BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Timbal atau Timah Hitam (Pb) 1. Definisi Timbal Timbal atau Timah Hitam adalah elemen kimia dengan simbol (Pb), dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama
Lead.Dalam bahasa Indonesia
disebut dengan timah hitam. Senyawa Pb sering digunakan antara lain dalam baterai, solder, aditif dalam bensin dan insektisida
[11]
. Timbal dalam susunan
unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Kadarnya dalam lingkungan meningkat karena penambangan, peleburan dan berbagai penggunaannya dalam industri [12] . Pb adalah logam berat berwarna kelabu kebiruan dengan titik leleh 327o C dan titik didih 1.620 o C. Pada suhu 550 – 600
o
C, timbal menguap dan
bereaksi dengan Oksigen dalam udara membentuk Timbal Dioksida. Bentuk oksida yang paling umum adalah timbal II dan senyawa Orano Metalik. Bentuk yang terpenting adalah Timbal Tetra Etil (TEL), Timbal Tetra Metil (TML) dan timbal stearat
[2]
.
2. Sumber Timbal (Pb) Partikel timbal (Pb) merupakan salah satu sumber kontaminasi di dalam produk makanan/ minuman yang dikalengkan dan makanan/ minuman jajanan yang dijual di pinggir jalan. Hasil penelitian dari Mukono (2002) dapat digambarkan dari sepuluh jenis makanan/ minuman jajanan yang dijual di
pertimbangan bahwa Pb memiliki sensitivitas tinggi dalam meningkatkan angka oktan, dimana setiap tambahan 0,1 gram timbal per 1 liter
gasoline
mampu menaikkan angka oktan sebesar 1,5 – 2 satuan angka oktan. Disamping itu Pb merupakan komponen yang paling murah dibanding zat lain untuk menaikkan 1 satuan angka oktan. Pertimbangan lain Pb dapat menekan kebutuhan aromat sehingga proses produksi relatif lebih murah dibandingkan produksi gasoline tanpa Pb
[13]
.
4. Pencemaran Udara Oleh Timbal Sumber pencemar Pb selain dari transportasi adalah dari buangan industri, pembakaran batu bara yang mengandung Pb, penguapan lava dan lain-lain. Berdasarkan analisis yang pernah dilakukan dapat diketahui kandungan bermacam-macam senyawa Pb yang ada dalam kendaraan bermotor. Berikut adalah perbandingan kandungan senyawa Pb dalam gas buang kendaraan bermotor pada saat mesin kendaraan mulai dinyalakan t=0 jam dan setelah t = 18 jam dinyalakan
[2]
.
Tabel 2.1 Kandungan senyawa Pb dalam gas buang kendaraan bermotor Senyawa Pb Konsentrasi Pb (%) 0 jam 18 jam PbBrCl PbBrCl2PbO PbCl Pb(OH)Cl PbBr 2 PbCl 2PbO 2 Pb(OH)Br PbO 2 PbCO 3 PbBr 2PbO 2 PbCO 2PbO
32,0 31,4 10,7 7,7 5,5 5,2 2,2 2,2 1,2 1,1 1,0
12,0 1,6 8,3 7,2 0,5 5,6 0,1 21,2 13,8 0,1 29,6
[2]
berkurang jauh (50% untuk PbBrCl) dan
menjadi sangat sedikit untuk
PbBrCl PbO. Sedangkan kandungan oksida-oksida Pb (PbO 2
2
) dan
PbCO 2PbO mengalami peningkatan yang sangat tinggi dan menggantikan 2
posisi 2 kandungan buangan pertama setelah masa pembakaran berjalan sampai t = 18 jam [2] . Dalam lapisan udara TEL terurai dengan cepat karena adanya sinar matahari. Tetra etil Pb akan terurai membentuk trietil-Pb, dietil-Pb dan monoetil-Pb . Semua senyawa uraian dari
tetra etil-Pb tersebut memiliki bau
yang spesifik seperti bau bawang putih, sulit larut dalam minyak akan tetapi semua senyawa turunan ini dapat larut dengan baik dalam air. Senyawasenyawa Pb dalam keadaan kering dapat terdispersi di udara, kemudian terhirup saat bernafas dan sebagian akan menumpuk di kulit dan atau terserap oleh daun tumbuhan
[2]
.
