BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Kinerja Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru Hanif (2004) menyebutkan bahwa kinerja mengajar guru adalah prestasi kerja guru yang ditunjukkan dalam empat dimensi yaitu keterampilan mengajar, keterampilan manajemen, kedisiplinan dan ketertiban, serta keterampilan hubungan antar pribadi. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan pengertian kinerja dan dimensidimensi kinerja mengajar guru dapat dijelaskan bahwa kinerja mengajar guru merupakan prestasi kerja guru yang ditunjukkan dengan keterampilan mengajar, keterampilan manajemen, kedisiplinan dan ketertiban, dan keterampilan hubungan pribadi. a. Keterampilan Mengajar Terdapat enam keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai guru agar memiliki kinerja 19
mengajar yang baik yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, dan keterampilan pembelajaran perseorangan. Keterampilan bertanya. Pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik bertanya yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa (Dharma, 2008). Pertanyaan dapat meningkatkan partisipasi siswa, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu, menuntun proses berfikir siswa dan memusatkan perhatian siswa. Dalam memberikan pertanyaan, guru menggunakan kalimat yang jelas dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Keterampilan memberi penguatan. Penguatan merupakan suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku tertentu. Penguatan diberikan agar siswa lebih semangat dalam belajar. Penguatan akan bermanfaat apabila disampaikan kepada siswa dengan tepat. Keterampilan mengadakan variasi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru perlu mengadakan variasi untuk mengatasi kejenuhan, sehingga siswa tetap tekun dan aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar. Variasi yang dimaksud adalah variasi metode, strategi, alat peraga, dan media pembelajaran. Keterampilan menjelaskan. Dalam menyampaikan materi pelajaran (informasi) kepada siswa, guru 20
harus menyampaikan dengan jelas, sistematik, mudah dipahami, dan tidak berbelit-belit. Kadang-kadang perlu
juga
diberikan
contoh-contoh
yang
sesuai
dengan materi yang dijelaskan. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Seorang guru harus memiliki keterampilan membuka pelajaran agar siswa tertarik dan berminat untuk mengikuti pelajaran yang akan disampaikan. Pada akhir pelajaran guru juga harus memiliki keterampilan menutup pelajaran dengan baik, yaitu dengan membuat rangkuman atau melaksanakan evaluasi. Keterampilan pembelajaran perseorangan. Guru mampu mengadakan pendekatan secara pribadi dan mampu membimbing siswa agar siswa belajar lebih nyaman, mudah dan bersemangat. Siswa dapat belajar sesuai
dengan
kemampuan
(kecapatan
menerima
pelajaran) dan sesuai kebutuhannya. b. Keterampilan Manajemen Guru harus memiliki keterampilan mengelola kelas, memahami siswa, tugas siswa dan memahami tugasnya sendiri sebagai guru. Keterampilan mengelola kelas diwujutkan dengan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, mampu bertindak cepat dalam menangani masalah, menghindari campur tangan yang berlebihan, bersikap wajar dan berlaku secara adil dalam memberikan perhatian maupun penilaian.
21
c. Disiplin dan Tertib Peraturan-peraturan yang ada di sekolah diperlukan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Seorang guru harus dapat mewujudkan kedisiplinan dan ketertiban yaitu datang dengan tepat waktu, menyelesaikan tugas dengan penuh tanggungjawab dan menyelesaikan administrasi dengan dengan baik. d. Hubungan antar Pribadi Keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam kegiatan belajar mengajar sangat membutuhkan kerja sama yang baik antara guru, kepala sekolah, siswa dan orang tua siswa. Kerja sama antara sesama guru dan kepala sekolah dapat terwujud dalam hal penyelesaian administrasi. Kerja sama dengan siswa dapat diwujudkan terkait dengan materi pelajaran, kepribadian dan juga masalah sosial lainnya. Kerja sama dengan orang tua siswa diwujudkan dalam rangka memberikan masukan terkait dengan kondisi siswa sehingga guru dapat membantu siswa dengan tepat. 2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru Terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru (Sudarmadi, 2011) yaitu:
22
a. Pengembangan Profesi Guru merupakan suatu profesi, artinya suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar pendidikan (Uno, 2008). Keahlian seorang guru diperoleh melalui Diklat secara berkesinambungan. Dengan meningkatnya keterampilan guru dalam mengajar diharapkan kinerja mereka dalam mengajar semakin meningkat. b. Kemampuan Profesional Seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika ia memiliki kemampuan profesional. Ia mampu mengembangkan materi ajar serta menggunakan metode mengajar dengan baik. Kemampuan guru dalam proses pembelajaran meliputi kemampuan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran, (Indrawati dalam Sudarmadi, 2011). Semakin tinggi kemampuan profesional guru semakin tinggi kinerja mengajar guru. c. Komunikasi Guru dalam proses pembelajaran dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi dengan sesama guru, karyawan dan orang tua murid. Pada saat mengajar guru dituntut mampu berkomunikasi dengan para siswa. Kemampuan komunikasi akan membantu siswa menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya. Penelitian yang dilakukan oleh Rahardja, 2004 (dalam Sudarmadi, 2011) menyimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi guru berpengaruh pada kinerja mengajar guru. Semakin tinggi kemampuan guru berkomunikasi semakin tinggi kinerja mengajar guru. d. Kesejahteraan Profesionalitas guru tidak cukup hanya dilihat dari kemampuan guru dalam mengajar tetapi juga dilihat dari kesejahteraan yang diterimanya. Pemerintah atau yayasan perlu memperhatikan kesejahteraan guru. Dengan meningkatnya kesejahteraan guru diharapkan dapat
23
meningkatkan kinerja mengajar. Pemberian tunjangan sertifikasi bagi guru merupakan langkah pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan guru. Penelitian yang dilakukan oleh Amaliya, 2008 (dalam Sudarmadi, 2011) menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan guru mempengaruhi kinerja guru. Semakin tinggi kesejahteraan guru semakin tinggi pula kinerja mengajar guru. e. Iklim Kerja Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Suasana yang menggambarkan hubungan dan interaksi antara unsur-unsur sekolah merupakan iklim sekolah. Iklim sekolah yang baik akan menumbuhkan sikap kerja sama dan saling mendukung dan membangun. Penelitian yang dilakukan oleh Sulardi, 2007 (dalam Sudarmadi, 2011) menemukan bahwa iklim kerja guru mempengaruhi kinerja mengajar guru.
2.2
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar
pembelajaran
interaktif,
inspiratif,
berlangsung
menyenangkan,
secara
menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendiknas nomor 41 Tahun 2007). 24
2.2.1 Komponen RPP meliputi: 1. Identitas mata pelajaran Identitas
mata
pelajaran
meliputi:
satuan
pendidikan, kelas, semester, program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. 2. Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualitas kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/ atau semerter pada suatu mata pelajaran. 3. Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 4. Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi merupakan perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
25
5. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6. Materi ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butirbutir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7. Alokasi waktu Alokasi
waktu
ditentukan
sesuai
dengan
keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. 8. Metode pembelajaran Metode untuk
pembelajaran
mewujudkan
digunakan
suasana
belajar
oleh dan
guru proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran desesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. 9. Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran meliputi: (a) Pendahuluan. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk 26
membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (b) Inti. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemamdirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 10. Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. 11. Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. 2.2.2 Prinsip-prinsip Penyusunan RPP Prinsip-prinsip dalam penyusunan RPP meliputi antara lain: (1) memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat 27
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik; (2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik. Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar; (3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis. Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan; (4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan program pembelajaran, umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remidi;
(5) Keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaudan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian
kompetensi,
penilaian,
dan
sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya; (6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
28
2.3 Kepuasan Kerja 2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja Guru Menurut Wijono (2010) bahwa kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Perasaan puas atau tidak puas tergantung dari individu mempersepsikan ketidaksesuaian atau pertentangan antara keinginan-keinginan dan hasil yang telah dicapainya. Semakin banyak aspek pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu semakin tinggi tingkat kepuasan seseorang. Seorang guru akan merasa puas manakala kebutuhan-kebutuhan terpenuhi. Guru yang memiliki kepuasan tinggi akan bekerja dengan lebih baik, disiplin, dan memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Menurut Sultani (2013) bahwa bentuk-bentuk kepuasan bagi pegawai dalam menjalankan aktivitasnya dihubungkan dengan kepuasan yang diterima dapat berupa penerimaan gaji berkala, promosi jabatan, pemberian penghargaan atas karier, mendapat cuti tahunan dan tunjangan kerja, diperuntukkan untuk meningkatkan kinerjanya. Menurut two factor theory yang dikemukan oleh Herzberg (Wikipedia , ensiklopedia bebas, 2013), orang tidak puas dengan kepuasan yang lebih rendah, misalnya yang berkaitan dengan tingkat gaji minimum atau kondisi kerja yang aman dan menyenangkan. Sebaliknya, individu mencari pemuasan kebutuhan psikologis tingkat tinggi yang berkaitan dengan pres29
tasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, dan sifat dari pekerjaan itu sendiri. Sementara Jewel L.N. dan Mac Siegal (1998), dalam Subakti Syaiin (2008) menjelaskan kepuasan kerja menggunakan lima dimensi kepuasan terhadap pekerjaan yaitu dari aspek pekerjaan itu sendiri, pengawasan, penggajian, kesempatan promosi, dan aspek rekan kerja sebagai faktor penentu kepuasan kerja. 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru Menurut Herzberg (dalam Wijono, 2010) menyebutkan sembilan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu: a.
Supervisi Supervisi akademik merupakan bantuan yang diberikan kepada guru untuk memperbaiki pengajarannya. Melalui supervisi akan diketahui guru yang memiliki semangat kerja tinggi, guru yang bekerja dengan baik dan akan diperoleh informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh guru. Penelitian Sudarmadi (2011) menunjukkan bahwa sema-kin intensif kepala sekolah melaksanakan supervisi semakin tinggi kinerja mengajar guru.
b. Teman kerja Hubungan dan kerja sama yang baik antar guru akan mempermudah guru dalam melaksanakan tugasnya. Tugas yang berat akan menjadi ringan. Mereka akan merasa puas jika tugas-tugas yang dipercayakan akan dapat terselesaikan dengan baik. c.
Kondisi kerja Kondisi kerja meliputi jam kerja, waktu istirahat, lingkungan kerja, keamanan, dan sarana
30
prasarana yang digunakan. Pemanfaatan waktu yang baik, lingkungan yang nyaman serta kelengkapan sarana prasarana akan dapat meningkatkan guru dalam melaksanakan tugasnya. d.
Imbalan jasa/upah Upah atau gaji yang diterima, meliputi besarnya gaji, kesesuaian gaji dengan pekerjaan, tunjangan seperti tunjangan sertifikasi bagi guru. Ada hubungan antara gaji guru dan mutu pendidikan, artinya bahwa tinggi rendahnya gaji guru dapat mempengaruhi mutu pendidikan (Surya, 2004).
e. Jaminan rasa aman Seorang guru agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sangat membutuhkan keamanan dalam bekerja. Rasa aman sangat mempengaruhi seorang guru dalam memberikan pelajaran di sekolah. Guru membutuhkan perlindungan terhadap keadaan membahayakan yang dapat mengancam jiwanya, juga jaminan kesejahteraan sosial yang berupa tunjangan kesehatan dan tunjangan hari tua. f.
Tanggung jawab Seorang guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar yaitu mengajar dan membimbing siswa, baik dalam pelajaran maupun pembentukan sikap. Tugas dan tanggung jawab yang dapat diselesaikan dengan baik akan mendatangkan kepuasan dalam bekerja.
g. Pekerjaan itu sendiri Kepuasan seseorang akan dipengaruhi oleh kesesuaian dengan minat, bakat dan keahlian yang dimilikinya. Seseorang yang memilih menjadi guru akan melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat. Sebaliknya seseorang yang terpaksa menjadi guru akan bekerja dengan terpaksa dan tidak menemukan kepuasan diri.
31
h.
Kemajuan/Pengembangan diri
Kepuasan kerja guru akan dipengaruhi oleh adanya pengembangan diri. Guru yang diberikan kesempatan untuk berkembang seperti mengikuti penataran, lokakarya, seminar, studi lanjut, KKG atau MGMP maka mereka akan lebih mampu dalam mengajar, membimbing, melatih, dan mendampingi anak didik. i.
Pengakuan/penghargaan Pengakuan/penghargaan sangat dibutuhkan oleh guru, karena dengan adanya pengakuan dari orang lain terutama atasan, maka guru akan dapat meningkatkan semangat bekerja. Pengakuan dapat berupa pujian, piagam, barang atau uang seperti misalnya adanya pemberian tunjangan sertifikasi sebagai penghargaan atas prestasi yang dimiliki oleh guru sebagai tenaga profesional (Mulyasa, 2009).
2.4 Sertifikasi Pendidik Sertifikasi pendidik/guru adalah prosedur yang digunakan oleh pihak yang berwenang untuk memberikan jaminan tertulis bahwa seseorang telah memenuhi persyaratan kompetensi sebagai pendidik. Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Mulyasa, 2009: 34). Oleh
karena
itu
dapat
disimpulkan
bahwa
sertifikat guru adalah suatu pemberian pengakuan
32
bahwa seseorang telah memenuhi persyaratan kompetensi sebagai seorang pendidik yang profesional. 2.4.1 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2007) menyebutkan bahwa: Program sertifikasi pendidik bertujuan untuk: (1)Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2) Meningkatkan profesionalitas guru, termasuk di dalamnya kesejahteraan guru, (3) meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (4) meningkatkan martabat guru.
Menurut Wibowo (2004) dalam Mulyasa (2009, 35),
mengungkapkan
bahwa
sertifikasi
bertujuan
untuk hal-hal sebagai berikut: (1) melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktikpraktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3) membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, (4) membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.
Manfaat Sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan menurut Mulyasa (2009) adalah untuk pengawasan dan penjaminan mutu tenaga kependidikan 33
dalam rangka pengembangan kompetensi, peningkatan profesionalisme, dan pengembangan karier tenaga kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan program pelatihan yang lebih bermutu. 2.4.2 Proses dan kerangka Sertifikasi Proses pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Bagan 2.1 Prosedur Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan
Sumber: Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2010.
34
Dalam Permendiknas Pasal 2 ayat (4) disebutkan bahwa “penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang berupa: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
kualifikasi akademik; pendidikan dan pelatihan; pengalaman mengajar; perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; penilaian dari atasan dan pengawas; prestasi akademik; karya pengembangan profesi; keikutsertaan dalam forum ilmiah; pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan 10. penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Kerangka pelaksanaan sistem sertifikasi kompetensi guru baik lulusan S1 kependidikan maupun lulusan S1 non kependidikan, menurut Mulyasa (2009) dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, lulusan program sarjana kependidikan sudah mengalami pembentukan kompetensi mengajar (PKM). Oleh karena itu, mereka hanya memerlukan uji kompetensi yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang memiliki PPTK terakreditasi dan ditunjuk oleh Ditjen Dikti, Depdiknas. Kedua, lulusan program sarjana non kependidikan harus terlebih dahulu mengikuti proses pembentukan kompetensi mengajar (PKM) pada perguruan tinggi yang memiliki Program pengadaan tenaga kependidikan (PPTK) secara terstruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi mengajar, baru lulusan S1 non-kependidikan boleh mengikuti uji sertifikasi. Sedangkan lulusan program Sarjana kependidkan tentu sudah mengalami proses pembentukan kompetensi mengajar
35
(PKM), tetapi tetap diwajibkan mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat kompetensi. Ketiga, penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK yang terakreditasi. Sedangkan untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti, Depdiknas. Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik yang berasal dari lulusan program sarjana pendidikan maupun non-kependidikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktik dalam bidang profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Kelima, peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu (10 – 15) tahun sebagai bentuk kegiatan penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu mengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Di samping uji kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesinya sebagai guru dalam jangka waktu tertentu. Bentuk aktivitas uji kompetensi untuk kelompok ini adalah dalam kategori resertifikasi.
2.5 Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian yang penulis lakukan: Solikin (2010), mengadakan penelitian tentang pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja mengajar guru dan implikasinya terhadap prestasi belajar siswa pada SMK negeri di kota Bandung dan kabupaten Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey explanatory yaitu metode penelitian 36
yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan
gambaran dan hubungan antar variabel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara sertifikasi guru dan kinerja guru sangat rendah ditunjukkan dengan koefisian korelasi sebesar 0,164. Terdapat pengaruh antara sertifikasi guru terhadap kinerja
guru,
ditunjukkan
dengan
perhitungan
koefisien determinasi sebesar 2,7%. Hubungan antara kinerja guru dan prestasi belajar siswa rendah ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,279. Terdapat pengaruh antara kinerja guru terhadap prestasi belajar siswa, ditunjukkan dengan perhitungan koefisien determinasi sebesar 7,8%. Terdapat perbedaan rata-rata nilai sebelum dan sesudah sertifikasi guru. Ngasripin (2011), mengadakan penelitian tentang hubungan kepuasan kerja dan motivasi kerja dengan kinerja
mengajar
guru
SD
Negeri
Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang. Penelitian adalah penelitian korelasional yang betujuan untuk mengetahui
signifikansi
hubungan
kepuasan
kerja
dan
motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru SD Negeri di Kecamatan Bandungan. Variabel bebas penelitian ini adalah kepuasan kerja dan motivasi kerja, sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja mengajar guru. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini 68 guru yang berasal dari SD Bandungan 1 dan 2, SD Candi 1 dan 3, SD Duren 1 dan 2, SD Milir 1, SD 37
Sidomukti 3, SD Jimbaran 1, SD Pakopen 1, dan SD Jenis 2. Data diambil dengan menyebar angket. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif signifikan antara kepuasan kerja dan motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru SD di Kecamatan Bandungan. Ini berarti bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh guru dan semakin tinggi motivasi kerjanya maka semakin tinggi pula kinerja mengajar guru di sekolah. Martono (2013) mengadakan penelitian tentang pengaruh pengalaman mengajar, pelatihan guru, dan pembinaan
akademis
pengawas
TK/SD
terhadap
kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), studi terhadap guru SD Negeri
se-Kecamatan
Brati
Kabupaten
Grobogan.
Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen berupa angket, melalui uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisa data menggunakan regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik, uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi. Hasil penelitian menun-jukkan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengalaman mengajar, pelatihan guru dan pembinaan akademis pengawas TK/SD secara parsial terhadap kemampuan guru SD Negeri se-Kecamatan Brati dalam menyusun RPP. Pembinaan akademis pengawas TK/SD merupakan variabel yang dominan pengaruhnya
terhadap
kemampuan
guru
SD
Negeri
se
Kecamatan Brati dalam menyusun RPP. Sumbangan pengaruh pengalaman mengajar, pelatihan guru, dan 38
pembinaan teknis pengawas TK/SD terhadap kemampuan guru SD Negeri se-Kecamatan Brati dalam menyusun RPP sebesar 89,70%. Selebihnya (10,30%) dipengaruhi variabel lain di luar penelitian ini. Hal ini berarti jika pengalaman mengajar, pelatihan guru, dan pembinaan akademis pengawas TK/SD semakin tinggi secara bersama-sama maka kemampuan guru SD Negeri se Kecamatan Brati dalam menyusun RPP semakin tinggi pula. Demikian sebaliknya jika pengalaman mengajar, pelatihan guru, dan pembinaan akademis pengawas TK/SD semakin rendah secara bersama-sama maka kemampuan guru SD Negeri seKecamatan Brati dalam menyusun RPP semakin rendah pula. Dari tiga penelitian: Solikin (2010), Ngasripin (2011) dan Martono (2013) menjelaskan bahwa antara sertifikasi guru dan kinerja guru berpengaruh sangat rendah terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan kepuasan kerja dan motivasi kerja mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap kinerja mengajar guru, demikian pula pengalaman mengajar, pelatihan guru dan pembinaan akademis pengawas TK/SD berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kemampuan guru dalam menyusun RPP. Akan tetapi bagaimanakah hubungan kepuasan kerja dan kemampuan menyusun RPP dengan kinerja mengajar guru SD sertifikasi yang lain? Apakah mempunyai hubungan yang pasitif dan signifikan ataukah sebaliknya, oleh karena itu memerlukan penelitian ulang. 39
2.6 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja mengajar guru SD Bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono; 2. Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan menyusun RPP dengan kinerja mengajar guru SD Bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono. Hipotesis Statistik yang diajukan adalah: H0 :
0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja guru dengan kinerja mengajar guru SD Bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono;
H1 :
0
ada hubungan yang signifikan antara
kepuasan
kerja
guru
dengan
kinerja
mengajar guru SD Bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono; H0 :
0 tidak ada hubungan yang signifikan antara
kemampuan
menyusun
RPP
dengan kinerja mengajar guru SD Bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono; H1 :
0
ada hubungan yang signifikan antara
kemampuan
menyusun
RPP
dengan
kinerja mengajar guru SD Bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono. 40