BAB II SEPUTAR HIZBUT TAHRIR INDONESIA DAN JARINGAN ISLAM LIBERAL
A. Hizbut Tahrir Indonesia 1. Berdirinya Hizbut Tahrir Hizbut Tahrir didirikan pada tahun 1953 M/1372 H oleh Syaikh Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani, yaitu seorang Qadhi pada mahkamah Isti‟naf (Mahkamah Agung) di al-Quds kelahiran ijzim, Haifa, Palestina, dan alumnus Universitas al Azhar dan Dar al-“ulum, Kairo Mesir50 disebuah Mahkamah Banding Yerussalem, di daerah Baitul Maqdis, serta seorang politisi ulung. Taqiyuddin an-Nabhani berasal dari sebuah “keluarga ilmu”, karena kedua orang tua beliau adalah ahli syariah Islam (faqih). Selain itu, kakek buyutnya, yakni Syaikh Yusuf bin Hasan bin Muhamad anNabhani as-Syafi‟iy, Abu Mahasin, adalah seorang ulama, penyair dan salah seorang hakim pada masa Daulah Khilafah.51 Hizbut Tahrir bukanlah sebuah organisasi kerohanian, melainkan merupakan organisasi politik yang bermaksud untuk membagkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan yang sangat parah, membebaskan umat Islam dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara Barat. Selain itu kemunculan Hizbut Tahrir juga bermaksud untuk membangun kembali Daualah Islamiyah di muka bumi, sehingga urusan pemerintahan dapat dijalankan kembali sesuai dengan apa yang diturunkan Allah.52 Semenjak terjadinya perang dunia I dan II, keadaan yang semula hidup dalam system dan kultur Islam mengalami perubahan yang sangat signifikan 50
Khamami Zada, Arif R. Arafah, 2013. Diskursus Politik Islam. Jakarta: LSIP. hal. 82. Tim Hizbut Tahrir, 2009. Manifesto Hizbut tahrir untuk Indonesia: Indonesia, Khilafah dan Penyatuan Kembali Dunia Islam . Jakarta: HTI Press. hal. 17. 52 Tim Hizbut Tahrir, 2007. Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir. Bogor: Thariqul Izzah. hal. 4. 51
38 Universitas Sumatera Utara
dengan adanya aksi pendudukan negara-negara Barat, mulai dari Jazirah Arab, Afrika dan kawasan Asia tenggara. Pendudukan ini tidak saja mengambil alih kekuasaan, akan tetapi juga berbagai upaya negara Barat untuk meruntuhkan simbol kekuasaan kaum Muslim. Hal ini dibuktikan dengan semakin gencarnya negara-negara Barat dalam melancarkan paham dan doktrin nasionalisme.53 Untuk merespon hegemoni Barat itulah lahir berbagai gerakan-gerakan Islam yang menamakan diriya sebagai kelompok atau partai. Namun munculnya kelompok maupun partai-partai ini sangat disayangkan, karena masih sangat mudah dipatahkan oleh Barat, sehingga pergerakannya tidak bisa optimal. Berangkat dari perjuangan ideologis dan berbekal pengalaman kegagalan dari sejumlah gerakan Islam, muncullah keinginan sebagian ulama yang dipelopori oleh Syekh Taqiyuddin an-Nabhani untuk mendirikan partai. Hizbut Tahrir sebagai gerakan yang meluruskan dan bertujuan untuk menegakkan kembali kejayaan Islam dengan menegakkan kembali khilafah Islamiyah‟54 sebagaimana yang Allah firmankan dalam Q.S. Ali Imron ayat 104:
