BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Cemas dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. (Stuart, 2006). Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya
bahaya
yang
mengancam
dan
memungkinkan
seseorang
mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Suliswati, 2006). Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual. Kecemasan juga dapat diartikan sebagai respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif dialami oleh dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah suatu kebingungan atau kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2006). 2. Faktor Pencetus Terjadinya Kecemasan Beberapa faktor pencetus yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan antara lain :
22
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisilogis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu. (Struat, 2006). 3. Tanda dan gejala kecemasan Tanda dan gejala orang yang mengalami kecemasan adalah sebagai berikut : a. Tanda fisik meliputi : badan gemetaran, rejatan, ketegangan otot, nafas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktifitas autonomik, wajah merah dan pucat, tangan terasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, takikardi atau nadi cepat. b. Gejala Psikologis yang meliputi : rasa takut, sulit konsentrasi, Hypervigilance (siaga berlebih), insomnia, libido turun, rasa mengganjal ditenggorokan, rasa mual diperut. 4. Keluhan-Keluhan Mengalami Kecemasan Terdapat beberapa yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami kecemasan (Hawari, 2001) sebagai berikut: a. Khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut c. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
23
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala. 5. Tingkatan Kecemasan (Stuart, 1999) Beberapa tingkatan kecemasan adalah sebagai berikut : a. Kecemasan ringan Kecemasan
ini
berhubungan
dengan
ketegangan
dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada serta meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Kecemasan ini normal dalam kehidupan karena meningkatkan motivasi dalam membuat
individu
siap
bertindak.
Stimulus
dari
luar
siap
diinternalisasi dan pada tingkat individu mampu memecahkan masalah secara efektif. b. Kecemasan sedang Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang yang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Cemas sedang ditandai dengan lapang persepsi mulai menyempit. Pada kondisi ini individu masih bisa belajar dari arahan orang lain. Stimulus dari luar tidak mampu
24
diinternalisasi dengan baik, tetapi individu sangat memperhatikan halhal yang menjadi pusat perhatian. c. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi orang yang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Seseorang memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Lapang persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk berfokus pada area lain, misalnya individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena bencana alam, individu dalam penyanderaan. d. Panik Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat terjadi
25
kelelahan yang sangat bahkan kematian. Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meski dengan perintah, terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya keemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpanan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. 6. Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Kecemasan a. Faktor psikoanalitis Cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi cemas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. b. Faktor interpersonal Cemas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan
interpersonal.
Cemas
juga
berhubungan
dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami cemas yang berat. c. Faktor perilaku Cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk
26
mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap cemas sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori konflik memandang cemas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya adanya hubungan timbal balik antara konflik dan cemas. Konflik menimbulkan cemas dan cemas menimbulkan
perasaan
tidak
berdaya,
yang
pada
gilirannya
meningkatkan konflik yang dirasakan. d. Faktor keluarga Gangguan cemas biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan cemas juga tumpang tindih antara gangguan gangguan cemas dngan depresi. e. Faktor biologis Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk
benzodiazepin,
obat-obatan
yang
meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GAMA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan cemas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat cemas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai faktor penyebab cemas. 7. Kesiapan Ibu Saat Menjelang Menopause Menurut Nugraha (2007) kesiapan ibu saat menghadapi menopause dipengaruhi oleh :
27
