BAB I PENDAHULUAN
A. Judul
: Analisa aspirin dan kafein dalam tablet
B. Tujuan
: Tujuan dari percobaan yang dilakukan pada analisa aspirin dan kafein dalam tablet adalah: 1. Menentukan kadar aspirin suatu tablet 2. Menentukan kadar kafein suatu tablet
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.1. Aspirin Aspirin adalah obat salisilat, yang bekerja dengan cara mengurangi zat dalam tubuh yang menyebabkan rasa sakit, demam, dan peradangan. Terkadang, aspirin digunakan untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan kejang. Aspirin digunakan hanya untuk keadaan kardiovaskular di bawah pengawasan dokter. Namun aspirin juga memiliki beberapa efek samping dari penggunaannya, seperti efek hematologis (meningkat ketika perdarahan terjadi, berkurang dalam kelekatan platelet, hemorrhage), reaksi hipersensitivitas, dan efek CNS (tinnitus, depresi). Dalam penggunaan aspirin, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu, seperti aspirin akan berkontra-indikasi pada pasien penderita bisul perut, yang dikenal sebagai alergi, hemofilia, gangguan hemorrhagic, dan gagal ginjal. Serta yang harus diperhatikan, pastikan bahwa manfaat penggunaan aspirin lebih besar daripada resiko dalam menggabungkan penggunaan warfarin, heparin, dan obat lainnya yang meningkatkan resiko berdarah. (Sandika, 2010) Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin. Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik. Sifat antipiretik dan analgenik yang ditemukan berasal dari senyawa salicin. Salicin merupakan kelompok glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian gula terikat pada non-glikosa L. Untuk menganalisa kandungan aspirin dapat digunakan titrasi asam basa menggunakan NaOH setelah kristal aspirin dilarutkan dalam etanol (pelarut organik) (Wahyuewmuslim, 2008). Aspirin pertama kali digunakan dalam pengobatan oleh Dresser pada tahun 1899. Aspirin pertama kali dibuat oleh Kalbe pada tahun 1874 dengan mengubah asam salisilat dengan anhidrid asam asetat. Asam hidrogen pada gugus hidroksil dari asam salisilat telah diganti dengan gugus acid yang juga dapat dilakukan dengan menggunakan asetil klorida dengan asam salisilat pada keton.
Aspirin merupakan senyawa ester fenil yang tersubstitusi. Sebagaimana bentuk ester aromatik pada umumnya, aspirin mempunyai gugus rawan yang sangat peka dengan kata lain aspirin relatif tidak stabil terhadap pengaruh hidrolisis terhasifis asam spesifik dan basa spesifik. Ditambah bentuk kurva yang sigmoid sebagai hasil hidrolisis antar aspirin. (Gisvold, Wilson. 1982).
A.2. Kafein Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama-sama senyawa tefilin dan teobromin. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit. Rumus kimianya ialah C6H10N4O2 dan nama sistematik kafein ialah 1,3,7-trimetilxanthine atau 3,7-dihidro-1,3,7-trimetil-1 H-purin-2,6dione. Kafeina atau lebih populernya kafein, merupakan senyawa alkanoid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopim daun teh, buah kola, guarana, dan mate, namun sumber utama kafeina dunia adalah biji kopi. Kandungan kafeina pada kopi bervariasi, tergantung pada jenis biji kopi dan metode pembuatan yang digunakan. Secara umum, satu sajian kopi mengandung sekitar 40 mg (30 mL espresso varietas arabica) kafeina, sampai 100 mg kafeina untuk satu cangkir (120 mL) kopi. (Anonim, 2007) Kafeina (1,3,7-trimetilxanthine) ditemukan dalam kopi, teh, coklat, minuman ringan dan banyak obat-obatan merupakan senyawa yang paling banyak ditemui di kelompok tumbuhan alkaloid. Kafeina yang bersifat basa memiliki kemiripan bentuk dengan beberapa metabolit endogen, mampu melewati penghalang darah di otak (blood-brain barrier) dan plasenta, serta terdistribusi di cairan intraseluler. Sifat-sifat tersebut yang memungkinkan kafeina untuk dapat mempengaruhi banyak jaringan dalam tubuh manusia, termasuk sistem saraf pusat, sistem kardiovaskuler, dan otot skeleton (Kafarelli, 1999). Kafein atau 1,3,7 trimetil xantin adalah basa yang sangat lemah dalam air atau alkohol tidak terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk
putih, dan alkaloid ini tidak berbau juga rasanya pahit. Kafein terlarut dalam air dengan perbandingan 1:50, alkohol dengan perbandingan 1:75, atau kloroform dengan perbandingan 1:6. Dalam pengobatan kafein adalah obat pilihan antara tiga santin untuk memperoleh efek stimulan pada susunan saraf pusat. Aksi stimulan ini hampir fisiologik alami dan menolong untuk menghindari kelemahan, kelelahan, dan ngantuk. Kelihatannya sedikit toleransi bertambah terhadap stimulan kafein, sebab itu habitual peminum kopi berlanjut karena pengalaman stimulasi dari hari ke hari, biasanya kafein tidak mempunyai nilai dalam keadaan lain, meskipun aksi farmakologi lain, meskipun stimulasi berlebihan, akan menjadi berlebihan ketika dosis terlalu banyak dan mengakibatkan aksi lain. (Connors, Amaidon, 1997)
BAB III METODE A. Alat dan bahan A.1. Analisa Aspirin a. Alat : 1. Neraca digital 2. Lumpang porselen 3. Labu ukur 4. Pro pipet 5. Erlenmeyer 6. Pipet tetes 7. Corong 8. Buret 9. Pepet tetes 10. Kompor b. Bahan : 1. Tabnel Aspirin 2. Alkohol 95%, 25 ml 3. Indikator pp 4. Aquades 5. NaOH 0,1 N A.2. Analisa Kafein a. Alat : 1. Neraca digital 2. Lumpang porselen 3. Labu ukur 4. Pro pipet 5. Kertas saring 6. Erlenmeyer 7. Pipit tetes 8. Buret
9. Corong b. Bahan : 1. Tablet kafein 2. Alkohol 95%, 25 ml 3. H2SO4 10%, 5 ml 4. Iodin 0,1 N , 25 ml 5. Amilum 6. Na2S2O3 B. Cara Kerja B.1. Analisa Aspirin Tablet aspirin yang akan digunakan dalam percobaan ini ditimbang dan beratnya dicatat. Kemudian tablet digerus dengan lumpung porselen sampai halus. Hasil gerusan dimasukan ke erlenmeyer dan lumpang porselen dicuci dengan alkohol 95% sebanyak 25 ml kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer. Erlenmeyer digoyang-goyang selama 5 menit, setelah itu erlenmeyer dipanaskan dengan kompor sampai mendidih lalu didinginkan. Larutan dimasukan kedalam labu ukur dan ditambahkan aquades sampai tanda batas. Larutan diambil sebanyak 20 ml, ditambah 5 ml aquades dan indikator pp sebanyak 3 tetes. Setelah itu larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna larutan berubah menjadi merah muda yang tetap sampai waktu 1 menit. Volume titran dicatat dan percobaan ini di ulangi sebanyak 2 kali. Kadar aspirin dihitung dengan menggunakan rumus :
% kadar aspirin
Aspirin (mg/tablet)
100 x Vol rata rata NaOH x 0,01802 x 100 % = 20 Berat tablet
=
100 x (Vol rata rata NaOH x 18,02) 20
B.2. Analisa Kafein Tablet kafein yang digunakan dalam praktek ini ditimbang, dicatat merk serta kadarnya. Kemudian tablet digerus dengan lumpang porselen dan dimasukan kedalam labu ukur. Lumpang porselen dicuci menggunakan alkohol 95% sebanyak 25 ml dan dimasukan kedalam labu ukur, setelah itu digoyang-goyang selama 5 menit. Setelah digoyang-goyang, ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 5 ml dan Iod 0,1 N sebanyak 20 ml, kemudian diencerkan dengan aquades hingga tanda batas dan disaring menggunakan kertas saring. Hasil penyaringan dikocok dan didiamkan selama 10 menit. Setelah itu, larutan diambil sebanyak 20 ml dan dimasukan kedalam erlenmeyer. Ditambahkan amilum sebanyak 3 tetes, dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga jernih. Volume titran dicatat, dan percobaan diulang sebanyak 2 kali. Kadar aspirin dihitung menggunakan rumus :
% kadar kafein
100 x Vol rata rata Na 2 S 2O3 x 0,00483 20 20 x 100 % = Berat tablet
100 Kafein (mg/tablet) = 20 x Vol rata rata Na 2 S 2O3 x 4,83 20
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAAN ► Pembahasan pengamatan aspirin: A. Tabel Hasil Tabel hasil pengamatan aspirin Berat Teblet
Vol. NaOH (ml)
Rata2 vol NaOH
Kadar Aspirin % Kadar mg/tablet
(gr)
1
2
3
(ml)
0,574
5
5
5
5
77,94
450,5
B. Pembahasaan Aspirin adalah obat salisilat, yang bekerja dengan cara mengurangi zat dalam tubuh yang menyebabkan rasa sakit, demam, dan peradangan. Terkadang, aspirin digunakan untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan kejang. Aspirin digunakan hanya untuk keadaan kardiovaskular di bawah pengawasan dokter. Mengkonsumsi aspirin setiap hari, bahkan pada dosis rendah sekitar 7mg, mampu mengurangi resiko jangka panjang untuk beberapa jenin kanker, terutama kanker usus dan esofagus. (Sandika, 2010) Pada percobaan pertama ini yaitu menentukan kadar aspirin dalam tablet, teblet aspirin yang digunakan digerus terlebih dahulu menggunakan lumpang porselen. Tujuan penggerusan ini adalah untuk menghaluskan teblet aspirin agar lebih mudah dilarutkan karena jika sudah digerus, maka luas permukaannya lebih kecil dibandingkan dalam bentuk teblet. Hasil gerusan tablet aspirin dimasukan kedalam erlenmeyer, dan lumpang porselen yang telah digunakan dicuci menggunakan alkohol 95%. Tujuan dari mencuci lumpang porselen ini agar butiran-butiran aspirin yang masih tertinggal di lumpang porselen dapat terlarut dalam alkohol, karena aspirin bersifat polar sehingga akan mudah larut dalam alkohol yang juga bersifat polar. Hal ini berdasarkan teori “like dissolves like”, yang berarti senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar juga. Alkohol yang digunakan untuk mencuci lumpang porselen, dimasukan kedalam erlenmeyer yang sama lalu digoyang-goyang. Proses penggoyangan erlenmeyer ini bertujuan agar larutan ini dapat tercampur secara homogen atau
merata. Setelah digoyang-goyang selama 5 menit, erlenmeyer dipanaskan hingga mendidih. Tujuan dari proses pemanasan ini adalah untuk mempercepat reaksi agar reaksi berlangsung dengan sempurna, ketika erlenmeyer dipanaskan ikatan COOH terputus manjadi COO- dan H+. Setelah dipanaskan, larutan didinginkan, ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein (pp) dan ditambahkan aquades. Penambahan aquades ini bertujuan untuk mengencerkan larutan agar lebih mudah bereaksi dan penambahan indikator pp bertujuan memperlihatkan titik ekuivalen larutan. Setelah itu karena aspirin dititrasi denga larutan NaOH 0,1 N, karena aspirin bersifat asam sehingga harus dinetralkan dengan basa. Dalam titrasi ini, terjadi reaksi sebagai berikut:
O
O O
C
O
CH3
C
CH3
+ NaOH
+ H2O COONa
COOH
Titrasi dihentikan setelah warna yang semula putih jernih menjadi merah jambu dan bertahan hingga 1 menit. Jika reaksi terjadi kelebihan NaOH, maka reaksi yang terjadi:
O
O O
C
O
CH3
+ NaOH COOH
C
CH3
+ COOH ONa
Pada percobaan penentuan kadar aspirin ini, dilakukan metode titrasi alkalimetri. Titrasi alkalimetri termasuk dalam jenis metode titrasi netralisasi. Titrasi alkalimetri merupakan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar. Larutan basa standar yang biasa digunakan dalam titrasi alkalimetri adalah larutan standar basa kuat (NaOH dan KOH). Larutan standar yang digunakan pada percobaan ini adalah NaOH 0,1 N. Titrasi alkalimetri digunakan dalam percobaan ini karena
aspirin bersifat asam, sehingga dapat dinetralisasi menggunakan basa (dititrasi menggunakan NaOH). Setelah dilakukan proses titrasi, didapat data dari hasil 3 kali pengulangan percobaan. Dari 3 kali pengulangan percobaan, volume NaOH yang didapat selalu 5,0 mL, sehingga hasil rata-rata volume NaOH yang didapat 5 mL. Dengan data berat tablet aspirin 0,634 gr dan rata-rata volume NaOH 5 mL, dilakukan perhitungan kadar aspirin. Hasil yang didapat setelah dilakukan perhitungan adalah, kadar aspirin dalam tablet sebesar 77,94% dan kadar aspirin dalam mg/tablet adalah 450,5 mg/tablet atau 0,45 gr/tablet. Pada kemasan tablet aspirin, tertera kadar aspirin sebesar 5,0 gr/tablet. Namun setelah dilakukan percobaan, hasil yang didapat sebesar 0,45 gr/tablet. Hasil percobaan ini sudah mendekati kadar yang tertera dalam kemasan tablet aspirin. Jika tablet ini dikonsumsi, dengan data yang ada maka keamanannya dapat dijamin karena masih didalam batas normal kadar aspirin untuk dikonsumsi sehari-hari. ► Pembahasaan pengamatan Kafein A. Tabel Hasil Tabel hasil pengamatan kafein Berat Teblet
Vol. Na2S2O3 (ml)
Rata2 vol
Kadar Na2S2O3 % Kadar mg/tablet
(gr)
1
2
3
NA2S2O3 (ml)
0,634
2,4
2
2
0,634
7,12
45,16
B. Pembahasan Kafeina atau lebih populernya kafein, merupakan senyawa alkanoid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, buah kola, guarana, dan mate, namun sumber utama kafeina dunia adalah biji kopi. Terlalu banyak kafeina dapat menyebabkan peracunan (intoksikasi) kafeina atau mabuk akibat kafeina. Gejala penyakit ini
antara lain ialah keresahan, kerisauan, insomnia, keriangan, muka merah, sering kencing (diuresis), dan masalah gastrointestial. (Anonim, 2009) Pada percobaan kedua ini yaitu menentukan kadar kafein dalam teblet, teblet kafein (merk panadol) yang digunakan digerus terlebih dahulu hingga halus menggunakan lumpang porselen. Tujuan penggerusan ini adalah untuk menghaluskan tablet kafein agar teblet kafein lebih mudah dianalisis karena permukaannya akan lebih kecil sehingga dapat dengan mudah larut dalam air. Hasil gerusan dimasukan kedalam labu ukur dan lumpang porselen di cuci menggunakan alkohol 95%. Tujuan dari mencuci lumpang porselen ini agar butiran-butiran kefein yang masih tertinggal di lumpang porselen dapat terlarut dalam alkohol, karena kafein bersifat polar sehingga akan mudah larut dalam alkohol yang juga bersifat polar. Hal ini berdasarkan teori “like dissolves like”, yang berarti senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar juga. Alkohol yang digunakan untuk mencuci lumpang porselen, dimasukan kedalam labu ukur yang sama lalu digoyang-goyang. Proses penggoyangan labu ukur ini bertujuan agar larutan ini dapat tercampur secara homogen atau merata. Setelah itu ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 5 mL dan Iod 0,1 N sebanyak 20 mL dan juga ditambahkan aquades hingga tanda batas labu ukur. Penambahan H2SO4 10% bertujuan untuk mempercepat reaksi larutan (sebagai katalisator), karena larutan H2SO4 10% bersifat eksotermis sehingga larutan tidak perlu dipanaskan lagi untuk memutuskan ikatan rangkap pada kafein. Penambahan Iod 0,1 N bertujuan untuk menganalisa kafein sehingga akan terjadi reaksi antara ikatan rangkap kafein dengan dengan ikatan iod yang disebut reaksi adisi, sedangkan penambahan aquades pada larutan
bertujuan untuk
mengencerkan larutan sehingga larutan lebih mudah bereaksi. Setelah itu, larutan disaring menggunakan kertas saring yang bertujuan agar larutan dapat terpisah dari endapan atau partikel-partikel berukuran besar yang dapat mengganggu ketika proses titrasi. Hasil
dari
penyaringan
digoyang-goyang
yang
bertujuan
untuk
mencampurkan larutan hingga merata (homogen). Rumus reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :
CH3 N
I
N
O
+ I2 → N
N CH3
CH3
O
C C
N
C
N
N
I
Larutan kemudian diambil sebanyak 20 mL dan dimasukan kedalam erlenmeyer, ditambahkan amilum sebanyak 3 tetes. Penambahan amilum pada larutan adalah sebagai indikator yang akan menunjukan titik akhir titrasi (titik ekuivalen) dan amilum akan membuat larutan mengalami perubahan warna dari warna biru kehitaman menjadi bening. Larutan kemudian dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 0,1 N sebagai zat penitran, dan proses titrasi dihentikan ketika larutan menunjukan perubahan warna dari biru kehitaman menjadi bening. Na2S2O3 0,1 N juga berfungsi untuk menetralkan Iod yang tidak ikut bereaksi (kelebihan Iod pada reaksi adisi). Fungasi proses titrasi adalah untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan menggunakan titran yang telah diketahui konsentrasi dan volumenya. Ketika proses titrasi, reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut : I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6. Dalam penentuan kadar kafein ini, titrasi yang digunakan ialah titrasi iodometri. Titrasi iodometri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau berbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide. Iodide adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya. Dalam reaksi redoka harus selalu ada oksidator dan reduktornya, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepas elektron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron). Karena itu, tidak mungkin hanya ada oksidator saja atau reduktor saja. Dalam metode analisis ini, sampel dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 terediksi menjadi ion iodida : A ( Reduktor ) + I2 → A ( Teroksidasi ) + 2 I-. Hal inilah yang membuat kita dalam penentuan kadar kafein menggunakan titrasi iodometri.
Setelah proses titrasi selesai, didapati data dari 3 kali pengulangan percobaan penentuan kadar kafein. Dari percobaan pertama, volume Na2S2O3 yang didapat sebanyak 2,4 mL, percobaan kedua dan ketiga volume Na2S2O3 yang didapat sebanyak 2 mL. Dengan berat tablet kafein (merk Panadol) 0,634 gr dengan rata-rata volume Na2S2O3 2,13 mL, dilakukan perhitungan kadar kafein. Hasil yang didapat setelah dilakukan perhitungan adalah, kadar kafein dalam teblet sebesar 7,12% dan kadar kafein dalam mg/tablet sebesar 45,16 mg/tablet. Pada kemasan tablet kafein (merk Panadol), tertera kadar kafein sebesar 65 mg/tablet. Namun setelah dilakukan percobaan ini, hasil yang didapat sebesar 45,16 mg/tablet. Hasil percobaan mengalami selisih yang cukup jauh dengan kadar yang ada pada tablet, ini dapat terjadi dikarenakan kesalahan dalam proses percobaan misalnya kesalahan dalam proses penyaringan. Tetapi tetap dapat ditarik kesimpulan jika tablet ini dikonsumsi, dengan data yang didapat maka keamanannya dapat dijamin karena masih dalam batas normal kadar kafein untuk dikonsumsi.