Artinya:Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang berutung. (Q.S Ali Imron:3:104)55 Selain itu, sebagaimana yang dijelaskan oleh Taqiyuddin An-Nabhani bahwasanya berdirinya Hizbut tahrir disebabkan oleh beberapa hal:
53
Ibid, hal. 9. Opchit,hal. 4. 55 Surat Ali Imran, Ayat 104. http://quran.com/3/104. diakses pada tanggal 20 September 2015, Pukul 22.30 wib 54
39 Universitas Sumatera Utara
a. Bahwasanya umat Islam mempelajari Islam dengan cara yang bertentangan dengan metoda kajian yang telah digariskan Islam. Lain dari itu menurut Taqiyuddin banyak umat Islam yang keliru memahami firman Allah SWT:56
Artinya: Tidak patut orang-orang mukmin keluar semuanya. Tetapi alangkah baiknya jika keluar sebagian (saja) dari tiap-tiap golongan dari mereka, supaya mereka menerima pelajaran tentang agama, dan untuk mereka ingatkan pada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada mereka, agar supaya mereka bisa hati-hati. (TQS. At-Taubah:9: 122). b. Bahwasanya dunia Barat yang dengki dan membenci Islam dan kaum Muslim terus menerus menyerang agama Islam. Di satu sisi mereka mencela Islam dengan cara mengada-adakan sesuatu yang tidak
ada
dalam
Islam,
sementara
di
sisi
lain
mereka
menjelekjelekan sebagian hukum-hukum Islam, padahal semuanya adalah hukum-hukum yang tidak diragukan lagi kebenarannya dalam memecahkan masalah dan persoalan hidup. c. Sebagai akibat menyusutnya Daulah Islamiyah karena banyaknya negeri-negeri Islam yang melepaskan diri lalu tunduk kepada pemerintahan kufur, apalagi disusul dengan runtuh dan lenyapnya Daulah Islamiyah, maka terciptalah dalam benak kaum Muslim gambaran yang memustahilkan terwujudnya kembali Daulah Islamiyah berikut terlaksananya kembali hukum Islam sebagai
56
Surat At-Taubah Ayat 122. http://quran.com/9/122. diakses pada tanggal 20 September 2015, Pukul 23.00 wib
40 Universitas Sumatera Utara
satu-satunya
hukum
yang
harus
diterapkan.
Inilah
yang
mengakibatkan mereka bersedia menerima begitu saja hukum lain yang bukan berasal dari Allah Swt.57 Atas dasar inilah Hizbut Tahrir berdiri. Hizbut Tahrir berusaha untuk melangsungkan kembali kehidupan Islam di kawasan negeri-negeri Arab. Dari sanalah tujuan untuk melangsungkan kehidupan Islam di seluruh dunia Islam secara alami akan tercapai, yaitu dengan jalan mendirikan Daulah Islamiyah di satu atau beberapa wilayah sebagai titik sentral Islam dan sebagai benih berdirinya Daulah Islamiyah yang besar yang akan mengembalikan kehidupan Islam, dengan menerapkan Islam secara sempurna di seluruh negeri-negeri Islam, serta mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Sepeninggal Syekh Taqiyuddin AnNabhani, tonggak kepemimpinan Hizbut Tahrir digantikan oleh Syekh Abdul Qadim Zallum. Pandangan-pandangan kedua tokoh dapat dilihat dari buku-buku yang sudah diterbutkan oleh Hizbut Tahrir melalui HTI Press. Sepeninggal kepemimpinan kedua pada tahun 2003, Hizbut Tahrir dipimpin oleh Syekh A. Abu Rostah secara Internasional hingg sekarang ini. 2.