a. Psikis Pikiran-pikiran negatif mengenai menopause, bahwa menopause adalah permulaan kemerosotan memasuki usia tua, hilangnya kualitas feminim dan seksual wanita dapat mempengaruhi kesiapan wanita dalam menghadapi menopause. b. Peran keluarga Kurangnya dukungan dan perhatian keluarga pada wanita yang mulai memasuki masa menopause dimana mulai mengalami gejalagejala menopause, dapat mempengaruhi kesiapan mereka dalam menghadapi menopause. c. Informasi Kurangnya informasi yang didapat mengenai menopause dapat menyebabkan pandangan yang negatif terhadap menopause sehingga mempengaruhi kesiapan wanita dalam menghadapi menopause. d. Budaya Budaya juga ikut berpengaruh terhadap kesiapan wanita menghadapi menopause, contohnya pada budaya Patriarki dimana menopause langsung dikaitkan dengan ketidakmampuan perempuan dalam memberikan kepuasan seksual pada laki-laki. 8. Kecemasan Saat Menjelang Menopause Menurut National Institutes of Health (2005), setiap wanita saat memasuki usia menopause merupakan suatu pengalaman yang unik. Beberapa wanita mungkin akan mengalami gejala-gejala menopause
28
seperti gangguan suasana hati, panik, gangguan tidur, tekanan, sakit otot, alergi dan sakit kepala. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan produksi estrogen. Perubahan suasana hati juga dapat disebabkan oleh tekanan dari keluarga seperti kehilangan anak atau perasaan yang melelahkan. 9. Upaya Menghadapi Menopause Menurut Nugraha (2007) dalam menghadapi perubahan-perubahan fisik maupun kejiwaan pada masa menopause, diperlukan persiapan saat menjelang menopause dalam berbagai hal yaitu : a. Menyadari bahwa menopause merupakan hal yang sifatnya alamiah dimana semua wanita akan melaluinya. Secara umum melalui wawancara yang efektif dan pendidikan tentang masa menopause, diharapkan para wanita akan lebih tabah menghadapinya. b. Perlunya bantuan keluarga (terutama suami dan anak-anak) untuk mendampingi dan memberi dukungan saat wanita memasuki masa menopause. c. Perlunya pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak, tinggi serat, vitamin C, dan kalsium. d. Perlunya olah raga untuk mengurangi keluhan yang timbul akibat gejala menopause. e. Pengobatan, yang bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obat pengganti hormon.
29
B. Menopause 1. Pengertian Menopause adalah masa di mana haid sama sekali berhenti (Halim, 1996). Menurut Nutraforbalance (2006) menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir yang disebabkan menurunnya fungsi ovarium. Seseorang disebut menopause jika tidak lagi menstruasi selama 12 bulan atau satu tahun. Hal ini umumnya terjadi ketika perempuan memasuki usia 48 hingga 52 tahun (BKKBN, 2006). 2. Tahap-tahap menopause Tahap-tahap dalam menopause menurut Nirmala (2003) meliputi : a. Pramenopause Masa tiga hingga sepuluh tahun sebelum datangnya menopause. Seorang wanita akan mulai mengalami gejala-gejala berikut ini : 1) Datangnya haid tidak teratur. 2) Suasana hati berubah-ubah. 3) Gejolak panas selama waktu haid. b. Menopause Adalah masa yang ditandai dengan berhentinya haid yang disebabkan tubuh sudah kehabisan sel telur dan penurunan hormon estrogen. Pada masa ini wanita mengalami berbagai gejala berikut : 1) Hot flushes atau hot flashes, yaitu gejolak panas yang dirasakan pada tubuh bagian atas. 2) Keringat yang berlebihan dan jantung sering berdebar keras.
30
3) Tekanan darah meningkat (gejala ini tidak kasat mata). 4) Berat badan bertambah, tubuh serasa menggelembung atau membengkak. 5) Vagina mengering. 6) Osteoporosis atau rapuh tulang. c. Pascamenopause Adalah tahap atau sebagian besar penderitaan akibat menopause telah menghilang. “Hot flushes“ telah mereda atau tidak sesering sebelumnya, dan emosi mulai stabil. Tahap-tahap menopause dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 : Tahap-tahap menopause ((Manuaba, 1999)
Paskamenopause
Pramenopause Menopause
estrogen
gonadotropin 43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Umur (dalam tahun) 3. Rata-rata usia menopause Dari hasil studi retrospektif dan cross-sectional diketahui bahwa umur rata-rata seorang wanita memasuki masa menopause menurut Yatim (2001) adalah sebagai berikut :
31
a. Pada wanita Eropa (ras Kaukasus) adalah umur 47, 49-50,2 tahun b. Pada wanita ras Negro adalah umur 49, 31 tahun c. Pada wanita ras Melanesia adalah umur 47, 3 tahun d. Pada wanita ras Asia adalah umur 44 tahun 4. Faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat wanita memasuki menopause Faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat wanita memasuki menopause menurut Yatim (2001) yaitu : a. Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarch) Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama mendapat haid pertama dengan umur sewaktu memasuki menopause. Semakin muda umur sewaktu mendapat haid pertama kali, semakin tua usia memasuki menopause. b. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan Ada peneliti yang menemukan pada wanita yang tidak menikah dan bekerja, umur memasuki menopause lebih muda dibanding dengan wanita sebaya yang tidak bekerja dan menikah. c. Jumlah anak Peneliti menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan, makin lambat memasuki usia menopause, dimana seorang wanita yang cenderung lebih sering melahirkan akan lambat terkena menopause.
