BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu. Individu dapat
saja mempercayai bahwa sebuah perilaku tertentu membuahkan
konsekuensi tertentu, akan tetapi apabila individu tersebut mempunyai keraguan yang besar terhadap kemampuannya maka informasi tentang konsekuensi itu akan berpengaruh pada perilakunya. Keyakinan individu bahwa individu dapat menyelesaikan tugas dengan baik akan menentukan perilaku atau tindakan yang benar-benar dilakukan individu tersebut, seberapa besar usaha yang dilakukan dan seberapa besar ketahanan perilaku tersebut untuk mencapai tujuan akhir. Efikasi diri adalah seberapa kemampuan yang kita rasakan ketika melakukan sesuatu (Myers, 2010). Dalam kehidupan sehari-hari, efikasi diri menuntun kita untuk menyusun tujuan yang lebih menantang dan gigih ketika menghadapi kesulitan. Ketika masalah muncul, perasaan kuat akan efikasi diri menuntun kita tetap tenang dan mencari solusi daripada merenungkan kekurangan kita. Berusaha dan gigih dalam berupaya akan menghasilkan prestasi kemudian dengan prestasi tersebut kepercayaan diri akan tumbuh dengan sendirinya (Myers, 2010).
Menurut Baron dan Byrne (2003) efikasi diriadalah keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Lebih pada bagaimana seseorang memandang untuk pertama kalinya tugas yang diberikan yang kemudian akan berpengaruh pada usaha pencapaian tujuan atau mengatasi hambatan yang ada. Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Efikasi Diri Akademik merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan yang ada dalam diri individu akan kemampuan yang ia miliki. Dengan efikasi diri individu mampu membuat perencanaan guna melawan semua hambatan yang akan diterima demi mencapai tujuan dari tugas-tugas tersebut khusus dalam konteks akademik. 2. Aspek-Aspek Efikasi Diri Bandura (1997) mengemukakan beberapa aspek-aspek dari efikasi diri, yaitu: a. Tingkat kesulitan(Magnitude) Magnitude berkaitan dengan tingkat kesulitan suatu tugas yang dibebankan pada individu. Jika seseorang dihadapkan pada suatu tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan, maka pengharapan efikasi-nya akan mudah jatuh pada tugas-tugas yang mudah, sedang dan sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkat. b. Tingkat kekuatan(Strength) Strenght berkaitan dengan kekuatan penilaian tentang kecakapan individu. mengacu pada derajat kemantapan individu terhadap keyakinan atau harapan
yang dibuatnya. Tingkat efikasi diriyang rendah lebih mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman
yang memperlemahkannya. Individu yang memiliki
efikasi diriyang tinggi akan tekun meningkatkan usahanya meskipun banyak pengalaman yang memperlemahkannya. c. Keadaan umum (Generality) Generality adalah derajat kemantapan individu terhadap keyakinan akan kemampuannya, yakni berkaitan dengan bidang tugas atau tingkah laku, seberapa luas individu mempunyai keyakinan dalam melaksanakan tugas-tugas. Pengalaman
yang
berangsur-angsur
pengharapan
terbatas
pada
bidang
menimbulkan tingkah
penguasaan terhadap
laku
khusus, sedangkan
pengalaman lain membangkitkan keyakinan yang meliputi berbagai bidang tugas. Ada individu yang merasa yakin pada bidang-bidang tugas tertentu, ada individu yang merasa yakin pada banyak bidang tugas. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketika dalam diri individu terdapat ketiga aspek tersebut maka individu akan lebih matang dalam menyikapi persoalan-persoalan yang dihadapi, begitu pula sebaliknya jika ada aspek yang tidak tertanam dengan baik pada diri individu, maka individu akan mudah goyah jika dihadapkan dengan persoalan-persoalan dan individu juga akan merasa tidak mampu untuk memecahkan persoalan itu meskipun hana sebuah persoalan yang sangat sepele. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi dirimenurut Bandura (1997), yaitu : a. Pengalaman pencapaian prestasi (enactive master experience)
Pengalaman pencapaian prestasi adalah prestasi yang pernah dicapai dimasa lalu. Prestasi masa lalu dapat menjadi sumber efikasi diriyang paling kuat pengaruhnya. Prestasi yang baik di masa lalu dapat meningkatkan efikasi diriindividu, begitu pula sebaliknya. b. Pengalaman orang lain (vicarious experiences) Pengalaman orang lain merupakan pengalaman berupa keberhasilan atau kegagalan orang lain. Efikasi diri akan meningkat ketika individu mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi diri individu akan menurun jika mengamati orang lain yang dinilai sama dengan diri invividu dan ternyata mengalami kegagalan. Namun pengalaman ini tidak terlalu berpengaruh ketika figur yang amati berbeda dengan diri individu. c. Persuasi verbal (verbal persuation). Persuasi verbal dapat mempengaruhi tingkat efikasi diri individu. Dorongan orang lain yang menyatakan hal positif atau pujian tentang kemampuan seseorang akan meningkatkan penilaian terhadap kemampuan individu tersebut. Sehingga dapat mengarahkan individu untuk berusaha lebih gigih dalam pencapaian tujuan. d. Kondisi fisiologis dan psikologis (Psychological State and Emotional Arousal). Kondisi situasi yang menekan emosional dapat mempengaruhi efikasi diri. Gejolak emosi, goncangan, dan kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan mengancam akan cenderung dihindari.