Masuknya Hizbut Tahrir ke Indonesia Masuknya Hizbut Tahrir ke Indonesia diperkirakan pada awal tahun 1980-
an, disaat Abdurrahman al-Bagdhadi, seorang warga negara Australia keturunan Arab, atas bantuan K.H. Abdullah bin Nuh, pendiri pesantren Al-Ghazali Bogor, mengajaknya tinggal di Indonesia, mulai melakukan safari dakwah dan memperkenalkan Hizbut Tahrir ke berbagai pesantren dan kampus-kampus Indonesia. Berawal dari para aktivis masjid kampus Al-Ghifari, IPB Bogor, kemudian dibentuklah
sebuah
halaqah-halaqah
(pengajian-pengajian
kecil)
untuk
mengeksplorasi gagasan-gagasan Hizbut Tahrir. Setelah secara bertahap melakukan pengkaderan dan pergerakan “bawah tanah”, saat ini Hizbut Tahrir telah tersebar di 150 kota di seluruh Indonesia. Bahkan cabang Hizbut Tahrir telah tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia, termasuk di Papua dan bahkan 57
Abdullah, 2001. Mafahim Hizbut Tahrir. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia. hal.13-20
41 Universitas Sumatera Utara
“pulau dewata” Bali. Menjelang pertengahan tahun 1990-an, ide-ide Hizbut Tahrir mulai menyebar ke berbagai lapisan masyarakat, baik melalui dakwah para kader di mesjid, perkantoran, pabrik, dan perumahan, maupun melalui penerbitan bukubuku, bulletin Al-Islam, dan majalah bulanan Al-Wa`ie, yang membahas tematema khas, yang menjadi acuan dalam berbagai kegiatan diskusi, seminar, dan bahkan aksi unjuk rasa.58 Ketika Indonesia memasuki era reformasi, suatu momentum terbuka luas bagi Hizbut Tahrir untuk melegalkan gerakannya. Gebrakan besar dilakukan Hizbut Tahrir pada tahun 2002 dengan sukses menggelar Konferensi Internasional Khilafah Islamiyah di Senayan Jakarta. Tidak kurang dari 5000 orang menghadiri acara tersebut. Sukses tersebut berlanjut dengan kegiatan aksi demo menentang penyerangan Amerika Serikat terhadap Afghanistan. Gerakan Hizbut Tahrir semakin mengemuka ketika berhasil menggelar long-march yang diikuti 12.000 kader dan simpatisan, pada Sidang Tahunan MPR 2002, menuntut penerapan syariat Islam. Kemudian, pada tanggal 29 Februari 2004, Hizbut Tahrir kembali menggelar long-march dari Monas ke Bundaran Hotel Indonesia dengan melibatkan 20.000 anggota dengan agenda penegakan syariat Islam dan Khilafah.59 Sejak diselenggarakannya konferensi internasional di Istora Senayan pada tahun 2002 yang dihadiri oleh tokoh-tokoh Hizbut Tahrir Internasional dan Nasional, serta tokoh-tokoh Islam dari organisasi lain, Hizbut Tahrir resmi melakukan aktifitasnya di Indonesia secara terbuka seperti bisa dilihat dari munculnya organisasi ini dalam konteks Indonesia yang kemudian di kenal dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Lahirnya Hizbut Tahrir di Indonesia langsung memproklamirkan diri sebagai partai politik yang berideologi Islam, namun menolak bergabung dengan sistem politik yang ada, karena menerut mereka Indonesia menganut sistem politik ciptaan kaum kafir seperti demokrasi dan sebagainya. Di Indonesia, 58
Kurniawan Abdullah, 2003 . “Gerakan Politik Islam Ekstraparlementer: Studi Kasus Hizbut Tahrír Indonesia”. Tesis, UI, tidak dipublikasikan. hal. 49 59 http://.hizbut-tahrir.or.id/2010/06/21/mengenal-hizbut-tahrir, Diakses pada tanggal 21 September 2015, Pukul 23.30 WIB
42 Universitas Sumatera Utara
perkembangan pesat HTI ini bisa dilihat dari kuantitas anggotanya dan intensitas kegiatan HTI di ruang publik, yaitu dalam bentuk pawai, seminar (baik yang berskala internasional, nasional, dan lokal), dialog dan diskusi publik, serta proliferasi media di berbagai daerah di tanah air. 3.