Dalam bahan bakar kendaraan bermotor selain ditambahkan Pb dan tetra metil-Pb biasanya ditambahkan bahan
tetra etil-
scavenger , yaitu
etileendibromida (C H Br ) dan etilendichlorida (C H Cl ). Senyawa ini dapat 2
4
2
3
4
2
mengikat residu Pb yang dihasilkan setelah pembakaran sehingga di dalam gas buang terdapat senyawa Pb
[14]
.
5. Bahaya Timbal (Pb) Pb pada gasoline memiliki dampak negatif terhadap lingkungan hidup termasuk kepada kesehatan manusia. Dampak negatif ini adalah bahwa pencemaran Pb udara menurut penelitian merupakan penyebab terhadap peningkatan akumulasi kandungan Pb dalam darah terutama pada anak-anak. Kerugian pemakaian bahan bakar yang mengandung Pb pada mesin kendaraan adalah timbulnya kerak deposit, sisa pembakaran yang menumpuk
merupakan jalan pemajanan terbesar dan melalui saluran pencernaan, terutama pada anak-anak dan orang dewasa dengan kebersihan perorangan yang kurang baik. Absorbsi Pb udara pada saluran pernafasan + 40% dan pada saluran pencernaan + 5-10%, kemudian Pb di distribusikan ke dalam darah + 95% terikat pada sel darah merah, dan sisanya terikat pada plasma. Sebagian Pb di simpan pada jaringan lunak dan tulang. Ekskresi terutama melalui ginjal dan saluran pencernaan [2] . ABSORBSI PENYIMPANAN EKSKRESI
Pernafasan
inhalasi
Saluran Saluran nafas nafas atas atas 40% 40%
SSP/ Otak/ jaringan
Tulang 90%
paru
Inhalasi
Darah Darah 95%
Mulut
Faring Saluran
Kulit
Keringat Rambut Kuku
Ginjal 60-75%
Urine
lunak
95% cerna
ingesti
Usus besar
Tinja
Ingesti
Gambar 2.1. Metabolisme Pb dalam tubuh manusia
[2]
1. Absorbsi Absorbsi Pb terutama melalui saluran nafas (40%) dan saluran cerna. Absorbsi Pb melalui saluran nafas dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosilier dan pembersihan alveoler. Deposisi terjadi di nasofaring, saluran trakeobronkhial dan alveolus. Deposisi tergantung pada ukuran partikel Pb, volume nafas dan daya larut. Volume nafas saat istirahat sebanyak 10 ml/menit, deposisi di dalam paru minimal (63%) untuk partikel berukuran 0,1 ml. Partikel yang lebih besar banyak dideposit pada saluran
darah, absorbsi tergantung pada : ukuran partikel, daya larut, volume nafas, dan variasi faal antar individu
[2]
.
2. Distribusi dan penyimpanan Pb mempunyai afinitas tinggi terhadap eritrosit. Sekitar 95% Pb yang berada dalam peredaran darah terikat oleh eritrosit. Selanjutnya Pb disimpan dalam berbagai organ dan 90% tersimpan dalam jaringan tulang. Gigi dan tulang panjang mengandung Pb lebih banyak dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi, adanya Pb dalam tubuh dapat sebagai lead line yaitu pigmen berwarna abu-abu pada perbatasan antara gusi dan gigi. Hal itu merupakan tanda khas keracunan timbal. Pada jaringan lunak, sebagian besar Pb disimpan dalam hati, ginjal, otak dan kulit
[2]
.