Berdasarkan penjabaran di atas maka dapatdiketahui bahwa pengalaman berprestasi dimasa lalu merupakan faktor yang paling berpengaruh pada efikasi diri individu, akan tetapi hal tersebut bukanlah satu-satunya faktor, terdapat tiga faktor lainnya yaitu pengalaman orang lain, persuasi verbal yang dapat berupa pujian atau pernyataan-pernyataan positif, dan yang ketiga adalah kondisi fisiologis dan psikologis individu.
B. Dukungan Sosial 1. Pengertian Dukungan Sosial Menurut Sarafino (1994) dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan, atau kepedulian atau membantu orang menerima sesuatu dari orang lain. Istilah dukungan sosial (social support) digunakan untuk sejumlah aspek yang berbeda dalam hubungan sosial. Dukungan sosial kadang-kadang didefinisikan secara konseptual maupun operasional sebagai adanya. Seperti yang dijelaskan oleh Sarason (1983). Dukungan sosial adalah dimana adanya orangorang yang bisa diandalkan orang yang memperlihatkan pada kita bahwa mereka memperhatikan, menganggap dan mencintai kita. Individu dengan dukungan sosial yang tinggi sangat mungkin memiliki seseorang yang membantunya menemukan solusi untuk memecahkan masalahnya, meyakinkannya bahwa masalah adalah sesuatu hal yang tidak terlalu penting atau memberi semangat (Sarafino, 1994). Individu dengan dukungan sosial yang tinggi akan memiliki pengalaman terhadap stress yang sangat rendah dan mampu mengatasi stress dengan sangat baik (Taylor, 2009).
Menurut Cohen dan Syme (1985) dukungan sosial didefinisikan sebagai sumber potensial yang diberikan oleh orang lain. Dengan melihat dukungan sosial sebagai sumber potensial untuk memperoleh informasi atau hal-hal yang berguna, kita tahu adanya kemungkinan bahwa dukungan tersebut mempunyai dampak negatif
seperti
juga
dampak
positif
terhadap
kesehatan
dan
kesejahteraan.Dukungan sosial merupakan suatu bentuk transaksi antar pribadi yang melibatkan perhatian emosional, bantuan instumental, pemberian informasi dan adanya penilaian (House, 1981). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan perasaan nyaman yang dirasakan oleh individu yang didapatkannya dari lingkungan sekitarnya, individu dengan dukungan sosial yang tinggi akan merasa dihormati dan dihargai, maka tidak menutup kemungkinan jika individu tersebut untukmerasa dicintai dan diterima. Dukungan sosial ini sendiri dapat berdampak negatif maupun positif bagi kesehatan dan kesejahteraan individu. 2. Aspek-Aspek Dukungan Sosial Menurut Cohendan Syme (1985) dukungan sosial terdiri dari empat jenis yaitu: a.
Dukungan emosional. Dukungan ini mencakup empati, kepedulian, kepercayaan, perhatian dari orang lain yang merupakan motivasi utama dalam tinggah laku menolong.