32
d. Penggunaan obat-obat Keluarga Berencana (KB). Karena obat-obat KB memang menekan fungsi hormon dari indung telur, kelihatannya wanita yang menggunakan pil KB lebih lama baru memasuki umur menopause. e. Merokok Wanita perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. f. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut. Dari penelitian yang masih sedikit dilakukan, kelihatannya wanita yang tinggal di ketinggian lebih dari 2000-3000 m dari permukaan laut lebih cepat 1-2 tahun memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tinggal di ketinggian < 1000 m dari permukaan laut. g. Sosio-ekonomi. Seperti juga usia pertama kali mendapat haid, menopause juga dipengaruhi oleh faktor status sosio-ekonomi, dimana seseorang yang mempunyai ekonomi yang minim cenderung lebih mudah emosi. h. Menopause yang terlalu dini dan menopause yang terlambat. Umur rata-rata perempuan Inggris memasuki menopause pada umur 45 tahun sebanyak 4,3 persen dan umur 54 tahun sebanyak 96,4 persen sudah memasuki menopause. Sedangkan pada menopause terlalu dini ditemukan adanya penurunan fungsi kelenjar indung telur mulai umur 30 - 45 tahun.
33
5. Gejala Menopause Terdapat 35 gejala yang lazim dialami oleh wanita selama pramenopause dan menopause menurut Nirmala (2003) yaitu : a. Hot flushes : rasa panas yang mendadak pada wajah, lengan, leher, dan tubuh bagian atas, dan mengucurnya keringat pada malam hari. b. Jantung berdetak lebih cepat. c. Kecenderungan cepat marah atau cepat tersinggung. d. Suasana hati berubah-ubah, air mata keluar mendadak. e. Hilangnya libido, bagi sejumlah wanita begitu terasa sehingga membuat mereka menolak melakukan hubungan seks. f. Vagina mengering, mengakibatkan rasa sakit pada saat berlangsungnya hubungan seks. g. Haid tidak teratur : lebih sedikit atau lebih banyak bahkan membanjir, siklus lebih pendek atau lebih panjang. h. Kesulitan tidur pulas sepanjang malam, dengan atau tanpa gangguan mengalirnya keringat secara berlebih. i. Kelelahan secara berlebihan. j. Kram atau kejang urat. k. Payudara mengendur. l. Sulit berkonsentrasi, berorientasi, dan gelisah. m. Gangguan karena hilangnya memori. n. Inkontinensia : mengeluarkan urine tanpa bisa dicegah terutama saat bersin dan tertawa. Ini mencerminkan hilangnya kelenturan otot halus.
34
o. Kulit terasa gatal-gatal. p. Sendi, otot, urat terasa sakit dan ngilu-ngilu. q. Keseimbangan sering hilang. r. Perasaan takut, prihatin, murung termasuk ketakutan membayangkan kematian. s. Pusing kepala semakin sering atau semakin jarang terjadi. t. Radang perut, pencernaan terganggu, muncul gas dalam perut atau usus, dan mual-mual. u. Depresi, timbul perasaan tidak berdaya. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan terapi sulih hormon. v. Berat badan bertambah, terutama di bagian pinggang dan paha, sehingga garis pinggang hilang. w. Terjadinya bengkak-bengkak pada sebagian tubuh. x. Memburuknya kondisi kesehatan. y. Meningkatnya alergi. z. Rambut rontok atau menipis di kepala, kemaluan atau seluruh tubuh, meningkatnya bulu-bulu pada wajah. å. Perasaan cemas tanpa penyebab yang berarti. bb. Perubahan bau tubuh. cc. Timbulnya perasaan seperti tersengat listrik di bawah kulit dan kepala, lapisan jaringan antara kulit dan otot seperti terkena jepretan karet. Ini tanda-tanda awal dari “hot flashes”.
