BAB II TELAAH PUSTAKA Banyak informasi mengenai strategi bersaing yang tersedia. Namun sebagian besar sumber yang ada tidak terkait langsung dengan penerapan di dunia pendidikan. Oleh sebab itu telaah pustaka dalam penelitian ini disusun dengan mengumpulkan informasi dari jurnal, internet dan buku-buku mengenai strategi bersaing pada dunia bisnis yang kemudian diaplikasikan dalam dunia pendidikan sesuai tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. 2.1
Strategi Bersaing Strategi bersaing yang biasa dilakukan dalam
perusahaan
adalah
strategi
pemasaran.
Strategi
pemasaran ini dikenal dengan 4P yaitu, Product (produk barang dan jasa), Price (harga), Place (tempat), Promotion (promosi).
Untuk
itu
seorang
wirausaha
dapat
berkembang dan berhasil justru karena berkemampuan dalam penelitian dan pengembangan sehingga tercipta barang-barang yang bernilai dan unggul di pasar. Dalam manajemen
strategi
baru,
Mintzberg
(20014)
mengemukakan 5P yang sama artinya dengan konsep strategi yaitu, perencanaan (plan), pola (patern), posisi (position), prespektif (prespective), permainan atau taktik (play).
1. Perencanaan Konsep
strategi
tidak
lepas
dari
aspek
perencanaan, arahan atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan pada masa akan datang. Akan tetapi, tidak selamanya strategi adalah perencanaan ke masa yang akan datang yang belum
dilaksanakan,
tetapi
starategi
juga
menyangkut segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya pola-pola perilaku bisnis yang dilakukan pada masa lampau misalnya kualitas, pelayanan, dan kebersihan. Inilah yang menjadi strategi perusahaan McDonald’s. 2. Pola Menurut Mintzberg, strategi adalah pola (srategy is patern) namun dapat di sebut intended strategy apabila telah dilakukan oleh perusahaan. 3. Posisi Definisi stratedi ketiga menurut Mintzberg adalah strategy position yaitu memosisikan produk tertentu ke pasar yang dituju. 4. Prespektif Definisi stategi yang keempat adalah prespektif, jika
P
keuda
dan
ketiga
cenderung
melihat
kebawah
dan
keluar,
sebaliknya
prespektif
cenderung melihat kedalam, yaitu organisasi dan ke
atas,
yaitu
melihat
grand
vision
dari
perusahaan. 5. Permainan atau taktik Disamping keempat definisi strategi sebelumnya ada juga definisi kelima yang lebih kusus yaitu play. Menurutnya itu adalah strategi dengan maneuver tertentu untuk memperdaya lawang atau
pesaing.
meluncurkan
Sesuatu
merek
merek
kedua
agar
misalnya, posisi
tetap
kukuh dan tidak tersentuh karena merek-merek pesaing akan sibuk berperang melawan merek kedua tadi. Sehingga dapat diktakan bahwa strategi bersaing merupakan
upaya
sekolah
untuk
menghadapi
persaingan dengan cara memberikan berbagai hal yang terbaik guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Strategi bersaing yang dijalankan oleh sekolah dapat terjadi dari keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Dengan menjalankan strategi bersaing maka sekolah akan mampu untuk bertahan dan bahkan akan berkembang dari waktu ke waktu meskipun diperhadapkan dengan persaingan (Porter 2007).
Kehadiran lembaga pendidikan sebagai salah satu pranata
sosial
budaya
saat
ini
dihadapkan
pada
berbagai tantangan yang kompleks. Lembaga pendidikan kini berhadapan dengan derasnya arus perubahan akibat globalisasi yang memunculkan persaingan dalam pengelolaan lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta.
Akibat
adanya
globalisasi
sebagaimana
disebutkan di atas, persaingan kini telah menjadi semakin
sengit
karena
tidak
lagi
terbatas
pada
persaingan antar sesama perusahaan domestik, tetapi juga dengan perusahaan multinasional dari manapun juga. Ini terjadi pada hampir semua bidang usaha, bukan hanya pada bidang bisnis saja, tetapi persaingan tersebut juga telah merambah ke dunia pendidikan kita, mulai dari Play group, SD, SLTP, SLTA, Universitas, bahkan
ke
institusi-institusi
pendidikan
lainnya
(Subiliyanto 2012). Berkaitan dengan meningkatnya persaingan dalam bidang pendidikan ini, terjadi pula perubahan pada perilaku konsumen, dalam hal ini yang dimaksud adalah masyarakat (orangtua dan siswa), maupun dunia usaha. Karena banyaknya pilihan, konsumen kini menjadi semakin banyak tuntutan, baik mengenai kualitas lulusan
dan
biaya
pendidikan
maupun
fasilitas
pendidikan. Bargaining power masyarakat meningkat sedemikian
rupa
sehingga
industri
atau
dunia
pendidikan terpaksa harus melayaninya, kalau tidak
mau akan tersingkir dari kancah persaingan yang makin berat. Dalam situasi lingkungan yang penuh dengan dinamika
ini,
menciptakan
manajemen organisasi
pendidikan yang
dapat
harus
dapat
memberikan
pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat pada umumnya dan objek pendidikan (Siswa dan orangtua) pada khususnya. Saat yang bersamaan dapat pula bersaing secara efektif dalam konteks lokal, nasional bahkan dalam konteks global (Tjiptono 1996). Dengan kata
lain
dunia
pendidikan
kini
dituntut
untuk
mengembangkan manajemen strategi dan operasi yang pada dasarnya banyak diterapkan dalam dunia usaha, sebagai langkah antisipatif terhadap kecenderungankecenderungan
baru
guna
mencapai
dan
mempertahankan posisi bersaingnya, sehingga nantinya dapat
dihasilkan
manusia-manusia
yang
memiliki
sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan zaman (Porter 2007). Salah satu sumber (staff.uny.ac.id) menyebutkan bahwa beberapa faktor secara dominan mempengaruhi daya saing sebuah lembaga pendidikan antara lain: a. Lokasi, lembaga pendidikan akan memiliki lokasi yang mudah dijangkau.
b. Keunggulan nilai, misalnya kelebihan kurikulum yang
diterapkan,
sumberdaya
manusia,
sarana
prasarana hingga keunggulan kerja sama. c. Kebutuhan Masyarakat, hal ini berkaitan dengan kemampuan lembaga pendidikan dalam memberikan kualitas
yang
(Pembelajaran)
baik
dalam
maupun
bidang
Kurikulum
Ekstrakurikuler
guna
memenuhi kebutuhan masyarakat (Kutipan). Strategi bersaing yang efektif mencakup tindakantindakan
menyerang
(ofensif)
ataupun
bertahan
(defensive) guna menciptakan posisi bertahan yang aman (defendable position). Tujuan dari strategi bersaing adalah untuk membina posisi dimana suatu lembaga dapat melindungi diri sendiri dengan sebaik-baiknya terhadap kekuatan tekanan persaingan atau dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara positif. Kunci untuk mengembangkan strategi adalah menyelidiki dan menganalisis
sumber
masing-masing
kekuataan
tersebut (Porter 2007). Dalam
menghadapi
persaingan,
terdapat
tiga
pendekatan strategi generik yang secara propesional dapat mengungguli pesaing lainnya dalam satu bidang yaitu keunggulan biaya menyeluruh, diferensiasi dan fokus (Porter 2007). Strategi ini memungkinkan satu lembaga untuk mendapatkan keunggulan yang terbaik
dari pesiangnya dalam suatu lingkup usaha (David 2008). Pemikiran yang melandasi konsep strategi generik adalah bahwa keunggulan bersaing adalah inti dari strategi apapun, dan mencapai keunggulan bersaing mengharuskan
suatu
lembaga
untuk
menentukan
pilihan (Porter 1992). Suatu lembaga harus memilih jenis kelunggulan bersaing yang akan dicapainya serta cakupan pasar tempat lembaga akan mencapainya. Lembaga tersebut juga perlu melakukan yang lebih baik dari pada pesainggnya, misalnya menemukan produk baru; memberikan kualitas yang terbaik, harga yang paling rendah, layanan pelanggan yang terbaik; atau mempunyai teknologi pintas yang terbaik ( Sarwono 2011). Dalam
penentuan
strategi
bersaing,
suatu
lembaga perlu mempertimbangkan besar dan posisi dari lembaga itu sendiri. Dalam konteks pendidikan, hal ini dimaksudkan dengan melihat kepada kondisi sekolah apakah
tergolong
sekolah
yang
besar,
maju
dan
berkembang ataukah sebaliknya (Lubis 2004). Jika sekolah termasuk kategori besar dan berkembang maka dimungkinkan dapat menerapkan strategi tertentu yang tidak biasa dilakukan oleh sekolah lainnya yang lebih kecil. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa sekolah
yang
lebih
kecil
juga
dapat
melakukan
strateginya sendiri yang mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama atau bahkan lebih baik dari pada sekolah yang besar. Oleh karena itu, dalam menentukan strategi bersaing, setiap sekolah harus mengembangkan
keunggulan
bersaing
yang
tidak
mudah diimitasi oleh pesaing. Keunggulan bersaing tersebut diciptakan melalui efisiensi, kualitas produk, dan inovasi (Wijaya 2008). KEUNGGULAN STRATEGIS Keunggulan yang dirasakan
Posisi Biaya
Pelanggan Cakupan Luas Tingkat Strategis
Hanya Segmen
Rendah
Diferensiasi
Keunggulan biaya
Fokus
Tertentu
Gambar 2.1 Tiga Strategi bersaing Generik (Porter 2007)
2.1.1 Keunggulan Biaya Dalam srategi keunggulan biaya, suatu lembaga berusaha menjadi produsen berbiaya rendah dalam bidangnya. Biaya rendah adalah kemampuan sebuah unit bisnis atau suatu lembaga untuk merancang, membuat, dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisisen dari pada pesainggnya (Hunger & Wheelen 2003). Dalam konteks lembaga pendidikan keunggulan biaya yaitu strategi sekolah dalam mengefisienkan
seluruh biaya operasionalnya sehingga menghasilkan jasa
yang
bisa
dijual
lebih
murah
dibandingkan
pesaingnya. Strategi keunggulan biaya ini berfokus pada harga,
sehingga
pada
umumnya
sekolah
tidak
memperhatikan berbagai faktor pendukung dari jasa atau harga. Hal utama bagi pihak sekolah adalah menawarkan jasa dengan harga yang sangat bersaing (Wijaya 2008). Akan tetapi, dalam menjalankan strategi ini setiap sekolah perlu menetapkan harga yang paling tepat sehingga dapat memberikan keuntungan, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang (Lubis 2004). Keunggulan sekolah juga tidak selalu harus memberikan harga yang selalu murah, namun sekolah boleh memberikan harga yang lebih tinggi tetapi pelanggan harus merasakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan harganya. Posisi biaya rendah membuat perusahan dalam hal ini sekolah mampu bertahan terhadap persingan harga
yang
menggunakan
terjadi.
Karena
kekuatannya
pembeli untuk
hanya
dapat
menekan
harga
sampai tingkat harga yang paling efisien. Jika sekolah dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan biaya menyeluruh, sekolah ini akan menjadi sekolah yang prestasinnya diatas rata-rata dalam bidang pendidikan jika ia dapat mengatur agar harganya setingkat atau mendekati harga rata-rata dalam bidangnya. Dengan harga setara atau sedikit lebih rendah dari pada harga
pesaingnya, posisi biaya rendah dari sekolah yang unggul
biaya
ini
akan
terwujud
dalam
bentuk
keuntungan yang lebih tinggi (Porter 1992). Table 2.1 Ciri-ciri Strategi Keunggulan Biaya Ciri-ciri Basis dari Kompetatif
Startegi Keunggulan Biaya
keunggulan
Biaya-biaya lebih rendah bila dibandingkan dengan pesaingpesaing
Target Startegi
Pangsa pasar yang luas
Penekanan Produksi
Pencarian menerus untuk pengurangan biaya tanpa mengurangi kualitas yang diterima dan fitur-fitur yang penting.
Penekanan Pemasaran
Mencoba membuat fitur-fitur produk lebih baik yang ditawarkan dengan harga rendah
Mempertahankan Strategi
Harga-harga yang ekonomis. Kuncinya adalah mengelola biayabiaya menurun setiap tahun dalam semua aspek.
Sumber: Widhyaestoeti (2012) dalam Jubelina (2013)
2.1.2 Diferensiasi Strategi generik yang ke dua adalah diferensiasi. Diferensiasi adalah salah satu strategi organisasi yang memberikan perbedaan yang lebih unik dari pada pesaing, sehingga dengan perbedaan itu konsumen memiliki
niali
yang
lebih
tinggi,
Thompson
dan
Strickland (1998). diferensiasi terutama pada produk sangat penting karena persaingan yang ketat pada dunia
pendidikan
sekarang
menuntut
untuk
melakukan
berbagai strategi guna menciptakan produk yang dapat diterima baik oleh konsumen dan tidak kalah bersaing dengan
produk
diferensiasi
lainnya.
menuntut
Dasar
pemikiran
strategi
sekolah
untuk
memiliki
keistimewaan yang bisa membedakan dirinya dari para pesaing. Misalnya kualitas kinerja, layanan yang lebih baik, merek yang lebih unggul, gaya dan rancangan, inovasi produk dan sebagainya (wijaya 2008). Untuk tercapainya diferensiasi yang lebih baik dari pada pesaingnya maka diperlukan biaya yang sangat mahal
(Porter
diferensiasi
2007).
atau
Sebab,
menjadi
dengan
berbeda
melakukan
maka
lembaga
tersebut akan memberikan sesuatu yang bernilai. Itulah alasan untuk membayar sebuah produk atau jasa dengan harga yang tinggi. Harga tinggi untuk sebuah produk yang ditawarkan menunjukan bahwa produk tersebut sangat bernilai. Harga yang tinggi menjadi keunggulan kualitas bagi produk itu sendiri Trout dan Rivkin (2001) dalam Jubelina (2013). Dengan adanya konteks diatas, maka pelanggan akan bersedia membayar dengan harga yang tinggi untuk produk atau jasa yang terdiferensiasi karena sesuatu yang ditawarkan oleh sekolah benar-benar berbeda dan unik serta tidak ada kemungkinan untuk ditemukan hal sejenis pada sekolah lainnya (Hitt ddk 1997). Untuk itu, sekolah yang menerapkan strategi
diferensiasi dengan beban yang tinggi atas produknya harus menyediakan segala hal dengan kualitas yang tinggi sehingga pelanggan merasa puas dengan layanan sekolahnya. Keberhasilan sekolah yang dilihat dari strategi diferensiasi yaitu pada kurikum, program pendidikan, fasilitas, kemudahan askes, proses pendidikan dan layanan
pendidikan.
Semakin
banyak
aspek
yang
dimiliki tentu memperkuat struktur lembaga pendidikan secara maksimal (Purwanto 2011). Sekolah kemudian melakukan diferensiasi untuk membuatnya terus unggul. Mendapat kepercayaan dan kesetiaan dari pelanggan, mendapatkan hasil yang lebih besar dari biaya diferensiasi serta mencegah para pesaing mengembangkan cara untuk meniru hal unik yang diterapkan (David 2008 dan Tjiptono 2001). Hal sekolah
yang yang
perlu
diperhatikan
menggunakan
dan
strategi
diterapkan diferensiasi,
diungkapkan oleh wijaya (2008) yaitu sekolah harus memiliki guru dengan tingkat kreatifitas yang tinggi, fokus sekolah jangka panjang, kerjasama yang tinggi antara guru yang saling melengkapi, perhatian guru yang cukup terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan, adanya keseimbangan antara hasil pendidikan dengan proses pendikan, dan memiliki toleransi tinggi terhadap ketidakpastian kondisi disekolahnya. Hal ini bertujuan
agar sekolah dapat menikmati hasil dari usaha yang telah dilakukan dan sekolah benar-benar dianggap unik. Table 2.2 Ciri-ciri Startegi Diferensiasi
Ciri-ciri Basis dari kompetatif
Strategi Diferensiasi
keunggulan
Kemampuan sesuatu yang pesaing-pesaing
menawarkan berbeda dari
Target Strategis
Pangsa pasar yang luas
Penekanan produksi
Menemukan cara-cara untuk menciptakan nilai kepada masyarakat dan mendorong ke produk yang berkualitas
Penekanan Pemasaran
Membangun fitur-fitur yang dapat membuat masyarakat bersedia membayar dengan harga yang tinggi untuk menutupi biaya ekstra dari fitur-fitur yang berbeda
Mempertahankan Strategi
Mengkomunikasikan sesuatu yang berbeda dengan cara menguntungkan. Menekankan inovasi-inovasi untuk selalu berada di depan pesiangpesaing yang meniru
Sumber: Widhyaestoeti 2012 dalam Jubelina 2013
2.1.3 Fokus Strategi generik yang ketiga adalah fokus. Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu lembaga yang mampu melayani target strateginya yang sempit secara lebih efektif dan
efisien dibandingkan pesaing yang bersaing lebih luas. Strategi ini menjadi paling efektif ketika konsumen memiliki persyaratan yang unik dan ketika lembaga pesaing lainnya tidak berusaha untuk berspesialisasi dalam target segmen yang sama (David 2008). Sebagai akibatnya, suatu lembaga akan mencapai diferensiasi karena mampu memenuhi kebutuhan target tertentu (Porter 2007). Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran
pasar
yang
cukup,
terdapat
potensi
pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai keberhasilannya. Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak diminati oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu. Strategi keunggulan
fokus bersaing
berusaha di
dalam
untuk segmen
mencapai sasaran
walaupun tidak memiliki keunggulan bersaing secara keseluruhan. Strategi fokus memiliki dua varian, yaitu fokus biaya, dan fokus diferensiasi. Fokus biaya adalah strategi
bersaing
yang
berfokus
pada
kelompok
masyarakat atau lingkungan yang mencoba melayani segmen target dan mengabaikan yang lain. Dalam menggunakan fokus biaya, suatu lembaga mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya (Poter 2010).
Sedangkan
dalam
menggunakan
fokus
diferensiasi, suatu lembaga mencari diferensiasi dan memanfatkan
kebutuhan
khusus
masyarakat
pada
segmen tertentu. Strategi ini dihargai karena ada keyakinan bahwa lembaga yang memfokuskan usahausahanya dalam sasaran yang sempit lebih efektif dari pada pesaingnya. (Hunger & Wheelen 2003). Strategi fokus dalam lembaga pendidikan, yaitu sekolah mampu menggarap satu target pasar tertentu. Hal ini diawali dengan penentuan pangsa pasar oleh lembaga pendidikan. Dalam masyarakat terdapat tiga kelompok masyarakat
utama tidak
secara
ekonomi
mampu,
yaitu
kelompok
kelompok masyarakat
menengah dan kelompok masyarakat mampu. Dari tiga kelompok masyarakat ini, lembaga pendidikan memilih dengan melihat pada kondisi sekolah termasuk dana pendidikan yang diperlukan (Purwanto 2011). Strategi fokus biasanya dilakukan untuk jasa yang mempunyai karakteristik khusus. Misalnya,
pada
Sekolah Kristen yang hanya di targetkan bagi siswa Kristiani sehingga semuanya disesuaikan dengan ajaran agama Kristiani meskipun tidak menutup kemungkinan bagi siswa yang beragama lain. Hal terpenting fokus utama dapat terlaksana, perubahan dapat terjadi seiring berjalannya waktu.
Table 2.1 Ciri-ciri Strategi Fokus Ciri-ciri Basis dari kompetatif
Strategi Fokus
keunggulan
Biaya rendah dalam melayani kelompok tertentu atau kemampuan menawarkan sesuatu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan selera dari kelompok tersebut
Target Strategis
Segmen pasar (kelompok tertentu)
Penekanan Produksi
Dibuat khusus untuk segmen tertentu
Penekanan Pemasaran
Mengkomunikasikan kemampuan unik produk untuk memuaskan kebutuhan khusus dari pembeli
Mempertahankan Strategis
Secara penuh melayani pelanggan dengan lebih baik dari pesaing-pesaingnya.
sempit
Sumber: Widhyaestoeti 2012 dalam Jubelina 2013
2.2
Sekolah Kristen. Sekolah
sekolah
yang
Kristen
adalah
lembaga
menyelenggarakan
pendidikan
pengajaran
dan
pendidikan umum dalam rangka pendidikan nasional. Sekolah Kristen diselenggarakan atas dasar iman dan keyakinan Kristen, namun dapat memberikan masukan yang positif bagi pengembangan kebudayaan bangsa karena sekolah Kristen berada di dalam negara dan diselenggarakan untuk kepentingan negara (Wirowijojo 2011).
Melalui sekolah Kristen maka nilai-nilai Kristiani diterjemahkan
dalam
penyelenggara
proses
organisasi
serta
belajar
mengajar,
kehidupan
secara
menyeluruh dan sebagai wujud nyata pelayanan kepada masyarakat luas (Sairin 2011). Sekolah Kristen terbuka bagi semua peserta didik tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, golongan dan kedudukan sosial seseoang. Menurut Suminto (1986) dalam Sulasmono (2010) menyebutkan bahwa perkembangan sekolah-sekolah Kristen
dialami
pada
masa
pemerintahan
Kolonial
Hindia Belanda pada abad ke 17. Namun berjalannya waktu, banyak sekolah-sekolah Kristen di berbagai tempat terpaksa harus di tutup, itu merupakan suatu persoalan serius dalam dunia pendidikan Kristen di Indonesia saat ini. Serius, karena secara langsung hal itu mengancam eksistensinya. Hal ini sejalan dengan (Simbolon 2011) yang mengungkapkan bahwa Merosotnya sekolah-sekolah, merupakan salah satu fenomena menarik dalam sejarah pendidikan Kristen di jawa tengah dan Di Yogyakarta dalam dekade sembilan puluhan. Sekolah-sekolah yang dulunya popular serta dikenal sebagai sekolah yang terbaik,
kini
menjadi
kekurangan
murid.
Sehinga
menurut (Widihandojo 2000) penyebab terpuruknya sekolah yang pernah berhasil terletak pada suatu proses dimana manajemen cenderung hanya mendasarkan diri
pada
pola-pola
Akibatnya dalam
pembentukan
terciptalah
memberikan
suatu
respons
yang
telah
kelemahan yang
mapan.
manajerial
efektif
terhadap
perubahan lingkungan. Kelemahan manajemen, yang terjadi yaitu kerjasama yang tidak harmonis antara pengurus dengan kepala sekolah, konflik internal yang berkepanjangan, terhadap
perkembangan
kesejahteraan masalah
pengurus
ini
yang sangat
tidak
yang
kurang
sekolah,
perhatian
dan
masalah
diperhatikan.
Masalah-
signifikan
terhadap
kesehatan
manajemen sekolah. 2.2.1 Tujuan dan Fungsi Sekolah Kristen Dalam dunia pendidikan, sekolah Kristen hadir dengan tujuannya yaitu menyediakan sekolah Kristen yang berekualitas, melaksanakan amanat Tuhan Yesus melalui bidang pendidikan dan memberikan subangsi bagi bangsa Indonesia dalam rangka mencerdaskan bangsa (Wirowidjojo 2011). Sekolah Kristen juga memiliki beberapa fungsi yaitu (Sairin 2011) a. Fungsi pendidikan dan pengajaran, yaitu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. b. Fungsi pembinaan, yaitu menolong dan membimbing peserta didik. c. Fungsi
pelayanan
yaitu
berkatbagi masyarakat.
kehadiran
diri
sebagai
d. Fungsi
kesaksian
wahana
untuk
dan
pelayanan
menyaksikan
yaitu
injil
sebagai
kristus
serta
memperkenalkan kehidupan Kristen. 2.3
Penelitian yang Relevan Strategi bersaing juga sudah diterapkan dalam
dunia pendidikan dan
yang membahas tentang hal
tersebut masih terbatas. Sejauh ini detemukan beberap penelitian
salah
satunya
adalah
penelitian
yang
dilakukan oleh Jubelina (2013) tentang Strategi Bersaing Sekolah
Kristen
dilakukan
Lentera
bertujuan
Ambarawa.
untuk
Penelitian
menentukan
ini
strategi
bersaing pada sekolah tersebut untuk dapat bertahan dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah negeri maupun swasta lainnya. dilakukan
menjukkan
Hasil dari penelitian yang bahwa
dalam
menghadapi
persaingan sekolah tersebut harus menerapkan strategi fokus, strategi keunggulan
biaya, maupun strategi
diferensiasi. Penelitian lainnya oleh Eluis (2008) tentang Membangun Daya Saing Bangsa Melalui Pendidikan yang menunjukan bahwa untuk dapat meningkatkan daya saing bangsa bukan saja melalui aspek Input dan output melainkan yang sangat penting adalah proses. Penelitian lainnya yaitu oleh Abdul Hakim Halim (2012) tentang Menuju Penyusunan Strategi Peningkatan Daya Saing
Pendidikan
Tinggi
Teknik
Industri
yang
menujukan hasil-hasil adanya perkembangan dalam
bidang
kurikulum
untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan. Dalam sumber lainnya disebutkan juga bahwa untuk
meningkatkan
daya
saing
sekolah
maka
dilakukan pemasaran jasa pendidikan (Wijaya 2008) selain itu juga salah satu kunci keberhasilan dalam persaingan
sekolah
adalah
manajemen
pemasaran.
Sedangkan penelitan lain yaitu oleh Shofwan (2011) tetang analisis strategi bersaing dalam manajemen peningkatan mutu di SMK Negeri 4 Kota Malang. Hasilnya
menunjukan
bahwa
untuk
mendapatkan
keunggulan bersaing maka terdapat beberapa aspek yang dilakukan pada tahapan Input, Proses dan Outpu.