Analisa Kasus Wisma Atlet
Disusun oleh : Septyarini Dwi Praminingtyas (114674052) S1 – Ilmu Administrasi Negara
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2011
I. PERMASALAHAN Kasus Wisma Atlet Berawal dari HP PT. DGI Map berisi tiga lembar cek tersebut disembunyikan di taman. Rabu, 28 September 2011 | 21:09 WIB
Skalanews – Skalanews – Terungkapnya kasus Wisma Atlet, Jaka Baring, Palembang bermula dari pembicaraan handphone antara Direktur Utama PT. DGI dan Manajer Marketing PT DGI Muhamad El Idris pada Januari 2011 yang lalu. Hal itu ditudingkan oleh penyidik KPK, Heri Muryanto dan Aprizal yang bersaksi untuk terdakwa suap wisma Atlet, Wafid Muharam Sekretaris Menpora yang telah dinonaktifkan, di Pengadilan Tindak Korupsi, Jakarta, Rabu(28,9). “Berawal dari penyadapan HP Dudung Purwadi (Dirut PT DGI) yang melakukan El Idris terkait rencana pemberian sesuatu. Kemudian kami kembangkan dengan pengumpulan data subyrk-subyek kontraknya,” ungkap Heri di hadapan majelis hakim. Ia menceritakan, dengan modal sadapan itu penyelidikan pun dikembangkan, focusnya terkait dugaan tindak pidana berupa pemberian sesuatu kepada penyelenggara. “Ternyata di sana ada kontrak dan akhir3 kami baru mengetahui ada nama dari Wafid,: ujarnya. Hingga 21 April 2011 KPK kemudian memperoleh informasi aka nada dana pemberian sesuatu dan pertemuan di Kemenpor. “El Idris dan Rosa akan dating kesana dengan membawa map warna hijau ke lantai 3. El Idris yang membawa. Isinya cek,” jelasnya. Ditempat yang sama, Aprizal pun menjelaskan, bahwa sore itu penyidik KPK terus mengintai El Idris dan Rosa yang sempat turun ke lantai 1 Kemenpora, Tanpa basa-basi Aprizal beserta penyidik yang lainnya langsung menghampiri Idris dan menyaksikan dimana map hijau yang tadi dibawanya.
“Ketika kami mengetahui map sudah tidak ada di tangan mereka, saya berinisiatif masuk ke ruang Pak Wafid. Dan kami menanyakan ke Wafid dimana map tersebut, Wafid sempat terdiam, mungkin menenangkan diri.” ungkapnya. Wafid pun mengaku bahwa map tersebut diletakkan diatas mejanya.atas dasar itu penyidik KPK pun langsung mengantarkannya ke ruang kerjanya. “Pak Wafid kemudian masuk ke ruangan stafnya yang bernama Poniran. Beliau berkata tolong berikan ceknya akepada mereka, itu perintah Wafid kepada Poniran,” jelasnya. Ternyata, cek dan map tersebut telah disembunyikan oleh Poniran ke taman taman yang terletak persis di belakang ruangan kerja Wafid. “Awalnya Poniran mengaku map tersebut ada dalam brankas. Kemudian, map dipindah saat mengetahui KPK datang. Setelah itu, Poniran langsung berlari dan menaruh map berisi cek itu di taman,” ujarnya. Setelah menemukan cek itu, kemudian Aprizal kembali menemui Wafid dan El Idris. Keduanya, pun akhirnya mengakui bahwa cek tersebutlah yang dimaksud. Aprizal menambahkan, bahwa 3 lembar cek tersebut dimasukkan dalam satu buah amplop. Berisi 2 lembar dari BCA, dan sau lagi dari Permata. Nilai keseluruhan Rp 3,2 Miliar. Saat itu, El Idris tidak menjelaskan penyerahan cek tersebut. Untuk diketahui, kebanyakan penyidik KPK ini bersaksi untuk terdakwa suap wisma atlet, Wafid Muharram Sekretaris Menteri Pemuda dan Olharaga yang kini sudah nonasktif. Usai melakukan pemeriksaan singkat, penyidik KPK langsung membawa Idris, Rosa dan Wafid ke Gedung KPK dan menetapkan mereka sebagai tersangka. Idris dan Rosa divonis bersalah dan mdapatkan vonis masing-masiing 2 tahun dan 2,5 tahun penjara.
II. PEMBAHASAN o Pelaku yang terkait dalam kasus ini, antara lain :
Wafid Muharam, menjabat sebagai Sekretaris Kemenpora
Dudung Purwadi, menjabat sebagai Direktur Utama PT. DGI
Mindo Rosalina Manulang, menjabat sebagai Manajer PT. DGI
I Wayan Koster, menjabat sebagai anggota DPR 2004 - 2009
Mirwan Amir, menjabat sebagai Wakil Badan Anggaran
Muhamad El Idris, menjabat sebagai Manajer Pemasaran PT. DGI
Pimpinan Banggar dan Partai Fraksi Demokrat, Jaffar Hafsah
Nazarudin, menjabat sebagai Bendahara Partai Demokrat
o Modus Korupsi karena kurang terkendalinya pengaturan atau manajemen keuangan yang seharusnya diperuntukkan untuk pembangunan, sehingga ada oknum-oknum yang memanfaatkannya dalam celah-celah tersebut. Mulai dari petinggi-petinggi yang bersangkutan hingga politisi-politisi yang mengetahui jalannya proses korupsi tersebut ikut menikmatinya o Kasus yang terjadi Awal mulanya perencanaan pembangunan gedung untuk SEA GAMES ini berjalan cukup lancar, sampai munculnya berita yang berasal dari penyadapan HP Dirut PT. DGI, Dudung Purwadi. Yang ternyata akan melakukan sebuah rencana dengan El Idris terkait rencana pemberian sesuatu. Setelah diselidiki oleh KPK, pemberian sesuatu itu akan ditujukan pada penyelenggara Negara. Dan ditemukan kontrak yang terdapat nama Wafid (Sesmenpora). Selain itu, KPK menemukan uang senilai Rp 3,2 Milyar di kantor Wafid Muharam (Sesmenpora) yang diduga adalah uang suap. Wafid tidak mengaku bahwa itu adalah termasuk uang suap atau korupsi, dia engaku bahwa uang tersebut
adalah dana talangan untuk pembangunan gedung SEA GAMES ini dikarenakan uang dari APBN belum cair. Ditambah lagi menurut Direktur Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan Herry Purnomo, menyampaikan bahwa Kemenpora sudah diberi dana sebesar Rp 600 Milyar yang dapat dipakai apa saja. Tetapi Kemenpora meminta dana tambahan sebesar Rp 700 Milyar lagi yang belum memiliki data yang lengkap untuk penggunaan dana tersebut. Kasus ini juga melibatkan Nazarudin selaku bendahara Partai Demokrat yang mengatakan bahwa, uang Rp 9 miliar dari Sesmenpora Wafid Muharam diberikan kepada Paul (pengusaha). Dari Paul, uang diserahkan kepada I Wayan Koster (anggota Banggar DPR dari PDIP) dan Angelina Sondakh (Banggar DPR dari Demokrat), lalu diberikan kepada Wakil Ketua Banggar dari Demokrat Mirwan Amir. Dari Mirwan, uang diserahkan kepada pemimpin banggar dan Ketua Fraksi Demokrat Jafar Hafsah. o Ada sebab pasti ada akibat Akibat yang disebabkan oleh kasus ini adalah membuat pembangunan gedung untuk SEA GAMES ini menjadi molor atau tidak tepat waktu. Dan dapat membuat nama Indonesia buruk di mata dunia atas kejadian ini yang malah menjadi tuan rumah tetapi malah menjadi sebuah kasus yang rumit.
III. PENUTUP Diketahui bahwa kasus suap yang terjadi saat pembangunan gedung Wisma Atlet untuk SEA GAMES ini berlangsung cukup rumit. Disebabkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang menyalahgunakan kepercayaan dunia terhadap Indonesia untuk membangun gedung ini di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan ketidaksempurnaan dan kurang ketatnya dalam pengawasan dalam mengelola keuangan untuk membangun gedung tersebut, terdapat celah-celah yang dapat dimasuki oleh oknum-oknum di dalamnya. Seharusnya pengaturan atau pengelolaan keuangannya harus di atur dengan lebih baik lagi sehingga tidak ada saling suap ataupun pengambilan uang yang “tidak diketahui” (korupsi). Sekiranya berapa uang yang benar-benar dibutuhkan untuk pembangunan. Direncanakan dana yang memang diperlukan untuk bahan-bahan bangunan, pembayaran pekerja, dan lain-lainnya. Setidaknya semuanya sesuai rencana dan data yang telah disusun. Apalagi ini terkait dengan pembangunan gedung untuk pertandingan yang bergengsi. Jika sudah begini, Indonesia dapat dipandang buruk oleh Negara lain.