BAB V KESIMPULAN ► Percobaan pertama Pada percobaan pertama yang bertujuan untuk menentukan kadar aspirin dalam suatu tablet, didapat beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Pada percobaan ini menggunakan metode titrasi alkalimetri 2. Perubahan warna larutan yang dutunjukan oleh indikator pp, yaitu warna larutan yang awalnya bening menjadi merah muda. 3. Kadar aspirin dalam persen (%) yang diperoleh dari hasil percobaan sebesar 77,94% dan kadar aspirin dalam mg/tablet sebesar 450,5 mg/tablet. ► Percobaan Kedua Pada percobaan kedua yang bertujuan untuk menentukan kadar kafein dalam suatu tablet, didapat beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Pada percobaan ini mengguakan metode titrasi iodometri 2. Perubahan warna larutan yang ditujukan oleh indikator amilum yaitu warna larutan biru kehitaman menjadi bening. 3. Kadar kafein dalam persen (%) yang diperoleh dari hasil percobaan sebesar 7,12% dan kadar aspirin dalam mg/tablet sebesar 45,16 mg/tablet.
DAFTAR PUSTAKA Anonim A. 2007. Fakta Kafein. http://spazipuccino.multiply.com/journal/item/4. Diakses tanggal 5 Maret 2009. Connors, Amaidon, Svela.1997. Stabilitas Kimiawi Sedvafarmasi Edisi II Jilid I. New York: John willey and sons. Gisvold, wilson. 1982. Kimia Farmasi dan Medicine Organik Edisi VIII Bagian II. Semarang Press. Kalmar, J.M. dan Kafarelli, E. 1999. Effect of Caffeine on Neuromuscular Function. www.jappl.org. Diakses tanggal 20 Maret 2013. Putri,
S.D. 2010. ASPIRIN. http://health.detik.com/read/2010/07/02/00620/1391485/769/aspirin. Diakses tanggal 2 Juli 2010. Wahyuewmuslim. 2008. Esterifikasi Fenol : Sintesis Aspirin. http://farmasi07itb /2008/12/17/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/. Diakses tanggal 4 Maret 2009.
LAMPIRAN ► Perhitungan penentuan kadar Aspirin Diketahui :
Vol rata-rata NaOH
= 5 ml
Berat tablet
= 0,578 gr
100 x Vol rata rata NaOH x 0,01802 20 x 100 % = Berat tablet
% kadar aspirin
100 x 5,45 ml x 0,01802 20 x 100 % 0,605 gr
= 81,16 %
Aspirin (mg/tablet)
=
100 x (Vol rata rata NaOH x 18,02) 20
=
100 x ( 5,45 ml x 18,02) 20
= 491,045 mg/tablet ► Perhitungan penentuan kadar kafein Diketahui :
Vol rata-rata Na2S2O3 = 2,13 ml Berat tablet
%kadar kafein
= 0,634 gr
100 x Vol rata rata Na 2 S 2O3 x 0,00483 20 20 x 100 % = Berat tablet 100 x 2,13 ml x 0,00483 20 20 x 100 % = 0,634 gr = 7,12 %
100 Kafein (mg/tablet) = 20 x Vol rata rata Na 2 S 2O3 x 4,83 20 100 = 20 x 2,13 ml x 4,83 20 = 45,16 mg/tablet