b. Dukungan penilaian positif. Dukungan ini melibatkan pemberian penghargaan atau memberi penilaian atas usaha yang telah dilakukan, memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasinya serta memperkuat dan meninggikan perasaan, harga diri dan kepercayaan akan kemampuan individu tersebut. c. Dukungan instrumental. Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung, penyediaan sarana untuk mempermudah perilaku menolong orang yang menghadapi masalah, dalam bentuk materi maupun dalam bentuk pemberian waktu luang. d. Dukungan informasi. Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa saran, memberi nasihat, arahan, dan informasi yang diberikan untuk menambah pengetahuan seseorang dalam mencari jalan keluar atau memecahkan masalah. Berdasarkan penjelasakan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek yang mempengaruhi dukungan sosial terbagi menjadi empat bagian yakni dukungan emosional yang berupa empati terhadap individu, dukungan penghargaan bisa berupa pujian, dukungan instrumental seperti bantuan finansial dan dukungan informasi dapat berupa tuntunan mengenai bagaimana cara penyelesaian tugas. 3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial Cohen dan Syme (1985) menyebutkan adanya tiga sumber dukungan sosial, yaitu :
a. Keluarga Keluarga merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Kebutuhan-kebutuhan fisik mula-mula berkembang dan terpenuhi dari lingkungan keluarga. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa keluarga dapat menjadi sumber dukungan sosial bagi anggota keluarga yang sedang menghadapi persoalan. Dukungan sosial yang didapat dari keluarga berupa perhatian dan rasa simpati. b. Sahabat Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan penghargaan dalam hubungannya dengan orang lain. Dalam segala hal, manusia membutuhkan penghargaan dalam segala yang telah diperbauatnya. Manusia yang sehat kondisinya akan merasakan dirinya berguna, penting dan membutuhkan penghargaan sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Dorongan ini berupa tingkat persahabatan, kehangatan berkawan, saling membantu dan penerimaan individu. c. Significant Other Significant other yang merupakan orang-orang terdekat yang dianggap penting secara nyata bagi individu dalam proses berkembang dan bersosialisasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dukungan sosial dapat bersumber dari keluarga, sahabat, significant other maupun dari lingkungan sekitar.
C. Hubungan Dukungan Sosial dengan Efikasi Diri Akademikpada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan. Remaja berasal dari kata latin adolencent yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolencent mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). Begitu pula dengan pada masa remaja ini, seorang anak rentan mengalami konflik dengan orang tua, teman sebaya, perubahan mood yang tidak menentu yang didukung dengan kurangnya dorongan dari orang terdekat, sehingga tidak sedikit yang mengalami depresi dan merasa tidak mampu untuk menjalankan semua tugas atau sering disebut juga dengan krisis efikasi diri. Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi dirimerupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu. Individu dapat
saja mempercayai bahwa sebuah perilaku tertentu membuahkan
konsekuensi tertentu, akan tetapi apabila individu tersebut mempunyai keraguan yang besar terhadap kemampuannya maka informasi tentang konsekuensi itu akan berpengaruh pada perilakunya. Keyakinan individu bahwa individu dapat menyelesaikan tugas dengan baik akan menentukan perilaku atau tindakan yang benar-benar dilakukan individu tersebut, seberapa besar usaha yang dilakukan dan seberapa besar ketahanan perilaku tersebut untuk mencapai tujuan akhir. Mengingat bagaimana pengaruh dukungan sosial terhadap efikasi diri akademikpada remaja yang tinggal di panti asuhan pada umumnya. Perilaku yang
ditunjukkan oleh individu dengan efikasi dirilemah adalah banyaknya berdiam diri dirumah, menghindar dan membatasi diri bahkan menarik diri sehingga dengan adanya perilaku tersebut individu menunjukkan bahwa individu mengalami krisis efikasi diri. Jika remaja yang tinggal di panti asuhan mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar, tidak dipandang sebelah mata, dan diperlakukan sama seperti remaja pada umunya maka remaja yang tinggal di panti asuhan dapat menjadikan lingkungan sebagai contoh,sehingga remaja yang tinggal di panti asuhan ini tidak merasa ragu akan kemampuan yang dimilikinya. Dukungan sosial memiliki empat aspek yang dikembangkan oleh Cohen dan Syme (1985) yaitu dukungan emosinal, Dukungan penilaian positif, Dukungan instrumental, dan dukungan informasi. Sedangkan aspek afikasi diri Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri memiliki tiga aspek, yaitu magnitude, strength, dan generality. Aspek dukungan sosialyang pertama adalah dukungan emosionaldimana remaja yang tinggal di panti asuhan mendapakan dukungan yang akan memberinya pujian sehingga remaja merasa dicintai, dihargai dan diterima. Begitu pula dengan aspek kedua dari dukungan sosial yakni dukungan penilaian positif yang mana remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki orang-orang yang senantiasa menganggap diri remaja tersebut mampu dalam mengerjakan tugas meskipun tugas tersebut tidak mudah. Sebagaimana Sarason (1983) mengatakan bahwa dukungan sosial dimana adanya orang-orang yang bisa diandalkan orang yang memperlihatkan pada kita bahwa mereka memperhatikan, menganggap dan mencintai kita. Sehingga kedua aspek ini sejalan dengan aspek afikasi diri yang
pertama yaitu magnitude atau tingkat kesulitan, dimana remaja yang tinggal di panti asuhan yang memiliki tingkat efikasi diritinggi tidak takut untuk mengerjakan sebuah tugas yang dibebankan kepadanya meskipun terkadang beban tersebut tidaklah mudah. Baron dan Byrne (2003) menjelaskan bahwa efikasi diriadalah keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Lebih pada bagaimana seseorang memandang untuk pertama kalinya tugas yang diberikan yang kemudian akan berpengaruh pada usaha pencapaian tujuan atau mengatasi hambatan yang ada. Begitu pula dengan aspek dukungan yang ketiga yakni dukungan intrumental yang mana lingkungan atau orang-orang terdekat dapat memberikan bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu sehingga remaja yang tinggal di panti asuhan ini merasa nyaman, dicintai dan diterima tanpa diperlakukan secara berbeda sehingga remaja yang tinggal di panti asuhan ini mendapatkan kekuatan untuk bangkit dan berusaha lebih gigih karena selalu ada individu yang lain yang senantiasa membantunya mencari jalan keluar dari tugas yang remaja punya. Searah dengan aspek kedua dari efikasi diri adalah strength atau tingkat kekuatan yang mana aspek ini diyakini diperlukan untuk dimiliki oleh remaja yang tinggal di panti asuhan karena dengan memiliki kemantapan terkait penilaian terhadap kecakapan yang dimilikinya maka individu tidak akan goyah oleh pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan, meski pernah gagal akan tetapi dengan adanya aspek ini remaja yang tinggal di panti asuhan masih bisa bangkit kembali dengan semangat yang lebih baik lagi. Sebagaimana
dipaparkan oleh (Myers, 2010) yakni dalam kehidupan sehari-hari, efikasi diri menuntun kita untuk menyusun tujuan yang lebih menantang dan gigih ketika menghadapi kesulitan. Ketika masalah muncul, perasaan kuat akan efikasi diri menuntun kita tetap tenang dan mencari solusi daripada merenungkan kekurangan kita. Berusaha dan gigih dalam berupaya akan menghasilkan prestasi kemudian dengan prestasi tersebut kepercayaan diri akan tumbuh. Aspek keempat dari dukungan sosial merupakan dukungan informasi yaitu adanya orang lain yang yang memberikan informasi ini dapat berupa saran, memberi nasihat, arahan, dan informasi yang diberikan untuk menambah pengetahuan seseorang dalam mencari jalan keluar atau memecahkan masalah sehingga remaja yang tinggal di panti asuhan tidak takut menghadapi tugas yang dimilikinya dan yakin dengan kemampuan yang dimilikinya meskipun harus mengerjakan banyak jenis tugas. Hal ini sejalan dengan aspek dari efikasi diriadalah generality yaitu keadaan umum. Dimana remaja yang tinggal di panti asuhan yakin akan kemampuan yang dimilikinya. Remaja yang tinggal di panti asuhan tidak hanya berpaku pada satu jenis tugas saja akan tetapi juga yakin bahwa dirinya mampu melakukan banyak tugas. Kemantapan hati akan kemampuan yang dimilikinya ini remaja yang tinggal di panti asuhan tidak akan merasa berkecil hati ketika mereka gagal. Terlebih lagi jika remaja mendapatkan suntikan semangat dari lingkungan sekitarnya. Untuk dapat mengatasi masa krisis ini remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang-orang disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini juga sejalan dengan aspek dukungan sosial yang pertama yakni dukungan emosional dimana remaja yang
tinggal di panti asuhan sehingga ketika mereka gagal mereka memiliki tempat setidaknya untuk berbagi keluh sehingga remaja yang tinggal di panti asuhan tidak takut untuk mencoba lain kali. Dorongan orang lain yang menyatakan hal positif atau pujian tentang kemampuan seseorang akan meningkatkan penilaian terhadap kemampuan individu tersebut, Sehingga dapat mengarahkan individu untuk berusaha lebih gigih dalam pencapaian tujuan. Menurut Sarafino (1994) dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan, atau kepedulian atau membantu orang menerima sesuatu dari orang lain. Hal ini sejalan dengan salah satu faktor efikasi diriyaitu persuasi verbal, yang mana ketika remaja yang tinggal di panti asuhan mendapatkan dukungan seperti penghargaan walaupun hanya dalam bentuk pujian sekalipun remaja yang tinggal di panti asuhan akan merasa senang dan merasa diterima oleh lingkungannya. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa adanya perilaku berbeda yang ditunjukkan oleh remaja yang tinggal di panti asuhan ketika menyadari bahwa perbedaan status sosial antara mereka khususnya pada lingkungan sekolah, maka disini sangat dibutuhkan dukungan yang mana dapat membantu mereka agar dapat menjalani semua aktivitas sebagaimana individu lainnya tanpa harus memandang strata. Individu dengan dukungan sosial yang tinggi sangat mungkin memiliki seseorang yang membantunya menemukan solusi untuk memecahkan masalahnya, meyakinkannya bahwa masalah adalah sesuatu hal yang tidak terlalu penting atau memberi semangat (Sarafino, 1994).
