BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1. Pengertian Pengelolaan Dan Modal Kerja 2.1.1. Pengertian pengelolaan Dalam suatu perusahaan, pengelolaan mempunyai arti penting karena perkembangan perusahaan tergantung dari cara pengelolaannya. Pengelolaan yang baik dapat memberikan proses kemajuan yang cepat bagi perusahaan, sebaiknya pengelolaan yang tidak baik akan memberikan dampak yang buruk bagi kemajuan perusahaan. Pengelolaan sendiri merupakan usaha manajemen yang bergerak dalam suatu kegiatan tertentu dan meliputi pengambilan keputusan, teknik teknik dan prosedur yang dipilih untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya sehari-hari, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk tersebut akan digunakan untuk membiayai operasional selanjutnya, dengan demikain maka dana tersebut akan terus menerus berputar setiap periodenya selama hidupnya perusahaan. Mengenai Pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan dalam tiga konsep, yaitu : (Bambang Rianto, 2001: 57 – 59) a)
Konsep kuantitatif
b)
Konsep kualitatif
c)
Konsep fungsionil
a. Konsep Kuantitatif Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (Gross Working Capital). b. Konsep Kualitatif Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif pengertian modala kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiaban finansiil yang harus segera dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh diguanakan untuk membiayai operasinya perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar – benar dapat digunakan untuk membiyai operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya. Yaitu
yang
merupakan
kelebihan
aktiva
lancar
diatas
utang
lancarnya.Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto ( net working capital). c. Konsep Fungsioniil Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode accounting. 2.2 Pentingnya Modal Kerja Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti : kas, effek, piutang dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi
perusahaan sehari – hari,
karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan yang lain, yaitu : (S. Munawir, 2002 : 116-117) a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban – kewajiban tepat pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya – bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya. e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit lebih menguntungkan para pelanggannya. f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
2.3 Jenis-jenis Modal Kerja Jenis jenis modal kerja dalam perusahaan menurut W. B Taylor digolongkan sebagai berikut : (permanent working capital). 1. Modal kerja permanent (permanent working capital) Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terusmenerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent working capital ini dapat dibedakan dalam:
a. Modal kerja primer (primery working capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk membantu kontinuitas kerjanya.
b. Modal kerja normal (normal kerja capital) Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian “normal” disini adalah daam artian yang dinamis. 2.
Modal kerja variabel (variable working capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja dibedakan tiga yaitu : a. Modal kerja musiman (seasonal working capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebutkan karena fluktuasi musim. b. Modal kerja siklis (cyclical working capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya disebabkan karena fluktuasi konyungtur. c. Modal kerja darurat (Emergency working capital) Yaitu modal kerja yang modalnya berubah – ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya ada pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
2.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya modal kerja Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan, tetapi berapakah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan itu ? untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu
perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah., karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : (S. munawir, 2002 : 117-119) 1. Sifat atau type dari perusahaan Modal kerja dari suatu perusahaan relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan modal kerja perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan, kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan – penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasannya dapat ditagih dalam waktu yang relatif pendek 2. Waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diprodusir sampai barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.Disamping itu harga pokok persatuan barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga pokok persatuan barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja. 3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memprodusir barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan makin sedikit kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya jika pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula. 4. Syarat Penjualan Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang dan untuk memperkecil
resiko adanya piutang yang tak dapat ditagih, sebaiknya
perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar utangnya dalm periode diskonto tersebut. 5. Tingkat perputaran persediaan Tingkat perputaran persediaan (inventory turn-over) menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat nilai perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan
(terutama yang harus diinvestasikan dalam prsediaan)
semakin rendah. Untuk dapat mencapai perputaran yang tinggi , maka harus
diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin tinggi dan semakin cepat tingkat perputaran akan memperkecil risiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
2.5
Sumber-sumber Modal Kerja Pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari dua bagian pokok yaitu : (S.Munawir : (119-123). 1. Bagian yang tetap atau bagian yang permanent yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan. 2. Jumlah modal kerja yang variable yang jumlahnya tergantung pada aktivitas yang biasa. Kebutuhan modal kerja yang permanent seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham, semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang bersal dari investasi pemilik perusahaan atau semakin baik lagi bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Disamping
dari investasi dari pemilik
perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanent dapat juga dibiayai dari penjualan obligasi atas jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang
lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mepertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang ini disamping juga harus mempertimbangkan beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari: a. Hasil operasi perusahaan Yaitu jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi
perusahaan dapat dihitung dengan
menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal kerja yang bersangkutan. b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka panjang) Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities atau effek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan teresebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal
kerja. Apaila effek atau investasi jangka pendek ini dijual dengan harga jual yang sama dengan harga perolehanya (tanpa laba atau rugi), maka penjualan effek – effek tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja (modal kerja tidak bertambah dan berkurang). Didalam menganalisa sumber-sumber modal kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan.
c. Penjualan aktiva tidak lancar Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi bagi perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan , akan menyebabkan keadaan aktiva yang bersangkutan akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan) d. Penjulan saham atau obligasi Untuk menambah modal dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk dapat pula mengadakan emisi saham baru untuk meminta kepada
pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu, perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau hutang jangka panjang lainya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekwensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan , penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan. Disamping keempat sumber diatas masih ada sumber lain yang data diperoleh perusahaan untuk memperoleh aktiva lancarnya, walaupun dengan bertambahnya aktiva lancar itu tidak mengakibatkan bertambahnya modal kerja). Misalnya dari pinjaman atau kredit dari bank dan pinjaman-pinjaman jangka pendek lainya serta hutang dagang yang diperoleh dari para penjual (supplier) disini bertambahnya aktiva lancar diimbangi atau dibarengi dengan bertambahnya hutang lancar sehingga modal kerja (dalam arti networking capital) tidak bertambah. Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah bila: 1. Adanya kenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi. 3. Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek dan hutang jangka panjang lainya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
2.6
Analisis Rasio Pengelolaan Modal kerja. Suatu
perusahaan
dapat
diketahui
keadaan
dan
perkeimbangan
keuanganya melalui analisis data-data keuangan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan finansial suatu perusahaan, seorang penganalisis keuangan memerlukan adanya ukuran atau “yard stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis finansial adalah “rasio”. Untuk menghitung rasio dari suatu data keuangan didasarkan pada neraca dan laporan rugi laba dari perusahaan, adapun ratio keuangan yang akan digunakan dalam analisis modal kerja yaitu: 1. Ratio aktivitas Yaitu ratio-ratio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya. Rasiorasio aktivitas ini terdiri dari : (Bambang Riyanto, 1995.34) a. Perputaran kas b. Perputaran piutang
c. Perputaran persediaan d. Perputaran modal kerja a. Perputaran kas. Kas merupakan perputaran yang paling liquid atau salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi liquiditasnya. Berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat liauiditasnya. Tetapi suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah
dan mencerminkan adanya
overinvestment dalam kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi, dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar.perputaran kas menunjukkan berapa kali modal kerja yang tertanam dalam bentuk kas dapat berputar dalam satu periode produksi, tingkat perputaran kas dapat dirumuskan sbb:
Perputaran kas =
Penjualan bersih Kas rata - rata
b. Tingkat perputaran piutang Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulanya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang berarti modal kerja yang ditanam dalam piutang akan semakin
rendah. Sebaliknya apabila rasionya makin rendah berarti terjadi overinvestment dalam piutang, tingkat perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut :
c. Tingkat perputaran persediaan. Perputaran persediaan adalah rasio antar jumlah harga yang dijual dengan nilai rata- rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali modal kerja yang tertanam dalam bentuk persediaan berputar dalam bentuk satu periode produksi. Perputaran persediaan =
harga pokok penjualan persediaan rata - rata
d. Perputaran modal kerja Perputaran modal kerja mencerminkan kemampuan dana yang berputar dalam periode tertentu dengan cara membagi volume penjualan dengan modal kerja rata-rata. Perputaran modal kerja menunjukkan berapa kali keseluruhan modal kerja dapat berputar dalam satu periode produksi.
Perputaran Modal kerja =
2.7
Penjualan bersih Modal kerja rata - rata
Pengukuran Pengelolaan Modal Kerja
Penggunaan modal kerja dinilai efisien apabila dalam penanaman dana dalam modal kerja senantiasa diikuti dengan bertambahnya keuntungan yang memadai. Kemampuan menghasilkan keuntungan atau tingkat profitabilitas sering kali diukur dengan rentabilitas ekonomi. Oleh karena itu untuk penilaian efektifitas untuk pengolahan modal kerja dalam penulisan ini digunakan alat ukur rentabilitas ekonomi, yang merupakan perbandingan ratio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva (Suad Husnan, 1992:216)
Laba sebelum bunga dan pajak Rentabilitas ekonomi Dalam penulisan ini,= tolak ukurTotal penilaian pengelolaan Aktiva Tolak ukur penilaian modal kerjanya adalah berdasarkan kebijaksanaan intern manajemen suatu perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dalam usahanya sudah dapat dipastikan bahwa perusahaan
mempunyai target dan
tingkat keuntungan (tingkat rentabilitas yang telah ditentukan).Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien.Efisien suatu perusahaan baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung rentabilitasnya,Maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya sehubungan dengan itu maka perusahaan
pada umumnya usahanya harus lebih mengarah untuk mendapatkan titik rentabilitas yang maksimal daripada laba maksimal.
Tinggi rendahnya rentabilitas dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1. Profit margin Yaitu perbandingan antara pendapatan operasi (net operating income) dengan penjualan (net sales), perbandingan ini dinyatakan dalam prosentase. Profit margin =
2.
Keuntungan bersih × 100% Penjualan bersih
Tingkat Perputaran Aktiva Usaha ( Operating Asset Turn over) Yaitu kecepatan perputaran assets dalam suatu periode tertentu. Turn over tersebut dapat ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan total aktiva. Operating asset turn over =
Penjualan bersih Total aktiva
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efesiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan, sedangkan Operating asset turnover dimaksudkan untuk mengetahui efesiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets dalam satu periode tertentu. Hasil akhir dari pencampuran kedua efesiensi profit margin dan operating asset
turnover menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh karena itu makin tingginya tingkat profit margin atau operating assets turnover masing – masing atau kedua – duanya akan mengakibatkan naiknya earning power. Hubungan antara profit margin dan operating assets turnover dapat digambarkan sebagai berikut : Profit margin x Operating assets turnover
= Earning power
Laba bersih Penjualan bersih Laba bersih × = Penjualan bersih Total aktiva Total aktiva 2.8. Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan dalam operasionalnya tidak dapat terlepas dari masalah modal kerja dan rentabilitas, melalui sumber-sumber teori yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto dalam bukunya dasar-dasar pembelanjaan perusahaan dan Munawir dalam bukunya analisis keuangan, serta penelitian-penelitian terdahulu. ada beberapa teori yang dapat dipergunakan dalam menganalisis modal kerja dan rentabilitas dalam perusahaan yaitu dengan menggunakan analisis rasio aktivitas (perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja),dan analisis Rentabilitas ekonomi (analisis profit margin dan analisis operting assets turnover). Maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2. 1 Skema kerangka pemikiran PT. INDOFOOD Pengelolaan Modal Kerja Rasio aktifitas - Perputaran kas -
Perputaran piutang Perputaran persediaan Perputaran modal kerja