3. Ekskresi (Pengeluaran) Pb Ekskresi Pb melalui ginjal, saluran cerna dan keringat. Ekskresi melalui saluran cerna dipengaruhi oleh sekresi aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel dan ekskresi empedu. Melalui filtrasi glomerulus, Pb diekskresi melalui urine. Kadar Pb dalam urine merupakan cerminan pajanan baru, sehingga pemeriksaan Pb urine dipakai untuk evaluasi pajanan okupasional, kadar Pb dalam urine yang diperbolehkan 65 µg/l, sedangkan pada darah tidak boleh melebihi 25 µg/dl. Ekskresi lain melalui feses, keringat, air susu ibu, deskuamasi epitel. Pada umumnya ekskresi Pb berjalan sangat lambat. Pb mempunyai waktu paruh di dalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari, sedangkan pada tulang lebih dari 25 tahun. Ekskresi yang sangat lambat ini menyebabkan Pb mudah terakumulasi dalam tubuh baik pada pajanan okupasional maupun non
diekskresi [16] . Hemoglobin terdiri dari suatu cincin porfirin yang mengandung besi fero (Fe2+ ), mengandung dua rantai a dan dua rantai ß serta 4 gugus heme, yang masing-masing berikatan dengan rantai polipeptida. Masing-masing gugus heme dapat mengikat satu molekul oksigen secara reversibel
[28]
.
Pada keadaan normal, kurang lebih 97% transport oksigen dari paru-paru ke jaringan di bawa dalam campuran kimia dengan hemoglobin dalam sel darah merah, dan sisanya yang 3% dibawa dalam bentuk terlarut dalam cairan plasma dan cairan sel. Dengan demikian pada keadaan normal oksigen dibawa ke jaringan hampir seluruhnya oleh hemoglobin
[17].
Jika oksigen telah berdifusi dari alveli kedalam paru-paru, maka oksigen yang berada dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin ke kapiler jaringan dan dilepaskan untuk digunakan oleh sel. Adanya hemoglobin di dalam sel darah merah memungkinkan darah mengangkut 30-100 kali jumlah oksigen yang dapat ditransport dalam bentuk oksigen terlarut dalam cairan darah. Di dalam sel jaringan oksigen bereaksi dengan berbagai bahan makanan membentuk sejumlah besar energi, asam-asam organik untuk biosintesis komponen sel baru atau untuk reparasi sel-sel yang rusak, karbon dioksida, air dan enrergi. Karbon dioksida tersebut akhirnya akan diangkut oleh hemoglobin ke paru-paru untuk dieksresi
[17]
.
Gambar 2.2 memberikan gambaran langkah-langkah kimia dasar dalam pembentukan hemoglobin. A
P C
C
I. Asam 2 a-ketoglutarat + glisin HC
CH
Gambar 2.2. Pembentukan Hb Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan. Sintesis hemoglobin dimulai dari eritroblast dan terus berlangsung sampai tingkat normoblas dan retikulosit. Retikulosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat- serat retukular. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24 sampai 48 jam pematangan, retikulum kemudian larut dan menjadi sel darah merah yang matang. Dari penyelidikan dengan isotop diketahui bahwa bagian hem dari hemoglobin terutama disintesis dari asam asetat dan glisin, dan sebagian besar sintesis ini terjadi dalam mitokondria. Langkah awal sintesis adalah pembentukan senyawa pirol. Selanjutnya, empat senyawa pirol bersatu membentuk senyawa protoporfirin, yang kemudian berikatan dengan besi membentuk molekul hem. Akhirnya empat molekul hem berikatan satu molekul globin, suatu globulin yang disintesis dalam ribosom retikulum endoplasma, membentuk hemoglobin. Hemoglobin mempunyai berat molekul 64.458. Ikatan hemoglobin dengan oksigen. Gambaran yang paling penting dari molekul hemoglobin adalah kemampuannya mengikat oksigen dengan lemah dan secara reversibel. Fungsi primer hemoglobin dalam tubuh tergantung pada kemampuannya untuk berikatan dengan oksigen dalam paru-paru dan kemudian mudah melepaskan oksigen ini ke kapiler jaringan tempat tekanan gas oksigen jauh lebih rendah dari pada dalam paru-paru [29] . Oksigen tidak berikatan dengan besi ferro yang bervalensi positif dua dalam molekul hemoglobin. Tetapi ia berikatan lemah dengan salah satu dari enam valensi “koordinasi“ dari atom besi. Ikatan ini sangat lemah sehingga ikatan ini mudah sekali reversibel
[29]
.