Aktivitas Hizbut Tahrir Indonesia Seluruh kegiatan yang dilakukan Hizbut Tahrir Indonesia adalah kegiatan
yang bersifat politik. Dimana mereka memperhatikan urusan masyarakat sesuai dengan hukum-hukum serta pemecahannya secara syar‟i, karena politik adalah mengurus dan memelihara urusan masyarakat (rakyat). Seperti yang sampaikan oleh Syaiful Rahman yang merupakan wakil ketua DPD I Sumatera Utara Hizbut Tahrir Indonesia sebagai berikut:60 “Secara khusus politik dalam perspektif HTI adalah mengurusi urusan umat, dimana politik dalam Islam adalah siyasah. Asal katanya adalah sasa-yasusu-siyasatan, yang maknanya itu ri‟ayah atau mengurusi. Sebagaimana hadits Rasulullah Saw, Kaanat banu Israil tasusuhumul anbiya’, kullama halaka nabi kholafahu nabii, wa innahu laa nabiya badi .....”Dahulu bani israil urusan mereka di urusi oleh para nabi, ketika nabinya meninggal akan diganti nabi yang lain, dan sesungguhnya tidak ada nabi setelahku......”.Dari ma‟na ini maka siyasah berma‟na “Riasatun suunil ummah, dakhiliyan wa khorojian” / Mengurusi urusan masyarakat baik di dalam maupun luar negeri.”
Kegiatan-kegiatan yang bersifat politik ini tampak jelas di dalam mendidik dan membina umat dengan tsaqafah (kebudayaan) Islam, meleburnya dengan Islam, membebaskannya dari akidah-akidah yang rusak, pemikiran-pemikiran yang salah, serta dari persepsi yang keliru, yang sekaligus membebaskannya dari pengaruh ide-ide dan pandangan -pandangan yang kufur. Kegiatan politik ini tampak juga dalam aspek pergolakan pemikiran dan dalam perjuangan politiknya. Adapun
pergolakan
pemikiran
tersebut
dapat
terlihat
dalam
penentangannya terhadap ide-ide dan aturan-aturan kufur. Seperti halnya dalam penentangannya terhadap ide yang salah, aqidah-aqidah yang rusak atau pemahaman yang keliru dengan cara menjelaskan kerusakannya, menampakkan kekeliruannya, yang disertai dengan menjelaskan ketentuan hukum Islam dalam 60
Wawancara dengan Syaiful Rahman (Wa.Ketua DPD I Sumatera Uatara Hizbut Tahrir Indonesia), pada 23 desember 2015
43 Universitas Sumatera Utara
masalah tersebut. Perjuangan
politik
Hizbut
Tahrir
Indonesia
dapat
terlihat
dari
penentangannya terhadap Imperialis dan untuk memerdekakan umat dari belenggu kekuasaannya, membebaskan umat dari tekanan dan pengaruhnya, serta mencabut akar-akarnya yang berupa pemikiran, kebudayaan, politik, ekonomi, maupun militer dari seluruh negeri-negeri Islam. Walapun tidak masuk ke parlemen, tetapi Hizbut Tahrir Indonesia memilih jalan perjuangan lain yaitu melalui jalan ummat. Seperti yang di jelaskan Syaiful Rahman yang merupakan wakil ketua DPD I Sumatera Utara Hizbut Tahrir Indonesia sebagai berikut: Maka dalam hal ini HTI memilih jalan ummat. Caranya bagaimana? Caranya adalah seperti yang dipraktekkan Rasulullah saat menghadi zaman jahiliyah. Ada tahapan dakwahnya, yang pertama tahapan taskif atau pembinaan di tengah-tengah masyarakat yang terbagi menjadi dua yaitu secara khusus dan umum. Secara khusus yaitu secara intensive yang nantinya yang dibimbing tersebut dipersiapkan untuk menjadi kader. Dan yang kedua secara umum seperti mengadakan tabligh-tabligh akbar, seminar dan diskusi-diskusi yang bersifat pembinanan umum. Tahapan dakwah yang kedua adalah berinteraksi dengan masyarakat. Disini kader-kader HTI berinteraksi ke masyarakat dan menjelaskan bagaimana konsep Islam dan menjelaskan bagaimana kelemahan-kelemahan sistem yang hari ini dipakai di Indonesia. Sehingga setelah dipahamkan tentang kelemahan-kelemahan sitem yang diterapkan sekarang dan lalu dipahamkan dengan sistem Islam, maka masyarakat akan dapat membandingkan dan tahu bahwa Islam sebenarnya adalah juga sebuah sistem yang mengatur kehidupan.61 Perjuangan politik ini juga tampak jelas dalam menentang para penguasa, mengungkapkan pengkhianatan dan persekongkolan mereka terhadap umat, melancarkan kritik, kontrol dan koreksi terhadap mereka serta berusaha meng gantinya apabila hak -hak umat dilangggar atau tidak menjalankan kewajibannya terha dap umat, begitu halnya bila mereka melalaikan salah satu urusan umat, atau mereka menyalahi hukum-hukum Islam.
