BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Karakteristik Anggaran Anggaran atau budget merupakan salah satu alat yang dapat digunakan oleh pihak manajemen sebagai pedoman untuk menjalankan kegiatankegiatan operasional perusahaan agar tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai. Anggaran terdiri dari serangkaian taksirantaksiran yang dapat dipakai sebagai suatu program untuk menjalankan kegiatan perusahaan pada suatu periode, khususnya pada masa yang akan datang. Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun. (Mulyadi, 2001) Anggaran memiliki karakteristik (Mulyadi, 2001) sebagai berikut: a. anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. b. anggaran pada umumnya mencakup jangka waktu satu tahun. c. anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk menerima tanggung jawab dalam mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. d. usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran. e. sekali disetujui, anggaran dapat diubah dibawah kondisi tertentu. f. secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dijelaskan penyebabnya.
2. Tujuan, Manfaat, dan Kelemahan Anggaran a. Tujuan Anggaran
Tujuan disusunnya anggaran (Nafarin, 2007), antara lain: 1) digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana; 2) memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan; 3) merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana sehingga dapat memudahkan pangawasan; 4) merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal; 5) menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat; 6) menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan. b. Manfaat Anggaran Anggaran mempunyai banyak manfaat (Nafarin, 2007) antara lain: 1) segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama; 2) dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai; 3) dapat memotivasi pegawai; 4) menimbulkan rasa tanggung jawab kepada pegawai; 5) menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu;sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dimanfaatkan seefisien mungkin;alat pendidikan bagi manajer. c. Kelemahan Anggaran Anggaran selain mempunyai banyak manfaat, juga memiliki kelemahan (Haruman dan Rahayu, 2007). Beberapa kelemahan anggaran antara lain: 1) karena anggaran disusun berdasarkan estimasi (permintaan efektif kapasitas produksi, dan lain-lain), maka terlaksananya dengan baik kegiatan-kegiatan tergantung pada ketepatan estimasi tersebut; 2) anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru berhasil apabila dilaksanakan secara sungguh-sungguh; 3) anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bukan menggantikannya; 4) kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang diramalkan sebelumnya, sebab itu anggaran perlu memiliki sifat yang luwes.
3. Fungsi, Jenis, dan Proses Penyusunan Anggaran a. Fungsi Anggaran Ada tiga fungsi yang hendak dicapai dalam penyusunan sebuah anggaran (Nafarin, 2007), yaitu: 1) Fungsi Perencanaan Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran teliti, karena anggaran memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang. Anggaran memberikan gambaran singkat atas operasional perusahaan di waktu mendatang, apa yang ingin dicapai dan upaya/kegiatan yang hendak dilakukan demi mencapai target tersebut. Dengan anggaran perusahaan akan lebih mudah melangkah sebab telah memiliki arahan operasional yang jelas. 2) Fungsi Pelaksanaan Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba). Anggaran berperan penting untuk menyelaraskan (kordinasi) setiap bagian, seperti bagian pemasaran, bagian umum, bagian produksi, dan bagian keuangan. Hal ini dikarenakan setiap bagian telah dibebani target tertentu yang harus dicapai sehingga bagian lain juga dapat bekerja optimal. Keadaan ini akan menciptakan ketergantungan dan kerja sama antar bagian dalam perusahaan. 3) Fungsi Pengawasan Anggaran merupakan alat pengendalian/pengawasan (controling). Pengawasan berarti melakukan evaluasi (menilai) atas pelaksanaan pekerjaan melalui: a) membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran), b) melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila terdapat penyimpangan yang merugikan).
b. Jenis-Jenis Anggaran Jenis anggaran ada berbagai macam, hal itu sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan kegiatan. Anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa sudut pandang (Nafarin, 2007), sebagai berikut: 1) Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari:
a) Anggaran Variabel (Variable Budget), yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval aktivitas tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas yang berbeda. b) Anggaran Tetap (Fixed Budget), yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Anggaran tetap disebut juga anggaran statis. 2) Menurut cara penyusunan, anggaran dapat dibedakan menjadi: a) Anggaran Periodik (Periodic Budget), yaitu anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, umumnya satu tahun, yang disusun setiap akhir periode anggaran. b) Anggaran Kontinu (Continuous Budget) adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan atas anggaran yang pernah dibuat, misalnya tiap bulan diadakan perbaikan sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan. 3) Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari: a) Anggaran Jangka Pendek (Short Range Budge/anggaran taktis) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan jenis anggaran jangka pendek. b) Anggaran Jangka Panjang (Long Range Budge/anggaran strategis) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan jenis anggaran jangka panjang yang disebut anggaran modal (capital budget). Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek. 4) Menurut bidangnya, anggaran terdiri atas anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk (master budget). a) Anggaran Operasional (Operational Budget) adalah anggaran untuk menyusun anggaran laba rugi. Contohnya anggaran penjualan, anggaran biaya pabrik (meliputi anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik), anggaran beban usaha, dan anggaran laba rugi. b) Anggaran Keuangan (Financial Budget) adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Contohnya anggaran kas, anggaran piutang, anggaran persediaan, anggaran utang, dan anggaran neraca 5) Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari: a) Anggaran Komprehensif (Comprehensive Budget) adalah rangkaian dari berbagai jenis anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap
b) Anggaran Parsial (Partially Budget) adalah anggaran yang disusun secara tidak lengkap atau anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja. 6) Menurut fungsinya, anggaran meliputi: a) Anggaran Apropriasi (Appropriation Budget) adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain. b) Anggaran Kinerja (Performance Budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan, misalnya untuk menilai apakah biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas. 7) Menurut metode penentuan harga pokok produk, anggaran meliputi: a) Anggaran Tradisional (Traditional Budget) atau Anggaran Konvensional (Conventional Budget) terdiri atas anggaran berdasar fungsional dan anggaran berdasar sifat. b) Anggaran Berdasar Kegiatan (Activity Based Budget) adalah anggaran yang dibuat menggunakan metode penghargapokokan berdasar kegiatan (activity based costing) dan berfungsi untuk menyusun anggaran variabel dan anggaran induk.
c. Proses Penyusunan Anggaran Suatu anggaran disusun untuk mencoba menjawab dan memperkirakan apa-apa saja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hal ini merupakan bagian dari fungsi perencanaan, karena merupakan proyeksi ke depan dan dijabarkan dalam bentuk angka-angka. Untuk itu sangat dibutuhkan persiapan penyusunan anggaran yang matang, tajam, dan teliti. Penyusunan
anggaran
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
dapat
menggunakan metode yang lazim digunakan. Pilihan metode ini sangat tergantung pada kondisi dan keinginan manajemen perusahaan yang bersangkutan. Proses penyusunan anggaran adalah tahap kegiatan yang dilakukan dalam anggaran sehingga tersusun dan menjadi pegangan manajemen dalam kegiatan operasionalnya. ( Harahap, 2001)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
penyusunan
anggaran
pada
perusahaan (Haruman dan Rahayu, 2007), yaitu: 1) Faktor Intern Faktor-faktor intern (controlable), antara lain berupa: a) data-data penjualan pada tahun-tahun yang lalu; b) kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, promosinya, pemilihan saluran distribusi, dan sebagainya; c) kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan; d) tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya maupun keterampilan, dan keahliannya; e) modal kerja yang dimiliki perusahaan; f) fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan; dan g) kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsifungsi perusahaan, baik dibidang perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi, dan sebagainya. 2) Faktor Ekstern Faktor-faktor ekstern (uncontrolable), antara lain berupa: a) Keadaan persaingan; b) Tingkat pertumbuhan penduduk; c) Tingkat penghasilan masyarakat; d) Tingkat penyebaran penduduk; e) Agama, adat-istiadat, dan kebiasaan masyarakat; f) Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun keamanan; dan g) Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi, dan sebagainya. Penyusunan anggaran dalam suatu perusahaan biasanya dikoordinasi oleh satu lembaga yang bertugas menyusun anggaran yang dinamakan komite anggaran. Komite anggaran beranggotakan manajer divisi dan manajer lainnya yang melaksanakan fungsi-fungsi pokok kegiatan suatu perusahaan dan memberikan arahan kerja penyusunan anggaran. Komite anggaran pada umumnya berada langsung dibawah direksi. Penyebab yang utama adalah karena baik dalam penyusunannya maupun dalam pelaksanaannya anggaran perlu melibatkan personalia dari berbagai
bagian.
Dengan
penempatan
komite
anggaran
secara
langsung
dibawahnya, maka anggaran yang tersusun nantinya akan memperoleh dukungan secara penuh dari semua bagian yang ada dalam perusahaan sehingga anggaran benar-benar akan merupakan alat bagi manajemen untuk menggerakkan serta mengarahkan kegiatan-kegiatan seluruh bagian. Proses penyusunan anggaran menurut (Harahap, 2001) dapat dilihat dari sudut pandang berikut : 1) Ditinjau dari siapa yang membuatnya Ditinjau dari siapa yang membuatnya, maka penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara: a) Ototiter atau Top down Dalam metode ini anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. Bawahan tidak diminta keikutsertaannya dalam menyusun anggaran. Metode ini ada baiknya jika karyawan tidak mampu menyusun budget atau dianggap akan terlalu lama dan tidak tepat jika diserahkan kepada bawahan. Hal ini bisa terjadi dalam perusahaan yang karyawannya tidak memiliki keahlian cukup untuk menyusun anggaran. Atasan bisa saja menggunakan konsultan atau tim khusus untuk menyusunnya. b) Demokrasi atau Bottom up Dalam metode ini anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai ke atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang. Metode ini tepat digunakan jika karyawan sudah memiliki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses lama dan berlarut. c) Campuran atau top down dan bottom up Metode ini adalah campuran dari kedua metode diatas. Disini perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas dan kemudian selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan. Jadi, ada pedoman dari atasan atau pimpinan dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengarahan atasan. 2) Ditinjau dari segi mana memulai menyusun anggaran Ditinjau dari segi mana memulai menyusun anggaran, proses penyusunan anggaran terdiri dari: a) A Priori
Dalam metode ini dalam menyusun anggaran dimulai dari penetapan angka laba yang diinginkan oleh perusahaan atau pemilik. Setelah laba ditetapkan maka semua pos yang berkaitan dengan upaya mencapai laba ini baru dihitung dan direncanakan kemudian. Keuntungan metode ini adalah karena laba ditetapkan terlebih dahulu maka bagian lain yang terlibat dalam penciptaan laba ini diharapkan akan termotivasi untuk mencapai laba yang ditetapkan. Kerugian metode ini adalah cara ini seolah tidak memperdulikan bagian-bagian yang lain, sehingga dapat menimbulkan sikap apatis, stres, frustasi. b) A Posteriori Dalam metode ini laba merupakan hasil akhir dari penetapan rencana kegiatan seperti penjualan atau produksi. Dalam hal ini misalnya didahului dengan menetapkan angka penjualan, pembelian, biaya dan lain sebagainya. Dari masing-masing bagian diberi kesempatan untuk menyampaikan anggarannya dan laba yang diharapkan dan setelah semua diperhitungkan maka akan dapat diketahui angka laba. Keuntungan metode ini adalah anggaran menjadi lebih akurat, karena semua bagian terlibat. Biasanya bagian-bagian inilah yang lebih tahu batas kemampuan mereka. Kerugiannya mungkin dalam prosesnya yang lebih lama dan mungkin tidak memenuhi keiginan pemilik. c) Pragmatis Dalam metode ini anggaran ditetapkan berdasarkan pengalaman masa lalu. Penetapan anggaran ini dilakukan secara ilmiah berdasarkan standar yang dihitung secara ilmiah pula atau berdasarkan pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Metode ini lebih realistis jika kita lihat pengalaman yang lalu tetapi kurang melihat peluang masa datang.
4. Anggaran Biaya Produksi a. Pengertian Biaya Produksi Setiap perusahaan tanpa melihat sifat kegiatannya apakah perusahaan atau non perusahaan selalu mempunyai keterkaitan dengan biaya. Dalam proses produksinya, perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya dari mulai pembuatan sampai menghasilkan barang jadi yang siap dijual. Biaya-biaya secara umum dapat diklasifikasikan menurut fungsinya yaitu biaya
produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi hanya terdapat dalam perusahaan industri, karena kegiatan perusahaan industri bersifat lebih luas yaitu mencakup semua fungsi usaha produksi, pemasaran dan administrasi. (Nafarin, 2004) mengemukakan biaya produksi sebagai berikut “Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik periode sekarang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah dengan persediaan barang dalam proses awal.”
b. Unsur – unsur Biaya Produksi Dalam melakukan kegiatan produksi, terdapat unsur–unsur produksi yang menjadi biaya produksi. Terdapat tiga komponen di dalam unsur biaya produksi yaitu: 1) Bahan baku Bahan baku merupakan salah satu komponen utama di dalam pembentukan produk. Ketiadaan bahan baku akan menimbulkan terhentinya proses produksi. 2) Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung merupakan salah satu dari tiga komponen pembentuk harga pokok produksi disamping biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik. Pelaksanaan proses produksi di dalam suatu perusahaan akan dipisahkan adanya pengertian tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Hal ini perlu untuk mendapatkan
perhatian karena tidak seluruh tenaga kerja yang ada di dalam perusahaan akan dapat dikategorikan ke dalam tenaga kerja langsung. 3) Overhead Biaya overhead merupakan komponen yang ketiga di dalam pembentukan biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead ini terdiri dari beraneka ragam jenisnya. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam membebankan masing–masing biaya ini ke dalam perhitungan harga pokok produksi. Kesulitan untuk membebankan biaya overhead pabrik ke dalam masing–masing produk perusahaan ini juga disebabkan karena sebagian besar dari biaya overhead ini merupakan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan. Beberapa jenis biaya yang termasuk di dalam biaya overhead pabrik ini antara lain: a) Bahan Pembantu Bahan pembantu diperlukan untuk menyelesaikan proses produksi sehingga produk perusahaan dapat mempunyai kualitas yang baik diperlukan
bahan
pembantu.
Besarnya
kebutuhan
bahan
pembantu ini akan bergantungn pada jumlah dan jenis produk akhir yang memerlukannya yang diproses dalam suatu tahun anggaran. b) Tenaga Kerja Tidak Langsung Tenaga kerja tidak langsung akan berfungsi melancarkan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan. Tenaga kerja
tidak langsung terlibat langsung di dalam penyelesaian produk sehingga kehadirannya di dalam pabrik sangat diperlukan. Contoh tenaga kerja tidak langsung antara lain para pengawas, tenaga administrasi pabrik, tenaga pemeliharaan pabrik, dan sebagainya. c) Biaya Pemeliharaan Gedung Pabrik Gedung pabrik yang digunakan untuk proses produksi akan memerlukan biaya pemeliharaan sehingga gedung tersebtu dapat dipergunakan dengan baik dan dalam jangka waktu yang panjang. d) Biaya Reparasi dan Perbaikan Mesin Mesin dan peralatan mesin yang ada di dalam perusahaan perlu dipelihara dengan baik. Pemeliharaan dapat dibagi atas dua yaitu pencegahan dan perbaikan kerusakan. e) Biaya Penyusutan Biaya penyusutan juga termasuk di dalam perhitungan biaya produksi. Penusutan dapat berupa penyusutan gedung pabrik, biaya penyusutan mesn dan peralatan produksi. f) Biaya–biaya lain yang juga termasuk dalam overhead adalah biaya asuransi gedung dan peralatan produks, biaya listrik dan biaya bahan bakar.
c. Pengertian Anggaran Biaya Produksi Anggaran biaya produksi adalah rencana biaya yang akan dikeluarkan dalam proses produksi suatu perusahaan pada periode yang akan datang,
yang didalamnya meliputi anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, dan anggaran biaya overhead pabrik.
d. Jenis – jenis Anggaran Biaya Produksi Anggaran biaya produksi meliputi : 1) Anggaran Biaya Bahan Baku Anggaran
biaya
bahan
baku
merupakan
anggaran
yang
merencanakan secara lebih teperinci tentang penggunaan bahan mentah langsung untuk proses produksi selama periode yang akan datang. Penyusunan anggaran bahan baku dapat dilakukan dengan mudah, jika kuantitas produksi dan standar bahan baku langsung diketahui. Dari anggaran biaya bahan baku dapat disusun anggaran pembelian bahan untuk memenuhi kebutuhan produksi dan persediaan selama periode yang akan datang. Anggaran biaya bahan baku dapat dihitung dengan cara : Rencana Pemakaian Bahan Baku x Standar Harga Bahan Baku
Contoh anggaran biaya bahan baku:
Tabel 2.1 PT Terang Dunia Anggaran Biaya Bahan Baku
Bahan Kayu Melamin Pipa Hias
MK-1 (10,000 unit) per Total unit 2 20,000 1.5 15,000 1
10,000
MM-5 (10,000 unit) per Total unit 3 30,000 3 30,000 3
30,000
MB-2 (10,000 unit) Total per Total unit 3 30.000 80,000 2 20.000 65,000 1.5
55.000 55,000
Harga per unit
15.000 20.000 12.000
Nilai 1,200,000,000 1,300,000,000 660,000,000
Total Rp 3,160,000,000
Sumber: Rudianto, 2009 2) Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Anggaran biaya tenaga kerja langsung merencanakan kebutuhan tentang biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Anggaran biaya tenaga kerja langsung dapat dihitung dengan cara : Jam Kerja Standar x Standar Tarif Upah
Contoh anggaran biaya tenaga kerja langsung: Tabel 2.2 PT Terang Dunia Anggaran Tenaga Kerja Langsung Produk Kain Karet Plastik
Volume Produksi 10,000 10,000 10,000
Jam Kerja per unit Total 3 30,000 4 40,000 5 50,000
Sumber: Rudianto, 2009
Tarif per Jam 3,000 3,000 3,000
Biaya TKL per unit produk Total 9,000 90,000,000 12,000 120,000,000 15,000 150,000,000 Total Rp 360,000,000
3) Anggaran Biaya Overhead Anggaran biaya ini merencanakan secara lebih terperinci mengenai beban biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang. Anggaran Biaya Overhead dapat dihitung dengan cara : Biaya Overhead Tetap + (Rencana Produksi x Tarif Overhead Variabel) Contoh anggaran biaya overhead: Tabel 2.3 PT Terang Dunia Anggaran Biaya Overhead Jenis Biaya
Jumlah
- Biaya Cat - Biaya Paku - Biaya Hiasan Kaki Meja Biaya Bahan Penolong - Gaji Satpam Pabrik - Gaji Mandor Produksi Biaya Tenaga Kerja Penolong - Biaya Listrik, Air, Telepon - Biaya penyusutan Aktiva Tetap Biaya Pabrikasi Lainnya
Parsial 187,500,000 54,000,000 120,000,000
Total
361,500,000 24,000,000 48,000,000 72,000,000 40,000,000 36,500,000 Total Rp
76,500,000 510,000,000
Perhitungan Tambahan: Jenis Biaya - Biaya Cat - Biaya Paku - Biaya Hiasan Kaki Meja Sumber: Rudianto, 2009 Unsur-unsur
Perhitungan 3 x 10,000 x 0.25 x 25,000 3 x 10,000 x 0.1 x 18,000 3 x 10,000 x 4 x 1,000
anggaran
biaya
produksi
Jumlah 187,500,000 54,000,000 120,000,000
untuk
perusahaan
manufaktur/industri dengan perusahaan perkebunan berbeda. Pada perusahaan manufaktur, anggaran biaya produksi terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran tenaga kerja langsung, dan anggaran biaya
overhead pabrik. Pada perusahaan perkebunan, anggaran biaya produksi terdiri dari anggaran biaya tanaman, anggaran biaya pengolahan, anggaran biaya penyusutan, dan anggaran biaya pembelian.
5. Evaluasi Anggaran Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Manajemen Alat untuk menilai kinerja adalah budget, standar waktu, standar unit produk, dan standar biaya. Anggaran yang disusun dapat dijadikan alat untuk menilai kinerja manajemen pada suatu perusahaan, caranya adalah dengan mengevaluasi
anggaran.
Evaluasi
anggaran
dilakukan
dengan
cara
membandingkan anggaran dengan realisasinya. Anggaran disusun dengan berdasarkan biaya standar yang digunakan di dalam perusahaan. Biaya standar ialah biaya yang ditetapkan lebih dahulu sebelum proses produksi dimulai, atau sebelum kegiatan (Shim dan Siegel, 2001). Standar sangat membantu dalam pengukuran efektivitas dan efisisensi. Contoh-contohnya antara lain adalah kuota penjualan, biaya standar (misalnya, harga bahan, tingkat upah), dan volume standar. Evaluasi anggaran dapat menggunakan metode analisis varians. Analisis varians membandingkan antara standar biaya dengan realisasi biaya dan dapat dilakukan oleh divisi, departemen, program, produk, wilayah, atau unit tanggung jawab lainnya. Analisis varians sering diaplikasikan dalam situasi (Welsch et. Al., 2000) , sebagai berikut: a. Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan hasil aktual dari periode sebelumnya. Periode sebelumnya dianggap dasar. b. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan biaya standar
c. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba Dalam menilai penyimpangan atau varians antara anggaran biaya produksi dengan realisasi dilakukan analisis varians terhadap masing-masing unsur biaya produksi yaitu bahan, tenaga kerja langsung, dan overhead. Penyimpangan biaya produksi dapat terbagi atas : a. Penyimpangan biaya bahan baku, terdiri dari : 1) Peyimpangan harga bahan baku, dengan rumus perhitungannya: Selisih Harga Bahan = ( Harga Bahan Sesungguhnya/unit – Harga Bahan Standar/unit) x Kuantitas Pemakaian Aktual 2) Penyimpangan kuantitas bahan baku, dengan rumus perhitungannya: Selisih Kuantitas Bahan Baku = (Kuantitas Pemakaian Aktual/unit – Kuantitas Pemakaian Standar/unit) x Harga Bahan Standar/unit Contoh: Harga standar bahan A per buah Pembelian
5000 buah
Pemakaian bahan
3550 buah
Kuantitas standar pemakaian bahan
Rp 250 @ Rp247
3500 buah
Selisih harga bahan dapat dihitung sebagai berikut: = (5000 x Rp 247) – (5000 x Rp 250) = Rp 1,235,000 – 1,250,000 = Rp 15,000 (Menguntungkan) Selisih kuantitas bahan dapat dihitung sebagai berikut: = (3550 x Rp 250) – (3500 x Rp 247)
= Rp 887,500 – 875,000 = Rp 12,500 (Tidak Menguntungkan) b. Penyimpangan upah langsung, terdiri dari : 1) Penyimpangan tarif upah langsung, dengan rumus perhitungannya : Selisih Tarif Upah = (Tarif Upah Aktual – Tarif Upah Standar) x Jam Kerja Aktual 2) Penyimpangan efisiensi waktu, dengan rumus perhitungannya : Selisih Efisiensi/Waktu = (Jam Kerja Aktual – Jam Kerja Standar) x Tarif Upah Standar Contoh: Jam sebenarnya yang digunakan Tarif sebenarnya yang dibayar Jam standar yang diperbolehkan Tarif standar
1880 jam Rp 650 per jam 1590 jam Rp 600 per jam
Penyimpangan harga upah dapat dihitung sebagai berikut: = (1880 x Rp 650) – (1880 x Rp 600) = Rp 1,222,000 – 1,128,000 = Rp 94,000 (Tidak Menguntungkan) Penyimpangan efisiensi upah dapat dihitung sebagai berikut: = (1880 Rp 600) – (1590 x Rp 600) = Rp 1,128,000 – 954,000 = Rp 174,000 (Tidak Menguntungkan) c. Penyimpangan overhead pabrik, terdiri dari :
1) Metode dua selisih, terdiri dari: a) Penyimpangan terkendali Selisih Overhead = Overhead Aktual – Anggaran menurut Jam Kerja Standar yang dioperasikan b) Penyimpangan volume Selisih Overhead = Anggaran Overhead menurut Jam Kerja Standar – Biaya Standar Overhead 2) Metode tiga selisih a) Penyimpangan pembelanjaan Selisih Overhead = Overhead Aktual – Anggaran Overhead menurut Jam Kerja Aktual b) Penyimpangan kapasitas Selisih Overhead = Anggaran Overhead menurut Jam Aktual – ( Jam Kerja Aktual x Tarif Overhead
Kerja
Standar )
c) Penyimpangan efisiensi Selisih Overhead = (Jam Kerja Aktual – Jam Kerja Standar) x Tarif Overhead Standar 3) Metode empat selisih, terdiri dari: a) penyimpangan anggaran (spending variance), yaitu selisih antara biaya overhead sebenarnya dengan biaya overhead yang diizinkan menurut anggaran berdasarkan jam kerjanya; b) penyimpangan kekurangan kesibukan (iddle capacity variance) adalah perbedaan antara biaya overhead yang diizinkan menurut
anggaran berdasarkan jam kerja yang sebenarnya dengan jam kerja yang sebenarnya dikalikan dengan tarif biaya overhead standar; c) Penyimpangan efisiensi biaya variabel (variable efficiency variance) yaitu perbedaan antara jam kerja sebenarnya dengan jam kerja standar dikalikan dengan tarif biaya variabel overhead; d) Penyimpangan efisiensi biaya tetap (fixed efficiency variance) yaitu perbedaan antara jam sebenarnya dikalikan tarif biaya overhead tetap. Perbedaan metode ini dengan metode tiga selisih yaitu pada penyimpangan
efisiensi,
dimana
dalam
metode
empat
selisih
penyimpangan efisiensi dipisahkan menjadi dua yaitu penyimpangan efisiensi variabel dan penyimpangan efisiensi tetap. Penyimpangan realisasi dari anggaran (Harahap, 2001) dapat disebabkan oleh : a. kesalahan budget b. kesalahan pencatatan c. kesalahan operasi Analisa penyimpangan (varians) dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk : a. mengetahui prestasi pusat pertanggungjawaban b. mengetahui siapa yang akan diberikan penghargaan atau sanksi c. bahan pengalaman untuk perbaikan operasi selanjutnya.
d. melihat pos – pos biaya yang perlu mendapat perhatian e. menjadi ”early warning system” atas manajemen biaya dan hasil f. bahan kemungkinan revisi budget
B. Tinjauan Terdahulu Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan anggaran biaya produksi disajikan pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Tinjauan Terdahulu Nama Peneliti
Judul Penelitian
Alexander 2000
Penerapan Anggaran untuk Mengukur Prestasi Manajer Pemasaran pada PT Tjipta Rimba Djaja Medan
Fortuna Panca S.P 2007
Analisis Penggunaan Anggaran Biaya Produksi Dalam Mengevaluasi Kinerja Bagian Produksi Pada PT Tolan Tiga Indonesia – Kerasaan Estate Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia- Medan Analisis Anggaran Biaya sebagai Alat Ukur Kinerja pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan Medan
Merda Listana 2007
Melda Safitri 2009
Sumber: Penulis, 2011
Metode yang digunakan Metode Deskriptif Metode Komparatif
Metode Deskriptif Metode Komparatif
Metode Deskriptif
Metode Deskriptif
Hasil Penelitian Perusahaan telah menerapkan anggaran sebagai pedoman pengukuran prestasi manajer pemasaran yang dikombinasikan dengan kebijakan penyimpangan (varians) terhadap pelanggan. Mekanisme proses penyusunan anggaran pada PT Tolan Tiga Indonesia-Kerasaan Estate telah menggunakan pola bottom up.
Mekanisme proses penyusunan anggaran pada PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan menngunakan top down. Anggaran sebagai alat ukur kinerja pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 sudah baik.
B. Kerangka Konseptual Adapun
kerangka
konseptual
dari
penelitian
ini
adalah:
PT Perkebunan Nusantara III Medan
Biaya Produksi
Anggaran Biaya Produksi
Realisasi Biaya Produksi
Evaluasi Anggaran dengan Analisis Varians
Kinerja Manajemen
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Penulis, 2011 Salah satu biaya yang sangat penting pada PT PTPN III (Persero) Medan adalah biaya produksi. PTPN III terlebih dahulu membuat anggaran biaya produksi sebagai pedoman dan rencana agar realisasi biaya produksi sesuai
atau tidak melebihi anggaran biaya produksi yang telah dibuat. Anggaran biaya produksi yang disusun tersebut, kemudian dibandingkan dengan biaya yang sebenarnya terjadi (realisasi biaya produksi). Dengan adanya perbandingan antara anggaran dengan realisasi biaya produksi tersebut, dapat dievaluasi apakah telah terjadi penyimpangan baik yang merugikan ataupun yang menguntungkan. Dari hasil evaluasi anggaran biaya produksi tersebut, kinerja manajemen dapat dinilai apakah baik atau buruk.