hal ini akan menekan harga saham Erlina (2008). Ada tiga pendapat mengenai Kebijakan dividen, yaitu : 1.
Dividen tidak mempengaruhi harga saham. Teori ini berdasarkan pandangan bahwa Kebijakan dividen tidak akan mempengaruhi baik rancangan investasi
91 Universitas Sumatera Utara
atau struktur modal dan tidak akan mempengaruhi terhadap aliran kas pada masa depan. Berdasarkan pandangan ini, keefisienan pasar modal menjadi kritis dan cukai diabaikan. 2.
Dividen akan menurunkan harga saham. Jika kadar cukai investor atas dividen lebih besar dari untung laba modal, maka investor akan berusaha untuk
melakukan
investasi
kembali
pendapatan
mereka
untuk
memaksimumkan return setelah cukai mereka. Sudah tentu, berdasarkan alasan ini, jika tarif cukai atas capital gain melebihi tarif dividen, maka akan terjadi sebaliknya. Dividen akan menaikkan harga saham. Pendapatan dari dividen merupakan hal yang sangat diharapkan oleh investor. Dengan asumsi seperti ini, keputusan manajer untuk menaikkan dividen merupakan tanda bahwa perusahaan tersebut mempunyai kemampuan untuk menghasilkan keuntungan pada masa yang akan datang, hal ini akan mendorong harga saham menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, dividen yang rendah merupakan tanda yang kurang baik dan akhirnya akan menurunkan harga saham. Disamping itu pembagian dividen merupakan pertanda bagi investor. Kenaikan dividen yang sangat besar menandakan bahwa manajer merasa sangat optimis, sedangkan penurunan dividen menunjukkan bahwa manajer pesimis terhadap masa depan perusahaan. Kebijakan dividen perusahaan akan menarik minat kalangan investor tertentu yang sepakat tentang kebijakan dividen perusahaan Erlina (2008).
2.1.3.1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Beberapa faktor lain yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan dividen, antara lain:
92 Universitas Sumatera Utara
1.
Kas atau likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang memiliki laba ditahan yang cukup tetapi manajemen memutuskan untuk menginvestasikan kedalam aktiva riil maka perusahaan tidak membayar dividen dalam bentuk kas.
2.
Kebutuhan pembayaran utang perusahaan. Adanya batasan dalam perjanjian pinjaman kepada kreditur. Misalnya pembayaran dividen hanya dapat dilakukan setelah laba yang tersedia bagi pemegang saham dikurangi dengan angsuran pinjaman atau apabila modal kerja mencapai tingkat tertentu.
3.
Tingkat ekspansi yang tinggi memerlukan dana yang besar sehingga laba yang diperoleh lebih baik ditahan.
4.
Aksesibilitas perusahaan di pasar modal berpengaruh terhadap kebijakan dividen, yaitu dipengaruhi oleh usia dan skala perusahaan.
5.
Pembatasan dari saham Preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferan belum dibayar.
6.
Kebutuhan dana untuk
Investasi,
perusahaan
yang berkembang selalu
membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek – proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri (equity) dapat berupa penjualan sham baru dan laba ditahan. Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham (flotation cost).
2.1.4.
Ukuran Perusahaan
Menurut Sudarmadji (2007) besar (Ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ketiga variabel
93 Universitas Sumatera Utara
ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut dikenal dalam masyarakat. Semakin besar perusahaan semakin baik aksesnya ke pasar modal, namun memiliki biaya meminjam yang lebih rendah Dari ketiga variabel ini , nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan.
2.1.5. Pertumbuhan Laba ( Earning Growth) Pertumbuhan Laba atau Earnings Growth adalah rasio profitabilitas yang digunakan oleh investor dalam melakukan analisis fundamental untuk pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi price earning ratio (PER) suatu perusahaan. Angkoso (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : (1) Besarnya perusahaan. Semakin besar perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi; (2) Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah; (3) Tingkat Leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba; (4) Tingkat penjualan. Tingkat penjualan dimasa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan dimasa yang akan datang maka pertumbuhan laba semakin tinggi; (5) Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa yang akan datang.