61
lbid
44 Universitas Sumatera Utara
Jadi kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia secara keseluruhan adalah kegiatan yang bersifat politik, baik sebelum maupun sesudah mengambil alih kegiatan diluar hukum pemerintahan ataupun yang menyangkut pemerintahan. Kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia tidak hanya pada aspek pendidikan. Hizbut Tahrir Indonesia bukan madrasah. Begitu pula seruannya tidak hanya bersifat nasehatnasehat dan petunjuk-petunjuk. Akan tetapi kegiatannya bersifat politik, dengan cara mengemukakan fikrah-fikrah Islam beserta hukum-hukumnya untuk dilaksanakan, dipikul dan diwujudkan dalam kenyataan hidup dan pemerintahan. Hizbut Tahrir Indonesia mengemban dakwah Islam agar Islam dapat dilaksanakan dalam kehidupan, sehingga aqidah Islam menjadi dasar negara, dasar konstitusi dan Undang-undang. Karena aqidah Islam adalah aqidah aqliyah (dasar untuk pemikiran) dan aqidah siyasiyah (dasar untuk politik) yang memancarkan aturan yang dapat memecahkan problema manusia secara keseluruhan, baik di bidang politik, ekonomi, pendidikan, sosial masyarakat dan lain-lain.62 B. Jaringan Islam Liberal 1. Latar Belakang Berdirinya Jaringan Islam Liberal Islam liberal menurut Charles Kurzman muncul sekitar abad ke-18 ketika kerajaan Turki Utsmaniyah Dinasti Shafawi dan dinasti Mughal (India) berada diambang keruntuhan. Pada saat itu tampilah para ulama untuk mengadakan gerakan pemurnian, yaitu, kembali kepada Al-Qur‟an dan Sunnah. Faham liberal banyak berkembang di penjuru dunia, mulai dari India sampai dengan Indonesia, faham liberal di India diawali dengan seorang tokoh keagamaan yang bernama Syah Waliullah pada tahun 1703-1762, menurutnya Islam harus mengikuti adat lokal suatu tempat sesuai dengan keperluan penduduknya. Ide liberalisme juga mewarnai kahidupan Timur Tengah, Eropa dan sebaginya, para liberalis mencoba memasukan mata pelajaran sekuler kedalam kurikulum pendidikan Islam.63 Di Mesir munculah Qasim Amin (1865-1908) ia adalah pemikir 62
Anonim, 2002. Mengenal Hizbut Tahrir: PartaiPolitik Islam Ideologis. Bogor: Pustaka Thariqah Izzah. hal. 23-25. 63 http://www.islamlib.com//agenda-islam-liberal. Diakses tanggal 24 September 2015
45 Universitas Sumatera Utara
pembaharu dan peletak emansipasi wanita, penulis buku Tahrir Al-Mar‟ah (Emansipasi Wanita), yang mencoba mengangkat citra kaum perempuan ke level yang lebih tinggi dan sederajat dengan kaum laki-laki. Kemudian muncul Ali Abdul Ar-Raziq (1888-1966), yang gencar menentang sistem khilafah, karena menurutnya Islam tidak memiliki dimensi politik, karenanya Muhammad hanyalah pemimpin agama bukan negarawan. Di teruskan di Pakistan, seorang pemikir yang menetap di Amerika dan menjadi pengarah di Universitas Chicago. Pemikir tersebut bernama Fazrul Rahman, Rahman lahir pada tahun 1914, ia mempelopori tafsir konstektual, satu-satunya model tafsir yang adil dan terbaik menurutnya. Dia mengatakan Al-Qur‟an itu mengandung dua aspek, yaitu peraturan spesifik dan idea moral dan dituju oleh Al-Qur‟an adalah idea moralnya.64 Keterangan di atas hanya sedikit keterangan tentang munculnya Islam liberal, disamping itu banyak pula yang terdapat di negara-negara lain, yang mencoba mengangkat permaslahan Islam itu sendiri dengan bersandingan dengan faham liberalisme. Di Indonesia, istilah Islam liberal telah menunjukkan popularitasnya sejak 1970-an, hampir bersamaan dengan menguatnya posisi Islam revivalis.65 Wacana Islam liberal mulai populer dan berkembang sejak 1970-an dengan tokoh utama seperti Nurcholish Madjid, meski Nurcholish Madjid sendiri tidak