pembuatnya adalah zat besi. Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoesis. Secara terusmenerus eritrosit diproduksi di sumsum tulang, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat di stimulasi oleh hormon eritropoetin yang di sintesa oleh ginjal. Kapasitas eritropoetin untuk menghasilkan eritropoesis bergantung pada kecukupan pasokan zat-zat gizi dan mineral (terutama zat besi asam folat dan vitamin B12) ke sumsum tulang. Eritropoesis mencakup zat besi, vitamin B12, protein, dan Zn. Eritrosit dikembangkan oleh sel punca melalui retikulosit, dan berkembang menjadi eritrosit dewasa diperlukan waktu sekitar 7 hari [30] . Sel darah merah (eritrosit) hidup dalam sirkulasi kira-kira 120 hari rata-rata sel darah merah pada laki-laki berjumlah 5,4 juta/ml
3
dan pada wanita kira-kira
4,8 juta/ml3 . Sel darah merah dalam sirkulasinnya membawa hemoglobin, sel darah merah yang berbentuk bikonkaf dibentuk dalam sumsum tulang
[18]
. Sel eritrosit
yang paling awal dapat dikenal dalam sumsum tulang adalah pronormoblas yang ada pada pewarnaan biasa. Romanowsky merupakan sel besar dengan sitoplasma biru tua, nukleus di tengah dengan nukleoli dan kromatin yang sedikit mengelompok. Dengan sejumlah pembelahan sel, ini menjadi sederet normoblast yang makin bertambah kecil. Pronormoblas juga berisi hemoglobin lebih banyak dalam sitoplasma. Sitoplasma berwarna biru pucat karena kehilangan alat sintesis RNA dan proteinnya, sementara kromatin inti menjadi lebih padat Tabel 2.2. Nilai Sel Darah Normal
[19]
.
[31]
Pengukuran Pria Satuan Nilai Wanita Hitung eritrosit Hemoglobin Hematokrit MCV MCHC
4,5 – 5,5 13,0 – 16,0 45 –
juta/ µl g/dL % fl g/dL
4,0 – 5,0 12,0 – 14,0 40 – 50 80 – 96 30-35
Sistem Darah dalam Tubuh Manusia ( Hematopoises ) Darah merupakan bagian tubuh manusia yang jumlahnya 6-8 % berat badan total. Empat puluh lima persen sampai enam puluh persen darah terdiri dari sel-sel darah, terutama eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah adalah sebagai media transportasi, memelihara suhu dan keseimbangan cairan asam dan basa [27] . Pengaturan hematopoises dilakukan dalam sumsum tulang belakang. Semua sel darah berasal dari sel induk pluripotensial yang kemudian berdiferensiasi menjadi : 1) sel induk limfoid yang membentuk sel seri limposit dan sel plasma; dan 2) sel induk mulltipotensial mieloid (nonlimfoid) yang selanjutnya berkembang menjadi berbagai jenis sel hematopoitik diantaranya adalah eritrosit, granulosit dan trombosit
[27]
.
Eritrosit mengandung hemoglobin, sedangkan hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen (O ). Jumlah oksigen yang diterima oleh jaringan bergantung 2
pada kadar dan fungsi hemoglobin, pola aliran darah yang efektif dan keadaan jaringan itu sendiri
[27]
.
Pembentukan sel-sel darah dari sel bakal pluripotensial menjadi sel-sel yang berdifer ensiasi diperlihatkan pada gambar 2.2 berikut :
Eritoblas
Eritrosit (sel darah merah) Eosinofil
Mieloblas Sel bakal pluripotensial
Granulosit
Basofil- sel mast Neutrofil
Monoblas
Monisit
Makrofag
F. Pengaruh Timbal Terhadap Kesehatan Pb adalah racun sistemik, keracunan Pb akan menimbulkan gejala rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, ganggunan GI,
anorexia, muntah-muntah,
kolik, encephalitis, wirstdrop, iritasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan dan kebuataan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patogenesis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa Anemia dan Albuminuria [2] . Anak yang terpapar Pb akan mengalami degradasi kecerdasan alias idiot. Pada orang dewasa Pb mengurangi kesuburan, bahkan menyebabkan kemandulan atau keguguran pada wanita hamil, kalaupun tidak keguguran, sel otak tidak bisa berkembang
[20]
. Dampak Pb pada ibu hamil selain berpengaruh pada ibu juga
pada embrio/ janin yang dikandungnya. Selain penyakit yang diderita ibu sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan juga bahan kimia atau obat-obatan, misalnya keracunan Pb organik dapat meningkatkan angka keguguran, kelahiran mati atau kelahiran prematur
[21]
.
Dampak negatif pencemaran Pb di udara menurut penelitian merupakan penyebab potensial peningkatan akumulasi kandungan Pb dalam darah terutama pada anak-anak. Akumulasi Pb dalam darah yang relatif tinggi akan menyebabkan sindroma saluran pencernaan, kesadaran menurun ( cognitive effect ), anemia, kerusakan ginjal, Hipertensi, neuromuscular dan konsekuensi psikologis serta kerusakan saraf pusat dan perubahan tingkah laku. Pada kondisi lain, akumulasi dalam darah ini juga menyebabkan gangguan fertilitas, keguguran janin pada wanita hamil, serta menurunkan tingkat kecerdasaran (IQ) pada anak. Penyerapan timbal secara terus menerus melalui pernafasan dapat berpengaruh pula pada sistem haematopoietic.
itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap berbagai macam fungsi organ tubuh. Konsentrasi Pb dalam darah pada taraf 40-50 µg/dl mampu menghambat sintesis hemoglobin yang pada akhirnya merusak hemoglobin darah
[12,22]
.
Gejala umum ditemukannya kadar Pb darah 40-60 gµ/dl. : a. Perubahan tingkah laku, murung, malas, mudah marah, insomnia, sakit kepala. b. Rasa logam manis di mulut, terutama dalam hubungannya dengan merokok. c. Rasa tidak enak di epigastrum atau kolik di sekitar umbilikus, diare, konstipasi d. Mialgia, neuritis/ neuropati perifer ringan e. Tremor dan peningkatan refleks Tabel 2.3 Standar Pb dalam darah
[32]
Kelompok WHO Anak-anak
<10 µg/ dl
Dewasa
<20 µg/ dl
Dampak dari paparan Pb dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan antara lain: 1. Gangguan neurologi (Gangguan Sistem Syaraf) Sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang dibawa oleh logam Pb. Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan dan kerja. Pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi biasanya mempunyai ciri- ciri kehilangan nafsu
kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan terbentuknya
incranuclear inclution bodie yang
disertai dengan
membentuknya asam amino dan urin. Selain itu Pb juga dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephiropati irreversible, sclerosis vaskuler, seltubulus atropi dan glukosuria. Dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis
[23]
.
3. Gangguan pada sistem reproduksi Efek Pb terhadap reproduksi dapat terjadi baik pada perempuan maupun laki-laki. Pb dapat menyebabkan menurunnya sistem reproduksi, selain itu juga dapat mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Untuk ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan keguguran, kesakitan, dan kematian janin. Sedangkan pada laki-laki dapat menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya jumlah sperma abnormal sehingga untuk proses pembuahan kualitas sperma tidak baik karena dapat menyebabkan kemandulan [23] . Hubungan antara kadar Pb dalam darah dan kelainan yang diakibatkan terhadap kelainan reproduksi perempuan adalah
[24]
:
a) Kadar Pb darah 10 g/dl µ dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan b) Kadar Pb darah 30 g/dl µ mengakibatkan kelainan prematur. c) Kadar Pb darah 60 g/dl µ kibatkan menga komplikasi kehamilan 4. Gangguan terhadap sistem hemopoitik Keracunan Pb dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan sisntesis globin, walaupun tidak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum [23] . 5. Gangguan terhadap sistem cardiovaskuler Pada keracunan Pb akut beberapa pasien menderita
colic yang disertai
gen dalam kultur sel mamalia. Pb anorganik yang tersimpan dalam otak melalui jaringan darah otak dapat menyebabkan kerusakan DNA/ gangguan sintesis DNA, proliferasi sel yang membentuk selanjutnya berkembang menjadi tumor ganas
nodul (benjolan dibawah kulit), [25]
.
