BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1
Tinjauan Umum II.1.1 Tinjauan Mengenai Wisma Atlet Wisma merupakan bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dsb; gerha. (Menurut KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia). Wisma Atlet merupakan bangunan untuk tempat tinggal sementara yang dikhususkan bagi para olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan. Atlet merupakan olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan dan kecepatan). (Menurut KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut KONI cabang-cabang olahraga yang ada di Indonesia adalah : basket, voli, sepak bola, futsal, sepak takraw, baseball, softball, atletik, panahan, bulu tangkis, tinju, sepeda, berkuda, gulat, anggar, taekwondo, renang, canoe, hockey, bola tangan, senam, judo, berlayar, menembak, tennis, tenis meja, angkat besi, bina raga. Cabang-cabang olahraga tersebut dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu olahraga individu dan beregu. Cabang olahraga beregu, diantaranya adalah : basket, voli, sepak bola, futsal, sepak takraw, baseball, softball, hockey, bola tangan, berlayar. Sedangkan cabang olahraga individu, yaitu : atletik, senam, panahan, tinju, sepeda, berkuda, gulat, anggar, bulu tangkis, tennis, tennis meja, taekwondo, renang, judo, menembak, angkat besi, bina raga. Wisma Atlet merupakan bangunan untuk tempat tinggal sementara yang dikhususkan bagi para olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan. II.1.2 Tinjauan Mengenai Perilaku Manusia Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.
12
Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (dikutip dari Notoatmodjo, 2003). J.B. Watson (1878-1958) memandang psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku karena perilaku dianggap lebih mudah diamati, dicatat, dan diukur. Perilaku mencakup perilaku yang kasatmata seperti makan, menangis, memasak, melihat, bekerja, dan perilaku yang tidak kasatmata, seperti fantasi, motivasi, dan proses yang terjadi pada waktu seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak. Meninjau dari perilaku manusia dalam psikologi, bahwa psikologi dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang mempunyai hubungan dengan tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia tidak lepas dari hubungan dengan lingkungan yang nantinya dapat mempengaruhi diri atau jiwanya. Dalam interaksi ini, ia akan menggambarkan pengalamannya dengan cara yang berbeda-beda, dan pada gilirannya akan mampu mengubah intensitas nilai yang berkaitan dengan interaksi manusia. Hasil interaksi ini akan melahirkan masalah baru dalam psikologi umum maupun psikologi khusus. Psikologi umum lebih mengamati dan menyelidiki kegiatan-kegiatan psikis manusia diantaranya intelegensi, pemikiran, perasaan, kehendak dan sebagainya. Sedangkan psikologi khusus lebih terfokus pada penyelidikan dari segi perkembangan anak, pemuda, dewasa, dan orang tua. Tingkah laku yang terdapat pada diri manusia berkaitan erat dengan psikologi umum dan khusus. Psikologi khusus yang membahas perkembangan manusia masingmasing akan memiliki perilaku/tingkah laku yang berbeda-beda. Hal ini juga disesuaikan dengan psikologi umum yang banyak membahas tentang pemikiran, perasaan, intelegensi, kehendak dan sebagainya. Pembahasan psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku manusia oleh James mengatakan bahwa tingkah laku manusia tersusun melalui gerak. Gerak adalah suatu reaksi terhadap perangsang luar. Reaksi di dalam pemikiran James dibagi menjadi 2 bagian, yakni reaksi pembawaan dan
13
reaksi yang diperoleh dari hidup. Reaksi pembawaan terdiri dari rasa takut, cinta dan marah. Sedangkan reaksi yang diperoleh dari luar adalah reaksi pembawaan yang telah berubah karena kebiasaan dan latihan. II.1.3 Tinjauan Mengenai Ruang Arsitektur adalah kristalisasi dari pandangan hidup sehingga arsitektur bukan semata-mata teknik dan estetika bangunan atau terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok seperti ranah keteknikan, seni, atau sosial. The fine spirit (F.L.Wright), memberi arti bahwa arsitektur bukanlah sekedar benda statis atau sekumpulan objek fisik yang kelak akan lapuk. Mempelajari arsitektur berarti juga mempelajari hal-hal yang tidak kasatmata sebagai bagian dari realitas, realitas yang konkret dan realitas yang simbolik. Hal ini juga menunjukkan adanya perbedaan antara dunia pikir yang ideal dan dunia nyata, atntara the transcendent ideal dan the transient, corruptible physical state sehingga dalam perancangan arsitektur selalu meliputi kedua hal ini. Pemenuhan kebutuhan di satu sisi juga harus diimbangi dengan keberhasilan pemenuhan kebutuhan di sisi lain. Arsitektur berperan dalam mewadahi dan menata aktivitas dan perilaku manusia dalam relasi dan interaksinya dengan orang lain. Sebelum merancang sebuah ruang untuk berbagai kegiatan manusia, harus dipahami terlebih dahulu tentang perilaku mereka. Ruang harus menjadi perhatian perancang dan mungkin menjadi aspek yang paling berpengaruh pada tahap analisa dalam merancang penyelesaian sebuah masalah desain. Tubuh manusia yang berupa daging berbungkus kulit, tidak mampu menembus dinding yang masif. Lalu bagaimana cara kita mencapai keinginan kita yaitu menembus dinding? Tentu saja dengan membuat lubang pada dinding. Pintu dipasang untuk membedakan jenis ruang atau menjaga privasi. Dengan demikian, jelas fungsi arsitektur adalah mengakomodasi kebutuhan tubuh kita.
14
Arsitektur adalah pengalaman ruang bagi tubuh manusia. Ini yang dipahami Traceurs dan sering dilupakan oleh para arsitek. Traceurs mencoba mengubah paradigma itu dan memberi pemaknaan baru mengenai arsitektur. Traceur memandang arsitektur sebagai ‘rintangan’ yang harus dilalui oleh tubuh mereka sendiri. Arsitektur adalah sarana pembelajaran bagi tubuh manusia agar menjadi lebih baik secara fisik dan mental. Ruang dalam arti luas adalah suatu bagian dimana berbagai komponenkomponen lingkungan hidup bisa menempati dan melakukan proses lingkungan hidupnya. Dengan demikian, dimana pun terdapat suatu komponen, berarti disitu telah terdapat ruang. Sedangkan pengertian ruang yang lebih sempit berasal dari bahasa Latin spatium yang berarti ruangan atau luas (extent) dan bahasa Yunani yaitu tempat (topos) atau lokasi (choros) dimana ruang memiliki ekspresi kualitas tiga dimensional. Kata oikos dalam bahasa Yunani yang berarti pejal, massa dan volume, dekat dengan pengertian ruang dalam arsitektur, sama halnya dengan kata oikos yang berarti ruangan (room). Dalam pemikiran Barat, Aristoteles mengatakan bahwa ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya dengan jelas dan mudah. II.2
Tinjauan Khusus II.2.1 Tinjauan Terhadap Istirahat Atlet Menurut Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, agar diperoleh latihan yang efektif pada atlet dan juga dalam upaya untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi pertandingan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah atlet harus berada dalam keadaan sepenuhnya relaks, diperlukan istirahat yang cukup agar tetap sehat dan kuat. Istirahat yang cukup sama pentingnya dengan komitmen untuk berlatih keras. Tanpa istirahat, maka kondisi fisik dan mental para atlet dapat terganggu. Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas).
15
Berdasarkan wawancara terhadap atlet, sebagian besar kegiatan atlet sehari-hari adalah sebagai berikut : 05.00 – 06.00 bangun, mandi 06.00 – 08.00 latihan fisik 08.00 – 09.00 sarapan, briefing 09.00 – 11.00 latihan tambahan teknik 11.00 – 15.00 break 15.00 – 18.00 latihan teknik 18.00 – 22.00 bebas 22.00 tidur Dapat dilihat bahwa waktu istirahat atlet adalah ±16jam, para atlet menghabiskan waktu istirahatnya di luar maupun di dalam kamar. Kegiatan istirahat yang dilakukan dalam kamar, yaitu tidur, mengobrol, maupun membaca. Beberapa kegiatan tersebut, dapat mereka lakukan di dalam kamar mereka di wisma atlet. Menurut Dr. Edlund (2010) ada beberapa jenis istirahat aktif, diantaranya adalah : 1. Sosialisasi Ini didefinisikan sebagai menghabiskan waktu bersama teman dan hubungan dan bahkan mengobrol dengan rekan-rekan. Menurut penelitian terbaru, sosialisasi membantu manusia terhindar dari kanker, melawan penyakit menular dan kemudahan depresi serta mengurangi resiko kematian akibat serangan jantung. Hanya mengobrol dengan teman-teman telah terbukti mengurangi tingkat hormon stres dan memberikan manfaat hormonal dan psikologis. 2. Istirahat Mental Salah satu ide dari pentingnya istirahat mental adalah untuk mendapatkan kondisi 'khusyuk' pada suatu hal yang sederhana. Membaca buku dapat dikategorikan sebagai istirahat mental.
16
3. Istirahat Fisik Cara terbaik untuk melakukan istirahat fisik ini adalah dengan tidur. Tidur berasal dari kata bahasa latin "somnus" yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran. Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001) Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679). Perilaku istirahat atlet dibagi menjadi 2, yaitu perilaku istirahat untuk cabang olah raga beregu/kelompok dan cabang olahraga individu. Berdasarkan sejumlah penelitian Weiberg dan Gould (dalam buku DasarDasar Psikologi Olahraga, 2000) mengutip beberapa laporan hasil penelitian tentang atlet sebagai berikut: Atlet yang bermain dalam olahraga beregu cenderung lebih ekstrovert, dan lebih dependen (menggantungkan diri pada orang lain). Sedangkan Humara (dalam buku Psikologi Olahraga Prestasi, 2008) menyatakan bahwa olahraga yang bersifat individual menciptakan tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan cabang olahraga beregu. Dari penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa atlet dalam olahraga beregu dapat beristirahat dalam kamar yang dapat menampung orang yang lebih banyak dibanding dengan atlet olahraga individual karena atlet dalam olahraga beregu cenderung menggantungkan diri pada orang lain dan cenderung ekstrovert. Agar para atlet dapat beristirahat dengan nyaman, kamar atlet akan dirancang menjadi 2 tipe, yaitu kamar untuk atlet beregu dan kamar atlet individual. II.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Istirahat Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi istirahat seseorang menurut Kozier (1993) adalah faktor usia, lingkungan, kelelahan (fatigue), gaya hidup, stress psikologis, alkohol dan stimulant, diet, merokok, motivasi, sakit, dan medikasi. Sedangkan menurut Potter dan Perry (1993)
17
faktor yang mempengaruhi istirahat individu meliputi keadaan sakit fisik, obat dan zat, gaya hidup, pola tidur, stres emosional, lingkungan, latihan dan kelelahan, dan asupan kalori. Sementara itu menurut Craven dan Hirnle (2000) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi istirahat individu meliputi kebutuhan (need); lingkungan, hubungan kerja shift, nutrisi dan metabolisme, pola eliminasi, latihan dan termoregulasi, kewaspadaan (vigilance), kebiasaan dan gaya hidup, sakit, medikasi dan zatkimia, dan kondisi alam perasaan (mood). Dari teori-teori di atas, dapat dilihat bahwa faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi istirahat seseorang. Menurut Loo dalam buku Arsitektur Lingkungan dan Perilaku, lingkungan diklasifikasikan
menjadi
lingkungan
fisik
dan
lingkungan
sosial.
Lingkungan fisik menyangkut dimensi. tempat, densitas, serta suasana suatu ruang atau tempat (warna, susunan perabot, dll). Dalam hal ini akan dibahas tentang lingkungan fisik berupa kamar yang mempengaruhi kualitas istirahat atlet. II.2.3 Tinjauan Mengenai Desain Ruang Kamar dan Perilaku Atlet Desain dalam kamus bahasa Indonesia berarti sebagai rancangan. Desain kamar merupakan perancangan serta perencanaan atau penyusunan tata ruang di dalam kamar. Manusia membentuk ruang, ruang membentuk manusia. “People modify the spaces they live in, in turn are modified by them”, (Edward Soja, 2005 dalam buku Arsitektur, Komunitas Dan Modal Sosial), hal ini memiliki arti bahwa manusia membentuk dan menggubah ruang, dan kemudian ruang juga akan membentuk dan menggubah manusia. Menurut Halpern, perilaku manusia termasuk bentuk-bentuk respon psikologis, relasi, dan interaksi sosialnya, merupakan suatu produk dari upaya mempersepsi lingkungan, termasuk lingkungan binaan seperti wisma. Artinya, tata ruang dalam suatu bangunan, khususnya wisma, secara teoritik memiliki pengaruh terhadap tumbuhnya berbagai perilaku manusia,
18
termasuk dalam interaksi social dan aktivitas bersama guna memecahkan persoalan bersama dan untuk kemanfaatan bersama. Dalam arsitektur, fungsi selalu dihubungkan dengan program bangunan, menyangkut persyaratan ruang, yang didasarkan atas fungsi ruang dan kecocokannya
dengan
konteks
bangunan.
Program
misalnya
akan
memperlihatkan bentuk-bentuk dan ukuran ruang, siapa yang menggunakan ruang tersebut dan berapa lama, serta hubungan antar ruang yang menggambarkan tatanan sosial yang mungkin tercipta dalam bangunan tersebut (Frederic A. Jules, 1979). Dalam proses desain diperlukan perencanaan dalam penataan ruang atau sering disebut dengan zoning. Untuk menyamakan persepsi maka terlebih dahulu perlu disampaikan beberapa definisi tentang apa yang dimaksud dengan zona dan zoning. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik yang spesifik. Zoning adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. Dalam kaitannya dengan manusia, hal paling penting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian ruang tersebut. Pengaruh ruang-ruang tersebut terhadap perilaku pemakainya cukup jelas, karena pemakai melakukan kegiatan tertentu di masing-masing ruang tersebut. Sesuai dengan fungsinya, ruang-ruang tersebut diharapkan mempunyai bentuk, perabot, dan kondisi ruang tertentu. Ruang dirancang untuk memenuhi fungsi yang lebih fleksibel. Masingmasing perancangan fisik ruang tersebut mempunyai variabel independen yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya. Variabel tersebut adalah ukuran dan bentuk, perabot dan penataannya, warna serta unsur lingkungan ruang (suara, temperatur, dan pencahayaan). Berdasarkan buku Psikologi Arsitektur dan Arsitektur dan Perilaku Manusia maka disimpulkan bahwa ada beberapa konsep dasar yang perlu diketahui dalam membentuk sebuah ruang fisikal :
19
1. Antropometri Antropometri sering disebut juga faktor-faktor manusiawi (human factor). Menurut Grandjean dalam buku Psikologi Arsitektur, data antropometri digunakan untuk menentukan spesifikasi dimensi fisik ruang, dalam hal ini adalah kamar, perabotan, peralatan sampai ke pemakaiannya. Prinsipnya adalah memantaskan atau menyamankan manusia dan untuk menghindari ketidakcocokan fisik antara dimensi desain dengan dimensi pemakai. Gambar II.3.1 Antropometri Manusia
(Sumber : Moore dalam Psikologi Arsitektur,2005) Gambar II.3.2 Dimensi Ruang Kamar dan Manusia
(Sumber : Human Dimension & Interior Space)
20
2.
Privasi Irwin Altman menyatakan model pengaturan diri manusia secara konseptual, dimana manusia menganggap ruang personal dan territorial menjadi mekanisme utama untuk mendapatkan privasi. Privasi sebagai kemampuan untuk memisahkan diri orang lain, serta adanya ukuran-ukuran fisik dari ruang untuk mendapatkan privasi.
•
Ruang Personal (personal space) Manusia mempersepsikan ruang di sekitarnya lengkap dengan isinya dan tidak berdiri sendiri. Jika isi ruang itu adalah manusia lain, orang langsung akan membuat suatu jarak tertentu antara dirinya dan orang lain, dan jarak tersebut sangat ditentukan oleh kualitas hubungan antar orang yang bersangkutan. Ruang personal dimiliki oleh setiap orang. Dengan kata lain, ruang personal ini merupakan bagian dari kemanusiaan seseorang. Dengan tidak adanya ruang personal, dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman, rasa tidak aman, stress, adanya ketidakseimbangan, komunikasi yang buruk, dan segala kendala pada rasa kebebasan. Jadi, ruang personal berperan dalam menentukan kualitas hubungan seorang individu dengan individu lainnya.
Gambar II.3.3 Dimensi Ruang Personal
(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)
21
•
Teritorialitas (Territoriality) Seperti halnya ruang personal, teritorialitas merupakan perwujudan “ego” seseorang karena orang tidak ingin diganggu atau dapat dikatakan sebagai perwujudan dari privasi seseorang. Teritori dibagi dalam beberapa golongan, salah satunya adalah teritori primer. Teritori primer adalah tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya, hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang sudah sangat akrab atau sudah mendapat izin khusus. Teritori ini dimiliki oleh perseorangan atau sekelompok orang yang juga mengendalikan penggunaan teritori tersebut secara relatif tetap, berkenaan dengan kehidupan sehari-hari ketika keterlibatan psikologis penghuninya sangat tinggi. Misalnya, ruang tidur.
3. Kesesakan dan Kepadatan (Crowding and Density) Bentuk lain dari persepsi terhadap lingkungan adalah kesesakan (crowding). Stokols (dalam Arsitektur dan Perilaku Manusia, 2004) menyatakan bahwa kepadatan adalah kendala keruangan (spatial constraint). Sementara itu, kesesakan adalah respons subjektif terhadap ruang yang sesak. Kesesakan dan kepadatan saling berhubungan, semakin banyak jumlah manusia berbanding luasnya ruangan, makin padatlah keadaannya. Perancangan Kamar Kamar tidur merupakan area yang paling pribadi. Seiring perkembangan zaman, kamar tidur tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur. Sehingga mengubah yang terstruktur menjadi bentuk-bentuk baru dari pola yang tradisional dan standar. Kamar tidur saat ini bisa dijadikan juga sebagai tempat untuk menghabiskan waktu senggang. Berdasarkan literatur yang bersumber dari buku maupun internet, dalam perancangan ruang kamar, hal-hal detail yang harus diperhatikan adalah : •
Ukuran dan Proporsi Faktor manusia, dalam hal ini atlet, merupakan pengaruh utama terhadap bentuk, proporsi dan skala ruang maupun perabot yang akan digunakannya. Untuk memberikan kegunaan dan kenyamanan, semuanya itu harus
22
dirancang lebih dahulu agar mampu merespon atau berhubungan dengan dimensi pengguna ruang tersebut, jarak ruang yang diperlukan oleh pola gerakan, dasar aktivitas yang dilakukan. -
Tempat Tidur dan Meja Tempat tidur bersama (bunk bed) menggunakan ruang vertikal untuk tingkat tidur yang bertumpuk. Permukaan meja dan penyimpanan juga dapat digabungkan ke dalam sistem. Penggunaan sistem ini dapat membuat kamar lebih efisien dan efektif. Gambar II.3.4 Bunk Bed
(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)
-
Lemari Pakaian Lemari built-in dapat membantu menjaga garis ruangan tetap bersih dan menghindari kekacauan.
-
Pintu dan Jendela Pintu menentukan jalur pergerakan dan menetapkan aksesibilitas zonazona tertentu. Letak pintu berhubungan dengan peletakkan perabot di dalam kamar, sebisa mungkin hindari pintu berhadapan langsung dengan tempat tidur karena bermasalah dalam hal privasi. Gambar II.3.5 Pintu Ayun
(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)
23
Jendela Ukuran, bentuk, dan penempatan jendela mempengaruhi integritas visual permukaan dinding dan rasa lingkup yang diberikan. Jendela dapat dipandang sebagai area terang di dalam dinding atau bidang gelap di malam hari. Ventilasi serta cahaya matahari masuk melalui jendela. Semakin besar dan semakin tinggi jendela, semakin banyak cahaya matahari yang masuk. Memasukkan cahaya matahari juga dapat menimbulkan efek buruk ke dalam bangunan, yaitu akan membawa panas dan silau bagi penghuni ruang, akan tetapi dapat disiasati dengan overstek atau penggunaan awning pada jendela. Gambar II.3.6 Jendela Berengsel Samping dan Awning
(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)
•
Bentuk ruang Bentuk persegi ruang tidak memiliki arah yang lebih disuka atau dominan. Persegi adalah figur yang stabil dan damai ketika bersandar pada salah satu sisinya, tetapi menjadi dinamis ketika berdiri pada salah satu sudutnya. Meskipun kejelasan dan stabilitas wujud persegi dapat menghasilkan monotonitas visual, variasi dapat diberikan dengan meragamkan ukuran, proporsi, warna, tekstur, penempatan, atau orientasinya. Bentuk ruang yang dibatasi oleh dinding, lantai dan plafond memberi rasa terlindung, orang yang mendiami atau memandang sebuah ruang akan menilainya menurut seleranya sendiri. Interpretasi yang muncul bisa timbul kesan luas, tetapi juga bisa timbul kesan sempit. Bentuk ruang akan mempengaruhi psikis dari pemakai ruangan, hal ini dapat dengan memakai bentuk-bentuk dinamis agar menarik, disamping itu disesuaikan karakter
24
kegiatan didalamnya. Bentuk dan susunan interior ruang menentukan kesan yang timbul. Bentuk ruang yang sederhana terdiri dari empat dinding, lantai dan langit-langit. Bentuk ruang semacam itu jelas dan memberi kesan ke arah vertical serta horisontal, menyempit atau membebasluaskan. Ruang yang tidak tinggi atau lebar akan terasa menyesakkan, sebaliknya ruang yang terlalu tinggi akan menyebabkan kita merasa kecil dan tertelan oleh ruang tersebut. (Sumber : Wilkening, Fritz, Tata Ruang, Kanisius, Yogyakarta, 1987 hal 42). •
Kebisingan Suara yang terlalu keras akan berpengaruh buruk bagi seseorang. Suara juga dapat mengganggu privasi seseorang, misalnya di sebuah kamar hotel terdengar dengan jelas suara-suara dari kamar sebelah atau jika letak ruang tidur
berdekatan
dengan
jalan,
sehingga
dapat
menyebabkan
ketidaknyamanan. •
Penghawaan Penghawaan dalam bangunan dibagi menjadi 2, yaitu penghawaan alami dan buatan. Sistem yang paling baik digunakan untuk merancang sistem sirkulasi udara (penghawaan) yang alami adalah dengan sistem ventilasi silang (cross ventilation), pada sistem ventilasi silang sirkulasi udara diatur sedemikian rupa agar bisa mengalir dari satu titik ventilasi udara menuju titik ventilasi udara lain, dan begitu sebaliknya. Dengan adanya perbedaan tekanan didalam dan diluar bangunan, maka aliran udara tidak akan ‘terjebak’ di dalam ruang, yang menyebabkan terasa pengap dan panas. Gambar II.3.7 Cross Ventilation tampak atas per unit
25
Untuk penghawaan buatan dapat dengan penggunaan Air Conditioning (AC). •
Pencahayaan Pencahayaan dibagi menjadi dua, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan dibutuhkan untuk menerangi ruangan agar pengguna ruangan tersebut dapat melakukan aktivitas, selain itu juga berfungsi untuk menimbulkan mood tertentu. Mata dan tubuh manusia juga bereaksi terhadap intensitas cahaya. Cahaya yang terang, cenderung membuat mata dan tubuh lelah. Pencahayaan alami merupakan sumber cahaya yang berasal dari alam, seperti matahari. Matahari merupakan sumber cahaya utama dan dominan, namun tergantung terhadap beberapa hal, seperti waktu (pada siang hari), cuaca (berawan atau tidak). Untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup diperlukan luas jendela sekitar 15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan. Sedangkan pencahayaan buatan merupakan pencahayaan yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti lampu gas, lampu listrik, dll. Pencahayaan buatan dibedakan menjadi 3 macam : 1. General Lighting Pencahayaan merata untuk seluruh ruangan dan dimaksudkan untuk memberi terang merata. 2. Task Lighting Pencahayaan fungsional untuk aktivitas tertentu, biasanya disesuaikan dengan standard kebutuhan penerangan bagi jenis aktivitas yang bersangkutan. 3. Accent Lighting Pencahayaan yang secara khusus diarahkan ke obyek tertentu untuk memperkuat penampilannya (estetik). Sistem pancaran cahaya ada yang langsung maupun tidak langsung. Sumber pencahayaan langsung merupakan pencahayaan yang dipancarkan langsung
26
ke suatu area. Sedangkan sumber pencahayaan tidak langsung dilakukan dengan dipantulkan ke dinding ataupun langit-langit dengan menggunakan metode pencahayaan cornice atau cove, metode ini memberikan pancaran yang lembut dan tidak langsung menerangi ke area yang diterangi. Dengan demikian pengguna ruang akan lebih mudah relaks. Kamar tidur sebagai tempat istirahat pencahayaannya harus lembut, tingkat terang cahaya tidak perlu terlalu tinggi (warm). Peletakkan titik lampu pun harus diperhatikan agar pengguna ruang tersebut tidak merasa silau. Gambar II.3.8 Pencahayaan Cove dan Cornice
(Sumber : Desain Interior Dengan Ilustrasi)
•
Warna Warna memainkan peranan penting dalam mewujudkan suasana ruang dan mendukung terwujudnya perilaku-perilaku tertentu. Pengaruh warna pada perilaku ternyata tidak selalu sama antara orang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, latar belakang budaya atau kondisi mental. Meskipun demikian, ada warna-warna yang hampir selalu mempunyai pengaruh sama terhadap respons psikologis. Misalnya, warna merah selalu dirasakan membawa efek panas dibandingkan dengan warna hijau. Warna yang mengarah ke warna merah dari spektrum warna (kuning, orange, merah) umumnya dianggap panas, sementara warna biru air atau hijau lumut dianggap membawa efek dingin. Pada ruang, pengaruh warna tidak hanya menimbulkan suasana panas atau dingin, tetapi warna juga dapat mempengaruhi kualitas ruang tersebut. Misalnya warna akan membuat seolah-olah ruang menjadi luas, lebih sempit, lebih semrawut dan warna bisa juga menunjukkan status sosial pemakainya. Secara umum telah ada ukuran-ukuran nilai dari warna, seperti 27
warna terang pada ruang akan menjadikan ruang seolah-olah lebih luas, demikian pula sebaliknya. Pengaruh warna cukup dominan terhadap perilaku, di dalam bidang perancangan. Gambar II.3.9 Spektrum Warna
Calm and Peace – Blue Harmony - Green Happiness and Fun – Yellow Energy & Creativity - Orange Neutrality - Gray Hunger, Food, Eating - All Warm Colors: Yellow, Orange, Gold, Red and Brown are all colors that will make you hungry. Most fast food restaurants use warm colors for their logos, packaging and inside their restaurants. Youth, Revival, Renewal - Turquoise Dignity and Self-Respect - Purple Passion - Reds, Purples and Violets Comfort, Home - Browns and Earth Tones Power - Red Environmental, Natural -Green Cleanliness, Purity - White Strength and Stability - Black Royalty - Purple Spirituality - Depends on the faith, but Blue, Orange and Purple are the most popular Solid, Practical - Gray (gray is also the easiest color on the eye) Wealth, Money - Metallics, Green, Black Danger, Alarm - Red Femininity – Pink Dalam perancangan kamar Wisma Atlet Senayan ini, akan memperhatikan hal-hal di atas, namun faktor warna akan lebih ditonjolkan dalam perancangan kamar atlet.
28
II.3
Kelengkapan Data dan Relevansi Pustaka Pendukung II.3.1 State Of The Art (Jurnal Ilmiah) Berdasarkan studi kasus yang dilakukan oleh M. Sahid Indraswara mengenai Penempatan Furniture dan Pemakaian Warna dalam Kamar Tidur Hotel Nugraha Wisata,Bandung, terdapat 3 tipe kamar, diantaranya : •
Kamar Moderate Pemakaian Warna Lantai. Lantai yang dipakai untuk kamar moderate menggunakan keramik halus ukuran 30x30cm berwarna merah marun. Dinding. Untuk finishing pada dinding menggunakan cat warna putih. Agar dapat dikontraskan dengan perabot yang memakai warna gelap. Plafond. Untuk plafond menggunakan material anyaman bambu dan triplek yang disusun tingkat kebawah agar dapat membuat kesan kamar lebih privat, dengan finishing cat warna putih untuk triplek dan plitur natural untuk anyaman bambunya. Furnitur. Untuk furnitur menggunakan finishing cat warna coklat tua dengan teknik melamin. Gambar II.3.1.1 Denah Kamar Moderate
29
•
Kamar Superior Pemakaian Warna Lantai. Lantai yang dipakai untuk kamar Superior menggunakan karpet berwarna hijau karena disesuaikan dengan konsep interior natural. Dinding. Untuk finishing pada dinding menggunakan cat warna putih. Agar dapat dikontraskan dengan perabot yang memakai warna hijau metalik. Plafond. Untuk plafond menggunakan material dari triplek yang kemudian difinishing dengan cat warna putih untuk memberi kesan lembut. Furnitur. Furniture mengunakan warna hijau metalik dengan teknik cat duco. Gambar II.3.1.2 Denah Kamar Superior
30
•
Kamar Suite Pemakaian Warna Lantai lantai yang dipakai untuk kamar Suite menggunakan karpet berwarna hijau tua. Dinding. Untuk finishing pada dinding menggunakan cat warna putih. Plafond. Untuk plafond menggunakan material anyaman bambu dan triplek, dengan finishing cat warna putih untuk triplek dan plitur natural untuk anyaman bambunya. Furnitur. Furniture mengunakan warna coklat tua, kuning, putih marmer. Gambar II.3.1.3 Denah Kamar Suite
Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa : Ada hubungan antara pemakaian warna dan penataan furniture terhadap kesan ruang yang ditangkap oleh pengamat atau pengunjung. Pada perancangan ruang kamar tidur hotel resort, perlu diketahui kegiatan yang ada di dalamnya yaitu pengunjung beristirahat dan suasana ruang harus mendukung kegiatan tersebut. Suasana pada ruang kamar tidur hotel resort
31
harus memenuhi suasana tempat beristirahat yaitu suasana santai, nyaman, hangat, tenang dan aman. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pengolahan elemen-elemen pada ruang dalam kamar. Dalam pembahasan ini adalah pemakaian warna dan penataan furniture. Warna dapat digunakan untuk menekankan atau memperjelas karakter suatu obyek, memberikan aksen pada bentuk bahannya dan berpengaruh pada perasaan si pengamat atau pemirsa. Penataan furniture juga dapat membantu membangun suasana yang ingin dicapai dari fungsi ruang tersebut. Oleh karena itu, penataan furniture dan pemakaian warna sangat berperan di dalam proses perancangan sebuah ruang kamar tidur pada hotel resort dan lingkungan fisiknya sehingga diharapkan bisa mendukung aktivitas pengunjung yang beristirahat dengan menginap pada hotel tersebut. Dari hasil analisis studi kasus pada hotel Nugraha Wisata : -
bila ditinjau dari penataan furniture, ruang ruang tidur hotel Nugraha Wisata mempunyai bentuk penataan furniture yang berorientasi pada fungsi sebuah ruang tidur yang lega serta penataan perabot yang serasi dan indah.
-
bila ditinjau dari pewarnaan ruangnya, ruang – ruang tidur pada hotel Nugraha Wisata menggunakan warna-warna natural yang menimbulkan kesan alami,hangat, menarik, santai, lembut dan sejuk. Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ekspresi ruang-
ruang tidur hotel Nugraha Wisata dari ketiga type memiliki kesamaan dalam memunculkan kesan ruang tidur yang memakai kesan natural, tenang dan nyaman. Jadi dalam perancangan suatu ruang tidur hotel resort perlu dimunculkan kesan yang sesuai dengan karakteristik dari hotel resort pada umumnya. Karakteristik yang muncul berupa suatu kesan keruangan yang alami, penuh dengan unsur ketenangan, santai dan nyaman. Kesan yang muncul inilah yang mempunyai pengaruh pada pengunjung yang membutuhkan suatu ruang yang tenang dan santai. Kesan ruang ini dapat
32
muncul melalui pembentukan dan pengolahan perancangan ruang, serta pewarnaan ruang yang memenuhi syarat perancangan suatu ruang tidur hotel resort. Dari pembahasan-pembahasan di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ekspresi warna dan bentuk penataan furniture yang dihasilkan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perancangan dan perencanaan ruang tidur. Bentuk ruang dan warna menjadi suatu kesatuan yang saling mendukung dalam menciptakan suatu makna ruang. Mengenai penggunaan warna pada interior pada ruang tidur hotel resort, sebaiknya menggunakan warna-warna yang lebih hangat dan tenang . Warna-warna yang direkomendasikan berupa: Warna Merah Keoranyean Warna merah keoranyean memberi kesan kehangatan, perasaan riang serta menarik dan menyenangkan. Warna merah lebih santai daripada warna putih yang berkesan monoton. Orange Warna oranye merupakan perpaduan warna merah dan kuning. Warna ini merupakan warna paling hangat diantara warna yang lainnya. Warna ini mengekspresikan kegembiraan, ceria, riang dan bersemangat. Biru Warna biru termasuk warna dingin yang berwatak tenang, santai, sejuk, nyaman dan sederhana. Penggunaan pola-pola dekorasi diharapkan lebih menarik dan tidak monoton, sehingga dapat diharapkan menarik pengunjung untuk betah menginap. Untuk menambah faktor pewarnaan pada ruang tidur dapat digunakan pewarnaan ruang dengan pencahayaan dari lampu-lampu warna,khususnya lampu-lampu spot yang lebih terfokus pada suatu bagian.
33
II.3.2 Studi Banding Adanya studi literature dan studi banding yang mendukung penulisan tugas akhir ini, diantaranya adalah : Wisma Sejahtera Surabaya Wisma ini berlokasi di Jl. Ketintang Selatan No. 77, Surabaya berfungsi untuk penginapan sementara bagi masyarakat umum yang membutuhkan, terdiri dari 2 lantai. Gambar II.3.2.1 Denah Lantai 1 dan 2 Wisma Sejahtera
(Sumber : http://www.wismasejahterasurabaya.blogspot.com)
Terdapat 4 tipe kamar, diantaranya adalah : - Kamar VIP Single bed (Single Bed Besar, TV, AC, kamar mandi dalam) - Kamar untuk kapasitas 2 orang (2 Bed, TV, AC, kamar mandi dalam) - Kamar untuk kapasitas 4 orang (4 Bed, AC, kamar mandi dalam) - Kamar untuk kapasitas 6 orang (6 Bed, AC, kamar mandi dalam) Gambar II.3.2.2Tipe-Tipe Kamar Wisma Sejahtera
34
(Sumber : http://www.wismasejahterasurabaya.blogspot.com)
Kampung Atlet di Surabaya Gambar II.3.2.3 Kampung Atlet di Surabaya
(Sumber : http://digilib.petra.ac.id)
Kampung atlet di Surabaya merupakan proyek yang berfungsi sebagai sarana hunian bagi para atlet Surabaya pada saat pemusatan latihan daerah. Fasilitas yang direncanakan yaitu hunian atlet, hunian pelatih, kantor pengelola, ruang makan, hall of fame, ruang pemanasan, ruang fisik, ruang rekreasi serta beberapa fasilitas pendukung dan servis. Keunikan desain kampung atlet ini adalah mengekspos kehidupan dan budaya atlet pada saat pelatda, yaitu selalu hidup sehat bugar dan berolahraga. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan simbolik, dengan tema “bridge” atau jembatan. Makna jembatan disini tidak diterapkan secara harafiah, namun diharapkan Kampung Atlet ini akan menjadi “jembatan” bagi masyarakat untuk sadar dan mencintai olahraga dengan atlet sebagai role modelnya. Suasana kampung diwujudkan dengan pola penataan massa yang linear, 35
keterbukaan, keterikatan dan solidaritas, untuk membentuk suasana yang membuat atlet merasa nyaman dan betah berada disana ketika pelatda berlangsung. Pendalaman desain karakter ruang menonjolkan fleksibilitas desain kamar untuk memberikan suasana privasi namun juga kesempatan untuk memperoleh ruang kumpul yang akrab. Gambar II.3.2.4 Kamar Atlet di Kampung Atlet Surabaya
(Sumber : http://digilib.petra.ac.id)
Metode pengumpulan data yang dipakai adalah : -
Studi Literatur Studi pengenalan masalah untuk melengkapi data dan menganalisis masalah yang berhubungan dengan proyek perencanaan dan perancangan Kampung Atlet, seperti buku, artikel, majalah, serta situs internet yang mengandung informasi yang menunjang proses analisa, perencanaan, dan perancangan proyek.
-
Studi Banding Studi banding dengan bangunan serupa untuk mendapatkan gambaran yang lebih obyektif tentang arah dan tujuan perancangan serta perencanaan proyek.
-
Survey Lapangan Pengamatan langsung ke lokasi proyek untuk dapat mengetahui keadaan lokasi yang sebenarnya.serta mencari potensi-potensi dan kendala yang ada sehingga tercipta proses dan perencanaan proyek.
-
Wawancara
36
Melalui proses tanya jawab dengan pihak yang berkaitan langsung, yaitu para atlet, pelatih, dan pengelola sehingga data yang didapat digunakan untuk melengkapi laporan perencanaan dan perancangan.
Gelanggang Olahraga Ragunan Foto II.3.2.5 Wisma Atlet Ragunan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gelora Ragunan berlokasi di Jalan Harsono RM, Pasar Minggu,Jakarta Selatan dibangun pada tahun 1973 dan diperuntukkan sebagai : -
Tempat penampungan bagi para atlet DKI Jakarta dalam pembinaan prestasi olahraga.
-
Pusat Pendidikan dan Pembinaan olahraga bagi pelajar-pelajar berprestasi dalam olahraga.
-
Training Centre bagi atlet-atlet Nasional sebelum mengikuti event-event Internasional.
-
Tempat penataran organisasi olahraga serta badan-badan fungsional lainnya pada waktu-waktu tertentu dalam peningkatan Program Kerja Olahraga. Gambar II.3.2.6 Peta Kawasan Gelora Ragunan
37
Pada kawasan Gelora Ragunan terdapat Wisma Atlet, yang terdiri dari 3 lantai dimana pada lantai1 lantai 1 terdiri dari 20 kamar untuk wanita, lantai 2 terdiri dari 26 kamar untuk pria, dan lantai 3 terdiri dari 26 kamar untuk pelatnas.Pencapaian ke Gelora Ragunan ini dapat dikatakan tidak terlalu mudah karena sedikitnya kendaraan umum yang masuk ke dalam kawasan ini. Hal tersebut dirasakan oleh beberapa atlet yang tinggal di wisma ini, mereka mengatakan bahwa sulit untuk berpergian dengan menggunakan kendaraan umum. Gambar II.3.2.7 Denah Wisma Atlet Ragunan Lantai 1
Plaza
Gudang
Kantor
Kamar
Ruang Seminar Taman Gambar II.3.2.8 Denah Wisma Atlet Ragunan Lantai 2 & 3
Mushola
Wisma ini juga menyediakan kamar untuk disewakan sehingga masyarakat umum juga bisa menetap di wisma ini. 1 kamar tidur diisi oleh 2-4 orang, dilengkapi dengan ranjang susun, kamar mandi, AC, meja, lemari pakaian. Untuk pintu pada kamar wisma atlet ragunan ini menggunakan swing door dengan ukuran tinggi 2,4m dan lebar 85cm dan juga terdapat 2 buah jendela dengan ukuran tinggi 2m dan lebar 50cm, dilengkapi pula beberapa bovenlicht kecil.
38
Gambar II.3.2.9 Denah Kamar Wisma Ragunan Foto II.3.2.1 Jendela dan Pintu Kamar Wisma Ragunan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
London Athlete Village Gambar II.3.2.10 London Athlete Village
(Sumber : http://www.thisislondon.co.uk)
Perkampungan atlet London ini didirikan untuk digunakan pada event Olimpiade 2012. Pada perkampungan atlet ini terdapat fasilitas-fasilitas serta hunian untuk para atlet sebanyak 2400 unit yang terbagi dalam 14 bangunan, tiap bangunan memiliki 10 lantai. Luasan kamar tersebut tidak kurang dari 12m², 1 kamar diisi oleh 2 orang atlet. Total tempat tidur pada penginapan atlet tersebut adalah 16.900 buah, 10.500 untuk atlet-atlet, 6.400 untuk team officials.
39
Gambar II.3.2.11 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet London
(Sumber : http://www.thisislondon.co.uk)
Daegu Athlete Village Gambar II.3.2.12 Daegu Athlete Village
(Sumber : http://daegu2011.blogspot.com)
Perkampungan atlet Daegu berlokasi di Yulha 2 Housing Development District, Dong-gu, luas lahan yang dipakai untuk hunian atlet sebesar 49.975m². Menurut Mr.Young Soo Kim, Direktur Daegu Athlete Village, kondisi fisik dan mental atletatlet adalah kunci dari acara perlombaan internasional para atlet. Oleh karena itu, perkampungan atlet harus memiliki ruang yang nyaman. Hal utama dalam perkampungan atlet ini adalah kenyamanan. Perkampungan atlet Daegu berlokasi di depan sungai dan tingkat kepadatan kendaraan pun rendah. Sebagai tambahan, tidak hanya akomodasi tetapi ada 20 fasilitas penunjang yang disediakan untuk para atlet, seperti salon, bank, laundry, kantor pos, dll.
40
Penginapan untuk para atlet akan dibagi menjadi 4 gaya yang berbeda; ada 528 unit di 9 bangunan dimana tersedia sebanyak 2.032 kamar. Diperkirakan sebanyak 3.500 atlet dan 930 staff dapat tinggal disana. Dalam kamar atlet tersebut tidak hanya tersedia tempat tidur dan meja, tetapi disediakan juga lampu untuk membaca, coffee pot, microwaves, meja, dan juga sofa sehingga atlet-atlet dapat beristirahat dengan nyaman. Gambar II.3.2.13 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet Daegu
(Sumber : http://daegu2011.blogspot.com/2011)
Dari studi literatur dan studi banding yang telah dibahas, maka disimpulkan perilaku istirahat yang mempengaruhi karakteristik kamar sebagai berikut : Perilaku Istirahat Atlet
Karakteristik Kamar
Tidur
Bentuk
Mengobrol
Dimensi dan Proporsi
Membaca
Penghawaan Warna Pencahayaan Kebisingan
Tabel II.3.2.1 Perbandingan Beberapa Wisma Atlet
Ragunan Bentuk Perabot
segiempat Tempat tidur, lemari, meja kerja dan kursi,
Wisma Atlet London segiempat Tempat tidur, lemari,nakas
Daegu segiempat Tempat tidur,lampu untuk 41
nakas
Tipe Kamar
Kapasitas Ukuran Kamar Pintu Jendela
adanya perbedaan kamar atlet cabang olahraga individu dan beregu, perbedaan kamar pria dan wanita 2-4 orang
membaca, coffee pot, microwaves, meja, sofa adanya adanya perbedaan perbedaan kamar antar pria kamar atlet dan wanita cabang olahraga individu dan beregu, antar pria dan wanita
2 orang
1-2 orang
± 4m x 6,5m
± 3m x 4m
± 4m x 5m
Swing door 200cm x 85cm Ada(2buah) 200cm x 50cm
Ada
Ada
Ada 240cm x 70cm
Ada 70cm x 120cm
Secara umum, perbandingan wisma atlet dengan wisma umum adalah sebagai berikut : Tabel II.3.2.2 Perbandingan Wisma Atlet dan Wisma Umum
Wisma Wisma Atlet
Wisma Umum
Perabot
Secara umum, tempat tidur, lemari, meja kerja dan kursi, nakas
Bentuk
segiempat
Secara umum, tempat tidur, lemari, meja kerja dan kursi, nakas, TV, sofa/tempat duduk. segiempat
Tipe Kamar
memiliki beberapa macam tipe kamar, adanya perbedaan kamar berdasarkan cabang olahraga dan juga perbedaan gender
Pintu Jendela
swing door
memiliki beberapa macam tipe kamar dengan berbagai daya tampung, tidak ada perbedaan kelompok kamar, biasanya untuk hunian sementara keluarga atau keperluan bisnis. swing door
ada
ada
42
II.3.3 DataTapak Lokasi tapak yang akan digunakan untuk proyek kali ini adalah di gedung Wisma Fajar, Senayan. Wisma Fajar, Senayan terdiri dari 3 tower, yang masing-masing towernya terdapat 10 lantai dan berisi 20 unit. Setiap 1 lantai tipikal Wisma Fajar hanya memiliki 2 unit, kedua unit tersebut memiliki desain sangat mirip dengan desain unit apartemen pada umumnya. Hal itu disebabkan pada awalnya bangunan tersebut diperuntukkan sebagai mess bagi pegawai Singapura di Jakarta, bukan wisma atlet pada umumnya sehingga sekarang para atlet menempati Hotel Century. Menurut hasil wawancara, wisma fajar tersebut akan dihancurkan dan di desain sesuai dengan kebutuhan para atlet. Wisma Atlet digunakan pada saat pelatihan dan juga pertandingan dalam skala nasional maupun internasional. Dalam pertandingan Sea Games, para atlet akan menempati wisma selama ±5bulan, atlet-atlet tersebut juga akan didampingi pelatihnya dan tim official. •
Lokasi Tapak
: Jl Pintu I Gelora Senayan, Jakarta Pusat Gambar II.3.3.1 Peta Lokasi Tapak
U (Sumber : Dinas Tata Kota)
•
Peruntukan lahan
: Hunian bagi atlet
•
Luas Lahan
: 10891 m²
•
KDB
: 20 % 43
20 % x 10891 m² = 2178,2 m² •
KLB
: 2,5 2,5 x 10891 m² = 27227,5 m²
•
Batas Area Lahan
:
-
: Jalan Pintu Satu Senayan & Kawasan Gelora
Utara
Bung Karno Senayan -
Timur
: Hotel Atlet Century, Gedung Pendidikan, & FX Lifestyle X’nter
-
Barat
: Gedung Koni Pusat & Jalan Asia Afrika
-
Selatan
: Wisma Serba Guna
•
GSB
•
Ketinggian Maksimum
: 10 m ,dan 8 m : 24 Lantai
DATA KONDISI TAPAK DAN SEKITARNYA •
Jenis Kegiatan di tapak dan sekitarnya Diatas tapak
: terdapat hunian dan juga kegiatan jual-beli yang berupa kantin.
Bagian timur : terdapat hunian (Hotel Atlet Centry), perkantoran (Gedung Pendidikan), dan FX Lifestyle X’nter (bisnis /kegiatan jual beli).
•
Barat
: terdapat perkantoran (Gedung KONI Pusat).
Utara
: terdapat kawasan olahraga.
Selatan
: terdapat perkantoran (Wisma Serbaguna).
Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki Terdapat pedestrian dengan lebar ±1,2m-1,8m disekitar tapak yang dapat digunakan oleh pejalan kaki. Tapak juga dikelilingi oleh beberapa jalan besar, diantaranya : Jalan Jendral Sudirman -
Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah
-
Kepadatan kendaraan relatif tinggi, sering terjadi kemacetan 44
-
Terdapat jalur busway
Jalan Asia Afrika -
Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah
-
Kepadatan kendaraan lebih rendah bila dibandingkan dengan Jalan Jendral Sudirman, sering terjadi kemacetan
-
Dilalui jalur busway
Jalan Pintu Gelora 1 -
Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah
-
Kepadatan kendaraan lebih rendah bila dibandingkan dengan Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Asia Afrika
-
Tidak dilalui jalur busway
Jalan Manila -
Kendaraan dapat berlalu lalang melalui 2 arah
-
Kepadatan kendaraan paling rendah bila dibandingkan dengan Jalan Jendral Sudirman, Jalan Asia Afrika, dan Jalan Pintu Gelora 1
-
Tidak dilalui jalur busway
Jalan tersebut ramai dipadati oleh kendaraan pada jam-jam kerja, terutama pada jam 7-9 pagi, namun pada sore sampai malam hari relatif lebih ramai karena terdapat kawasan mall (FX), sekitar pukul 5-10 malam. •
Ketinggian Bangunan Sekitar Tapak Gambar II.3.3.2 Jumlah lapis bangunan di sekitar
1 lt 2‐15 lt
20‐30 lt 1‐2 lt
U 45
•
Orientasi Matahari dan Arah Angin Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 secara geografis Jakarta terletak pada posisi 6°12' Lintang Selatan dan 106°48' Bujur Timur. Posisi tersebut menempatkan Jakarta pada posisi sedikit di bagian selatan garis edar matahari / garis ekuator. Sedangkan arah angin yang ada pada tapak, sebagian besar datang dari arah barat daya dengan kecepatan 0,6-1,4 m/s.
•
Jaringan Pembuangan dan Utilitas Topografi tapak cenderung rata atau tidak berkontur, terdapat sumur resapan pada bagian utara tapak untuk jaringan pembuangan, dan sebagian dibuang ke riol kota. Wisma Fajar juga sudah mengguakan air PAM untuk sumber air bersih.
46