pernah
menggunakan
istilah
Islam
liberal
untuk
gagasan
dan
pemikirannya.66 Cak Nur telah memulai gagasan sejak 1970-an. Pada saat itu dia telah menyuarakan pluralisme agama dengan mengatakan: ”Rasanya toleransi agama hanya akan timbul diatas dasar faham kenisbian (relativisme) bentukbentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan kemutlakan suatu nilai yang universal yang mengarah kepada setiap manusia yang kiranya merupakan inti setiap agama.67 Salah satu aktivis JIL, Novriantoni mengatakan bahwa, keberadaan JIL untuk menindaklanjuti proyek pembaharuan Islam yang sudah ada. Novri juga 64 Charles Kurzman, (Terj. Bahrul Ulum). 2001. Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global. Jakarta: Paramadina. hal.12 65 lbid. hal. 48. 66 Adian Husaini dan Nu‟im Hidayat, 2002. Islam Liberal (Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya). Jakarta: Gema Insani. hal. 2 67 Nurcholish Madjid, 1992. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan. hal. 239.
46 Universitas Sumatera Utara
tidak menampik keberadaan sosok Cak Nur yang turut menginspirasi JIL. Menurutnya, ketika zaman Cak Nur perspektif tentang Islam itu inklusif, kini JIL agak sedikit melangkah kedepan, sedikit lebih kritis.68 Setelah Cak Nur meluncurkan gagasannya apada era 1970-an, kini giliran generasi yang lebih muda seperti, Ulil Abshar Abdalla, Lutfhi Assaukanie dan Ahmad Sahal melakukan langkah-langkah yang sistematis dan terorganisir dalam mengusung gagasannya. Kelompok ini menamakan dirinya dengan ”Jaringan Islam Liberal yang biasa disebut dengan JIL”. Jaringan Islam Liberal yang mereka singkat dengan JIL ini mulai menancapkan dirinya pada bulan Maret 2001, kegiatan awal dilakukan melalui forum diskusi dunia maya (milis) yang tergabung dalam
[email protected], selain menyebarkan gagasan-gagasannya lewat website dengan alamatnya www.islamlib.com.69 Islam dan liberal adalah dua istilah yang mempunyai makna yang berbeda, adapun dua istilah ini adalah sesuatu yang antagonis, yaitu saling bertentangan dan berlawanan. Islam liberal menggambarkan prinsip yang mereka anut, yaitu yang menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. Liberal disini bermakna dua yakni, kebebasan dan pembebasan, mereka percaya bahwa Islam selalu dilekati dengan kata sifat tersebut, sebab pada kenyataannya Islam ditafsirkan secara berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penafsirannya, mereka memilih satu jenis tafsir dan dengan demikian satu kata sifat terhadap Islam, yaitu ”liberal” untuk mewujudkan Islam liberal, mereka membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL). Gagasan Jaringan Islam Liberal, dibicarakan pertama kali di Utan Kayu, tahun 2001, pada waktu itu beberapa intelektual muda antara lain, Ulil Abshar Abdalla, Lutfhi Assyaukanie, Gunawan Muhammad dan lain-lain, berkumpul untuk membentuk Jaringan Islam Liberal. JIL yang merupakan forum intelektual terbuka dan menyebarkan faham liberalisme Islam Indonesia ini awalnya sebatas komunitas diskusi beberapa intelektual muda muslim di ISAI (Insitut Studi Arus 68
http//www.islamlib.com//.Hasil Wawancara antara Suparni Surjono, mantan duta besar RI di Suriname dengan Novriantoni tentang Islam dan Sekularisme. Diakses pada 9 Oktober 2015. Pukul 18.00 wib 69 Ahmad Suhelmi, 2002. Polemik Negara Islam: Soekarno Versus Natsir. Jakarta: Teraju. hal. 185.