Tabel 2.4 Rangkuman Rekapitulasi Dampak Paparan Pb Terhadap Kesehatan Dampak Kesehatan Kadar Pb (µg/dl) Anak Dewasa s/d 10 Penurunan tingkat kecerdasan,
Gangguan pertumbuhan janin
gangguan pertumbuhan tulang 10 s/d 30 Gangguan metabolisme Vit D Gangguan faal listrik susunan saraf, gangguan pendengaran, kelainan prematur, sistem reproduksi 30 s/d 50 Gangguan sintesa hemoglobin Gangguan sintesa hemoglobin, gangguan disfungsi saraf perifer 50 s/d 100 Anemia gangguan ginjal,
Anemia, gangguan ginjal, gangguan otak dan
gangguan otak, dan sistem
sistem saraf pusat, ensefalopati,
saraf pusat, ensefalopati
gastrointestinal
>100 Gastrointestinal, ensefalopati,
Gastrointestinal, ensefalopati, cardiovaskuler
cardiovaskuler
Sumber: modifikasi 23,24,25
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Absorbsi Pb Dalam Darah Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi Pb dalam darah antara lain: 1. Lama Kerja Secara umum lamanya seseorang menjalani suatu pekerjaan akan mempengaruhi sikap dan tindakan dalam bekerja. Semakin lama seseorang
Lamanya seseorang bekerja dalam sehari dapat juga mempengaruhi paparan Pb yang ada dalam darahnya. Semakin lama jam kerja/hari seseorang bekerja sebagai operator SPBU maka semakin besar risiko terpapar Pb
[33]
.
3. Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri merupakan alat yang dipakai oleh pekerja untuk memproteksi dirinya dari kecelakaan yang terjadi akibat pekerjaannya. APD yang dimaksud untuk mengurangi absorbsi Pb adalah masker. Diharapkan dengan pemakaian APD ini dapat menurunkan tingkat risiko bahaya penyakit dari paparan Pb yang bisa diakibatkan oleh pekerjaannya
[33]
.
4. Umur Salah satu faktor yang mempengaruhi absorbsi Pb dalam darah adalah umur. Seseorang yang umurnya semakin tua maka konsentrasi Pb dalam darahnya juga semakin tinggi, dibanding dengan umur yang masih muda. 5. Menstruasi Menstruasi adalah darah yang dikeluarkan oleh wanita setiap bulan sebagai proses hancurnya sel telur yang tidak dibuahi. Biasanya menstruasi berlangsung 1-2 minggu.
H. Riwayat Penyakit Riwayat penyakit yang berhubungan dengan profil darah antara lain: 1. Penyakit Kronis Penyakit kronis adalah penyakit yang proses penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama. Salah satu penyakit kronis adalah Diabetes Mellitus (DM). Penyakit DM merupakan penyakit yang berhubungan dengan darah yaitu hemoglobin. 2. Penyakit Darah
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia dan diakhiri dengan kematian. 4. Penyakit Sumsum Tulang Salah satu contoh penyakit sumsum tulang adalah talasemia. Talasemia merupakan sekelompok penyakit atau kelainan herediter yang heterogen disebabkan oleh adanya defek produksi hemoglobin normal, akibat kelainan sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan morfologi eritrosit dan indeks-indeks eritrosit.
I. Kerangka Teori Dari teori yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut: a. Lama kerja b. Jam kerja/hari c. Alat pelindung diri d. Umur
Profil darah: a. Hemoglobin b. Eritrosit
Menstruasi
Pb dalam darah
Dampak terhadap kesehatan: 1. Gangguan pada sistem syaraf 2. Gangguan pada ginjal 3. Gangguan pada sistem reproduksi 4. Dapat menyebabkan Anemia 5. Gangguan pada sistem Cardiovaskuler 6. Gangguan pada sistem karsinogenik
Riwayat Penyakit: a. Penyakit kronis b. Penyakit darah c. Penyakit keganasan d. Penyakit sumsum tulang
I. Kerangka Konsep Mengacu kepada kerangka teori yang telah dipaparkan, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variabel terikat: Pb dalam darah Hemoglobin Eritrosit
Variabel bebas: Lama kerja
Variabel kontrol/Pengendali: Riwayat penyakit Menstruasi
J. Hipotesis 1. Ada hubungan antara lama kerja dengan Pb dalam darah pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan 2. Ada hubungan antara lama kerja dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan 3. Ada hubungan antara lama kerja dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan 4. Ada hubungan antar a Pb dalam darah dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan 5. Ada hubungan antar a Pb dalam darah dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan