perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Proses Komunikasi dan Efek Pada Komunikan Secara ontologis, pengertian tentang komunikasi dapat dipetik dari definisi klasik Harold Lasswell. Komunikasi menurut Lasswell, sebagaimana dikutip Onong Uchjana Effendy, adalah ‗‘proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media dengan menimbulkan efek tertentu‘‘. Lasswell pun menggambarkan kegiatan komunikasi ke dalam premisnya yang terkenal: ‘’who, says what, in which channel, to whom and with what effect’’. Komunikasi dalam model Lasswell meliputi lima unsur, yakni: sumber pesan, pesan, saluran, penerima, dan dampak yang timbul: Source—Message—Channel—Receiver—Effect. 22
Unsur-unsur dalam komunikasi menurut Lasswell itu dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Source/ Komunikator: memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Komunikator berperan sebagai perancang dan penyampai pesan dengan memuat agenda tertentu.
22
commit to user Onong Uchjana Effendy. 1986. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Remadja Karya. Bandung. Hlm. 13. 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Message/ Pesan: merupakan gagasan yang inging disampaikan dalam komunikasi. c. Channel/Media/Saluran Komunikasi: dalam mengimplementasikan strategi komunikasi, sebuah saluran komunikasi berperan penting sebagai sarana menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan. Secara umum, ada dua tipe saluran komunikasi yakni: 1). Saluran komunikasi personal dan 2). Saluran komunikasi bermedia. d. Receiver/ Komunikan, khalayak sasaran: tolok ukur efektifitas/ keberhasilan pesan adalah apabila pesan yang disampaikan kounikator melalui media dapat diterima oleh komunikan, dipahami dan mendapat umpan balik yang positif, serta menghasilkan efek yang diharapkan komunikator. e. Effect/Impact/ Influence/ Efek, dampak, pengaruh: setiap kegiatan komunikasi adalah memiliki tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah hasil, efek atau akibat yang diinginkan oleh komunikator.
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sebagai sebuah proses kegiatan, komunikasi dapat dbicarakan dari aspek askiologis, yakni bagaimana berlangsungnya komunikasi yang efektif.
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun proses komunikasi itu sendiri terbagi dua tahap yakni:23 a. Secara Primer Yakni proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah: bahasa, kial (gesture/ gerak-gerik tubuh), isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu ‗menerjemahkan‘ pikiran dan/ atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa adalah lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena mampu menerjemahkan pikiran kepada orang lain berbentuk ide, informasi atau opini, sesuatu yang konkrit maupun abstrak, dan sebagainya. Namun, demi efektivitas komunikasi, lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya. Dalam proses komunikasi secara primer ini, pesan (message) dari komunikator kepada komunikan terdiri dari isi (the content) dan lambang (symbol). b. Secara Sekunder. Yakni proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya dikarenakan komunikan sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Media kedua ini merupakan alat atau sarana yang diciptakan
23
commit to user Ibid. Hlm. 15
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa. Proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu. Maka diperlukan kecermatan menata lambang untuk memformulasikan isi pesan dan memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan dengan mempertimbangkan karakteristik komunikan sasaran. Dengan demikian, proses komunikasi sekunder ini menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa dan media non-massa. Media massa misalnya: surat kabar, radio, televisi, film. Sedangkan media non-massa antara lain: surat, telepon, telegram, poster, spanduk, papan pengumuman, buletin, majalah organisasi, radio amatir. Akan tetapi, oleh para ahli komunikasi, diakui bahwa efektivitas dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan bersifat informatif
saja.
Menurut
mereka,
yang
efektif
dan
efisien
dalam
menyampaikan pesan persuasif adalah dengan komunikasi tatap muka karena kerangka acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedang dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika. Tanggapan atau reaksi komunikan dapat diketahui oleh komunikator pada saat itu juga.
Berdasarkan uraian di atas, proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) melalui saluran komunikasi untuk menimbulkan efek tertentu. Pikiran meliputi: gagasan, informasi, opini. Sedangkan perasaan dapat meliputi keyakinan, kebimbangan, kesukaan, kebencian, kemarahan, kepastian, commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kekhawatiran, dan lain sebagainya. Adapun efek atau pengaruh/ dampak yang dihasilkan dari proses komunikasi dapat meliputi aspek kognitif, afektif, dan konatif (behavioral) yang mengarah pada tindakan tertentu. Namun demikian, seringkali terjadi bahwasannya efek komunikasi yang berlangsung pada diri komunikan yang satu dan lainnya tidak sama meskipun memperoleh paparan stimuli, materi pesan, strategi komunikasi yang sama. Komunikan memberikan respon berbeda-beda terhadap satu stimuli pesan yang sama, memberikan persepsi yang berbeda, menghasilkan sikap dan akhirnya tindakan berbeda-beda. Terlebih lagi jika komunikan memiliki ragam referensi yang luas, maka akan berpengaruh terhadap efek komunikasi yang berlangsung. Selain itu, derajat dari tiga efek komunikasi tersebut niscaya mengalami penurunan manakala terdapat kendala dalam proses komunikasi. Kendala tersebut dapat bersumber dari: materi pesan, tipe saluran komunikasi, karakteristik komunikan, noise/ gangguan, dan lain sebagainya. Kendala dalam proses komunikasi tersebut dapat menimbulkan kesenjangan persepsi terhadap pesan di antara masyarakat sebagai komunikan dan komunikator. Pada tahap lebih lanjut kendala komunikasi akan berpengaruh pada aspek afektif maupun konatif, yakni pada bentuk pilihan sikap dan tindakan aksi yang diambil komunikator terkait pesan pengembangan desa wisata. Sehingga, tantangan utama dalam suatu proses komunikasi adalah bagaimana menciptakan suatu efek pada komunikan yang sesuai dengan harapan komunikator. Bagaimana pula gambaran dalam benak dan isi kesadaran pada commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan diwujudkan dalam tindakan oleh komunikan. Demikian pula dalam konteks Program Pengembangan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo, proses penyampaian pesan dari komunikator harus mampu memunculkan umpan balik maupun respon positif dari warga desa selaku sasaran. Situasi yang diharapkan adalah terjadi proses komunikasi yang berhasil menciptakan persepsi, sikap, dan tindakan komunikan yang sebangun dengan agenda/ tujuan komunikator. Dengan kata lain, bagaimana kegiatan komunikasi mampu
membuat sebuah pesan menjadi setala (tuned) atau senada antara
komunikator dan komunikan. Perihal komunikasi setala ini, Wilbur Schramm sebagaimana dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.24 Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa persoalan keberhasilan komunikasi terkait dengan bagaimana menjalankan proses komunikasi tersebut secara efektif. Komunikasi yang efektif menjadi salah satu kunci keberhasilan tercapainya tujuan program pembangunan pemerintah di suatu daerah. Sehingga, dalam konteks penelitian ini, proses komunikasi yang efektif dapat memberikan dukungan signifikan bagi tercapainya Program Pengembangan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Sragen.
24
commit to user Ibid. Hlm. 18.
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.1. Segmentasi Efek Komunikasi yang Diharapkan Sebagaimana telah disampaikan di muka, tujuan komunikasi adalah terjadinya efek yang diharapkan dari proses komunikasi. Efek ini berupa perluasan kognisi atau pengetahuan, perubahan sikap, perubahan pendapat, perubahan perilaku atau perubahan sosial. Sehubungan dengan komunikasi pembangunan dalam konteks pengembangan desa wisata di Betisrejo, komunikator sebaiknya telah menentukan spesifikasi bentuk efek yang diharapkan berlangsung dalam diri warga desa. Spesifikasi efek yang diharapkan tersebut antara lain: hanya salah satu pada aspek saja (kognitif, afektif, konatif), kombinasi di antaranya, maupun mencakup keseluruhan aspek. Segmentasi efek yang diharapkan berlangsung dalam diri masyarakat ini sangat penting ditentukan sebelum memulai proses komunikasi. Hal ini disebabkan komunikasi dalam suatu program pembangunan terkait dengan strategi komunikasi, perencanaan komunikasi, kebijaksanaan komunikasi, dan operasi komunikasi. Hubungan penting dari tujuan komunikasi serta efek secara sosial yang diharapkan dengan komunikasi pembangunan dapat dirujuk dari pendapat yang dikemukakan Onong Uchjana Effendy sebagai berikut: 25 Komunikasi merupakan suatu proses yang menyangkut komponenkomponen: komunikator, pesan, media, komunikan dan efek, Tujuan komunikasi adalah efek yang diharapkan dari proses komunikasi. Efek ini berupa perubahan sikap, perubahan pendapat, perubahan perilaku atau perubahan sosial. Dalam hubungannya dengan Komunikasi Pembangunan, efek apa dan yang manayang diharapkan dari masyarakat? Apakah salah satu faset dari komponen efek itu, atau semua faset? Ini haru jelas, sebab ini menyangkut sistem komunikasi, sifat komunikasi, dan bentuk komunikasi. Dalam pada itu, arti pembangunan itu sendiri harus 25
commit to user Ibid. Hlm. 105.
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jelas, karena luasnya bidang yang dicakkup. Harus jelas, sebab menyangkut strategi komunikasi, perencanaan komunikasi, kebijaksanaan komunikasi,dan operasi komunikasi. Sementara itu, Pengembangan Desa Wisata Betisrejo dilaksanakan dalam paradigma pembangunan berkelanjutan. Ciri khas paradigma pembangunan berkelanjutan adalah mendorong partisipasi warga masyarakat. Partisipasi lahir karena warga memiliki pemahaman yang cukup tentang program dan bersikap positif untuk menerima program di desanya. Oleh karena itu, pesan-pesan pembangunan harus mampu secara efektif menghasilkan respon dan tindakan masyarakat yang mendukung agenda pembangunan. Agar aktivitas komunikasi tersebut mampu melahirkan dampak yang diharapkan maka perlu dilakukan proses perencanaan untuk menghasilkan strategi komunikasi yang tepat. Dengan
demikian,
seluruh
pesan-pesan
dari
komunikator
terkait
pengembangan desa wisata, yang mana tujuan akhirnya adalah wujud Desa Wisata Organik Kawasan Agropolitan Betisrejo, disampaikan untuk menghasilkan efek menyeluruh pada diri warga di desa Jambeyan, Jetis, dan Sukorejo, yakni: a. Efek pada aspek Kognitif: menambah pengetahuan, wawasan, dan pemahaman tentang desa wisata; b. Efek pada aspek Afektif: sikap positif untuk menerima dan mendukung kegiatan pengembangan desa wisata; c. Efek pada aspek Konatif: berpartisipasi dan terlibat dalam proses pengembangan desa wisata mulai dari sosialisasi tentang pengembangan desa wisata; perencanaan (identifikasi visi-misi, tujuan, analisis potensi, perumusan strategi/program); implementasi program; hingga monitoring dan evaluasi. commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Perencanaan dan Strategi Komunikasi 2.1. Perencanaan Komunikasi Telah diterangkan pada tulisan sebelumnya bahwa secara aksiologis proses komunikasi adalah membicarakan bagaimana berlangsungnya komunikasi yang efektif untuk menghasilkan dampak yang diharapkan pada komunikan. Jika komunikasi dipandang sebagai proses, maka komunikasi melibatkan suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis dengan memiliki titik awal di mana suatu kegiatan dimulai, bergerak dengan suatu arahan dan di bawah pengendalian tertentu, menuju titik akhir yang menjadi tujaun yang ingin dicapai. Dengan demikian, proses komunikasi (gagasan) yang berdampak adalah berkaitan erat dengan kegiatan perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, perencanaan berbicara mengenai konsep teoritis sedangkan manajemen berbicara konsep pelaksanaan. Pengertian umum tentang perencanaan dapat dicermati dari pendapat Keufman (1972), yakni: 26 Suatu proses untuk menetapkan ke mana kita harus pergi dengan mengidentifikasi syarat apa yang harus dipenuhi untuk sampai ke tempat tersebut dengan cara yang paling efisien dan efektif, dengan kata lain perencanaan sebagai penetapan spesifikasi tujuan yang ingin dicapai termasuk cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan demikian, perencanaan mengandung arti bahwa setelah seseorang menetapkan tujuan tertentu, ia mengidentifikasi berbagai sumberdaya pendukung
26
Hafied Cangara. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Raja Grafindo. commit to user Jakarta. Hlm. 22
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan potensi hambatan, menentukan apa yang harus dikerjakan, kapan dikerjakan, siapa yang akan mengerjakan, dan bagaimana cara mengerjakan. Adapun perencanaan, menurut Hafied Cangara (2013), memiliki fungsi antara lain:27 a. Untuk mengidentifikasi dan menetapkan masalah. b. Untuk memberi fokus atau pedoman pada tujuan yang ingin dicapai. c. Untuk meminimalisasi terjadinya pemborosan sumber daya dalam rangka mencapai tujuan secara efektif. d. Untuk melakukan perkiraan atas kendala yang akan dihadapi dan hasil yang akan diperoleh. e. Untuk melakukan pengendalian agar pelaksanaan senantiasa tetap berada dalam koridor perencanaan yang telah ditetapkan. f. Untuk
memberi
kesempatan
untuk
memilih
alternatif
terbaik
guna
mendapatkan hasil yang lebih baik. g. Untuk mengatasi masalah yang rumit dengan mencari solusinya. h. Untuk menetapkan skala prioritas tentang apa yang harus dikerjakan lebih dulu. i. Untuk menetapkan mekanisme pemantuan (monitoring) dan instrumen alat ukur untuk keperluan evaluasi.
27
commit to user Ibid. Hlm. 23.
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lebih lanjut, Hafied Cangara menyatakan perencanaan memiliki beberapa tipe. Jika ditinjau dari ruang lingkupnya, terdapat tiga tipe perencanaan, yaitu: 28 a. Perencanaan Strategik, yaitu perencanaan yang berhubungan dengan proses penetapan tujuan di mana keputusan-keputusan yang dibuat didasarkan atas kepentingan negara atau institusi. b. Perencanaan Manajerial, yaitu perencanaan yang mengarahkan jalannya pelaksanaan sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. c. Perencanaan Operasional, yaitu perencanaan yang dilakukan di lapangan, lebih spesifik dan memberi petunjuk secara konkret, bagaimana seharusnya proyek dilaksanakan sesuai dengan aturan atau pedoman yang telah diterapkan sebelumnya.
Berangkat dari penjelasan tentang perencanaan secara umum, maka perencanaan di bidang komunikasi dapat didefinisikan sebagai: Sebuah dokumen tertulis yang menggambarkan tentang apa yang harus dilakukan yang berhubungan dengan komunikasi dalam pencapaian tujuan, dengan cara apa yang dapat dilakukan sehingga tujuan tersebut dapat dicapai, dan kepada siapa program komunikasi itu ditujukan, dengan peralatan dan dalam jangka waktu berapa lama hal itu bisa dicapai, dan bagaimana cara mengukur (evaluasi) hasil-hasil yang diperoleh dari program tersebut (Robin Mehall).29
28 29
Ibid. Hlm. 25. Ibid. Hlm. 45.
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Definisi tersebut kemudian lebih dipertajam oleh Hafied Cangara. Menurut Cangara, perencanaan komunikasi adalah sebuah dokumen tertulis yang harus bisa menjawab: 1) Apa yang ingin dicapai, 2) Kenapa kita menginginkan ada hasil yang diperoleh, 3) Siapa yang menjadi target sasaran, 4) Apa yang menjadi kata kunci pada pesan yang akan dibawakan, 5) Siapa yang akan menjadi aktor dalam penyampaian pesan serta bagaimana cara untuk memilih dan menentukannya, 6) Dengan cara apa yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, 7) Bagaimana tipe saluran komunikasi yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan, 8) Kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan setiap pesan, 9) Bagaimana mengukur atau mengevaluasi hasil dari program yang dijalankan.
Jadi hakikat sebuah perencanaan komunikasi adalah suatu usaha yang disengaja dan disusun secara sistematis serta berkelanjutan untuk mencapai tujuan komunikasi tertentu dalam suatu waktu. Usaha tersebut menggunakan alokasi sumber daya yang ada pada komunikator (tenaga, dana, alat/ perlengkapan, waktu, keahlian) untuk mengelola narasumber, pesan, media, target, dan dampak sesuai tujuan komunikasi. Usaha tersebut dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis. Oleh karena merupakan serangkaian usaha yang disengaja, maka perencanaan komunikasi memiliki tahapan-tahapan tertentu. Untuk kepentingan commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian praktis, penulis akan menyusun tahap-tahap penyusunan perencanaan komunikasi sebagai berikut: a. Tahap Perumusan: mengacu pada visi, misi dan agenda komunikator. Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengumpulan data, mencakup: pemetaan relasional
komunikator
serta
komunikan
dengan
masing-masing
lingkungannya; pemetaan sikap posisi unit-unit komunikan sasaran terhadap misi/ agenda komunikator; mengidentifikasi potensi, peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dari sisi komunikator maupun sisi komunikan; mendefinisikan permasalahan dan menetapkan tujuan. Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan metode antara lain: SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), PEST (Political, Economic, Social, Technological), atau
STEER
(Socio-cultural,
Technological,
Economic,
Ecological,
Regulatory). b. Berdasarkan analisa data, selanjutnya menyusun sekelompok (alternatif) strategi komunikasi dan kemudian memutuskan pilihan strategi komunikasi tertentu untuk digunakan. c. Tahap pelaksanaan strategi. Tahap ini ditandai dengan aksi dan komunikasi. Komunikator mengambil berbagai tindakan, kebijakan, dan keputusan untuk mengalokasikan seluruh sumber daya sehingga strategi yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan. Tahap ini menuntut disiplin, komitmen, dan pengorbanan setiap personil terlibat. Tahap ini mencakup pula kegiatan menetapkan sasaran jangka menengah (lima tahunan) dan jangka pendek (tahunan). commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Tahap Pengendalian (Controlling) Tahap ini ditandai dengan upaya mengendalikan jalannya pelaksanaan strategi agar senantiasa beada pada koridor yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan. e. Tahap Monitoring dan evaluasi merupakan tahap akhir dalam rencana strategis. Komunikator/ penyusun rencana harus mengetahui alasan strategi tertentu tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan
komunikasi
pada
dasarnya
merupakan
perencanaan
operasional, karena menyangkut pelaksanaan program untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan perencanaan komunikasi tersebut adalah
untuk
penyebarluasan
gagasan
pembangunan
dan
penyadaran
masyarakat.30 Secara teoritik, para ahli komunikasi telah menyediakan model operasional untuk perencanaan komunikasi. Salah satu model perencanaan komunikasi yang populer adalah
Model Perencanaan Komunikasi AIDDA.
Model ini bersifat linear dan banyak diterapkan pada kegiatan penyuluhan suatu program pemerintah maupun pemasaran komersial. Model AIDDA terdiri dari lima langkah: 31 a. Kesadaran (Awareness). Kesadaran di sini tertuju pada sejauhmana sasaran menyadari manfaat barang/ program yang ditawarkan. Komunikator harus mampu menunjukkan profil utuh dan kegunaan barang yang ditawarkan itu kepada target sasaran sehingga tumbuh kesadaran terhadap manfaat barang/ program. 30 31
Ibid. Hlm. 66. Ibid. Hlm. 79.
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Perhatian (Interest). Ditandai dengan munculnya minat maupun ketertarikan target sasaran untuk mengakses atau memiliki barang/ program yang ditawarkan. Perhatian ini dapat dikarenakan program atau barang adalah sesuatu yang baru, karena manfaat yang terkandung, karena kemasannya. Komunikator harus berupaya membuat sasaran menaruh perhatian tertarik pada barang/ program c. Keinginan (Desire). Proses lanjutan dari interest, dimana sasaran memiliki keinginan untuk memiliki/ mengakses barang atau program. Keinginan ini dapat dikarenakan setelah sasaran menemukan manfaat barang/ program yang dapat memenuhi kebutuhannya. Komunikator biasanya akan memberikan sentuhan dengan cara persuasif, dilakukan secara intensif dan segera mungkin setelah minat terdeteksi agar sasaran segera menghasilkan suatu keputusan positif dan tidak berubah pikiran. d. Keputusan (Decision). Tindakan yang dilakukan sasaran dalam bentuk eksekusi, yakni memutuskan untuk memiliki atau mengakses barang/ program. Komunikator terus memasok segala informasi tentang barang/ program: senantiasa mengingatkan kehadiran barang/ program (untuk pengingat/ product reminder), manfaatnya, nilai tambahnya, dan lain sebagainya. e. Tindakan (Action). Tindakan yang dilakukan sasaran dan merupakan implementasi dari keputusan yang diambil. Misalnya sasaran memutuskan untuk memiliki barang atau melibatkan diri dalam program, maka aksi yang dilakukan adalah membeli barang tersebut atau datang mengikuti kegiatan program dengan teratur. Komunikator berupaya memberikan berbagai pilihan commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bentuk tindakan yang bisa diambil sasaran untuk mengimplementasikan keputusannya itu.
AWARENESS
INTEREST
DESIRE
DECISION
ACTION
Gambar 2.1. Model Perencanaan Komunikasi AIDDA
Menyusun perencanaan komunikasi memerlukan pemahaman teoritis tentang perencanaan dan komunikasi. Sementara untuk pelaksanaan perencanaan komunikasi tersebut diperlukan ketrampilan manajemen komunikasi. Oleh karenanya komunikator perlu memiliki kemampuan manajemen yang baik untuk menjalankan perencanaan komunikasi beserta rumusan strategi yang dihasilkan. Adapun proses manajemen komunikasi menginduk pada prinsip-prinsip ilmu manajemen yang berkaitan dengan kegiatan, antara lain: a. Perencanaan untuk menghasilkan strategi komunikasi; b. Mengorganisir sumberdaya (personel, pendanaan, peralatan/ teknologi, tenaga ahli) untuk menyusun perencanaan dan mengoperasionalkan strategi; c. Mengimplementasikan strategi dan aksi komunikasi; d. Mengontrol pelaksanaan strategi komunikasi agar berada pada koridor perencanaan yang telah ditetapkan; e. Mengevaluasi strategi komunikasi.
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berangkat dari ulasan sebelumnya, hubungan antara perencanaan dan manajemen komunikasi kini dapat dijelaskan. Hubungan Pertama antara keduanya adalah bahwa sebuah rencana yang baik belum tentu dalam pelaksanaannya memperoleh hasil yang baik karena banyak variabel atau faktor yang tidak terkontrol mempengaruhinya. Kedua, perencanaan komunikasi dilaksanakan untuk menghasilkan seeperangkat rumusan strategi komunikasi. Namun, strategi komunikasi di atas kertas tersebut masih harus dioperasionalkan dengan kemahiran manajerial, sebagai metode taktis untuk mencapai tujuan komunikasi. Sehingga strategi komunikasi pada level taktis sejatinya merupakan perpaduan dari kerja perencanaan dan manajemen komunikasi.
2.2. Strategi Komunikasi Buah dari perencanaan komunikasi tak lain adalah sebuah formula strategi komunikasi. Tetapi untuk mencapai tujuan komunikasi, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, namun harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Onong Uchjana Effendy mengungkapkan bahwa strategi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan,
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi.32 Strategi komunikasi oleh Everett Rogers (1982) didefinisikan sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Sedangkan John Middleton (1980) menyatakan bahwa strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.
a. Tujuan Strategi Komunikasi Strategi
komunikasi
sebagai
buah
dari
perencanaan
komunikasi
dirumuskan dengan memiliki tujuan komunikasi tertentu. Onong Uchjana Effendy dengan mengutip pendapat R Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M Dallas Burnett dari buku mereka berjudul ‗‘Techniques for Effective Communication’’ , mengemukakan tujuan utama dari suatu strategi komunikasi, yakni:33 1). To secure understanding: memastikan bahwa penerima pesan mengerti pesan yang diterimanya. Dalam penelitian ini, adalah tercapainya pemahaman maupun persepsi masyarakat tentang pengembangan pariwisata di pedesaan dan desa wisata. 2) To establish acceptance: bertujuan untuk mendorong terbentuknya dukungan penerima pesan manakala telah tercapai pemahaman terhadap isi pesan 32
33
Onong Uchjana Effendy. 1986. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Remadja Karya. commit to user Bandung. Hlm. 35. Ibid.
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut. Dalam penelitian ini manakala pesan tentang program pengembangan pariwisata di pedesaan dan desa wisata telah dipahami, diharapkan masyarakat memberikan dukungan terhadap program tersebut. 3) To motive action: strategi komunikasi bertujuan agar pemahaman yang sudah terbentuk mampu menggerakkan masyarakat untuk bersama-sama melakukan kegiatan sesuai program yang disampaikan. Dalam penelitian ini, masyarakat yang telah memahami pesan tentang program pariwisata di pedesaan dan desa wisata dapat ikut berpartisipasi di dalam kegiatan sesuai program tersebut.
Tujuan dari kegiatan komunikasi perlu dinyatakan secara tegas sebelum komunikasi dilangsungkan. Sebab, menyangkut khalayak sasaran (target audience) yang dalam strategi komunikasi secara makro perlu dibagi-bagi lagi menjadi kelompok sasaran (target groups). Selanjutnya, Onong Uchjana Effendy mengemukakan
bahwa
dalam
menyusun
strategi
komunikasi,
seorang
komunikator harus mempertimbangkan sejumlah komponen komunikasi serta faktor pendukung maupun penghambat pada setiap komponen tersebut. b. Komponen Penyusun Strategi Komunikasi Komponen-komponen komunikasi yang perlu diperhitungkan dalam penyusunan strategi komunikasi tersebut antara lain:34 1) Mengenali Sasaran Komunikasi. Kita perlu mengetahui siapa dan karakteristik komunikan sasaran komunikasi. Pada diri komunikan perlu diperhatikan faktof-faktor sebagai berikut:
34
commit to user Ibid. Hlm. 40.
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Faktor kerangka referensi yang dimiliki komunikan; b) Faktor situasi dan kondisi dari komunikan ketika melakukan kegiatan komunikasi. Misalnya: kondisi fisik dan psikis komunikan, waktu (timing) serta suasana yang berlangsung di sekitar komunikan. 2) Pemilihan media komunikasi: media tulisan/ cetakan, visual, audio, audiovisual. Misalnya: kentongan, pagelaran, kesenian,film, majalah, radio, televisi, surat kabar. 3) Pengkajian atas tujuan pesan komunikasi. Mengidentifikasi tujuan dari pesan komunikasi untuk menentukan teknik maupun strategi komunikasi yang akan diambil. Apakah informatif, persuasi, instruksi. Jika tujuan komunikasi adalah agar komunikan sekadar mengetahui saja maka proses komunikasi dapat dilakukan dengan metode informatif. Jika tujuan komunikasi adalah agar komunikan melakukan tindakan tertentu, maka proses komunikasi dapat dilakukan dengan metode persuasif atau instruktif. 4) Peranan komunikator dalam komunikasi. Seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap empatik, ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Peranan komunikator ini menyangkut kemampuan dan kompetensi komunikator, antara lain: a) Mampu menjadi sumber daya tarik. Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, yakni mampu merubah persepsi, sikap, opini,perilaku komunikan. Kondisi ini dapat ditempuh dengan mekanisme daya tarik. Artinya, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Pun, ketika komunikan commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya, maka komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan komunikator. b) Mampu menjadi sumber kepercayaan Kepercayaan komunikan pada komunikator karena kompetensi, profesi, keahlian yang dimiliki penyampai pesan.
2.3. Strategi Komunikasi Untuk Program Pengembangan Kawasan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo Tujuan akhir dari Program Pengembangan Kawasan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo adalah terwujudnya Desa Wisata di kawasan tersebut. Penyebarserapan program tidak terlepas dari proses komunikasi dengan tujuan untuk mempengaruhi audiens dengan cara-cara tertentu, misalnya: menampilkan narasumber ahli, memilih pesan yang menarik, media yang dapat mempersuasi komunikan, teknik/ metode komunikasi informasi-instruktif-persuasi. Adapun metode persuasi misalnya dapat dilakukan dengan kampanye, promosi, propaganda, periklanan, penyuluhan, negosiasi, dan lain sebagainya. Cara-cara dan metode tersebut adalah bagian dari strategi komunikasi. Patut dicatat bahwa program pariwisata pedesaan yang dicanangkan Pemkab
Sragen
tersebut
dilaksanakan
dalam
semangat
pembangunan
berkelanjutan. Sedangkan tolok ukur keberhasilan program menurut paradigma pembangunan berkelanjutan dinilai dari tingkat partisipasi warga. Sehingga, strategi komunikasi yang disusun tentu ditujukan demi menimbulkan dampak konatif, yakni partisipasi warga untuk mewujudkan Desa Wisata Pertanian commit to user Organik Betisrejo. 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Strategi komunikasi untuk Program Pengembangan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo pada hakikatnya adalah sebuah alat, metode pendekatan komunikasi yang dipakai untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan orang lain atau pihak lain. Alat, metode, pendekatan tersebut secara teoritis merupakan buah dari proses perencanaan di dalam suatu kegiatan manajemen komunikasi
untuk
mencapai
agenda
komunikator
lewat
pesan
yang
disampaikannya. Dari sisi komunikator, pesan-pesan pembangunan terkait program pengembangan desa wisata disampaikan dalam strategi dan kemudian aksi komunikasi tertentu dengan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi yang ada. Pesan yang disampaikan membawa harapan agar komunikan melahirkan respon maupun tindakan yang sesuai dengan agenda komunikator. Pada penelitian ini pula, penulis hendak mengkaji proses penyusunan dan implementasi strategi komunikasi oleh pihak komunikator. Akan ditelusuri, strategi komunikasi yang menetapkan pilihan sumber, pesan, media yang digunakan, segmentasi komunikan, efek yang diharapkan, dan lain sebagainya. Sedangkan dari sisi masyarakat atau komunikan, pesan dari komunikator selanjutnya diterima, dipersepsikan dalam makna tertentu, disikapi dengan bentuk afektif, dan menjadi landasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak. Pada sisi komunikan ini penulis akan mengidentifikasi sejauhmana efek dari strategi komunikasi terhadap persepsi, sikap, dan tindakan sasaran. Penulis hendak mengidentifikasi apakah efek tersebut sejalan dengan agenda komunikator. commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil kajian dan identifikasi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk mengevaluasi strategi komunikasi yang diambil untuk kemudian mendapat penyesuaian dan perbaikan. Bahkan, jika memang dipandang perlu dapat dilakukan perubahan radikal terhadap strategi komunikasi.
3. Pariwisata Menurut Muljadi (2009), sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata merupakan fenomena yang telah lama dikenal dan dilakukan oleh umat manusia. Namun istilah ‗pariwisata‘ (tourism) baru muncul di masyarakat pada abad ke-18, khususnya sesudah revolusi industri di Inggris.35 Pengertian tentang pariwisata dijelaskan lebih lanjut oleh Muljadi sebagai berikut: Pengertian tentang pariwisata terkait dengan aktivitas perubahan tempat tinggal sementara dari seseorang ke luar tempat tinggal sehari-hari dengan berbagai alasan, namun tidak termasuk melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau gaji. Sehingga, pariwisata adalah fenomena perpindahan atau perjalanan manusia secara perseorangan maupun berkelompok. Perpindahan ini bersifat sementara dengan berbagai tujuan, asalkan bukan untuk mencari nafkah dan pendapatan atau gaji namun justru untuk membelanjakan uang yang dimiliki.
Definisi dari World Tourist Organization (WTO) yang dituliskan kembali oleh Ismayanti merumuskan pariwisata sebagai sekumpulan aktivitas yang dilakukan orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk dan tinggal di luar kebiasaan lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis, dan keperluan lain.36 Selain motif untuk bersenang-senang
35 36
commit to user Grafindo Persada. Jakarta. Hlm. 7. Muljadi AJ. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan.Raja Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Kompas Gramedia. Jakarta. Hlm. 2. 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan bisnis, dorongan melakukan perjalanan wisata tersebut juga dilatarbelakangi kepentingan lain meliputi ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun sekadar ingin tahu dan menambah pengalaman ataupun untuk belajar.37 Undang-Undang Republik Indonesia No 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan memisahkan istilah pariwisata dengan wisata. Pariwisata didefinisikan sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah (pasal 1 ayat 3). Adapun pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Pasal 1 ayat 1). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, penulis dapat memberikan pengertian tentang pariwisata yakni merupakan suatu rangkaian perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk berekreasi menghibur diri guna memperoleh kepuasan lahir dan batin.
4. Wisatawan Orang yang melakukan aktivitas wisata lazim disebut dengan wisatawan. Batasan wisatawan menurut standar internasional pada umumnya menggunakan tinjauan dari aspek jarak destinasi dan lama (durasi waktu) perjalanan yang dilakukan.
37
Sebagaimana
menurut
World
Tourist
Organization
(WTO)
commit to user Gamal Suwantoro. 2007. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta. Hlm. 3.
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyebutkan bahwa: ‘’tourist—overnight visitors, visitor staying at least one night in collective or private accomodation in the place visited’’ (tourist/ wisatawan adalah pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam di akomodasi umum ataupun pribadi).38 Konvensi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1954 telah memberi batasan tentang tourist/ wisatawan yakni ‗‘setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan selain untu tujuan berimigrasi dan yang tinggal palingg sedikit 24 jam serta paling lama 6 bulan dalam tahun yang sama‘‘.39 Sementara itu, dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan wisata (pasal 1 ayat 2). Dengan kata lain, wisatawan adalah pelaku kegiatan perjalanan (traveller) yang bertendensi wisata.
Dari berbagai definisi tentang wisatawan tersebut, penulis memberikan pengertian wisatawan sebagai orang yang melakukan perjalanan dari tempat kediamannya dan tinggal sementara waktu di tempat yang didatanginya dengan tujuan berekreasi memperoleh kepuasan lahir dan batin. 40
38
Ibid. Muljadi AJ. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hlm. 11. 40 Jika dicermati, pengertian tentang wisatawan yang berkembang di Indonesia sesuai UU No.10 Tahun 2009 relatif lebih longgar jika dibandingkan dengan definisi yang dirilis IUOTO maupun WTO. Perbedaan definisi tersebut wajar, karena pada praktik di lapangan definisi tersebut tidak bisa diterapkan secara statis dan deskriptif sebagaimana definisi wisatawan versi IUOTO dan WTO. Definisi internasional tersebut menggunakan generalisasi makro sehingga tidak memperhatikan kondisi empiris mikro. Jika konsep wisatawan menurut standar IUOTO diterapkan secara kaku, terutama terkait dengan syarat ‗‘melintas antar negara dan dalam durasi waktu minimal 24 jam menginap di akomodasi umum atau privat‘‘ yang menjadi batasan agar seseorang dapat disebut wisatawan, commit to user maka tak ada seorangpun dapat dengan mudah menjadi wisatawan di negaranya sendiri, sekalipun daerah tujuan berjarak puluhan kilometer dari rumahnya. 39
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Objek Wisata/ Daya Tarik Wisata Undang-Undang No. 10 tahun 2009 pasal 1 ayat 5 tentang Kepariwisataan memberikan batasan Daya tarik Wisata sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Lebih lanjut, Undang-Undang tersebut menerangkan bahwa ruang lingkup daya tarik wisata meliputi: a. Daya Tarik Wisata Alam b. Daya Tarik Wisata Budaya, c. Daya Tarik Wisata Buatan/ Binaan Manusia.
Daya tarik wisata merupakan fokus utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi. Daya tarik wisata menjadi faktor utama penggerak yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat.41 Jadi, daya tarik wisata atau juga disebut obyek wisata merupakan segala potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
41
Fakta empiris di lapangan, seseorang dapat melakukan kegiatan berwisata dengan mengunjungi daerah tujuan wisata di negaranya sendiri –atau dalam satu daerah kecamatan, kota/kabupaten-- dan berjarak hanya sepelemparan batu saja dari rumah, untuk kemudian pulang setelah menikmati perjalanan wisata dalam waktu kurang dari 24 jam. Fakta empiris mikro lain adalah setiap perjalanan wisata memiliki durasi minimum bersifat sementara namun tidak selalu disertai menetap/ menginap di fasilitas akomodasi ketika telah tiba di tempat tujuan. Selain itu, di banyak tempat wisata, jumlah wisatawan harian (tolak) lebih banyak daripada wisatawan bermalam. Sehingga, terdapat kemiripan dalam hal pola mobilitas antara wisatawan harian dan penglaju/ commuter (‗‘lajon/ wong mboro’’ dalam bahasa Jawa). Namun secara umum, perbedaan minimal antara wisatawan harian dan penglaju terletak pada: aspek motivasi melakukan perjalanan; aktivitas selama perjalanan serta kala to userdan pola konsumsi selama kegiatan. berada di tempat tujuan; pengalaman commit yang diperoleh; Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Kompas Gramedia. Jakarta. Hlm.147
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daya tarik tersebut tak lain adalah suatu hal yang dianggap dapat menarik orang untuk datang ke daerah wisata, antara lain: 42 a. Benda-benda yang tersedia di alam semesta; b. Hasil ciptaan manusia: monumen; sisa peradaban masa lalu seperti kesenian, acara/ event rakyat, rumah/ bangunan bersejarah; c. Tata cara hidup manusia (way of life). Suryo Sakti Hadiwijoyo, pakar perencanaan pariwisata di Indonesia, membagi obyek wisata atau daya tarik wisata ke dalam tiga golongan, yakni: 43 a. Obyek Wisata Alam b. Obyek Wisata Sosial Budaya c. Obyek Wisata Minat Khusus Dari berbagai definisi tersebut, maka penulis dapat membuat satu sintesa tentang ruang lingkup daya tarik wisata yakni : a. Daya Tarik Wisata Alam b. Daya Tarik Wisata Sosial Budaya c. Daya Tarik Wisata Buatan/ Binaan Manusia d. Daya Tarik Wisata Minat Khusus
Berbagai jenis daya tarik wisata tersebut merupakan salah satu komponen produk pariwisata yang harus diolah maupun dikemas lebih dulu sebelum dilempar ke pasar industri pariwisata. Tujuannya adalah untuk memberikan kepuasan bagi wisatawan. 42 43
Gamal Suwantoro. 2007. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta. commit to user Perdesaan Berbasis Masyarakat Suryo Sakti Hadiwijoyo. 2012. Perencanaan Pariwisata (Sebuah Pendekatan Konsep). Graha Ilmu. Yogyakarta. Hlm. 49.
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Produk Wisata Suwantoro memberikan batasan tentang produk wisata yakni sebagai: ‗‘keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah diilihnya dan kembali ke rumah di mana ia berangkat semula‘‘. 44 Jadi, produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa pelayanan yang diberikan oleh berbagai pihak berkepentingan, yakni: pihak pengelola usaha pariwisata; masyarakat setempat dengan sikap perilaku dan kekayaan adat/seni budaya; serta keberadaan alam di destinasi wisata.‘‘ Rangkaian jasa tersebut: 45 a. Jasa yang disediakan perusahaan/ pelaku usaha: jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa perjalanan wisata, dan sebagainya; b. Jasa
yang
disediakan
masyarakat
dan
pemerintah:
adat
istiadat,
keramahtamahan, seni budaya, kebijakan pro pariwisata, dan sebagainya; c. Jasa yang disediakan oleh alam: pemandangan alam, laut, gunung, pantai, gua, dan sebagainya.
Terdapat empat komponen pembentuk produk wisata yang terkenal dengan sebutan 4A dan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Atraksi (Attraction): segala sesuatu yang memiliki daya tarik untuk dilihat, ditonton, dinikmati yang layak dijual kepada wisatawan. Atraksi ini berupa: atraksi alam; seni budaya; dan buatan. Daya tarik harus mampu memberi kepuasan pada wisatawan yakni memiliki sesuatu untuk dilihat (something to 44 45
to user Gamal Suwantoro. 2007. Dasar-Dasarcommit Pariwisata. Andi. Yogyakarta. Hlm. 49. Ibid. Hlm. 48. 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
see), sesuatu untuk dilakukan (something to do), sesuatu untuk dibeli (something to buy), sesuatu untuk dikenang (something to remember); b. Aksesibilitas (Accesibilities): sarana yang memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai daerah tujuan wisata.46 Contoh: akses menuju lokasi, ketersediaan moda transportasi, jalan, rambu-rambu dan petunjuk arah, bandara, terminal, biaya pasti perjalanan menuju destinasi wisata, jumlah/ frekuensi pemberangkatan moda transportasi menuju destinasi wisata; c. Amenitas (Aminities): fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan pariwisata yang juga ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan.47 Contoh: akomodasi, rumah makan, pusat informasi wisata, toko cinderamata, pusat kesehatan, pusat belanja umum, pusat sarana komunikasi, pos keamanan, jaringan air bersih dan listrik; d. Aktivitas (activities): segala sesuatu yang akan dilakukan wisatawan di area destinasi. Aktivitas yang beraneka ragam bagi wisatawan dapat menambah lama tinggal wisatawan dan meningkatkan dana untuk dibelanjakan oleh wisatawan.
7. Pariwisata Minat Khusus Pariwisata minat khusus ini adalah serangkaian kegiatan wisata dengan karakteristik khusus (minat khusus) baik dari sisi wisatawan maupun sisi daerah tujuan wisata. Definisi secara umum tentang wisata minat khusus dapat merujuk pada pendapat yang dikemukakan Read (1980) yang mendefinisikan wisata minat 46
Suryo sakti Hadiwijoyo. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat commit toYogyakarta. user (Sebuah Pendekatan Konsep). Graha Ilmu. Hlm. 96. 47 Ibid.
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
khusus sebagai ‗‘suatu bentuk perjalanan wisata yang dilakukan atas dasar minat dan motivasi khusus wisatawan untuk melakukan kunjungan dan terlibat dalam suatu kegiatan wisata yang spesifik, dengan menekankan unsur kegiatan yang unik dan pengalaman yang berkualitas‘‘.48 Menurut Hall dan Weller (1992) motivasi wisatawan minat khusus memiliki dua karakter pokok, yakni: 49 a. Mencari bentuk atraksi wisata baru/ unik yang menekankan pada kesenangan atau minat pada aktivitas spesifik tertentu dan aktif di dalamnya. b. Mencari pengalaman wisata berkualitas, suatu kegiatan wisata yang mampu memberikan: a) nilai manfaat yang bermakna/ Rewarding; b) Unsur pengayaan diri/ pengembangan diri/ Enriching; c) Unsur tantangan atau petualangan/ Adventuresome; d) pengetahuan/ wawasan baru/ Learning.
Kegiatan wisata minat khusus secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga basis Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW), yaitu: 50 a. Wisata Minat Khusus berbasis ODTW Alam (nature tourism resources); b. Wisata Minat Khusus berbasis ODTW Budaya (culture tourism resources); c. Wisata Minat Khusus berbasis ODTW Buatan (man made tourism resources).
Bertolak
dari
tiga
macam
basis
kegiatan
tersebut
selanjutnya
berkembanglah menjadi beraneka ragam bentuk wisata kontemporer. Aneka 48
Deputi Bidang Pemasaran dan Kerjasama Luar Negeri. 2002. Analisis Pangsa Pasar Pariwisata Spesifik. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Hlm.II-1. 49 commit to user Ibid. Hlm. 2. 50 Ibid.
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bentuk wisata itu mengacu pada pengembangan berskala kecil serta non konvensional. Secara metodologi, pengembangan bentuk wisata tersebut dilakukan dengan suatu pendekatan tertentu. Pendekatan metodis tersebut lebih dikenal dalam berbagai istilah kontemporer: pariwisata alternatif, pariwisata bertanggungjawab, pariwisata berkelanjutan.51 Adapun bentuk-bentuk pariwisata kontemporer itu antara lain: a) Pariwisata Pedesaan, b) Ekowisata, c) Agrowisata. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus ini merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan potensi seni budaya suatu kawasan untuk menimbulkan daya tarik dan minat khusus sebagai sasaran wisata. Mulai dikembangkannya usaha wisata minat khusus di Indonesia, terutama di pedesaan --yang kaya pesona alam dan aneka keunikan sosial budaya, akan memperkaya penawaran bentuk perjalanan wisata dalam dunia industri pariwisata Indonesia. Posisi wisata minat khusus dalam peta industri pariwisata dapat diamati dalam Diagram Taksonomi Aktivitas Wisata sebagaimana dikutip dari jurnal Kemenbudpar RI tentang Analisis Pangsa Pasar Wisata Spesifik (Minat Khusus), terbit tahun 2002, sebagai berikut: 52
51
Mohammad Ridwan. 2012. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Sofmedia. Jakarta.Hlm. 70. 52 commit to user2002. Analisis Pangsa Pasar Pariwisata Deputi Bidang Pemasaran dan Kerjasama Luar Negeri. Spesifik. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Hlm.II-4.
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INDUSTRI PARIWISATA Akomodasi
Transportasi
ODTW/Atraksi
Pengatur Perjalanan
Alam (natural resources)
Wisata Massal (mass tourism)
Wisata Minat Khusus (special interest toursim)
Hutan & Perairan Darat
Hutan & Perairan Darat
-sightseeing -camping -Fisihing
-Jungle exploring -Flora fauna observing -River Cruising -rifer Rafting -River Kayaking -Safati -Animal Hunting
Gunung/ Geologi vulkanik -sightseeing -camping
Bahari/ Kelautan
Gunung/Geolo gi Vulkanik
-swimming -camping
-Mount trekking -Mountain Observing -Caving
Budaya (Culture)
Wisata Massal (mass tourism)
Buatan (Man Made)
Wisata Minat Khusus (special interest toursim)
Kehidupan Masyarakat (Living Culture)
Kehidupan masyarakat (Living culture)
-Site Visit -Photography
-Culture Studies -Language studies -Traditional art course (music & dance) -Esoterik activities
Peninggalan sejarah (heritage sites) -Site Visit -Photography -History Studies
Organisasi Pariwisata (Pusat, daerah)
Taman Rekreasi (theme park)
Peninggalan Sejarah (heritage sites) -Archaeological Research -Architectural research -Nostalgic/ historic linkage -Pilgrimage
Bahari/ Kelautan -Surfing -Scuba Diving -Coral Viewing -Wind Surving -Yatching -Sea Cruising -Sea Kayaking -DeepSea -Fisihing
commit to user Gambar 2.2. Taksonomi Aktivitas Wisata (Sumber : Kemenbudpar Indonesia, 2002) 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Pariwisata Pedesaan Sebagaimana ekowisata, Pariwisata Pedesaan juga merupakan salah satu bentuk kegiatan pariwisata kontemporer dalam ranah pariwisata minat khusus. Terdapat beraneka ragam definisi dan konsep tentang pariwisata pedesaan. Hadiwijoyo mendefinisikan pariwisata pedesaan dengan mendasarkan pada dua hal, yaitu: 53 a. Berdasar pada ketersediaan fasilitas. Pariwisata pedesaan dilihat sebagai suatu pemukiman dengan fasilitas lingkungan yang sesuai tuntutan wisataan dalam menikmati, mengenal, dan menghayati kekhasan desa dengan segala daya tariknya dan kegiatan hidup bermasyarakat. b. Berdasarkan perspektif kehidupan masyarakatnya. Pariwisata pedesaan merupakan bentuk pariwisata dengan tujuan kepada objek dan daya tarik berupa kehidupan desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya, alam dan budayanya sehingga mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan, khususnya wisatawan asing.
Definisi lain dikemukakan oleh Inskeep (1991).54 Menurutnya, pariwisata pedesaan adalah ‗‘where small gorups of tourist stay in or near traditional, oftern remote villages and learn about villagelife and the local environment’’ (bentuk pariwisata dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal di dalam atau di dekat suasana tradisional, sering di desa-desa terpencil dan sekaligus mempelajari kehidupan desa maupun lingkungan setempat). 53
Suryo Sakti Hadiwijoyo. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat commit toYogyakarta. user (Sebuah Pendekatan Konsep). Graha Ilmu. Hlm. 67. 54 Ibid. Hlm. 68.
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari dua definisi di atas dapat ditarik satu benang merah yang sama. Baik Hadiwijoyo maupun Inskeep menekankan bahwa pariwisata pedesaan merupakan serangkaian kegiatan wisata di pedesaan. Sebagai aktivitas wisata maka wisata pedesaan adalah salah satu bentuk wisata minat khusus yang memiliki ruang lingkup yang cukup luas, mulai dari kegiatan berupa kegiatan di luar ruang hingga keinginan untuk belajar suatu kecakapan tertentu, misalnya: bahasa, kesenian tradisional atau kegiatan wisata budaya hingga kegiatan-kegiatan khusus yang bertujuan untuk menjaga kesehatan tubuh.. Selain itu, mereka sama-sama meletakkan desa pada posisi sebagai subjek dan sekaligus objek pariwisata. Sebagai objek, desa menjadi tujuan (destinasi) wisata dan sekaligus menjadikan kehidupan desa merupakan tujuan bagi serangkaian aktivitas wisata. Sebagai subjek, desa dengan seluruh potensi wisatanya (alam, kehidupan sosial, seni budayanya) merupakan tuan rumah penyelenggara berbagai aktivitas pariwisata. Dikarenakan manfaat maupun mudharat kegiatan wisata di desa akan dirasakan langsung maka masyarakat harus ditempatkan sebagai aktor utama pengelolaan aktivitas wisata di wilayahnya. Masyarakat desa berhak untuk memiliki kapasitas diri yang kompeten untuk mengelola pariwisata di daerahnya. Mereka harus diberdayakan dan dilibatkan dalam pariwisata pedesaan.
9. Pariwisata Berkelanjutan Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada pasal 2 menyebutkan
bahwa kepariwisataan dieselenggarakan berdasarkan asas commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkelanjutan, asas kelestarian, dan asas partisipatif. Oleh karena itu, sesuai dengan amanat konstitusi maka pembangunan kepariwisataan di Indonesia sudah seyogianya dilaksanakan dalam pola pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) dan mendorong partisipasi masayarakat lokal. Adapun ide dasar dari pembangunan berkelanjutan adalah kelestarian sumber-sumber daya alam dan budaya.55 Ide dasar paradigma pembangunan berkelanjutan ini kemudian diturunkan ke dalam pendekatan/ konsep parwisata berkelanjutan.56 Dalam World Conference on Sustainable Tourism yang diprakarsai UNESCO pada 1995 menghasilkan suatu Piagam Pariwisata Berkelanjutan yang dikenal dengan Lanzarote Charter for Sustainable Tourism. Piagam tersebut menyatakan,
‗‘Pembangunan
Pariwisata
harus
didasarkan
pada
kriteria
keberlanjutan, yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat‘‘. Merujuk pada dua pengertian tersebut, pariwisata berkelanjutan merupakan pariwisata yang mempunyai kepekaan dan tanggungjawab terhadap isu ekologi, sosial, dan budaya. Pembangunan sumberdaya atraksi, aksesibilitas, amenitas, aktivitas pariwisata dimanfaatkan untuk mencapai hidup sejahtera, tetapi harus dipelihara dan dilestarikan agar dapat digunakan di masa mendatang. Pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya menempatkan masyarakat lokal sebagai subjek untuk mengelola potensi wisata, menerima manfaat aktivitas 55
56
Janianton Damanik & Helmut Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi. Andi. Yogyakarta. Hlm. 25. commit to user Ibid.
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
wisata, mengatasi dampak negatif, melestarikan sumber daya alam, nilai-nilai sosial dan budaya. Pendekatan/ konsep parwisata berkelanjutan juga mensyaratkan seluruh pemangku kepentingan (pelaku usaha pariwisata, pemerintah, masyarakat) memiliki komitmen dan inisiatif untuk senantiasa menyeimbangkan tiga kepentingan setara, yakni: ekonomi, sumber daya alam, dan sosial budaya. Keseimbangan tiga kepentingan itu diharapkan dapat mewujudkan peningkatan ekonomi lokal berwawasan pelestarian sumber daya alam dan sosial budaya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pariwisata berkelanjutan adalah pendekatan pembangunan kawasan dengan karakteristik khas antara lain: a. menekankan tercapainya pelestarian sumber daya alam-sosial-budaya; b. menerapkan pemberdayaan masyarakat lokal; c. mendorong partisipasi masyarakat lokal; d. berorientasi pada peningkatan ekonomi lokal.
Isnaini (2007) mengemukakan bahwa secara terminologis pelibatan partisipasi masyarakat dalam proyek pengembangan pariwisata mempunyai banyak nama, yakni Community Based Tourism (CBT), Community Based Ecotourism (CBET), Agrotourism, Eco and Adventure Tourism, dan Homestay.57 Hanya saja, lanjut Isnaini kemudian, belum ada konsensus di kalangan akademik terhadap istilah-istilah dari beragam tipe pariwisata ini.
57
commit to user Ibid. Hlm. 71.
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Desa Wisata Pengembangan pariwisata di pedesaan beserta aktivitas wisata yang ditawarkan pada hakikatnya berbasis pada suatu desa yang dikembangkan menjadi desa wisata sedemikian rupa, sehingga memenuhi syarat tertentu untuk menjadi daerah tujuan wisata. Pengertian desa wisata menurut Pitana yang dituliskan kembali oleh Firdaus (2007) adalah suatu wilayah perdesaan dengan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian desa, baik dari struktur ruang, arsitektur bangunan, maupun pola kehidupan sosial budaya masyarakatnya serta mampu menyediakan komponen-komponen kebutuhan pokok wisatawan seperti akomodasi, makanan dan minuman, cinderamata dan atraksi-atraksi wisata.58
10.1. Komponen Utama Pengembangan Desa Wisata59 a. Atraksi: berupa seluruh kegiatan dan kehidupan keseharian penduduk setempat beserta kondisi fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti kurusus tari, bahasa, membatik, bertani, membuat kerajinan tan hal lain yang spesifik; b Akomodasi: sebagian tempat tinggal para penduduk setempat (untuk menginap wisawatan di desa wisata) dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.
58
59
Firdaus. 2007. Pengembangan Desa Wisata Di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa commit to user Yogyakarta. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, 2 (3): 313-324. Ibid. Hlm. 69.
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10.2. Syarat Suatu Desa Dikembangkan menjadi Desa Wisata Penetapan suatu desa untuk dijadikan sebagai desa wisata harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain sebagaimana dikemukakan Hadiwijoyo: 60 a. Aksesibilitasnya baik sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan aneka alat transportasi dari berbagai arah penjuru; b. Memiliki obyek-obyek dan atraksi wisata menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan lokal, untuk dikembangkan sebagai obyek wisata; c. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan mendukung terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya; d. Keamanan, keramahtamahan, kebersihan, keindahan di desa tersebut terjamin; e. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai; f. Beriklim sejuk atau dingin; g. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat.
10.3. Prinsip-Prinsip dalam Pengembangan Desa Wisata Pengembangan suatu desa wisata harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut: 61 a. Tidak bertentangan dengan adat dan budaya setempat; b. Pembangunan fisik ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa. Misalnya pembangunan IPAL komunal untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa agar nyaman dikunjungi;
60
Suryo Sakti Hadiwijoyo. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat (Sebuah Pendekatan Konsep). Graha Ilmu. Yogyakarta. Hlm. 69. 61 commit to user Firdaus. 2007. Pengembangan Desa Wisata Di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, 2 (3): 313-324.
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Memperhatikan unsur kelokalan arsitektur bangunan serta materialnya; d. Memberdayakan masyarakat desa wisata; e. Memperhatikan daya dukung dan daya tampung serta berwawasan lingkungan.
10.4. Tipe Desa Wisata Ditinjau dari bentuk dan pengelolaannya, Desa Wisata terdiri dua tipe: 62 a. Tipe Terstruktur, ditandai dengan karakter sebagai berikut: 1) Lahan terbatas yang dilengkapi infrastruktur spesifik untuk kawasan tersebut. 2) Lokasi terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal. Dampak negatif pariwisata dan pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan dapat terdeteksi lebih dini dan lebih terkontrol. 3) Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam tingkat kemampuan perencanaan integratif dan terkoordinir. Tampil sebagai agen untuk mendapat dana internasional sebagai unsur utama menangkap servis dari hotel-hotel berbintang. b. Tipe Terbuka Ditandai dengan karakter tumbuh dan menyatunya kawasan dengan strtuktur kehidupan masyarakat lokal. Manfaat, distribusi pendapatan dari
aktivitas
wisatawan maupun dampak negatifnya langsung dirasakan penduduk lokal.
62
commit to user Ibid. Hlm. 70.
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10.5. Pendekatan dalam Perencanaan dan Pengembangan Desa Wisata 63 a Pendekatan Pasar (Pola Interaksi Wisatawan) 1) Interaksi Langsung Wisatawan diperbolehkan tinggal atau bermalam dalam akomodasi yang dimiliki oleh warga desa tersebut. Memerlukan kemampuan tinggi dari segenap elemen warga desa untuk mengontrol dampak yang muncul. 2) Interaksi Setengah Langsung Lebih dikenal dengan istilah One Day Trip. Pada prinsipnya, wisatawan hanya singgah dan tidak tinggal bersama penduduk. Kegiatan yang dilakukan wisatawan one day trip makan dan berkegiatan bersama penduduk, berbelanja barang-barang kerajinan di rumah-rumah warga, untuk kemudian wisatawan kembali ke tempat akomodasinya. 3) Interaksi Tidak Langsung Pengembangan diarahkan agar desa mendapat manfaat tanpa interaksi (bersosialisasi/ srawungan) langsung dengan wisatawan. Bentuk kegiatan yang terjadi misalnya: penulisan buku tentang desa, kehidupan desa, arsitektur tradisional, latar belakang sejarah,pembuatan kartu pos, mengundang peliputan media massa, dan sebagainya. b. Pendekatan Fisik (Aktivitas Konservasi) Merupakan solusi umum dalam mengembangkan suatu desa melalui sektor pariwisata. Kegiatan utamanya adalah aktivitas konservasi yang
63
commitPariwisata to user Perdesaan Berbasis Masyarakat Suryo Sakti Hadiwijoyo. 2012. Perencanaan (Sebuah Pendekatan Konsep). Graha Ilmu. Yogyakarta. Hlm. 84. 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penerapannya dikontrol dengan standar khusus. Aktivitas yang merupakan implementasi pendekatan fisik tersebut antara lain: 1) Mengonservasi sejumlah rumah yang bernilai budaya, sejarah, dan arsitektur tinggi dan mengubah fungsi rumah tinggal menjadi museum desa. 2) Mengonservasi keseluruhan desa dan menyediakan lahan baru untuk menampung perkembangan penduduk desa sekaligus mengembangkan lahan tersebut sebagai area pariwisata dengan fasilitas wisata. 3) Mengembangkan bentuk-bentuk akomodasi di dalam wilayah desa tesebut yang dioperasikan oleh penduduk desa tersebut sebagai industri skala kecil (miniatur).64
Dalam rangka pendekatan fisik untuk mengembangkan desa wisata sebaiknya juga memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini (Hadiwijoyo, 2012): a. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil dengan aktivitas pelayanan wisata dilakukan di dalam atau dengan dengan desa. b. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, atau dapat bekerjasama dengan pihak luar. c. Pengembangan desa wisata didasarkan pada salah satu sifat budaya tradisional yang lekat pada suatu desa atau sifat atraksi yang lekat dengan alam. 64
Contoh: Desa Wisata di Wolotopo Flores. Aset wisata di daerah ini: tenun ikat, tarian adat, rumah-rumah tradisional, pemandangan ke arah laut. Pengembangan dengan pendekatan fisik dilakukan dengan membangun perkampungan skala kecil (minatur) di dalam lingkungan Desa Wolotopo. Di dalamnya dibangun fasilitas wisata yang dikelola oleh warga desa: kamar inap, restauran, kolam renang, workshop tenun ikat, panggung seni, kios souvenir, kebun buah, commit to user dermaga perahu boat. Atraksi seni budaya disajikan secara terjadwal dan bergiliran di antara kelompok seni yang ada.
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Ekowisata / Eco-Tourism Ekowisata adalah salah satu bentuk kegiatan pariwisata kontemporer dalam ranah pariwisata minat khusus. Terdapat beraneka ragam definisi ekowisata. Ekowisata menurut definisi dari Damanik dan Weber (2006:37) merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata. Masyarakat Ekowisata Internasional (Tourism International Ecotourism Society/ TIES) pada konferensi tahun 2000 mengartikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masarakat lokal. 65 Berangkat dari definisi tersebut, tampak ciri khas ekowisata yakni pada penekanan kegiatan wisata yang bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan. Tanggungjawab tersebut dijalankan oleh wisatawan dan juga penyelenggara wisata yang memfasilitasi wisatawan. Deklarasi Quebec secara spesifik menyebutkan bahwa ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang membedakannya dengan bentuk wisata lain. 66 Pada praktiknya, prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang ter-internalisasi ke dalam ekowisata tersebut terlihat melalui bentuk kegiatan wisata: a) secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya; b) melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan wisata, serta
65
Janianton Damanik & Helmut Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi. Andi. Yogyakarta. Hlm. 37. commit to user 66 Ibid. 38.
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteran mereka; c) dilakukan dalam bentuk wisata independen atau diorganisasi dalam bentuk kelompok kecil.67 Sedangkan From (2004) sebagaimana dituliskan kembali oleh Damanik dan Weber menyusun tiga konsep dasar yang lebih operasional tentang ekowisata, yakni: 68 a. Perjalanan outdoor dan di kawasan alam dengan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Perjalanan wisata menggunakan sumberdaya hemat energi dan terbarukan seperti listrik tenaga surya, bahan daur ulang. b. Wisata yang mengutamakan penggunaan fasilitas transportasi yang diciptakan dan dikelola masyarakat kawasan wisata itu. Akomodasi yang tersedia bukanlah perpanjangan tangan hotel (korporasi) internasional, juga bukan makanan berbahan baku impor atau perpanjangan waralaba internasional maupun korporasi bermodal besar. Semuanya berbasis produk lokal (in situ), termasuk penggunaan jasa pemandu wisata lokal. Oleh sebab itu, wisata ini memberikan keuntungan langsung bagi masyarakat lokal. c. Perjalanan wisata yang menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal. Wisatawan justru belajar pada masyarakat lokal, tidak menuntut masyarakat lokal agar menicptakan pertunjukan atau hiburan ekstra melainkan menyaksikan dan berinteraksi ke dalam upacara dan pertunjukan yang sudah dimiliki. Wisatawan cenderung menghindari penampilan diri yang berkesan pamer kekayaan dengan berpakaian dan makan minum sewajarnya sehingga tidak memberikan pendidikan buruk kepada anak-anak setempat. 67 68
Ibid. Ibid.
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Agrowisata / Agro-Tourism Pengertian Agrowisata secara spesifik dikeluarkan oleh Departemen Pertanian (Deptan) Republik Indonesia. Dikutip dari situs resmi Deptan di jaringan internet (http://database.deptan.go.id) disebutkan bahwa Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. Berdasarkan penjelasan tentang agrowisata di website Deptan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan pemasaran langsung produk pertanian karena para petani dapat menjual secara langsung hasil pertaniannya tanpa melalui saluran distribusi. Petani pun bisa mebuat stand hasil pertaniannya di sepanjang jalur yang dilintasi oleh para wisatawan. Wilayah agrowisata dapat secara otomatis perfungsi sebagai pasar yang mempertemukan antara para petani sebagai penghasil produk pertanian dengan para wisatawan sebagai penikmat produk. Produk yang dimaksud tidak sebatas yang berwujud seperti buah-buahan atau sayur-sayuran, tetapi dapat berupa jasa misalnya mengukir buah, jasa lokal guide, dan mungkin atraksi tari-tarian para petani lokal yang mengekpresikan kehidupan bertanian mereka. commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Agrowisata juga berkaitan erat dengan ekowisata. I Gusti Bagus Rai Utama dengan mengutip hasil kajian Departemen Pertanian Repubik Indonesia memasukkan Agrowisata ke dalam kelompok wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan.69 Prinsip
pengembangan
Agrowisata
mengharapkan
pihak
umum
mengunjungi usaha tani dengan tujuan utama meningkatkan pendapatan usaha tani melalui penyediaan rekreasi dan pendidikan terkait dengan pertanian dan/ atau penyediaan tempat tinggal sementara di rumah petani. Dalam agrowisata, pengunjung akan mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar sewa home-stay dan berbagai atraksi/ paket wisata yang dikonsumsi. Petanilah yang menawarkan tur menuju usaha taninya dan menyediakan produk agroturistik, pendidikan dan pengalaman menyenangkan kepada masyarakat perkotaan. Jadi, agrowisata telah dijadikan sebuah bisnis yang berdampak ekonomi langsung pada usaha tani dan masyarakat sekitarnya. Teknik pengembangan destinasi agrowisata diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), kombinasi antara keduanya.70
69
I Gusti Bagus Rai Utama. 2013. Definisi Agrowisata dari Berbagai Perspektif, Artikel dalam Situs Blog Pribadi, (Online), (http://tourismbali.wordpress.com/2013/03/10/definisicommit to user agrowisata-dari-berbagai-perspektif, diakses 2 Juni 2013). 70 Situs resmi Departemen Pertanian Republik Indonesia di http://www.database.deptan.go.id.
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Tampilan agrowisata ruangan tertutup. Dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. b. Agrowisata ruangan terbuka. Dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usaha tani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan.
Secara umum ruang lingkup dan potensi agrowisata dapat dikembangkan sebagai berikut: 71 a. Perkebunan Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh perkebunan besar swasta nasional ataupun asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan obyek wisata perkebunan dapat berupa praproduksi (pembibitan), produksi, dan pascaproduksi (pengolahan dan pemasaran). Daya tarik perkebunan sebagai sumberdaya wisata antara lain: 1) Daya tarik historis dari perkebunan yang sudah diusahakan sejak lama;
71
Bambang Pamulardi. 2006. Pengembangan Agrowisata Berwawasan Lingkungan di Kasus Desa Wisata Tingkir, Salatiga). Tesis tidak Diterbitkan, Semarang: Program Magister commit to userProgram Pasca Sarjana Universita Ilmu Lingkungan, diterbikan Semarang: Diponegoro.Hlm. 42-45.
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Lokasi beberapa wilayah perkebunan yang terletak di pegunungan yang memberikan pemandangan indah serta berhawa segar; 3) Cara-cara tradisional dalam pola tanam, pemeliharaan, pengelolaan dan prosesnya; 4) perkembangan teknik pengelolaan yang ada. b. Tanaman pangan dan hortikultura Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan yang meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultura yakni bunga, buah, sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari prapanen, pascapanen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan obyek agrowisata. c. Perikanan Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai proses pascapanen. Daya tarik perikanan sebagai sumberdaya wisata meliputi: pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, misalnya memancing ikan. d. Peternakan Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata: pola beternak, cara tradisional dalam peternakan, budidaya hewan ternak (Tirtawinata, 1996).72 5. Kehutanan Dalam beberapa literatur tentang wisata alam ekowisata, obyek wisata kehutanan termasuk dalam golongan ekowisata, yang pada hakekatnya bentuk wisata alami. Oleh The Ecoturism Society (1990) dalam Fandeli dan Mukhlison
72
commit to user Ibid.
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2000), ekowisata didefinisikan sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke areal alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan lingkungan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semua ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari. Sedangkan kegiatan kehutanan dalam kaitannya dengan agrowisata, penulis mengelompokkan dalam golongan kelompok, antara lain: - Taman kebun buru, memiliki daya tarik kekayaan flora dan fauna buru, baik yang berkembang secara alami maupun yang ditangkarkan untuk perburuan satwa. - Tanaman penghijauan kehutanan, seperti hutan rakyat dan hutan kota. - Kebun raya, memiliki kekayaan berupa tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Obyek dan daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora, keindahan pemandangan di dalamnya, dan kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.
13. Agropolitan Agropolitan merupakan perluasan dari kegiatan agribisnis yang diharapkan dapat menghasilkan dampak secara ekonomi lebih meluas pula. Oleh sebab itu pengelolaan agropolitan memiliki kompleksitas lebih tinggi, baik dari sisi sumberdaya (wilayah, modal, manusia, teknis), pihak-pihak yang terlibat, koordinasi, dan dukungan kebijakan pemerintah. commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam Master Plan Pengembangan Kawasan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo (Desa Jambeyan, Jetis dan Sukorejo) yang dirilis Bappeda Sragen diterangkan bahwa Agribisnis memiliki pengertian yang spesifik dalam pembangunan pertanian yakni pengelolaan komoditas tertentu yang dikelola dari hulu sampai hilir. Adapun agropolitan adalah kawasan agribisnis yang secara skala ekonomi tertentu menyumbangkan komoditas agro dan memiliki fasilitas dan sarana prasarana seperti terminal, jalan dan memiliki manajemen sendiri.73 Dengan demikian, menurut penulis, yang dimaksud dengan Kawasan Agropolitan adalah kawasan agrobisnis yang secara skala ekonomi tertentu tertentu menyumbangkan komoditas agro dan memiliki fasilitas dan sarana prasarana pendukung dan memiliki manajemen sendiri.
14. Pengembangan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo J.S Badudu dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994), memberikan definisi pengembangan adalah hal, cara atau hasil kerja mengembangkan. Sedangkan mengembangkan berarti membuka, memajukan, menjadikan maju dan bertambah baik. Sehingga
Pengembangan
Desa
meningkatkan kondisi suatu desa agar
Wisata
dapat
diartikan
sebagai
siap dan mampu menjadi daerah
kunjungan wisata. Dengan demikian pengertian tentang Pengembangan Desa Wisata Pertanian Organik dapat diberikan oleh penulis sebagai ‗‘suatu cara memajukan suatu desa dengan menjadikannya suatu obyek wisata berwawasan 73
Bappeda Sragen. 2012. Master Plan Pengembangan Kawasan Desa Wisata Pertanian Organik commit user Betisrejo (Desa Jambeyan, Jetis dan toSukorejo) Pendukung Kawasan Agropolitan kecamatan Sambirejo. Sragen: Pemerintah Kabupaten Sragen. Hlm. 5.
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelestarian lingkungan hidup yang berciri khas agrowisata dan bertumpu pada kegiatan pertanian yang dilakukan dengan metode organik‘‘.
15. Agrowisata Sebagai Bentuk Aktivitas Wisata Dalam Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo Dengan
merujuk
kembali
pada
filosofi
pendekatan
pariwisata
berkelanjutan dan model pengembangan Community Baset Tourism maka bentuk aktivitas wisata yang sejalan untuk dikembangkan dalam suatu desa wisata adalah ekowisata/ eco-tourism dan Agrowisata/ agro-tourism. Sebab di antara keduanya menekankan dua kegiatan pokok yang sama yakni konservasi terhadap alam dan sosial budaya di satu sisi, serta pemberdayaan masyarakat lokal di sisi lainnya. Pemerintah Kabupaten Sragen melaksanakan pengembangan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo menuju destinasi wisata bercorak aktivitas agrowisata/ agro-tourism. Corak agrowisata dipilih karena Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo merupakan kawasan pendukung bagi kecamatan Sambirejo yang telah ditetapkan sebagai kawasan agropolitan yang mana aktivitas pengembangannya adalah di sektor agrobisnis dan pelestarian ekologi kawasan.74 Dengan mengacu pada SK Bupati Sragen Nomor: 556 /13/ 002 /2012 Tentang Penetapan Desa Wisata Organik Kawasan Agropolitan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen dan Master Plan Pengembangan Kawasan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo, maka pengembangan desa wisata tersebut dilakukan dalam paradigma pembagunan berkelanjutan dan didekati dengan 74
commit to user Sesuai dengan amanat SK Bupati Sragen Nomor: 556 /13/ 002 /2012 Tentang Penetapan Desa Wisata Organik Kawasan Agropolitan Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konsep pariwisata berkelanjutan. Adapun rumusan strategi yang dipilih adalah Pengembangan Pariwisata di Pedesaan yang diimplementasikan dengan pengembangan desa wisata di Betisrejo. Dalam pelaksanaan di lapangan, praktik pengembangan desa wisata mengadopsi prinsip-prinsip dalam model Community Based Tourism beserta turunannya yakni Community-Based Agrotourism.
16. Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan Kawasan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo Partisipasi menurut kamus besar bahasa indonesia adalah ‗‘hal turut berperan serta suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta‘‘. Definisi lain dari partisipasi dirumuskan oleh Keith Davis dan John W Newstrom (1996) adalah ‗‘keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab pencapaian tujuan itu‘‘.75 Mubyarto (1984) mendefinisikan partisispasi sebagai ‗‘kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri‘‘. Sedangkan Bhattacharyya (1972) menjelaskan partisipasi sebagai ‗‘pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.76 Terkait
dengan
pengembangan
desa
wisata
Betisrejo,
partisipasi
masyarakat didorong sedini mungkin, yakni sejak: kontak dengan pihak dari luar selaku pembawa wacana desa wisata; sosialisasi tentang pengembangan desa
75
76
Sutarto Indratno. 2003. Strategi Komunikasi Dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Keluarga. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta: Program Studi Komunikasi FISIP Program Pascasarjana UNS. Hlm. 24. commit to user Ibid.
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
wisata; perencanaan (identifikasi visi-misi, tujuan, analisis potensi, perumusan strategi/program); implementasi program; hingga monitoring dan evaluasi. Di dalamnya melibatkan proses komunikasi intrapersona, komunikasi interpersona, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Partisipasi dalam proses perencanaan adalah proses dimana identifikasi tujuan, kebutuhan, sasaran, potensi, kendala, prioritas pembangunan dipilih serta dituangkan dalam perumusan strategi atau program untuk mengembangkan masyarakat itu sendiri. Partisipasi dalam proses implementasi strategi atau program merupakan kegiatan pelaksanaan keputusan yang telah ditetapkan. Bentuk dari partisipasi ini dapat diketahui dari seberapa banyak jumlah warga yang berpartisipasi, seberapa besar sumber daya masyarakat dicurahkan, yang dapat berwujud tenaga, barang, dana, waktu. Juga seberapa mendalam (intens) keterlibatan yang diberikan, yakni berupa partisipasi aktif atau pasif, vertikal atau horizontal, langsung atau tak langsung, serta frekuensi keikutsertaan. Partisipasi dalam proses monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan menilai sejauh mana dampak strategi/ program terhadap lingkungan hidup, mobilitas ekonomi dan sosial warga, dan lain sebagainya. Partisipasi ini merupakan proses kontrol sosial dan merupakan upaya merumuskan solusi atas kelemahan yang muncul.
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang Pengembangan Desa Wisata telah banyak dilakukan, baik dalam bentuk jurnal, skripsi, tesis, maupun disertasi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Firdaus pada tahun 2007 yang berjudul ‗‘Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.77 Penelitian deskriptif yang dituangkan dalam Jurnal Kepariwisataan Indonesia itu, Firdaus memaparkan berbagai
langkah
kebijakan
Pemerintah
Kabupaten
Sleman
dalam
mengembangkan 32 desa wisata di wilayah tersebut. Penelitian dengan topik desa wisata juga dilakukan oleh Argyo Demartoto pada tahun 2008 dengan judul ‗‘Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pedesan oleh Pelaku Wisata Di Kabupaten Boyolali‘‘.78 Dalam penelitian di bidang sosiologi tersebut, Demartoto memaparkan upaya yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam pengembangan obyek wisata pedesaan di Kabupaten Boyolali. Penelitian deskriptif Demartoto tersebut berhasil menemukan berbagai faktor penghambat dan faktor pendorong dalam pengembangan obyek wisata di Kabupaten Boyolali. Faktor penghambat tersebut antara lain: keterbatasan infrastruktur, masih rendahnya sumber daya manusia kepariwisataan, rendahnya investasi dan dukungan stakeholder, penyebaran obyek wisata dengan lainnya cukup berjauhan, lamanya tinggal wisatawan relatif sangat singkat. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu : tiap-tiap obyek wisata pedesaan memiliki keunikan, letaknya yang strategis. 77
78
Firdaus. 2007. Pengembangan Desa Wisata Di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, 2 (3): 313-324. Argyo Demartoto. 2008. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pedesaan Oleh Pelaku Wisata commit to user di Kabupaten Boyolali.. Laporan Penelitian Perseorangan di Bidang Sosiologi Tidak diterbitkan. Surakarta: FISIP UNS Surakarta.
74
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk
digilib.uns.ac.id
lebih
meningkatkan
upaya
Pemkab
Boyolali
dalam
mengembangkan obyek wisata, Demartoto menyarankan adanya koordinasi yang lebih intens dan terarah, meningkatkan keterlibatan sektor swasta dan masyarakat dalam pengembangan obyek wisata pedesaan. Sedangkan untuk menciptakan klim Sapta Pesona perlu adanya promosi yang lebih giat dan sering sehingga masyarakat tahu produk yang ditawarkan. Selain itu, Demartoto juga menawarkan strategi yang dapat ditempuh untuk mengembangkan obyek wisata pedesaan yakni dengan mengembangkan jenis produk pariwisata pedesaan, memperbaiki dan meningkatkan aksesibilitas menuju obyek dan daya tarik wisata pedesaan, Adapun, peneltian tentang strategi komunikasi suatu kebijakan/ program juga telah banyak dilakukan. Seperti tesis yang disajikan oleh Sutarto Indratno pada tahun 2003 yang berjudul ‗‘Strategi Komunikasi dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Keluarga‘‘. Dalam peneltian deskriptif yang dilakukannya itu, Indratno menggali persepsi warga, peranan tokoh, dan partisipasi masyarakat dalam Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Desa Gedawung Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi PPK telah berhasil menanamkan kepercayaan kepada masyarakat desa kepada pemerintah, sehingga terbangun kebersamaan makna atau persepsi. Masyarakat memiliki persepsi positif tentang PPK sehingga mampu menggerakkan partisipasi warga desa terhadap setiap program kegiatan PPK. Selain itu, terbangunnya persepsi positif warga juga tak lepas dari strategi Pemerintah setempat untuk lebih banyak menempatkan posisinya sebagai fasilitator dan merancang program PPK menjadi kebijakan bottom up murni. Dampak yang dihasilkan adalah program commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kegiatan PPK dapat menyesuaikan dengan kebutuhan nyata masyarakat, menyesuaikan cara pelaksanaan pembangunan desa dengan kondisi budaya dan aspirasi masyarakat setempat. Program pembangunan pariwisata pedesaan telah banyak diteliti, baik dari sudut pandang sosiologi, strategi kebijakan, maupun dampak terhadap masyarakat. Mengingat pariwisata pedesaan saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah, maka penulis tertarik untuk memperkaya peneltian atas program pembangunan pariwisata pedesaan yang dilakukan dari sudut pandang komunikasi.
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Pikir Berdasarkan pada kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dibuat suatu kerangka pikir penelitian sebagai berikut. Tujuan Strategi Komunikasi 1. Tercapainya pemahaman sebangun (to secure understanding) 2. Membentuk dukungan (to establish acceptance) 3. Sasaran melakukan aksi sesuai tujuan program (to motive action)
Program Pariwista Pedesaan dalam wujud Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo
Isu-isu strategis dalam Program
Strategi Komunikasi
Komponen Komunikasi yang perlu diperhatikan dalam menyusun strategi komunikasi: 1. Pilihan Sumber (Source) 2.Pilihan Pesan (Message) 3. Pilihan Media Komunikasi (Channel) 4. Segmentasi Sasaran komunikasi (Communican) 5. Efek yang diharapkan (Effect) 6. Pilihan Teknik Komunikasi (=informatif, Persuasif, Instruksi) 7. Pilihan waktu berkomunikasi (Timing )
Umpan Balik
Efek yang muncul pada sasaran komunikasi/komunikan/receiver : 1. Aspek kognitif/ pemahaman 2. Aspek sikap penerimaan 3. Aspek partisipasi
Umpan Balik
Gambar 2.3. Kerangka Pikir Penelitian
Penjelasan dari bagan tersebut adalah sebagai berikut: Terdapat situasi dimana Pemkab Sragen mencanangkan Program Pengembangan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo di tiga desa di Kecamatan Sambirejo. Pengembangan pariwisata pedesaan tersebut sejatinya adalah produk inovasi kebijakan yang lahir dari paradigma pembangunan commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkelanjutan. Sebagai produk inovasi, tentu membawa berbagai norma baru dalam praktik pembangunan pedesaan. Pada saat implementasi program tersebut diaplikasikan, turut berlangsung pula kegiatan komunikasi dalam perspektif komunikasi pembangunan. Kegiatan komunikasi pembangunan tersebut berjalan menurut konteks komunikasi tatap muka dalam kelompok maupun antar pribadi.
C.1. Penentuan Isu Strategis dalam Program Guna mengurangi derajat resiko kegagalan dalam mencapai tujuan program, diperlukan strategi kegiatan komunikasi yang tepat. Maka, seorang komunikator seharusnya menetapkan lebih dulu isu-isu strategis yang ada dalam Program Pengembangan Desa Wisata. Isu-isu strategis ini menjadi prioritas yang harus segera ditangani lewat kegiatan komunikasi. Isu-isu strategis tersebut antara lain: 79 a.
Memberikan Pemahaman tentang seluk beluk Program, mengenai tujuan dan manfaatnya, serta karakteristik Desa Wisata.
b.
Mempersuasi bahwa program pariwisata pedesaan/desa wisata adalah program penting karena dapat memperluas dampak ekonomi di luar sektor pertanian.
79
Prioritas isu-isu strategis tersebut merupakan konspilasi pemikiran petugas lapang Disparbudpor yang dituangkan pada kertas kerja lapangan. Isu-isu strategis tersebut merujuk pada karateristik umum pendekatan pariwisata pedesaan sebagai derivasi paradigma pembangunan berkelanjutan. Di samping itu, SK Bupati tentang Penetapan Desa Wisata Betisrejo, Visi misi Pembangunan Kabupaten Sragen 2011-2016 dan Masterplan Pengembangan Desa Wisata Pertanian Organik Betisrejo memang diarahkan menurut commit user paradigma pembangunan berkelanjutan sertatoagrowisata berbasis masyarakat (Communitybased Agrotourism).
78
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Mempersuasi betapa pentingnya partisipasi untuk mencapai kemakmuran bersama melalui pariwisata pedesaan/ desa wisata.
d.
Mempersuasi tokoh masyarakat dan ormas setempat sebagai mitra untuk mendorong persepsi positif dan partisipasi warga pada program.
e.
Memampukan warga untuk mengidentifikasi Sumber daya Pariwisata di desanya.
Menganalisa
kelebihan-kekurangan,
peluang-ancaman,
mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk meraih keuntungan maksimal. f.
Melibatkan warga dalam pembentukan lembaga masyarakat pariwisata.
g.
Memampukan warga dalam mempersiapkan produk wisata siap saji dan meyusun dalam paket wisata siap jual.
h.
Memampukan warga untuk mengelola aktivitas wisata di Betisrejo, mengemas produk wisata, memandu wisatawan, merangkai dan menggelar even wisata.
i.
Memampukan warga untuk merencanakan bisnis dan memasarkan produk wisata, menjalin jaringan kemitraan bisnis pariwisata.
j.
Melibatkan warga dalam monitoring dan evaluasi program.
k.
Menginisiasi wawasan pelestarian lingkungan hidup sebagai sokoguru pariwisata pedesaan kedalam kognisi masyarakat.
Selanjutnya, tiap isu strategis itu dikomunikasikan oleh komunikator kepada warga sasaran dengan tujuan tertentu. Proses komunikasi ini melibatkan strategi komunikasi hasil perencanaan komunikator. Pada penelitian ini, penulis hendak mengidentifikasi dan memaparkan implementasi strategi komunikasi commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut dengan menelusuri perencanaan komunikasi berdasarkan model AIDDA. Model perencanaan AIDDA ini kemudian dihubungkan dengan rumusan tujuan utama strategi komunikasi R Wayne Pace, Brent Peterson, dan M Dallas Burnett, antara lain:80 a. To secure understanding: memastikan bahwa penerima pesan mengerti pesan yang diterimanya. b. To establish acceptance: bertujuan untuk mendorong terbentuknya dukungan penerima pesan manakala telah tercapai pemahaman terhadap isi pesan tersebut.. c. To motive action: strategi komunikasi bertujuan agar pemahaman yang sudah terbentuk mampu menggerakkan masyarakat untuk bersama-sama melakukan kegiatan sesuai program yang disampaikan.
Untuk mencapai tujuan strategi komunikasi tersebut seorang komunikator perlu memperhatikan unsur-unsur komunikasi, antara lain : a) Pilihan narasumber (source); b) Pilihan pesan/ Message yang ingin disampaikan; c) Pilihan saluran/ channel komunikasi; d) Karakter sasaran penerima (receiver) komunikasi/ komunikan berdasar peran sosial yang biasa dilakukan, tingkat referensi; e) Efek/ effect yang diharapkan. Selain memperhatikan unsur-unsur komunikasi tersebut, komunikator sebaiknya juga mempertimbangkan hal berikut ini, yaitu: a) Pilihan teknik
80
commit to user Onong Uchjana Effendy. 1986. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Remadja Karya. Bandung. Hlm. 35. 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikasi dalam konteks komunikasi kelompok yakni: informatif, persuasif, dan instruksi; b) Pilihan waktu/ timing untuk berkomunikasi.
Penelitian ini pertama-tama bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi Pemkab Sragen dalam menyebar-serapkan Program Pengembangan Desa Wisata pertanian Organik Betisrejo. Untuk itu, peneliti harus mampu mengidentifikasi beberapa hal berikut ini: 1. Isu-isu strategis yang dipilih komunikator dan tujuan yang ingin dicapai dari isu tersebut; 2. Pilihan unsur pembentuk komunikasi yang digunakan untuk menyusun strategi komunikasi. Rumusan strategi itu ditelusuri melalui model perencanaan komunikasi AIDDA yang dihubungkan dengan tujuan utama strategi komunikasi. 3. Efek pesan yang diharapkan komunikator terkait tujuan isu strategis tersebut.
Terakhir, perlu diidentifikasi pula efek yang muncul pada komunikan (receiver) dan efek komunikasi yang diharapkan komunikator. Efek yang dinilai tersebut dilihat dari aspek koginitif, aspek sikap/ respon terhadap program (menerima atau menolak), dan bentuk partisipasi yang diberikan. Partisipasi yang dikaji mencakup: a) keikutsertaan warga dalam kegiatan pengembangan desa wisata, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, pengendalian, monitoring; b) frekuensi keaktifan warga commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengikuti dan menghadapi kegiatan terkait kepariwisataan; swadaya masyarakat berbentuk uang, material, tenaga.
C.2. Matrikulasi Perencanaan dan Strategi Komunikasi Agar dapat dioperasionalkan menjadi alat analisis untuk memahami hubungan antar unsur-unsur komunikasi yang diteliti, maka kerangka pikir tersebut kemudian dioperasionalkan ke dalam bentuk tabel matrikulasi sebagai berikut.
Matrikulasi Identifikasi Implementasi Perencanaan dan Strategi Komunikasi Untuk Pengembangan Kawasan Desa Wisata
Langkah Perencanaan Strategi Komunikasi AIDDA
ISU STRATEGIS ATTENTION A: INTEREST DESIRE DECISION ACTION
Tujuan Strategi Komunikasi
Pilihan Unsur-Unsur Komunikasi** 1
2
3
4
5
6
7
to Secure Understanding to Establish acceptance to Motive Action
Keterangan **: Pilihan Unsur-unsur komunikasi dirinci sebagai berikut: 1 = Pilihan Narasumber 2 = Pilihan Pesan 3 = Pilihan Saluran Komunikasi (personal, bermedia) 4 = Pilihan Segmentasi Komunikan 5 = Pilihan Efek yang Diharapkan 6 = Pilihan Teknik Komunikasi 7 = Pilihan Waktu Berkomunikasi (timming) 8 = Efek Komunikasi (eksis/nyata) yang Muncul Pada Komunikan commit to user
82
8
Tabel 2.1. Draft Matrikulasi Identifikasi Implementasi Perencanaan dan Strategi Komunikasi Untuk Pengembangan Kawasan Desa Wisata Isu strategis program yang diprioritaskan untuk ditangani
A 1. Pemahaman tentang tujuan, manfaat Program dan karakteristik Desa Wsata
Langkah Perencanaan Strategi Komunikasi AIDDA B ATTENTION INTEREST DESIRE DECISION ACTION
2. Pentingnya program pariwisata pedesaan/ desa wisata karena memperluas dampak ekonomi di luar sektor pertanian
C 1. to Secure understanding
INTEREST
2. to establish acceptance
DECISION
1. to Secure understanding
INTEREST
2. to establish acceptance
DECISION ACTION
D
E
Strategi Pemilihan Saluran Komunikasi (personal, bermedia) F
Strategi Pemilihan Segmentasi Komunikan
G
Strategi Pemilihan Efek yang Diharap-kan
H
Strategi Strategi Konfirmasi Pemilihan Pemilihan Efek Teknik waktu komunikasi yg Komuni-kasi berkomunikasi muncul pada (timming) komunikan I
J
K
3. to motive action
ATTENTION
DESIRE
Strategi Pemilihan Pesan
3. to motive action 1. to Secure understanding
DESIRE
Strategi Pemilihan Narasumber
2. to establish acceptance
ATTENTION
ACTION 3. Menyadarkan warga untuk berpartisipasi dalam program
Tujuan Strategi Komunikasi
3. to motive action
83
4. Peran tokoh masyarakat dan ormas
ATTENTION
1. to Secure understanding
INTEREST
2. to establish acceptance
DESIRE DECISION ACTION 5. Kemampuan Identifikasi sumber daya pariwisata yang dimiliki desa (SWOT) dan Rencana Aksi
ATTENTION
1. to Secure understanding
INTEREST
2. to establish acceptance
DESIRE DECISION ACTION
6. Lembaga Masyarakat Wisata dan Penguatan Kelembagaan
3. to motive action
ATTENTION
1. to Secure understanding
INTEREST
2. to establish acceptance
DESIRE DECISION ACTION 7. Produk Wisata Betisrejo dalam Paket Wisata
3. to motive action
ATTENTION INTEREST DESIRE DECISION
3. to motive action 1. to Secure understanding 2. to establish acceptance 3. to motive action
ACTION
84
8. Pengelolaan Aktivitas Wisata di Betisrejo
ATTENTION INTEREST DESIRE DECISION ACTION
9. Perencanaan Bisnis dan Pemasaran Produk Wisata Betisrejo
ATTENTION INTEREST DESIRE DECISION ACTION
10. Monitoring dan evaluasi program
ATTENTION INTEREST DESIRE DECISION ACTION
11. Pentingnya Kelestarian Lingkungan
ATTENTION INTEREST DESIRE DECISION ACTION
1. to Secure understanding 2. to establish acceptance 3. to motive action 1. to Secure understanding 2. to establish acceptance 3. to motive action 1. to Secure understanding 2. to establish acceptance 3. to motive action 1. to Secure understanding 2. to establish acceptance 3. to motive action
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Ikthisar Telaah Pustaka Dari tinjauan teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disusun suatu ikthisar ringkas tentang kajian teori dalam penelitian ini, yakni: a. Terdapat fenomena perkembangan kesadaran baru pariwisata global yang akhirnya melahirkan pariwisata minat khusus; b. Muncul pula fenomena kelahiran Paradigma Pembangunan Berkelanjutan. Kemudian ide-ide paradigma tersebut diturunkan menjadi: ‗Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan‘ dalam pelaksanaan pembangunan di sektor pariwisata; c. Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan membutuhkan suatu model aplikasi pengembangan kawasan pariwisata untuk dioperasionalkan yakni: Community Based Tourism (CBT); d. Strategi (program) yang ditempuh untuk menjalankan Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan adalah Mengembangkan pariwisata di pedesaan (pariwisata pedesaan), sedangkan implemetansi strateginya adalah instrumen Desa Wisata untuk memberdayakan masyarakat dalam mengembangkan ekonomi lokal. e. Bentuk aktivitas pariwisata yang dapat dilaksanakan adalah: ‗‘Wisata Pedesaan dan Ekowisata/ ekoturisme di Desa Wisata. f. Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan pariwisata pedesaan: 1) Pemerintah dengan persetujuan DPR menerbitkan Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Pada pasal 2 disebutkan
bahwa
kepariwisataan dieselenggarakan berdasarkan asas berkelanjutan, asas kelestarian, dan asas partisipatif. commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Kemenparekraf mencanangkan terwujudnya 2000 desa wisata di seluruh Indonesia pada tahun 2014. Untuk tahun 2012, Kemenparekraf menargetkan terbentuknya
960
desa
wisata
(http://www.budpar.go.id, 7 Nopember 2011.
di
seluruh
Indonesia.
Kemenparekraf Targetkan
960 Desa Wisata Pada 2012, diakses 20 Oktober 2012). 3) Kemenparekraf menggulirkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Sektor Pariwisata. g. Dalam konteks Desa Wisata Organik Kawasan Agropolitan Betisrejo Sragen (selanjutnya disebut Desa Wisata Organik Betisrejo), pengembangan pariwisata pedesaan yang diimplementasikan dengan Desa Wisata bercorak Agrowisata di kawasan Desa Jambeyan, Jetis, dan Sukorejo Kecamatan Sambirejo. Kebijakan ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Sragen dalam melaksanakan pembangunan pedesaan melalui sektor pariwisata. h. Pariwisata pedesaan termasuk dalam ranah paradigma pembangunan berkelanjutan yang menempatkan masyarakat sebagai fokus utama. Untuk itu dalam pengembangan pariwisata pedesaan dengan implementasi Desa Wisata membuka ruang partisipasi peran serta masyarakat lokal. Demikian halnya dalam rangka Pengembangan Desa Wisata Organik Betisrejo membuka pelibatan dan partisipasi masyarakat desa sejak dini, yakni pada tahap: a) sosialisasi tentang desa wisata; b) perencanaan pengembangan desa wisata81; c) rumusan strategi; d)implementasi strategi, e)monitoring & evaluasi
81
Pada penelitian ini, penulis mengadopsi skema perencanaan ekowisata dari Damanik dan Weber (2008:78) yang meliputi: commit to user a. Identifikasi latar belakang: alasan diperlukannya proyek ekowisata b. Identifikasi tujuan proyek ekowisata
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i. Terdapat ruang lingkup, bentuk (jenis), fase dan tahapan partisipasi masyarakat di tiap level Pengembangan Desa Wisata Organik Betisrejo. j. Untuk mendukung terciptanya partisipasi masyarakat, maka tiap tahap Pengembangan Desa Wisata Organik Betisrejo diselenggarakan dengan penerapan strategi komunikasi oleh pemerintah daerah, konsultan, dan fasilitator selaku komunikator. k. Pada partisipasi masyarakat dalam tahap demi tahap pengembangan Desa Wisata Organik Betisrejo terjadi proses komunikasi intrapersona, komunkasi interpersona, komunikasi kelompok. l. Partisipasi akan optimum dan dilakukan sukarela bila dilandasi kesadaran masyarakat dalam memahami berbagai hal tentang: informasi awal, tujuan, sasaran, manfaat, kebutuhan, potensi sumber daya, kendala, solusi atas masalah dalam rangka pengembangan desa wisata. m. Pesan-pesan pemerintah daerah selaku komunikator pembawa wacana pengembangan desa wisata kemudian dikonfirmasi dengan efek nyata komunikasi pada masyarakat. Sejauhmana pesan tersebut menghasilkan persepsi, sikap, perilaku, dan efek terhadap komunikan yang sesuai dengan agenda atau misi komunikator terkait pengembangan desa wisata, termasuk spula mendorong tindakan partisipasi. c. Analisa kebijakan: visi, misi, tujuan stakeholder d. Identifikasi dan analisa sumberdaya ekowisata pada aspek produk wisata (4A-Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, Aktivitas) dan 3E-Ekologi, Edukasi, Ekonomi), pasar, dampak, promosi, akomodasi, kelembagaan; e. Rekomendasi Proyek berwujud rumusan strategi pada aspek: produk wisata, pasar, dampak, promosi, akomodasi, kelembagaan. f. Penentuan Prioritas strategi dan pelaksanaan strategi pada aspek: Produk wisata, Pasar, Promosi commit to user g. Pelaksanaan Strategi dan mengharapkan umpan balik h. Monitoring dan evaluasi
88