94 Universitas Sumatera Utara
Suatu perusahaan bertujuan untuk medapatkan laba yang semaksimal mungkin dari operasional perusahaannya, karena laba merupakan salah satu indikator utama bagi keberhasilan manajemen dan operasional suatu perusahaan. Laba merupakan pendapatan perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya yang terjadi. Laba bersih (net profit) merupakan pendapatan perusahaan setelah dikurangi bunga dan pajak Husnan (2003). Semakin tinggi laba bersih, akan berpengaruh terhadap besarnya Earning per Share yang menunjukkan profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas yang meningkat menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, yang berbuah kepercayaan investor pada perusahaan sehingga harga saham akan naik. Dengan memperhatikan pertumbuhan laba per lembar saham tersebut dapat dilihat prospek perusahaan di masa yang akan datang sehingga akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Tingkat pertumbuhan laba (earning growth) berpengaruh langsung terhadap perubahan harga saham. Bila harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan dimasa mendatang maka peningkatan laba akan meningkatkan harga saham dan total kapitaslisasi pasar. Bila investor yakin pertumbuhan laba ini terdukung baik, harga saham akan meningkat Marwan (1999). Saham yang beredar dalam pasar modal mempunyai resiko yang dapat merugikan investor jika investor tidak cermat dalam menanganinya. Perusahaan yang memiliki laba stabil akan cenderung memiliki reputasi yang baik dalam mempertahankan pay out rationya. Sedangkan perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba per lembar saham tinggi mengindifikasikan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki profitabilitas yang stabil serta kurang memperhatikan manajemen laba, sehingga mengakibatkan terjadinya ketidakpastian perolehan dividen bagi investor Hanafi (1996).
95 Universitas Sumatera Utara
2.2. Review Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan perubahan harga saham disajikan dalam tabel 2.1. yaitu : Penelitian oleh Fortuna (2010) dengan judul “Analisis pengaruh stock split terhadap perubahan harga saham pada perusahaan go public tahun 2006 – 2008” Dengan hasil stock split tidak membawa pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham. Penelitian oleh Biantoro (2005) dengan judul “Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Bursa Efek Jakarta tahun 2002 – 2003”.Adapun variabel yang di gunakan dalam peneitian ini adalah variabel Independen yaitu Stock Split ,Variabel Dependen yaitu Perubahan Harga Saham, Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemecahan saham berpengaruh positif
Terhadap
Perubahan Harga Saham Penelitian oleh Ewijaya dan Indriantoro (1999) dengan judul “Analisis Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Perubahan Harga Saham”.Adapun variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu laba per saham dan Dividen per saham,Variabel Dependen yaitu perubahan harga saham, Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemecahan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan harga saham relatif. Penelitian oleh Supawi Pawenang (2008) dengan judul “Perubahan Harga Saham Pasca Pengumuman Stock Split Di tinjau dari faktor Pengumuman Tekhnikal dan Fundamental”,Adapun
variabel
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
IHSG,Return on Asset,Net Profit,Margin dan Return On Eqquity,Dengan hasil
96 Universitas Sumatera Utara
penelitian Pengumuman Stock Split tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham Variabel lain yang mempengaruhi harga saham adalah IHSG,Return On Asset dan Net Profit Margin. Penelitian oleh Hamzah dan Burhanuddin (2005) dengan judul “Pengaruh Variabel
Fundamental
Independen
Terhadap
Perubahan
Harga
yang digunakan dalam penelitian ini
Saham”,Adapun
Variabel
adalah Persediaan,Piutang
Dagang,Laba Kotor,Beban Penjualan,Kualitas Laba dan Pertumbuhan Perusahaan Variabel Dependen Perubahan Harga Saham,Dengan hasil penelitian persediaan, piutang dagang,pengeluaran modal,laba kotor,beban penjualan,kualitas laba dan pertumbuhan perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap perubahan harga saham dan secara parsial laba kotor,kualitas laba dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Penelitian oleh Vera Yuniarti (2004) dengan judul “Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur yang aktif di perdagangkan di BEJ”Adapun Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning per share,PER,Kurs Dollar,Frekuensi Perdagangan Tingkat Suku Bunga,Volume Perdagangan,Tingkat Inflasi dan Indeks Harga Saham,Variabel Dependen perubahan harga saham, dengan hasil penelitian Baik secara parsial maupun secara simultan EPS,PER,Volume Perdagangan Saham,Frekuensi Perdagangan Saham,Kurs US Dollar,Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan Terhadap Perubahan harga Saham. Penelitian oleh Titik Sandora (2010) dengan judul “Pengaruh Ratio,Bankinng Ratio dan Return On Equity Terhadap Perubahan Harga Saham”Adapun Variabel Independen yang digunakan pada penelitian ini adalah Quick Ratio,Banking Ratio,ROE,
97 Universitas Sumatera Utara
variabel Dependen Perubahan Harga saham, dengan hasil penelitian Quick ratio,Banking Ratiodan ROE secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham.secara parsial Quick Ratio dan Baking Ratio tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham sedangkan ROE berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan harga saham. Penelitian oleh dicky (2003) dengan judul “pengaruh pemecahan saham yang signifikan terhadap perubahan harga saham” Dengan hasil pemecahan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan. Penelitian oleh permata ( 2009 ) dengan judul “ Analisis pengaruh stock split pada harga saham terhadap volume perdagangan di bursa efek indonesia” Dengan hasil harga saham secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan setelah di lakukan stock split hal ini menyebabkan harga saham turun secara sugnifikan. Rusliati (2010) dengan judul “pemecahan saham terhadap likuditas dan return saham” Dengan hasil perusahaan yang telah melakukan pengumuman stock split mengalami penurunan abnormal return yang artinya terjadi penurunan harga saham.
98 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
1
Nama Peneliti (Tahun) Fortuna (2010)
2
Biantoro (2005)
3
Ewijaya dan Indriantoro (1999)
4
Supawi Pawenang (2008)
5
Hamzah dan Burhanudd in (2005)
6
Vera Yuniarti (2004)
Topik / Judul
Variabel yang diteliti
Analisis pengaruh stock split terhadap perubahan harga saham pada perusahaan go pulbic di bursa efek jakarta tahun 2006 2008
Stock split (pemecahan saham) dan perubahan harga saham
Analisis Pengaruh Stock Split TerhadapPerubahan Harga Saham Pada PT. BEJ Tahun 2002 – 2003 Analisis Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Perubahan Harga Saham Perubahan Harga Saham Pasca Pengumuman Stock Split Ditinjau dari Faktor Pengumuman, Tekhnikal dan Fundamental Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Perubahan Harga Saham Properti Pada BEJ
Pemecahan saham, deviden per share dan IHSG. Harga saham relatif.
Analisis Faktor– Faktor yang Mempengaruhi Paerubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Aktif
Earning per Share, PER, Kurs Dollar, Frekuensi Perdagangan, Tingkat Suku Bunga, Volume Perdagangan, Tingkat Inflasi dan
Hasil Penelitian Pemecahan saham tidak membawa pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham .Namun khusus perubahan harga saham yang naik maka pemecahan saham menaikkan harga saham sedangkan untuk perubahan harga saham yang turun pemecahan saham menurunkan perubahan harga saham Pemecahan saham berpengaruh positif terhadap harga saham relatif
Laba per Saham, Dividen per saham dan perubahan harga saham
Pemecahan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan harga saham relatif.
IHSG, Return on Asset, Net Profit Margin dan Return On Equty
Pengumuman stock split tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham.Variabel lain yang mempengaruhi harga saham adalah IHSG, Return On Asset dan Net Profit Margin
Persediaan, Piutang Dagang, Laba Kotor, Beban Penjualan, Kualitas Laba dan Pertumbuhan Perusahaan
Persediaan, Piutang Dagang, Pengeluaran Modal, Laba Kotor, Beban Penjualan, Kualitas laba dan pertumbuhan perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap perubahan harga saham dan secara parsial laba kotor, kualitas laba dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Baik secara parsial maupun secara simultan EPS, PER, Volume Perdagangan saham, Frekuensi Perdagangan Saham, Kurs USS Dollar, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
99 Universitas Sumatera Utara
Diperdagangkan Di BEJ periode Januari 2000– Desember 2002 Pengaruh Quick Ratio, Banking Ratio dan Return OnEquity Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI
7
Titik Sandora (2010)
8
Dicky Pengaruh pemecahan irmansyah saham yang (2003) signifikan terhadap perubahan harga saham Permata Analisis pengaruh (2009) stock split pada harga saham terhadap volume perdagangan di bursa efek indonesia Rusliati Pemecahan saham (2010) terhadap likuiditas dan return saham
9
10
Indeks Saham
Harga
saham.
Quick Banking ROE Perubahan Saham
Ratio, Ratio, dan Harga
Quick Ratio, Banking Ratio dan ROE secara bersamasama berpengaruh positif terhadap Perubahan Harga Saham.Secara Parsial Quick Ratio dan Banking Ratio tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham sedangkan ROE berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan harga saham. Pemecahan saham (stock split) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan Harga saham secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan setelah dilakukan stock split.hal ini menyebabkan harga saham turun secara signifikan. Perusahaan yang telah melakukan pengumuman stock split mengalami penurunan abnormal return yang artinya terjadi penurunan harga saham
Stock split (pemecahan saham), kebijakan pemecahan saham dan perubahan harga saham Stock split (pemecahan saham),harga saham dan volume perdagangan
Stock split (pemecahan saham),likuditas dan return saham
100 Universitas Sumatera Utara