BAB II Struktur Internal Klausa Verbal dalam Cerpen Uchibbuka ka alMa>´i Karya Li>na Ki>lani Bab II membahas klausa berkenaan dengan struktur internal klausa verbal bahasa Arab dalam cerpen Uchibbuka kal-Ma>i. Klausa verbal atau jumlah fi’liyah adalah klausa yang dibangun dan diawali oleh verba (fi’l) dan diikuti oleh subjek (fa>‘il) sebagai konstituen dasar atau inti disertai oleh objek (maf’u>l bihi), keterangan dan pelengkap (jar majrur) sebagai konstituen pelengkap (Dahdah, 2000 : 117). Asrori (2004: 77) membagi klausa verbal berdasarkan struktur internalnya menjadi dua yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap adalah klausa yang mengandung fungtor S dan P atau MI dan M. Sedangkan klausa tidak lengkap adalah klausa yang tidak mengandung (melesapkan) fungtor S/MI. Pada bab ini kadar keintian predikat dan subjek atau musnad dan musnad ilaih pada klausa verbal akan diuji dengan menggunakan teknik lesap. A. Klausa Lengkap Klausa lengkap adalah klausa yang menghadirkan dua unsur inti klausa yaitu subjek dan predikat. Berdasarkan hasil analisis data terdapat 24 data yang merupakan klausa lengkap. 1. Berfungtor S dan P Contoh (75)dalam kartu data nomor 18d :
)8:( مات الزرع(كيالن75) (75) ma>ta’z-zar’u (ki>lani :8)
47
48
‘benih-benih mati’
الزرع
مات
a’z-zar’u
ma>ta
benih-benih N S/MI
mati V P/M
Terjemah Kategori Fungsi
Klausa di atas termasuk ke dalam klausa verbal (jumlah fi’liyah) karena predikatnya berupa verba yang berada di awal klausa. Berdasarkan struktur intinya klausa tersebut tergolong klausa lengkap karena kehadiran dua unsur inti klausa yaitu S/MI dan P/M. Klausa verbal tersebut terdiri atas dua konstituen: (1) ma>ta (2) a’z-zar’u Konstituen (1) dalam klausa tersebut menduduki fungsi P/M. Berdasarkan waktu kejadiannya verba ma>ta (predikat) termasuk fi’l ma>dhi>. Verba ma>ta mengandung dhamir yang mengacu pada a’z-zar’u. Verba tersebut berjenis fi’l lazi>m, yaitu fi’l yang tidak membutuhkan objek. Konstituen (2) a’z-zar’u ‘benih’ menduduki fungsi S/ MIyang berupa nomina. Verba ma>ta merupakan konstituen yang sangat inti dalam jumlah tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan melesapkan kata ma>ta, sehingga tersisa kata a’z-
zar’u. Pelesapan verba tersebut mengakibatkan makna klausa menjadi hilang, hal ini membuktikan bahwa klausa merupakan satuan yang harus mengandung unsur predikat.
49
Adapun subjek a’z-zar’u juga merupakan konstituen inti dalam klausa. Karena subjek tersebut memperjelas siapa yang menjadi pelaku ma>ta. Akan tetapi, kadar keintiannya tidak seinti unsur predikat, karena ma>ta sudah dapat berdiri sendiri walaupun kata a’z-zar’u dilesapkan. Verba ma>ta sudah dilekati unsur subjek berupa
dhamir ‘huwa’ (dia). Contoh (76) dalam kartu data nomor 16b :
(76) dzahaba syita>un (Ki>lani :8)
)8:( ذهب شتاء (كيالن76)
‘musim dingn telah berlalu’
شتاء
ذهب
syita>´un
dzahaba
musim dingin N S/MI
pergi V P/M
Terjemah Kategori Fungsi
Klausa di atas termasuk ke dalam klausa verbal (jumlah fi’liyah) karena predikatnya berupa verba yang berada di awal klausa. Berdasarkan struktur intinya klausa tersebut tergolong klausa lengkap karena kehadiran dua unsur inti klausa yaitu S/MI dan P/M. Klausa verbal tersebut terdiri atas dua konstituen: (1) dzahaba (2) syita>´un Konstituen (1) dalam klausa tersebut menduduki fungsi P/M. Verba dzahaba menunjukkan waktu yang lampau sehingga masuk ke dalam fi’l ma>dhi>. Verba tersebut mengandung dhamir yang mengacu pada syita>´un. Verba dzahaba berjenis
50
fi’l lazi>m, yaitu fi’l yang tidak membutuhkan objek. Adapun konstituen (2) syita>´un ‘musim dingin’ menduduki fungsi S/ MI berupa nomina. Verba dzahaba merupakan konstituen yang sangat inti dalam jumlah tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan melesapkan kata dzahaba, sehingga tersisa kata
syita>´un. Hal tersebut membuat makna klausa menjadi tidak ada karena pelesapan verba tersebut mengakibatkan susunan yang bertataran klausa berubah menjadi sebuah kata. Ini membuktikan bahwa klausa merupakan satuan yang bersifat predikatif. Kemudian subjek syita>´un juga merupakan konstituen inti dalam klausa. Penyebutan subjek tersebut menjadi penegas siapa yang menjadi pelaku. Akan tetapi, kadar keintiannya tidak seinti kata dzahaba yang merupakan unsur predikat. Hal tersebut dikarenakan dzahaba sudah dapat berdiri sendiri walaupun kata syita>´un dilesapkan karena sudah dilekati unsur subjek yang tersembunyi yaitu ‘huwa’ (dia). 2. Berfungtor S, P, dan O Contoh (77) dalam kartu data nomor 13d:
)8:( ال يراها أحد(كيالن77) (77) la> yara>ha> achadun (Ki>lani:8) ‘tidak seorangpun melihatnya’
أحد
ها
يرا
ال
achadun
ha>
yara>
la
seseorang N S/MI
-nya N O/MB
melihat V
tidak Part P/M
Terjemah Kategori Fungsi
51
Klausa di atas berjenis klausa verbal atau jumlah fi’liyah karena predikatnya berupa verba dengan diikuti penanda negasi ‘la>’ (tidak) yang berada di awal klausa. Berdasarkan struktur intinya klausa tersebut tergolong klausa lengkap karena kehadiran dua unsur inti klausa yaitu S/MI dan P/M serta dilengkapi dengan O/MB. Klausa vebal tersebut terdiri atas tiga konstituen: (1) la> yara>, (2) ha>, (3) achadun Konstituen (1) dalam klausa tersebut menduduki fungsi predikat (musnad). Verba la> yara> pada predikat tersebut termasuk fi’l mudhari’. Verba tersebut menunjukkan adanya dhamir yang mengacu pada kata achadun. Verba tersebut berjenis fi’l muta’adi>, yaitu fi’l yang membutuhkan objek. Selain itu dilihat dari peran subjeknya yang melakukan pekerjaan, verba la> yara> termasuk dalam verba aktif atau fi’l ma’lum. Konstituen (3) achadun ‘seseorang’ menduduki fungsi subjek/
musnad ilaih. Verba la> yara> merupakan konstituen terinti dalam klausa tersebut. Dibuktikan dengan cara melesapkan verba tersebut menjadi ha> achadun ‘-nya seseorang’. Pelesapan verba la> yara> menyebabkan satuan tersebut tidak bisa disebut sebagai klausa dikarenakan kesalahan struktur dan ketidakberterimaan makna, hal ini membuktikan bahwa dalam klausa verbal, predikat yang berupa verba harus selalu dihadirkan.
52
Subjek achadun menegaskan pelaku dari verba la> yara>, akan tetapi kadar keintian achadun lebih rendah dari pada la> yara>. Verba la> yara dapat berdiri sendiri, adapun subjek achadun tidak dapat berdiri sendri. Kemudian konstituen (2)ha> merupakan objek dari verba la> yara>, yang berupa pronomina ketiga tunggal feminim ‘hiya’ (dia). Konstituen ini bukan menjadi unsur inti pada klausa tersebut karena meskipun konstituen ini dihilangkan struktur dari klausa masih dapat diterima yaitu berstruktur S dan P. 3. Berfungtor S, P, dan K atau Pel Contoh (78)dalam kartu data nomor 18h :
)10:(مرض امللك مرضا شديدا(كيالن78) (78) maridhal-maliku mardhan syadi>dan (Ki>lani :10) ‘ raja sakit parah’
مرضا شديدا
امللك
مرض
mardhan syadi>dan
al-maliku
maridha
sakit yang sangat
raja
sakit
Terjemah
FAdj
N
V
Kategori
MMu
S/MI
P/M
Fungsi
Klausa di atas berjenis klausa verbal (jumlah fi’liyah) karena predikatnya berupa verba yang berada di awal klausa. Berdasarkan struktur intinya klausa tersebut tergolong klausa lengkap karena kehadiran dua unsur inti klausa yaitu S/MI dan P/M serta dilengkapi dangan keterangan keadaan. Klausa vebal tersebut terdiri atas tiga konstituen:
53
(1) maridha (2) al-maliku (3) mardhan syadi>dan Konstituen (1) berfungsi sebagai predikat dalam kluasa tersebut, berkategori sebagai verba. Predikat tersebut berupa kata maridha ‘sakti’ berjenis fi’l ma>dhi>. Dilihat dari segi objeknya verba tersebut tidak membutuhkan objek sehingga disebut sebagai verba intransitive (fi’l lazi>m). Konstituen (2) al-maliku berkategori nomina yang berfungsi sebagai subjek. Adapun Konstituen (3) mardhan syadi>dan berfungsi sebagai keterangan penegas atau
maf’u>l muthlaq. Pengisi fungsi keterangan tersebut berkategori frasa adjektifal. Frasa tersebut dalam bahasa Arab disebut tarki>b washfi. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya sifat berupa keadaan syadi>dan ‘sangat’ yang juga mengiringi kata sifat
mardhan ‘sakit’. Verba maridha merupakan konstituen yang sangat inti dalam klausa tersebut. Hal itu dibuktikan dengan cara melesapkan verba tersebut menjadi al-maliku
mardhan syadi>dan. Pelesapan verba maridha menyebabkan satuan tersebut tidak mempunyai struktur yang benar, hal ini menyebabkan makna menjadi tidak jelas. Subjek al-maliku menjadi penjelas bagi verba maridha, akan tetapi kehadirannya tidak begitu inti. Karena, tanpa mengikutkan al-maliku, verba maridha sudah dapat berdiri sendiri dengan makna yang jelas hal ini karena verba maridha sudah dilekati dhamir berupa pronomina ketiga tunggal maskulin ‘huwa’. Adapun konstituen (3) hanya berfungsi sebagai keterangan tambahan yang tidak inti, sehingga
54
jika konsituen (3) dihilangkan, maka tidak akan berpengaruh terhadap struktur maupun makna klausa tersebut.
Contoh (79) dalam kartu data nomor 24a:
)10:(سقطت من عيين امللك دمعة ندم(كيالن79) (79) saqathat min ‘ainai al-maliki dam’atu nadamin (Ki>lani :10) ‘air mata penyesalan raja menetes dari kedua matanya
دمعة ندم
عيين امللك
من
سقطت
dam’atu nadamin
ainai almaliki
min
saqathat
air mata penyesalan Fnom S/MI
mata raja
dari
mengalir
FNom
Konj
V P/M
Pel
Terjemah Kategori Fungsi
Klausa di atas termasuk ke dalam klausa verbal atau jumlah fi’liyah karena predikatnya berupa verba yang berada di awal klausa. Berdasarkan struktur intinya klausa tersebut tergolong klausa lengkap karena kehadiran dua unsur inti klausa yaitu S/MI dan P/M. Klausa verbal tersebut terdiri atas tiga konstituen: (1) saqathat (2) min ‘ainai al-maliki (3)dam’atu nadamin Konstituen (1) dalam klausa tersebut menduduki fungsi P/M. Berdasarkan waktu kejadiannya verba saqathat pada predikat tersebut termasuk fi’l ma>dhi> yang dilekati morfem ‘ ’تyang menunjukkan pronominal ketiga tunggal feminim. Dhamir
55
saqathat mengacu pada subjek dam’atu nadamin. Verba tersebut berjenis fi’l lazi>m, yaitu fi’l yang tidak membutuhkan objek. Konstituen (2) min ‘ainai al-maliki menjadi pelengkap yang berupa syibhu jumlah sehingga, memperjelas makna klausa. Konstituen (3) dam’atu nadamin ‘air mata penyesalan’ menduduki fungsi S/MI berupa yang berupa frasa nomina Verba saqathat merupakan konstituen yang sangat penting dalam jumlah tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan melesapkan kata saqathat, sehingga tersisa klausa min ‘aini> al maliki dam’atu nadamin ‘dari mata raja ada air mata penyesalan’. Pelesapan verba tersebut mengakibatkan klausa verbal tersebut menjadi klausa depan atau klausa preposisional, hal ini membuktikan bahwa klausa verbal merupakan satuan yang harus mempunyai unsur verba sebagai predikatnya. Sementara itu, subjek dam’atu nadamin juga merupakan konstituen inti dalam klausa. Karena subjek tersebut memperjelas atau menjadi penegas siapa yang menjadi pelaku saqathat. Akan tetapi meskipun demikian subjek dam’atu nadamin bisa saja dilesapkan. B. Klausa Tidak Lengkap Klausa tidak lengkap adalah klausa yang melesapkan salah satu unsur inti klausa yaitu subjek. Berdasarkan hasil analisis data terdapat 63 data yang merupakan klausa lengkap. 1. Berfungtor P(S) Contoh (80) dalam kartu data nomor 15g:
56
فأكلت وشربت ونامت،(ومحلت هلا أغصانا وفروعا من األشجار وبعض الفواكه والثمار80) )8:(كيالن
(80) wa chamalat laha> aghshanan wa furu>’an minal-asyja>ri wa ba’dhal-
fawa>kiha wa’ts-tsimari, fa akalat wa syaribat wa na>mat (Ki>lani :8) ‘batang-batang pohon dan sebagian buah-buahan hanyut dan mengalir menuju ke arahnya, lalu (dia) makan, (dia) minum, dan (dia) tidur’
)نامت(هي na>mat(hiya) (dia)tidur V P/M (S/MI)
Terjemah Kategori Fungsi
Ketiga klausa bergaris bawah di atas
termasuk ke dalam klausa verbal
(jumlah fi’liyah) karena predikatnya berupa verba. Berdasarkan struktur intinya, klausa tersebut tergolong klausa tidak lengkap karena melesapkan salah satu unsur inti klausa yaitu S/MI. Ketiga klausa verbal tersebut hanya terdiri dari satu konstituen. Dalam hal ini mengambil satu contoh yaitu na>mat. Konstituen na>mat dalam klausa tersebut menduduki fungsi P/M. Berdasarkan waktu kejadiannya verba na>mat termasuk fi’l ma>dhi> yang dilekati morfem ‘ ’تberupa pronominal ketiga tunggal feminim. Verba tersebut menunjukkan adanya dhamir
muttasil ba>riz (tampak) yang mengacu pada dhamir ‘hiya’ dan jika dilihat dari klausa sebelumnya kembali pada subjek al-amiratu. Verba tersebut berjenis fi’l lazi>m, yaitu
fi’l yang tidak membutuhkan objek. Verba na>mat merupakan konstituen yang sangat penting, sehingga walaupun verba tersebut tidak diikuti subjek yang sharih atau jelas , akan tetapi maknanya tetap dapat tersampaikan.
57
Contoh (81)dalam kartu data nomor 18c:
(81) al-asyja>ru taibasu (Ki>lani :4)
)10:(األشجار تيبس(كيالن81)
‘pepohonan mengering’
تيبس taibasu mengering V P/M
Terjemah Kategori Fungsi
Klausa bergaris bawah di atas merupakan khabar (predikat) dari mubtada´al-
asyja>ru, yang termasuk ke dalam klausa verbal (jumlah fi’liyah) karena predikatnya berupa verba. Berdasarkan struktur intinya, klausa verbal yang berkedudukan sebagai predikat tersebut tergolong klausa tidak lengkap karena melesapkan salah satu unsur inti klausa yaitu S/M. Klausa verbal tersebut hanya terdiri dari satu konstituen yaitu
taibasu. Konstituen
taibasu dalam klausa tersebut menduduki fungsi P/M.
Berdasarkan waktu kejadiannya verba taibasu termasuk fi’l ma>dhi>’ yang dilekati oleh pronominal ketiga dhamir ‘hiya’. Kemudian, jika dilihat dari mubtada´–nya verba tersebut kembali pada subjek al-asyja>ru. Verba tersebut berjenis fi’l lazi>m, yaitu fi’l yang tidak membutuhkan objek. 2. Berfungtor P(S) dan O Contoh (82) dalam kartu data nomor 12c:
(82) la> tara> achadan (Ki>lani :4)
)4:(ال ترى أحدا(كيالن82)
58
‘(dia) tidak melihat seseorang’
أحدا
)ترى(هي
ال
achadan
tara>(hiya)
la>
seseorang N O/MB
(dia)melihat tidak V Part P/M (S/MI)
Terjemah Kategori Fungsi
Klausa di atas termasuk ke dalam klausa verbal (jumlah fi’liyah) karena predikatnya berupa verba dengan penanda negasi yang berada di awal klausa. Berdasarkan struktur intinya klausa tersebut tergolong klausa tidak lengkap karena melesapkan salah satu unsur inti klausa yaitu S/MI. Klausa verbal tersebut terdiri atas dua konstituen: (1) la tara> (2) achadan Konstituen (1) dalam klausa tersebut menduduki fungsi P/M. Berdasarkan waktu kejadiannya verba la tara> pada predikat tersebut termasuk fi’l ma>dhi> yang dilekati dhamir mustatir mengacu pada pronominal ketiga tunggal feminim‘hiya’. Verba tersebut berjenis fi’l muta’adi, yaitu fi’l yang membutuhkan objek dibuktikan dengan adanya konstituen (2)achadan yang merupakan objek bagi predikat. Verba la tara> merupakan konstituen yang sangat penting dalam jumlah tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan ketegaran kata la tara> yang dapat berdiri sendiri meskipun tidak diberi penjelas berupa
subjek yang disebutkan secara
eksplisit. Adapun konstituen (2) yang berupa objek hanya digunakan sebagai sesuatu yang memperjelas makna klausa, akan tetapi objek tersebut bukanlah sesuatu yang
59
inti sehingga meskipun objek itu dihilangkan satuan la tara> masih dapat disebut sebagai klausa. Contoh (83) dalam kartu data nomor 18f:
(83) yasyku>na qillatal-ma>’i (Ki>lani :4)
)4:( يشكون قلة املاء(كيالن83)
‘(mereka) mengeluhkan air yang sedikit’
قلة املاء
)يشكون(هم
qillatal-ma>’i
yasyku>na(hum)
sedikit air
(mereka) mengeluh V P/M(S/MI)
F O/MB
Terjemah Kategori Fungsi
Klausa di atas termasuk ke dalam klausa verbal atau jumlah fi’liyah karena predikatnya berupa verba yang berada di awal klausa. Berdasarkan struktur intinya klausa tersebut tergolong klausa tidak lengkap karena melesapkan salah satu unsur inti klausa yaitu S/MI. Klausa verbal tersebut terdiri atas dua konstituen: (1) yasyku>na (2) qilatal-ma>’i Konstituen (1) dalam klausa tersebut menduduki fungsi P/M. Berdasarkan waktu kejadiannya verba yasyku>na pada predikat tersebut termasuk fi’l mudhari’ yang dilekati morfem ‘ ’ونyang mengacu pada pronominal ketiga jamak ‘hum’. Verba tersebut berjenis fi’l muta’addiy yaitu fi’l yang membutuhkan objekdibuktikan dengan adanya konstituen (2) qillatal-ma>´i adalah frasa yang berfungsi sebagai objek.
60
Verba yasyku>nu merupakan konstituen yang sangat penting dalam jumlah tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan ketegaran kata la tara> yang dapat berdiri sendiri meskipun subjeknya tidak dicantumkan secara eksplisit. Adapun konstituen (2) qillatal-ma>´i atau objeknya hanya digunakan sebagai pelengkap yang memperjelas makna klausa, akan tetapi objek tersebut bukanlah sesuatu yang inti sehingga meskipun objek itu dihilangkan satuan yasyku>na masih dapat disebut sebagai klausa. 3. Berfungtor P(S), dan K atau Pel Contoh (84) dalam kartu data nomor 3a:
(84) hatafna bi shautin wachidin (Ki>lani :4)
)4:(هتفن بصوت واحد(كيالن84)
‘(mereka) menjawab serentak’
صوت واحد
ب
shautin wachidin
bi
hatafna (hunna)
satu suara (serentak)
dengan
FAdj
Konj
(mereka) bersorak (menjawab) V P/M(S/MI)
Pel
)(هن ّ هتفن
Terjemah Kategori Fungsi
Klausa di atas termasuk ke dalam klausa verbal (jumlah fi’liyah) karena predikatnya berupa verba yang berada di awal klausa. Berdasarkan struktur intinya klausa tersebut tergolong klausa tidak lengkap karena melesapkan salah satu unsur inti klausa yaitu S/MI. Klausa verbal tersebut terdiri atas dua konstituen: (1) hatafna (2) bi shautin wachidin
61
Konstituen (1) dalam klausa tersebut menduduki fungsi P/M. Berdasarkan waktu kejadiannya verba hatafna pada predikat tersebut termasuk fi’l ma>dhi> yang dilekati morfem ‘ ’نyangmengacu pada pronominal ketiga plural feminim‘hunna’. Verba tersebut berjenis fi’l lazi>m yaitu fi’l yang tidak membutuhkan objek. Konstituen (2) bi shautin wachidin merupakan susunan frasa atau syibhu jumlah yang berfungsi sebagai pelengkap. Verba hatafna merupakan konstituen yang sangat penting dalam jumlah tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan ketegaran kata hatafna yang dapat berdiri sendiri meskipun tidak menyebut subjeknya secara eksplisit. Adapun konstituen (2) yang berupa syibhu jumlah, digunakan sebagai keterangan tambahan untuk melengkapi makna klausa, hal itu bukanlah sesuatu yang inti sehingga meskipun keterangan itu dihilangkan satuan yasyku>nu masih dapat disebut sebagai klausa. Contoh (85) dalam kartu data nomor 11c:
)8:(غضب غضبا شديدا(كيالن85)
(85) ghadhiba gadhban syadi>dan (Ki>lani :8) ‘ (dia)sangat marah’
غضبا شديدا
)غضب(هو
gadhban syadi>dan
ghadhiba (huwa)
sangat marah FAdj Mmu
(dia)marah V P/M(S/MI)
Klausa di atas
Terjemah Kategori Fungsi
termasuk ke dalam klausa verbal/jumlah fi’liyah karena
predikatnya berupa verba yang berada di awal klausa. Berdasarkan struktur intinya
62
klausa tersebut tergolong klausa tidak lengkap karena melesapkan salah satu unsur inti klausa yaitu S/MI. Klausa verbal tersebut terdiri atas dua konstituen: (1) ghadhiba (2) gadhban syadi>dan Konstituen (1) dalam klausa tersebut menduduki fungsi P/M. Berdasarkan waktu kejadiannya verba ghadhiba pada predikat tersebut termasuk fi’l ma>dhi> yang yang mengacu pada pronominal ketiga jamak maskulin‘huwa’. Verba tersebut berjenis fi’l lazi>m yaitu fi’l yang tidak membutuhkan objek. Adapun konstituen (2)
gadhban syadi>dan adalah frasa adjektif yang berfungsi sebagai keterangan penegas atau maf’u>l muthlaq. Verba ghadhiba merupakan konstituen yang sangat penting dalam jumlah tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan ketegaran kata ghadhiba yang dapat berdiri sendiri meskipun tidak diberi penjelas berupa subjek yang disebutkan secara eksplisit. Adapun konstituen (2) yang berupa keterangan, digunakan sebagai sesuatu yang memperjelas makna klausa, akan tetapi keterangan tersebut bukanlah sesuatu yang inti sehingga meskipun keterangan itu dihilangkan satuan ghadhiba masih dapat disebut sebagai klausa.ه 4. Berfungtor P(S), O, dan K atau Pel Contoh (86) dalam kartu data nomor 1d:
)4:(مجعهن قرب سرير ملكه(كيالن86) (86) jama’ahunna qurba sari>ri mulkihi (Ki>lani :4)
63
‘(dia) raja memerintahkan mereka untuk berkumpul di dekat tempat tidurnya’
قرب سرير ملكه
هن
)مجع(هو
qurba sari>ri mulkihi
hunna
jama’a (huwa)
di dekat tempat tidur raja
mereka
FD Ket/MF
Pron O
(dia) Terjemah mengumpulkan V Kategori P/M (S/MI) Fungsi
Klausa di atas termasuk ke dalam klausa verbal atau jumlah fi’liyah karena predikatnya berupa verba yang berada di awal klausa. Berdasarkan struktur intinya klausa tersebut tergolong klausa tidak lengkap karena melesapkan salah satu unsur inti klausa yaitu S/MI. Klausa verbal tersebut terdiri atas tiga konstituen: (1) jama’a (2) hunna (3) qurba sari>ri mulkihi Konstituen (1) dalam klausa tersebut menduduki fungsi P/M. Berdasarkan waktu kejadiannya verba jama’a pada predikat tersebut termasuk fi’l ma>dhi> yang yang mengacu pada pronominal kedua plural maskulin‘huwa’. Verba tersebut berjenis fi’l muta’addiy yaitu fi’l yang membutuhkan objek. Selain itu dilihat dari peran subjeknya yang melakukan pekerjaan, predikat jama’a termasuk dalam verba aktif atau fi’l ma’lum. Konstituen (2) hunna merupakan pronominal ketiga jamak feminim yang berfungsi sebagai objek atau maf’u>l bih. Kemudian, konstituen (3)
qaruba sari>ri malikihi merupakan frasa depan yang berfungsi sebagai keterangan tempat atau maf’u>l fi>hi.
64
Verba jama’a merupakan konstituen yang sangat penting dalam jumlah tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan ketegaran kata jama’a yang dapat berdiri sendiri meskipun tidak diberi subjek yang disebutkan secara jelas. Adapun konstituen (2) yang berupa objek, digunakan sebagai sesuatu yang memperjelas makna klausa, akan tetapi kadar keintianya kurang, sehingga meskipun objek itu dihilangkan satuan
jama’a secara struktur masih dapat disebut sebagai klausa namun, karena verba jama’a adalah fi’l muta’addiy> maka objek menjadi penting agar makna klausa menjadi lebih berterima. Sedangkan konstituen (3) qurba sari>ri mulkihi bukanlah sesuatu yang inti, sehingga apabila konstituen tersebut dihilangkan struktur maupun makna klausa masih dapat diterima. Contoh (87) dalam kartu data nomor 25b:
)10:(رفعت األحشاب من وسط النهر(كيالن87) (87) rafa’at al-achsyaba min wasthi’n-nahri (Ki>lani :10) ‘(putri)mengangkat kayu-kayu dari tengah sungai’
وسط النهر
من
األحشاب
)رفعت(هي
wasthi’n-nahri
min
alachsyaba
rafa’at (hiya)
tengah sungai
dari
kayukayu N O
FD Ket/MF
Konj
(dia) Terjemah mengangkat V Kategori P/M Fungsi
Klausa di atas termasuk ke dalam klausa verbal (jumlah fi’liyah) karena predikatnya berupa verba yang berada di awal klausa. Berdasarkan struktur intinya klausa tersebut tergolong klausa tidak lengkap karena melesapkan salah satu unsur inti klausa yaitu S/MI. Klausa verbal tersebut terdiri atas tiga konstituen:
65
(1) rafa’at (2) al-achsyaba (3) min wasthi’n-nahri Konstituen (1) dalam klausa tersebut menduduki fungsi P/M. Berdasarkan waktu kejadiannya verba rafa’at pada predikat tersebut termasuk fi’l ma>dhi> yang yangmengacu padapronominal kedua tunggal feminim ‘hiya’. Verba tersebut berjenis
fi’l muta’addiy yaitu fi’l yang membutuhkan objek. Konstituen (2) al-achsyaba merupakan nomina yang berfungsi sebagai objek atau maf’u>l bih. Kemudian, konstituen (3) min wasthi’n-nahri merupakan frasa depan yang berfungsi sebagai keterangan tempat atau maf’u>l fi>hi. Verba rafa’at merupakan konstituen yang sangat penting dalam jumlah tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan ketegaran kata rafa’at yang dapat berdiri sendiri meskipun subjeknya tidak disebutkan secara langsung. Adapun konstituen (2) yang berupa objek, digunakan sebagai sesuatu yang memperjelas makna klausa, akan tetapi keterangan tersebut bukanlah sesuatu yang inti sehingga meskipun keteranga itu dihilangkan satuan rafa’at secara struktur masih dapat disebut sebagai klausa namun, karena verba rafa’at adalah fi’l muta’addiy> maka objek menjadi penting agar makna klausa menjadi lebih berterima. Sedangkan konstituen (3) min wasthi’n-nahri bukanlah sesuatu yang inti, sehingga apabila konstituen tersebut dihilangkan struktur maupun makna klausa masih dapat diterima.