BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1
Pengetahuan
2.1.1.2 Pengertian pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu yang didapatkan setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Hal ini mempengaruhi tindakan seseorang. Pengetahuan itu sendiri memiliki 6 tingkat, yaitu : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (8). Pada penelitian ini, pengetahuan masyarakat yang akan diteliti meliputi berbagai aspek yaitu, pengetahuan masyarakat tentang apa itu antibiotik, pengetahuan masyarakat tentang penyakit apa yang memerlukan antibiotik, pengetahuan masyarakat tentang sumber memperoleh antibiotik, pengetahuan masyarakat tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan antibiotik.
2.1.1.3 Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni: (8) 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai kemampuan menghafal, mengingat, mengulang informasi, yang pernah diberikan sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. “Tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Pemahaman diartiakan sebagai kemampuan untuk menginterpretasikan atau mengulang informasi dengan bahasa sendiri secara benar tentang objek yang diketahui. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan informasi, teori, situasi, dan mengenai bagian-bagian serta hubungan dengan kondisi sebenarnya.
4
5
4. Analisis (Analysis) Analisis diartikan sebagai kemampuan menjabarkan materi yang didalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat berdasarkan penggunaan
kata
kerja
seperti
dapat
menggambarkan,
membedakan,
memisahkan,dan mengelompokkan. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis
diartikan
sebagai
kemampuan
mengumpulkan
komponen
guna
membentuk suatu pola pemikiran baru. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi diartikan sebagai kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau norma yang berlaku di masyarakat.
2.1.1.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Adapun faktor yang mempengaruhi pengetahuan(9) adalah : 1) Usia Semakin cukup usia, tingkat kematangan seseorang akan lebih tinggi pada saat berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa. 2) Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga dan masyarakat. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mudah menemukan informasi, makin banyak pengetahuan sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut. 3) Persepsi Persepsi yaitu mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 4) Motivasi Motivasi merupakan suatu dorongan keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang kurang bermanfaat. Agar motivasi muncul diperlukan rangsangan dari dalam dan dari luar individu.
6
5) Sumber informasi Paparan informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Paparan informasi yang diperoleh oleh seseorang dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : buku cerita, media massa seperti koran, majalah, ataupun televisi, serta saling bertukar informasi.
2.1.2
Sikap
2.1.2.1 Pengertian Sikap Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek dan sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan responrespon yang konsisten)(10).
2.1.2.2 Ciri-ciri Sikap Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a.
Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.
b.
Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
c.
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d.
Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e.
Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang(9).
7
2.1.2.3 Tingkatan Sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : a.
Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b.
Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide itu.
c.
Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
2.1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (11) yaitu: a.
Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
8
c.
Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dapat memberi berbagai pengalaman setiap individu di masyarakat.
Sebagai
akibatnya,
tanpa
disadari
kebudayaan
telah
menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. d.
Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f.
Faktor emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.1.3
Antibiotik
2.1.3.1 Pengertian Antibiotik Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan dari fungi dan bakteri, memiliki khasiat yang menghambat atau memtaikan pertumbuhan bakteri, dan toksisitasnya pada manusia relatif kecil (12).
2.1.3.2 Jenis antibiotik Berdasarkan aktivfitas antibiotik dapat dibedakan menjadi 2(12), yaitu: 1. Antibiotik Aktifitas Sempit (Narrow Spectrum) Pada antibiotik jenis ini, obat hanya aktif terhadap beberapa kuman saja, seperti penisilin V dan penisilin G, eritromisin, klindamisin, kanamisin hanya mampu melawan bakteri gram positif saja. Sedangkan, stertomisin, gentamisin, polimiksin B hanya mampu melawan bakteri gram negatif saja.
9
2. Antibiotik Aktifitas Luas (Broad Spectrum) Pada antibiotik jenis ini, obat bekerja terhadap lebih banyak jenis bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif, contohnya seperti sulfonamid, ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin dan rifampisin.
2.1.3.3 Golongan Antibiotik 1. Penisilin Golongan antibiotik dari penisilin diperoleh dari jamur Penicillium chrysogenum, berbagai jenis yang dihasilkan perbedaannya hanya terletak pada gugus samping R saja. Benzilpenisilin adalah yang paling aktif. Sefalosporin diperoleh dari jamur Cephalorium acremonium. Kedua kelompok antibiotik tersebut memiliki rumus bangun yang serupa, keduanya memiliki cincin betalaktam. Cincin ini menjadi syarat untuk khasiatnya. Jika cincin ini dibuka oleh enzim beta-laktamase, maka zat menjadi inaktif. Pada umumnya penisilinase hanya dapat menginaktifkan penisilin dan bukan sefalosporin, begitu sebaliknya untuk sefalosporinase. Mekanisme kerja dari penisilin dan sefalosporin yaitu menghindarkan dari dinding sel kuman yang terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan (senyawa amino dan gula). Bila sel tumbuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding sel akan pecah dan bakteri musnah. Resistensi antibiotik golongan ini bakteri melindungi diri terhadap efek mematikakan dari antibiotik beta-laktam dengan membentuk enzim betalaktamase. Efek samping pada penisilin broad spectrum yang sering terjadi adalah gangguan lambung-usus (diare, mual, muntah, dan lain-lain). Pada dosis yang sangat tinggi dapat terjadi reaksi nefrotoksis dan neurotoksis. 2. Sefalosporin Sefalosporin adalah antibiotika beta-laktam dengan struktur, khasiat dan sifat yang mirip dengan penisilin. Antibiotik ini dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak bakteri gram positif dan negatif. Berkhasiat sebagai bakterisidal dalam fase pertumbuhan bakteri. Kepekaannya pada beta-laktamase lebih renda dari penisilin.
10
Penggolonganan menurut khasiat antibakteri dan resistensinya terhadap beta-laktamase : a. Generasi ke-1 : sefalotin, sefazolin, sefadroksil, sefaleksin. Antibiotik generasi pertama ini aktif terhadap cocci gram positif, tidak aktif terhadap H.influenza, Bacteroides dan pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap lactamase. b. Generasi ke-2 : sefaklor, sefamandol, sefmetazol dan sefuroksim lebih aktif terhadap bakteri gram negatif termasuk H.influenza, Proteus, Klebsiella, Gonococci dan bakteri yang resisten terhadap amoksisillin. Antibiotik generasi kedua ini agak kuat terhadap lactamase. c. Generasi ke-3 : sefotaksim, seftriakson, sefiksim dan sefoperazon, aktivitasnya terhadap bakteri gram negatif lebih kuat dan lebih luas meliputi pseudomonas. Resistensinya terhadap lactamase lebih tinggi, tetapi khasiat terhadap staphylococcus jauh lebih rendah. Tidak aktif terhadap MRSA. d. Generasi ke-4 : sefepim dan sefpirom. Antibiotik generasi keempat sangat resisten terhadap lactamase dan sefepim, juga aktif terhadap pseudomonas. Efek samping pada golongan antibiotik ini sama dengan antibiotik golongan penisilin, tetapi lebih ringan. Obat obatan oral dapat menimbulkan terutama gangguan lambung-usus (diare, mual, dan sebagainya). Nefrotoksisitas biasanya terjadi di beberapa senyawa generasi-1. Beberapa obat menunjukkan reaksi disulfiram bila digunakan bersama alcohol seperti sefamandol dan sefoperazon. 3. Kloramfenikol Kloramfenikol merupakan inhibitor yang poten terhadap sintesis protein mikroba. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan memiliki spektrum luas dan aktif terhadap masing – masing bakteri gram positif dan negatif baik yang aerob maupun anaerob. 4. Tetrasiklin Golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama untuk mengobati infeksi dari M.pneumonia, klamidia, riketsia, dan beberapa infeksi dari spirokaeta. Tetrasiklin juga digunakan untuk mengobati ulkus peptikum yang disebabkan oleh H.pylori. Tetrasiklin menembus plasenta dan juga diekskresi melalui ASI dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang dan gigi pada anak akibat
11
ikatan tetrasiklin dengan kalsium. Tetrasiklin diekskresi melalui urin dan cairan empedu. 5. Makrolida Eritromisin merupakan bentuk prototipe dari obat golongan makrolida yang disintesis dari S.erythreus. Eritromisin efektif terhadap bakteri gram positif terutama pneumococcus, streptococcus, staphylococcus, dan korinebakterium. Aktifitas antibakterial eritromisin bersifat bakterisidal dan meningkat pada pH basa. 6. Aminoglikosida Golongan aminoglikosida, antara lain: streptomisin, neomisin, kanamisin, tobramisin, sisomisin, netilmisin, dan lain – lain. Golongan aminoglikosida pada umumnya digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri gram negatif enterik, terutama pada bakteremia dan sepsis, dalam kombinasi dengan vankomisin atau penisilin untuk mengobati endokarditis, dan pengobatan tuberculosis. 7. Sulfonamida dan Trimetoprim Sulfonamida dan trimetoprim merupakan obat yang mekanisme kerjanya menghambat sintesis asam folat bakteri yang akhirnya berujung kepada tidak terbentuknya basa purin dan DNA pada bakteri. Kombinasi dari trimetoprim dan sulfametoxazole merupakan pengobatan yang sangat efektif terhadap pneumonia akibat P.jiroveci, sigellosis, infeksi salmonela sistemik, infeksi saluran kemih, prostatitis, dan beberapa infeksi mikobakterium non tuberculosis. 8. Fluorokuinolon Fluorokuinolon termasuk di dalamnya asam nalidixat, siprofloxasin, norfloxasin, ofloxasin, levofloxasin, dan lain–lain. Fluorokuinolon aktif terhadap bakteri gram negatif. Golongan fluorokuinolon efektif mengobati infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh pseudomonas. Golongan ini juga aktif mengobati diare yang disebabkan oleh shigella, salmonella, E.coli, dan Campilobacter.
2.1.3.4 Penggunaan Antibiotik Antibiotik hanya dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri dan tidak bermanfaat untuk mengobati penyakit akibat virus seperti flu atau batuk. Antibiotik harus digunakan dengan resep dokter. Dosis dan
12
lama penggunaan yang ditetapkan harus dipatuhi walaupun sudah merasa sehat. Selain itu, antibiotik tidak boleh disimpan untuk kegunaan penyakit lain pada masa yang akan datang(13). Kunci untuk mengontrol penyebaran bakteri yang resisten adalah dengan menggunakan antibiotika secara tepat dan rasional. Pengobatan rasional dimaksudkan agar masyarakat mendapatkan pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang tepat bagi kebutuhan individunya, untuk waktu yang cukup dan dengan biaya yang paling terjangkau bagi diri dan keluarganya (14). Indikasinya penggunaan antibiotik dapat digolongkan menjadi antibiotik untuk terapi definitif, terapi empiris, dan terapi profilaksis. Terapi secara definitif hanya digunakan untuk mengobati infeksi karena bakteri, untuk mengetaui bahwa infeksi tersebut disebabkan karena bakteri, dokter dapat memastikannya dengan kultur bakteri, uji sensitivitas, tes serologi dan tes lainnya. Berdasarkan laporan, antibiotik dengan spektrum sempit, toksisitas rendah, harga terjangkau, dan efektivitas tertinggi harus diresepkan pada terapi definitif. Pada terapi secara empiris, pemberian antibiotik diberikan pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis kumannya seperti pada kasus gawat karena sepsis, pasien imunokompromise dan sebagainya. Terapi antibiotik pada kasus ini diberikan berdasarkan data epidemiologi bakteri yang ada.Sedangkan terapi profilaksis adalah terapi antibiotik yang diberikan untuk pencegahan pada pasien yang rentan terkena infeksi. Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik yang berspektrum sempit dan spesifik(15).
2.1.3.5 Resistensi Antibiotik Menurut National Institute of Allergy and Infectious Disease penyebab terjadinya resistensi antibiotik adalah mutasi genetik dan transfer genetika mikroba sehingga menjadi lebih kebal terhadap antibiotik, penggunaan antibiotik yang tidak sesuai waktu terapi yang dianjurkan yaitu kurang dari lima hari, diagnosis yang kurang tepat sehingga antibiotik yang diberikan kurang tepat, meningkatnya penggunaan antibiotik di rumah sakit dan kecenderungan antibiotik yang dibeli bebas atau tanpa resep dokter (16).
13
Resistensi antibiotik menyebabkan infeksi yang sering menjadi sulit untuk diobati dan dapat membahayakan nyawa serta pasien yang terinfeksi memerlukan terapi yang lebih lama dan mahal. Sudah banyak ditemukan beberapa bakteri yang resisten atau kebal terhadap antibiotik di seluruh dunia. Misalnya kasus yang paling populer adalah bakteri Staphylococcus aureus menjadi resisten terhadap antibiotik seperti Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) yang dapat memberi efek kepada individu di rumah sakit maupun masyarakat dan susah untuk dirawat dengan efektif (17). Resistensi terhadap antibiotik bisa di dapat atau bawaan. Pada resistensi bawaan, semua spesies bakteri bisa resisten terhadap suatu obat sebelum bakteri kontak dengan obat tersebut. Masalah yang serius secara klinis adalah resistensi yang di dapat, di mana bakteri yang pernah sensitif terhadap suatu obat menjadi resisten. Resistensi silang juga dapat terjadi antara obat-obat antibiotik yang mempunyai kerja yang serupa seperti penisilin dan sefalosporin. Mekanisme yang bertanggung jawab untuk resistensi terhadap suatu antibiotika adalah sebagai berikut : a. Menginaktivasi enzim yang merusak obat b. Mengurangi akumulasi obat c. Perubahan tempat ikatan d. Perkembangan jalur alternatif metabolik. Populasi bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang berkembang dengan beberapa cara : a. Seleksi
Dalam suatu populasi akan terdapat beberapa bakteri dengan resistensi didapat. Kemudian obat mengeliminasi organisme yang sensitif, sedangkan bakteri yang resisten mengalami proliferasi b. Resistensi yang ditransfer
Gen yang mengkode mekanisme resistensi ditransfer dari satu organisme ke organisme lain. Akumulasi dari penggunaan antibiotik pada suatu komunitas yang terlalu sering dapat memicu terjadinya resistensi bakteri yang di dapat terhadap suatu antibiotik (18).
14
Berikut ini merupakan faktor – faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi (19) : a. Penggunaan antibiotik yang sering b. Penggunaan antibiotik yang irasional c. Penggunaan antibitoik baru yang berlebihan d. Penggunaan antibiotik untuk jangka waktu yang lama
Pemberian antibiotik dalam waktu lama memberi kesempatan bertumbuhnya kuman yang lebih resisten (first step mutant). e. Penggunaan antibiotik untuk ternak
Kadar antibiotik yang rendah sebagai suplemen pada ternak memudahkan tumbuhnya bakteri - bakteri resisten. f.
Lain –lain Beberpa faktor lain yang berperan terhadap berkembangnya resistensi ialah kemudahan transportasi modern, perilaku seksual, sanitasi buruk, dan kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat.
2.1.4
Desa dan Kota
2.1.4.1 Pengertian Desa Pada umumnya desa dikaitkan dengan pertanian, yang sebenarnya. Menurut Koentjaraningrat mengartikan desa adalah komunitas kecil yang menetap tetap di suatu tempat
(20)
. Lingkungan Desa yang penduduknya kurang dari 2.500 orang,
desa adalah suatu lingkungan yang penduduknya mempunyai hubungan yang saling akrab serba informal satu sama lain, desa adalah suatu lingkungan yang penduduknya hidup dari pertanian. Setiap desa terdiri dari beberapa dusun. Dalam penelitian ini dusun yang dipilih adalah Dusun Ngancar. a. Dusun Ngancar Dusun ini terletak di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Akses jalan ke dusun ini cukup baik, dusun ini dekat dengan Kantor Kepala Desa, Kantor Kecamatan, fasilitas pendidikan seperti 2 TK dan 3 SD, kemudian terdapat 1 pasar, terdapat 1 Masjid dan tidak terdapat POM bensin. Minimnya penerangan jalan di dusun ini pada malam hari. Mata pencaharian di desa ini pada umumnya ialah petani dan peternak.
15
2.1.4.2 Pengertian Kota Kota adalah suatu tempat yang cukup besar, padat dan permanen yang dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya, yang jumlah penduduknya lebih dari sepuluh ribu jiwa. Kota yang dipilih disini adalah Condong Catur, di mana setiap kota memiliki berbagai macam Dusun. Condong Catur memiliki 17 Dusun. Pada Penelitian ini di pilih Dusun Sanggrahan sebagai tempat penelitian. a. Dusun Sanggrahan Dusun ini terletak di Desa Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Dusun ini terletak ditengah-tengah Desa Condong Catur, sehingga dekat dengan Kantor Kepala Desa dan Kantor Kepala Kecamatan. Jarak dengan pusat kota hanya 6 KM. Di dusun ini dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, terminal, Tempat hiburan. Sebagian besar penduduk di desa ini bekerja sebagai Pegawai Swasta dan Pegawai Negeri Sipil. Sarana komunikasi dan akses media internet yang cukup banyak sehingga masyarakat Condong Catur memiliki tingkat akses media yang baik. Akses jalan di desa ini baik, kemudian tersedia fasilitas seperti mall, terminal, pom bensin.
2.2 Landasan Teori Antibiotik sangat efektif untuk pengobatan dan pencegahan penyakit menular. Penggunaannya sering kali disertai dengan peningkatan prevalensi resistensi yang merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat. Resistensi antibiotik adalah masalah yang sering terjadi di seluruh dunia dan berhubungan dengan penggunaan obat yang tidak selesai, dosis yang tidak tepat, penggunaan kembali sisa obat, dan terlalu sering menggunakan antibiotik. Penelitian yang dilakukan oleh Kim So Sun di Korea Selatan, bahwa lima variabel yang diukur (umur, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan dan tingkat pendapatan) berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan. Sedangkan, 4 variabel (usia, pendidikan, pengetahuan tentang antibiotik dan kampanye) yang berpengaruh signifikan terhadap sikap responden dalam penggunaan antibiotik. Penelitian yang dilakukan oleh Asa Auta di Nigeria yang menyatakan bahwa sebagian besar responden berada pada tingkat pengetahuan sedang tentang
16
antibiotik (40,9%), responden dengan tingkat pengetahuan rendah (30,5%) dan 28,6% responden dengan tingkat pengetahuan tinggi, selain itu Penelitian di Yogyakarta tahun 2012 menyatakan bahwa 31% responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, 35% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 34% responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang antibiotik. Penelitian di Lithuania mengungkapkan 2 faktor yang berpengaruh signifikan terkait dengan pengetahuan tentang antibiotik yaitu pendidikan dan tempat tinggal. Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang bertempat tinggal di pedesaan memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya pengetahuan tentang antibiotik sedangkan responden yang bertempat tinggal di perkotaan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta lebih mengetahui antibiotik dan telah menggunakan antibiotik secara rasional.
2.3 Hipotesis 1.
H1 : Terdapat
hubungan
karakteristik
responden
terhadap
tingkat
pengetahuan dan sikap penggunaan antibiotik. H0 : Tidak terdapat hubungan karakteristik responden terhadap tingkat pengetahuan dan sikap penggunaan antibiotik. 2.
H1 : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap penggunaan antibiotik di masyarakat Dusun Ngancar dan Dusun Sanggrahan. H0 : Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap penggunaan antibiotik di masyarakat Dusun Ngancar dan Dusun Sanggrahan.
3.
H1 : Terdapat perbedaan antara tingkat pengetahuan dan sikap penggunaan antibiotik di Dusun Ngancar dan di Dusun Sanggrahan. H0 : Tidak Terdapat perbedaan antara tingkat pengetahuan dan sikap penggunaan antibiotik di Dusun Ngancar dan di Dusun Sanggrahan.
17
2.4
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel yang mempengaruhi (tidak diukur) : 1.
Status Perkawinan
2.
Tingkat Pendapatan
Variabel Independen
Variabel Dependen
Tingkat Pengetahuan
Sikap Penggunaan Antibiotik Variabel yang mempengaruhi (diukur) : 1. Tingkat Pendidikan 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Usia 5. Sumber Informasi (Dokter, Apoteker, Keluarga, Teman, TV, dan lain lain (internet, Bidan)) Gambar 1. Konsep Penelitian