35
dd. Gelenyar-gelenyar di kaki dan tangan, mungkin juga merupakan gejala kekurangan vitamin B 12, penyakit diabetes, perubahan kelenturan pembuluh darah, menipisnya kadar potasium atau kalsium. ee. Gangguan pada gusi, misalnya pendarahan. cc. Lidah terasa panas, langit-langit seperti terbakar, mulut masam, nafas berbau. gg. Osteoporosis (beberapa tahun sesudahnya). hh. Perubahan pada kuku : lebih lunak, retak-retak dan mudah patah. ff. Tinnitus : telinga mendengar suara-suara yang mengganggu 6. Dampak menopause Sebagian besar wanita di Indonesia tidak mengetahui dampak yang bisa timbul saat memasuki masa menopause. Ketidaktahuan itu didasari pandangan yang menganggap menopause merupakan gejala alami. Padahal saat memasuki masa tidak haid itu lagi, wanita bisa saja menjadi rentan terhadap penyakit fisik seperti “ hot flushes“, sakit kepala, sakit sendi
dan
otot,
sakit
punggung,
vagina
mengering
sehingga
mengakibatkan rasa nyeri sewaktu senggama, pengeroposan tulang, dan penyakit jantung. Penyakit fisik tersebut dapat berdampak pada segi biologis wanita tergantung dari berat ringannya gejala fisik yang dialami. Dapat demikian ringan pada seseorang, namun bisa sampai melumpuhkan aktivitas sehari-hari pada wanita yang lain. Menopause juga berdampak pada segi psikologis wanita, karena kebanyakan wanita menganggap menopause sebagai gerbang selamat
36
datang usia lanjut, pudarnya daya pikat fisik dan seksual, bahkan pikiran yang menganggap usia lanjut adalah anggota masyarakat yang tidak produktif yang hanya menciptakan beban dalam hidup. Hal ini menyebabkan wanita merasa murung, merasa tidak disayangi, mudah tersinggung, dan marah (Mangoenprasodjo, 2004). Dampak psikologis di atas juga berdampak pada kehidupan sosialnya dimana mengakibatkan kesulitan berhubungan dengan orang lain. Menurut Yatim (2001), gangguan dalam hubungan sosial dapat berupa curiga berlebihan, kurang berkonsentrasi, dan tidak mampu memberikan keputusan. Selain dampak-dampak tersebut, menurut Nugraha (2006) ada juga perubahan yang kadang terjadi selama menopause yaitu pada gairah seksual wanita pada masa menopause. Gairah seksual tersebut dapat bertambah dan menurun. Pengurangan gairah seksual sering disebabkan oleh karena adanya anggapan bahwa sejak menopause identitas kewanitaan mereka berkurang, apalagi perubahan fisik disekitar organ intim dimana vagina terasa kering dan vulva menjadi tipis membuat hubungan seks terasa sakit, sehingga para wanita menghindari hubungan intim. Hal itu tentu saja akan mengecewakan pasangannya, tidak jarang pasangannya dalam hal ini suami mencari kepuasan di luar. Sebaliknya gairah seks yang meninggi disertai rasa kesepian dan kecewa karena ditinggalkan oleh suami yang tetap sibuk dan tidak mengerti bahwa istrinya sedang menghadapi masa yang rawan, ditambah
37
rasa sepi ditinggalkan oleh anak-anak yang sudah besar yang tidak terlalu membutuhkan perhatian lagi, dapat mendorong wanita usia menopause mencari kepuasan pada pria lain atau memiliki pria lain. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan di Jakarta oleh sebuah media massa bahwa faktor utama wanita mencari pria lain selain suami adalah kesepian (22%), disusul rasa kecewa terhadap suami (14%), selanjutnya faktorfaktor lain seperti iseng, mencari kepuasan bercinta, mencari variasi, sering bertemu di tempat kerja, dan lain-lain. Apalagi adanya faktor bahwa wanita diusia menopause umumnya telah menyelesaikan ambisi dan citacita mereka serta tidak mungkin untuk hamil, membuat mereka lebih leluasa untuk memiliki pria lain. Tentu saja semua ini tergantung pada status ekonomi, moral, serta sejauh mana keharmonisan hubungan dengan pasangan mereka dalam menikmati kehidupan seksualnya. 7. Pilihan terapi dalam menghadapi menopause Beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan dalam menghadapi menopause menurut Nirmala (2003) yaitu : a. Terapi hormon Terdiri dari terapi sulih hormon (TSH) dan terapi sulih hormon alami (TSHA). TSH menyangkut suplai hormon estrogen bagi wanita yang mengalami menopause. TSH adalah terapi pemberian estrogen dengan tujuan melindungi tulang dan jantung wanita yang sudah menopause. Sedang TSHA merupakan terapi yang mengandung progesteron alami, 17beta estradiol, DHEA, pregnenolon, dan
38
testosteron alami.
Wanita yang
menggunakan hormon
alami
dianjurkan untuk melakukannya di bawah pengawasan dokter, karena berdasarkan survai Women’ s Health Initiative, akibat buruk TSHA ternyata lebih besar dibandingkan manfaatnya. TSHA ternyata dapat meningkatkan resiko kanker payudara, penyakit jantung, stroke, dan penyumbatan pembuluh darah. b. Naturopati Metode pengobatan naturopati bersifat holistik dan person centered, tidak bisa dipukul rata untuk pengobatan setiap pasien. Tergantung pada jenis kelamin, sifat dan karakter pasien. Naturopati tidak mengobati gejalanya, tetapi sumber atau penyebab penyakitnya. Pengobatan naturopati dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pengaturan pola makan, pemberian suplemen dengan dosis tertentu, pengaturan aktivitas, penggunaan manual therapy, dan sebagainya, sampai kepada pemberian herbal atau fitofarmaka, yaitu menggunakan preparat tanaman dalam bentuk single extraction. c. Aromaterapi Aromaterapi adalah sistem perawatan dan penatalaksanaan kesehatan dengan menggunakan minyak esensial yang diperoleh dari saripati tumbuhan aromatik, contohnya Rose, Geranium, Lavender, Rosemary, dan lain lain.
39
d. Akupunktur Terapi ini diterapkan berdasarkan konsep energi kehidupan (chi atau qi dalam pengobatan Cina tradisional). Para pakar pengobatan Cina percaya bahwa qi mengalir dalam tubuh melalui 12 saluran yang disebut meridian. Jika alirannya terhambat maka gejala-gejala penyakit akan muncul. Dengan menusukkan jarum-jarum akupunktur pada titiktitik tertentu, maka aliran qi lancar kembali dan hambatan dapat dihilangkan. Khusus bagi wanita menopause, akupunktur dapat mengurangi gejolak panas, mengatasi depresi, uring-uringan, dan rasa cemas. e. Gizi Gizi memainkan peran yang penting bagi wanita menopause dalam menjaga kesehatan, karena wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen. Untuk menggantikannya, ia perlu mengkonsumsi
makanan
yang
mengandung
fitoestrogen
yang
terkandung dalam banyak bahan makanan seperti serealia (beras merah, havermut), biji-bijian (wijen), buah-buahan (stroberi, jeruk), kacang-kacangan (kedelai, kacang hijau), dan sayuran (buncis, brokoli). f. Pengendalian emosi Dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan seperti menikmati pijitan, mandi air hangat dengan shower, mendengarkan musik, dan olah nafas.
40
g. Olahraga Olahraga bermanfaat bagi wanita-wanita dalam tahun-tahun menopause. Menurut Susan Lark seperti yang ditulis oleh Nirmala (2003), bahwa olahraga membantu meringankan bahkan mencegah banyak gejala menopause seperti “hot flashes” dan mengucurnya keringat pada malam hari, penipisan dan iritasi vagina serta saluran kencing, depresi, insomnia, osteoporosis, dan meningkatnya faktor resiko kardiovaskuler (yang berkaitan dengan jantung).
C. Tingkat Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Notoatmodjo (2003). Pengetahuan adalah terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) (Notoatmodjo, 2003). Padmonodewo (2000) menyatakan pengetahuan sebagai sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat (Notoatmodjo, 2003).
41
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan didalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan. Tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. Pada ibu saat mejelang menopause diharapkan dapat menyebutkan gejala-gejala dan penyebab lain dari menopause kepada orang lain serta untuk dirinya sendiri. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Hal ini diharapkan pada ibu saat mejelang menopause dapat menjelaskan alasan dari mengapa perlu tahu tentang tingkat kecemasan menjelang menopause.
42
c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukun-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Pada ibu saat menjelang menopause diharapkan dapat melakukan persiapan dalam menghadapi menopause. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yaitu dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
43
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku terbentuk, yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Budiono, 1998). Pengetahuan yang harus diberikan dan diketahui oleh ibu saat menjelang menopause meliputi arti tentang menopause, gejala dan tanda-tanda, pengobatannya, gejala menopause, dan kecemasan yang muncul. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pengetahuan terdiri
beberapa faktor antara lain a. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru. b. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas. c. Kultur Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.
44
d. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana pada ibu saat menjelang menopause tidak mempunyai cukup informasi tentang menopause, sehingga tidak mengetahui dengan benar tanda dan gejala menopause. Pengalaman seseoramg pada dasarnya dipengaruhi oleh pendidikan seseorang, dimana semakin baik pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuan serta informasi yang dimiliki. Menurut Notoatmodjo (2002) menyatakan bahwa pendidikan memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru. Pengetahuan juga diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri, serta melalui alat-alat komunikasi, misalnya membaca, mendengar radio, melihat televisi. Selain itu pengetahuan diperoleh sebagai akibat pengaruh dari hubungan orang tua, kakak adik,
tetangga,
kawan-kawan
dan
lain-lain.
Sosial
ekonomi
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang di bidang kesehatan, sehubungan dengan kesepakatan memperoleh informasi karena adanya fasilitas atau media informasi. Banyak wanita menengah dan golongan atas yang walaupun menjadi ibu dan pengatur rumah tangga tetapi tidak mau pasif, tergantung, dan tidak berkorban diri secara tradisional (Notoatmodjo, 2002).
45
3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawacara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden. Pengetahuan yang ingin diketahui oleh peneliti dapat disesuaikan dengan tingkat responden yang ada (Notoatmodjo, 2002). a. Cara Mencari Pengetahuan Ada berbagai macam cara untuk mencari atau menperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang di kelompokkan sebagai berikut : 1) Tradisional Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis (Notoatmodjo, 2002). 2) Cara coba-salah (trial and error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada seseorang yang menghadapi persoalan, maka upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah (Notoatmdjo, 2002).
46
3) Cara kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi berikutnya. Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2002). 4) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar maka diperlukan berpikir kritis dan logis (Notoatomodjo, 2002). 5) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran
47
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2002). 6) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2002).
48
D. Kerangka Teori Faktor Pengaruhi Kecemasan 1. Faktor Psikoanalitik 2. Faktor Interpersonal 3. Faktor Perilaku 4. Faktor Keluarga 5. Faktor Biologis
Faktor Pencetus Kecemasan : 1. Ancaman terhadap intregritas fisik 2. Ancaman terhadap sistem diri
Tingkat Kecemasan pada ibu saat menjelang menopause : - Cemas Ringan - Cemas Sedang - Cemas Berat
Faktor Penguat 1. Pengetahuan
Gambar 2.2. Kerangka Teori Stuart (2006)
E. Kerangka Konsep Variabel Independent
Variabel dependent
Tingkat pengetahuan tentang
Tingkat Kecemasan ibu saat menjelang menopause.
menopause
Gambar 2.3. Kerangka Konsep
49
F. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang terdapat dalam penulisan ini adalah variabel independent yaitu
tingkat pengetahuan tentang menopause dan variabel
dependent yaitu tingkat kecemasan ibu saat menjelang menopause.
G. Hipotesis Penelitian Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu menjelang menopause di Desa Krengseng Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
50