Sebagai seorang siswa, remaja yang tinggal di panti asuhan pasti mengalami sedikit goncangan dengan status sosial mereka yang agak berbeda dari temantemannya, akan tetapi ketika dukungan sosial yang didapatkan lebih tinggi maka individu akan melupakan kekurangan yang individu miliki. Tetapi Akan menjadi cerita yang berbeda jika dukungan yang didapatkan oleh individu tidak memadai, maka remaja yang tinggal di panti asuhan akan mengalami masalah-masalah psikologis seperti rendah diri dan canggung, merasa berbeda, enggan untuk bergaul dengan teman sekolahnya, hal ini menyumbang suatu dampak psikologis tersendiri bagi remaja yang tinggal di panti asuhan. Remaja yang tinggal di panti asuhan harus di beri dukungan seperti dukungan emosional, seperti pujian, perhatian sehingga mereka merasa dicintai. Penghargaan-penghargaan seperti ini sangat berarti bagi mereka, walau hanya dalam bentuk pujian, karena hal tersebut dapat memberi makna luar biasa bagi mereka. dukungan penghargaan baik berupa informasi positif maupun masukan yang membangun sehingga dapat membantu remaja yang tinggal di panti asuhan dalam penyelesaian masalah yang dia temui di lingkungan sekitarnya. Dukungan terkait finansial juga dibutuhkann oleh remaja yang tinggal di panti asuhan, hal ini mengingat adanya permasalahan ekonomi yang dimiliki oleh individu sehingga terkadang menjadi penghalang ketika remaja yang tinggal di panti asuhan akan mengerjakan tugas yang di embannya. Ketika remaja yang tinggal di panti asuhan mendapatkan dukungan sosial yang minim maka akan berdampak bagi psikologisnya. Menurut Cohen dan Syme (1985) dukungan sosial didefinisikan sebagai sumber potensial yang diberikan
oleh orang lain. Dengan melihat dukungan sosial sebagai sumber potensial untuk memperoleh informasi atau hal-hal yang berguna, kita tahu adanya kemungkinan bahwa dukungan tersebut mempunyai dampak negatif seperti juga dampak positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan psikologis. Dampak psikologis yang ditimbulkan antara lain adanya perasaan tidak mampu untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya mampu untuk mereka kerjakan, tanpa adanya dukungan sosial individu merasa rendah diri, sehingga tidak adanya sesuatu hal yang bisa membangkitkan semangat yang akan membuat mereka agar melakukan sesuatu yang lebih. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak sedikit remaja yang tinggal di panti asuhan yang pada dasarnya ingin merasakan kehidupan sebagaimana mestinya, bersosialisasi dengan masyarakat, bersekolah, dan lain sebagainya. Akan tetapi semua hal di atas kembali pada bagaimana perlakuan remaja yang tinggal di panti asuhan peroleh dari lingkungan. Ketika lingkungan memperlakukan remaja yang tinggal di panti asuhan sebagaimana individu lainnya maka remaja yang tinggal di panti asuhan pun dapat melakukan suatu hal yang lebih, begitu pula sebaliknya. Tidak menutup kemungkinan bagi remaja yang tinggal di panti asuhan untuk pasrah bahkan sampai merasa rendah diri. Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, peneliti berasumsi bahwa dukungan sosial memiliki peran penting dalam mengembangkan efikasi diridalam diri remaja yang tinggal di panti asuhan khususnya dalam hal efikasi diriacademic. Dengan aspek dukungan sosial yang berhubungan dengan aspek yang dimiliki oleh efikasi diri maka remaja yang tinggal di panti asuhan akan
lebih yakin akan ada kemampuan yang mereka miliki tanpa harus memandang kekurangan ataupun perbedaan strata yang mereka miliki, sehingga dapat menghindari gejolak emosi yang mendorong remaja yang tinggal di panti asuhan untuk merasa rendah diri dan merasa tidak mampu menjalankan tugas sebagaimana mestinya. D. HipotesisPenelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan.