BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Tabungan Nopirin, (1996:51) Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi. Selanjutnya (Kuncoro, 1997) Usaha memobilisasi tabungan atau menghimpun dana pihak ketiga ditentukan oleh kesanggupan dan kemauan masyarakat dari sisi penabung serta peran (fungsi intermediasi) perbankan dari sisi penghimpun dana. Sedangkan (Arsyad, 1999) menyatakan bahwa tabungan masyarakat ditentukan oleh perilaku tabungan perusahaan dan perilaku tabungan rumah tangga. Ketidak serasian hubungan antara masyarakat dan perbankan sering menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan (Suryana, 2000). Selanjutnya (Suryapraja, 2006) menekankan bahwa tabungan merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lain yang dipersamakan dengan itu. Briliant (2008) menjelaskan tabungan merupakan pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakanFurham (1999) berpendapat ada banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan jumlah atau proporsi dari pendapatan disposabelnya yang akan dialokasikan untuk
menabung. Hal tersebut selain dipengaruhi oleh perbedaan kebutuhan yang harus dipenuhi pada saat sekarang, perbedaan kondisi tak terduga (darurat) dari tiap rumah tangga, perbedaan tingkat pendidikan, dapat juga dipengaruhi oleh pendapatan yang dimiliki oleh sebuah rumah tangga. Sedangkan Dynan dkk (2004). Salah satu faktor yang paling mempengaruhi proporsi tabungan sebuah rumah tangga adalah pendapatan yang dimiliki rumah tangga tersebut. Selain faktor pendapatan, salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam keputusan untuk melakukan tindakan menabung adalah seberapa besar pengalokasian pendapatan rumah tangganya untuk konsumsi. Hal ini terjadi karena dalam berbagai level pendapatan, keputusan untuk konsumsi secara langsung berhubungan pula dengan keputusan untuk menabung, Abel dkk (2008). Studi perbandingan yang dilakukan terhadap pola konsumsi rumah tangga kaya dan miskin menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah konsumsi masing-masing kelompok, Rahma (2011).
Salah satu faktor yang mempengaruhi proporsi tabungan rumah tangga adalah pendapatan (Dynan dkk, 2004). Pendapatan rumah tangga memiliki hubungan yang positif yang sangat kuat dengan proporsi tabungan rumah tangga. Hal ini terjadi karena tabungan bergerak meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan Sementara itu, konsumsi merupakan bagian dari pendapatan yang dipergunakan. Selisih antara pendapatan dan konsumsi
adalah proporsi untuk tabungan. Setiap rumah tangga atau kelompok rumah tangga memiliki pola atau struktur konsumsi dan pengeluaran yang berbeda Rachman dan (Supriyati, 2004). Konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga dipertimbangkan berdasarkan waktu masa kini dan masa depan. Semakin besar konsumsi yang dinikmati hari ini, maka semakin kecil yang dapat dinikmati pada hari esok. Jumlah total konsumsi yang besar di waktu saat ini berpengaruh terhadap proporsi tabungan untuk konsumsi yang akan datang, Mankiw (2000:456). Boediono (1992) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Sedangkan Purnomo (1993) menyatakan pendapatan adalah semua penghasilan yang diterima setiap orang dalam kegiatan ekonomi dalam satu periode tertentu. Selanjutnya Dyckman (2002:234) bahwa pendapatan adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung”. Selanjut Tohir (2004) menyatakan pendapatan adalah uang yang diterima oleh segenap orang dan merupakan balas jasa untuk faktorfaktor produksi.
Rumah tangga dengan konsumsi makanan dan non makanan yang tinggi diduga berpengaruh terhadap besarnya proporsi tabungan. Bagi sebagian orang, tabungan merupakan sisa dari pendapatan yang tidak dibelanjakan. Namun bagi orang-orang yang memahami perencanaan keuangan, tabungan dilakukan terlebih dahulu sebelum terjadi pengeluaran untuk konsumsi. Jadi, pendapatan yang diperoleh dialokasikan terlebih dahulu untuk ditabung dan kemudian sisanya digunakan untuk tindakan konsumsi, (Keown, 2007). 2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Menabung Secara umum calon nasabah yang akan menabung tentu memilih bank yang dapat memberikan keuntungan dan kemudahan. Setiap nasabah akan memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu untuk memutuskan menabung. Selain itu nasabah juga memperhatikan kualitas pelayanan serta produk yang ditawarkan sehingga nasabah termotivasi untuk menggunakannya. Nasabah akan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut untuk mencari kepuasan dalam menyimpan dananya di bank, karena bagaimanapun konsumen dalam perilakunya akan mencari kepuasan yang maksimal dalam memenuhi kebutuhannnya. Dengan demikian,
Setiadi
(2003:13) secara umum terdapat dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. 2.2.1.Faktor Internal
Faktor internal, Setiadi (2003:13) merupakan faktor yang berasal dari diri sendiri misalnya aspek piosiologis dan aspek psikologis. faktor internal terdiri dari : 1. Pengalaman (memory) merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek, Knoers & Haditono (1999). Sedangkan (KBBI, 2005) Pengalaman merupakan sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi, Daehler & Bukatko (Syah, 2003). 2. Kepribadian (personality ); Eysenck (dalam Suryabrata, 1998) memberi definisi kepribadian sebagai berikut:“Personality is the sum total of actual or potential behavior-patterns of the organism as determined by heredirty and environment; it originates and develops through the functional interaction of the three main sectors into which these behavior patterns are the conative sector (character), the affective sector
(temperament), and the somatic sector (constution). Kepribadian adalah totalitas pola perilaku yang nyata atau potensial dari organisme yang ditentukan oleh gen dan lingkungan; kepribadian berasal dan berkembang melalui interaksi fungsional dari tiga sektor utama yaitu sektor konatif (karakter), sektor afektif (temperamen), dan sektor somatis (konstitusi). Sedangkan Allport Jess Feist & Gregory J. Feist, (2010:85) kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik individu yang menentukan caranya yang khas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Koentjaraningrat
(Alex
Sobur
2009)
menyebut
kepribadian sebagai susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia. 3. Motivasi (motivation); adalah “pendorongan“; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu, Ngalim Purwanto, (1998:71). Pengertian motivasi, yaitu: suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya, Martin Handoko, (1992:9). Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya, Hamzah B.Uno, (2008: 3).
4. Sikap (attitude); merupakan derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis Thurstone (Azwar, 2007). Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku individu terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu sendiri disebut fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan oleh harapan-harapan untuk masa yang akan datang. Sikap manusia, atau untuk singkatnya disebut sikap, Azwar (2007). Selanjutnya Eagle dan Chaiken (A. Wawan dan Dewi M. 2010) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam prosesproses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Dari definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan respon-respon yang konsisten). 5. Persepsi (perception) is defined as the process by which an individual selects, organizes and interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of the world”, Schiffman dan Kanuk (2004:158). Dalam bertindak
seseorang dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi tertentu. Kotler dan Amstrong (2008:214) , persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu yang berarti mengenai dunia. Sedangkan Tatik Suryani, (2008:9798) persepsi sebagai suatu proses yang diawali oleh suatu stimuli yang mengenai indra manusia untuk kemudian dilakukan respon 2.2.2. Faktor Eksternal faktor eksternal, Setiadi (2003:13) merupakan faktor yang berasal dari luar, dimana dalam penulisan ini, yang merupakan Faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan menabung terdiri dari : Pelayanan, tingkat suku bunga dan lokasi. 1. Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yanga dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun Kotler, (Laksana 2008). Sedangkan Gronroos (Tjiptono 2005) menyatakan bahwa pelayanan merupakan proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasa (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan, jasa dan sumber daya, fisik atau barang, dan sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan. Sementara Lovelock dkk, (Tjiptono 2005) mengemukakan perspektif pelayanan sebagai sebuah sistem, dimana setiap bisnis jasa dipandang
sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen utama: (1) operasai jasa; dan (2) penyampaian jasa. 2. Tingkat Suku Bunga (Interest Rate). Dalam kegiatan perbankan seharihari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu : (1) Bunga Simpanan yaitu merupakan Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang
menyimpan uangnya di
bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar kepada nasabahnya. Sebagai contoh : jasa giro, bunga tabungan, bunga deposito. (2) Bunga Pinjaman yaitu Bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh : bunga kredit. Lipsey dkk, (1997:471) suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu (a) suku bunga nominal (b) suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi. Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman Karl dan Fair (2001:635). Sedangkan Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) seperti berikut ini; Pertama, Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. Kedua, Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain. Ketiga, Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu: penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan
sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat. Rahmat dan Maya (2011:101), bunga merupakan suatu bentuk penghasilan bagi pemilik uang yang karena pengorbanannya selama waktu tertentu untuk melepaskan kesempatan untuk tidak menggunakan uang tersebut karena digunakan oleh pihak lain, sedangkan menurut Kasmir (2012:154), suku bunga merupakan balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya Prasetiantono (2000) jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan, sehingga p ada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk
portfolio
perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank. 3. Lokasi. Lupiyoadi (2001) lokasi berarti berhubungan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu; (1) Konsumen mendatangi
pemberi jasa, sehingga perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis. (2) Pemberian jasa mendatangi konsumen. Dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa tetap berkualitas. (3) Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung, berarti penyedia jasa dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer, ataupun surat, dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antar kedua belah pihak dapat terlaksana. Tjiptono, (2006) Pemilihan lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut: (a) Akses yaitu kemudahan untuk menjangkau (b) Visiabilitas yaitu kemudahan untuk dilihat (c) Lalu lintas (d) Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan peluang yang besar terjadinya impuls buying (e) Kepadatan dan kemacetan bisa menjadi hambatan. Maski (2010) bahwa keputusan nasabah dalam memilih atau tidak memilih Bank dalam menabung dipengaruhi oleh karakteristik Bank, pelayanan dan kepercayaan pada bank, pengetahuan dan obyek fisik. Maski (2010) lebih menegaskan bahwa Faktor Pertimbangan dalam Pemilihan Bank sebagai Tempat Menabung adalah Bauran Pemasaran (Jasa, Tarif Harga, Pendukung Fisik, Proses) Serta Dimensi Kualitas Jasa (Reliability, Responsiveness, Assurance). Sedangkan Lupiyoadi (2001) menyatakan
lokasi berarti berhubungan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi
lokasi, yaitu; (1) Konsumen mendatangi pemberi jasa,
sehingga perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis. (2) Pemberian jasa mendatangi konsumen. Dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa tetap berkualitas. (3)Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung, berarti penyedia jasa dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer, ataupun surat, dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antar kedua belah pihak dapat terlaksana. Sedangkan Setiadi (2003:13) faktor yang mempengaruhi minat konsumen adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas faktor pribadi, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, sikap dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal terdiri atas faktor promosi, produk, lokasi, dan pelayanan. Menabung sama halnya dengan berinvestasi, oleh karena itu Atkins dan Dyl (1997) bahwa Dalam melakukan investasi dalam bentuk tabungan akan dihadapkan pada banyak pilihan. Sehingga nasabah harus dapat memilih bank yang mempunyai prospek yang baik dimasa yang akandatang dalam menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi nasabah.Dalam melakukan
investasi pengaturan biaya transaksi yang efektif dan analisis yang hati-hati dapat menghasilkan return yang besar. Ada dua kekuatan dari faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu kekuatan sosial budaya dan kekuatan psikologis yang keduanya terdiri dari dari beberapa indikatoratau penunjuk yang bisa menjelaskan faktor kekuatan sosial budaya dan faktor kekuatan psikologis. Pertama, indikator dari faktor kekuatan budaya, antara lain: (a) faktor budaya; (b) faktor kelas social; (c) faktor kelompok anutan; dan (d) faktor keluarga. Kedua, kekuatan psikologis terdiri dari : (a) faktor pengalaman belajar; (b) faktor kepribadian; (c) faktor sikap dan keyakinan; dan(d) konsep diri atau self-concept. Temuan terbaru oleh Kotlikoff (1989) menyatakan bahwa sekitar 30 % tabungan keluarga di USA dapat diterangkan melalui motive precautionary nature (tindakan pencegahan yang alami), misalnya dalam bentuk kecemasan tentang usia tuanya. Hal ini juga ditemukan di Belanda dan Swedia. Sementara Johnson (1999) menemukan adanya motif antisipasi keadaan darurat dan pendidikan anak-anaknya pada orang Asia. Sedangkan penelitian di Jepang oleh Horioka & Watanabe (1997) menemukan bahwa orang jepang menabung karena alasan menghadapi pensiun dan tindakan pencegahan. Keluarga di Australia mengemukakan motif menabung adalah untuk alasan pensiun, liburan dan pencegahan serta investasi rumah,
membayar tagihan, pendidikan anak dan pembelian barang yang tahan lama.Sementara motif untuk mewariskan harta kurang penting di kalangan mereka (Haris, Loundes dan Webster, 2002). Komunitas orang Inggris menyatakan bahwa yang lebih penting adalah tabungan untuk pegangan masa depan sedangkan orang Israel dan Italia untuk pendidikan dan kesehatan anak-anaknya (Webley, 2000). Xiao dan Anderson (1993) dan Xiaon dan Olson (1993) menguraikan teori Maslow dan hipotesa behavioral life cycle dalam pendekatan mereka. Mereka menemukan bahwa keluarga menunjukkan perbedaan motivasi dalam menabung dan menabung menurut perbedaan kategori mental accounting akan menentukan perbedaan kebutuhan. Xiao dan Noring (1994) mengatakan bahwa motivasi untuk mengkonsumsi saat ini dan yang akan datang dapat didefinisikan sebagai kebutuhan financial yang merupakan refleksi dari kebutuhan yang dideskripsikan oleh Maslow. Tingkat kebutuhan financial paling rendah memfokuskan pada konsumsi saat ini sedangkan yang paling tinggi adalah konsumsi masa depan. Hal ini berarti bahwa ketika sebuah keluarga mempunyai sumber keuangan yang memadai (pendapatan, assest dan keuangan bersih) lebih memungkinkan memiliki kebutuhan financial lebih tinggi. Browning dan Lusardi (1996) menambahkan adanya down-payment motive, yaitu keinginan (hasrat) untuk mengakumulasikan keseluruhan uang
untuk digunakan sebagai alat pembayaran terhadap barang yang mahal dan tahan lama seperti rumah atau mobil.Setiap rumah tangga akan memutuskan berapa banyak dari jumlah pendapatan yang akan dikonsumsi dan yang akan ditabung untuk masa depan, Mankiw (2000). Sehingga menabung memiliki tujuan untuk; Menghemat pengeluaran agar hidup tidak boros, Mengatur keuangan dengan baik, Merencanakan dan mempersiapkan hari depan, Menyukseskan pembangunan. Penelitian yang dilakukan oleh Mahdzan dan Tabiani (2013) menemukan bahwa faktor demografi yang mempengaruhi keputusan menyimpan dana oleh seorang individu dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anak, status pernikahan, dan pengalaman bekerja.Rahmatia (2004) menjelaskan bahwa jenis pekerjaan mempengaruhi tingkat konsumsi individu sehingga keputusan untuk menabung atau tidak juga tergantung dari jenis pekerjaan seseorang serta pendapatan yang diperoleh. Edward W. Reed dan K. Gill (1995) yang memperngaruhi nasabah dalam menabung adalah kemanfatan, lokasi, pelayanan dan tingkat suku bunga. Lokasi suatu bank akan mempengaruhi kelancaran dari usaha tersebut. Sedangkan (Fred Selnes, 1993) bahwa pada bisnis-bisnis industry dan jasa, nama (merk) lebih sering dihubungkan dengan reputasi perusahaan dari pada dengan produk atau jasa itu sendiri. Karena itu salah satu pertimbangan nasabah dalam menabung di bank adalah
reputasi perusahaan tersebut di mata nasabahnya. Karena kepercayaan merupakan salah satu faktor utama bagi nasabah untuk mempercayakan uangnya ditabung atau diinvestasikan pada bank tersebut.