47 Universitas Sumatera Utara
Informasi), namun kemudian berkembang menjadi forum diskusi via internet. Jaringan Islam Liberal (JIL) terbentuk pada tanggal 9 Maret 2001. Tanggal tersebut merujuk pada awal diluncurkannya milis
[email protected] yang awalnya beranggotakan puluhan aktivis-intelektual muda dari berbagai kelompok Muslim moderat. Sejak awal, JIL di desain sebagai forum bersama kaum Muslim moderat untuk menyaringkan aspirasi dan opini mereka tentang persoalan-persoalan
sosial-keagamaan
dalam
perspektif
demokrasi
dan
pluralisme. Disebut menyaringkan, karena suara Muslim moderat yang diyakini sebagai mayoritas secara statistik di Indonesia, selama ini cenderung “diam” (silent majority). Sementara kalangan hardliners, meskipun minoritas tapi vokal (vocal minority). Pengelolaan JIL dikomandani oleh beberapa pemikir muda, antara lain, Ulil Abshar Abdalla (Lakpesdam NU), Luthfi Assyaukanie (Dosen Paramadina Mulya) dan Ahmad Sahal (Jurnal Kalam). Markas JIL yang berpusat di Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Timur, markas tersebut sering diramaikan dengan diskusi atau kongkow-kongkow para aktivis muda dari berbagai kalangan.70 Jaringan Islam Liberal dengan slogan menuju Islam yang membebaskan, bertujuan untuk memperkokoh landasan demokratisasi melalui penanaman nilainilai
pluralisme,
inklusivisme
dan
humanisme,
membangun
kehidupan
keberagamaan yang berdasarkan pada penghormatan terhadap perbedaan, mendukung gagasan penyebaran pemahaman keagamaan (terutama Islam) yang pluralis, terbuka dan humanis, mencegah agar gagasan yang militan dan pro kekerasan menguasai publik. JIL adalah sebuah fenomena menarik di Indonesia, karena dianggap mendobrak kemapanan dan kejumudan berfikir. Hal ini bisa dimengerti karena rata-rata aktivis JIL memiliki latar belakang Islam tradisional, yang berorientasi masalah ubudiyah dan tradisi yang dogmatis, yang praktis harus diikuti tanpa diskusi, padahal aturan-aturan itu sering tidak relevan dengan pembebasan umat Islam dari kemiskinan, kebodohan ataupun penindasan.71
70 71
lbid http://www. islamlib.com/id/halaman/tentang-jil/. Diakses tanggal 24 September 2015. Pukul 23.00 wib
48 Universitas Sumatera Utara
Disamping aktif dalam berkampanye lewat internet dan radio, sejumlah aktivis Islam liberal juga menerbitkan jurnal Tashwirul Afkar, yang dikomadani oleh Ulil, jurnal yang terbit empat bulan sekali ini resmi dibawahi oleh Lakpesdam NU (Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM) bekerja sama dengan The Asia Fundation. Islam Liberal adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas Islam dengan beberapa landasan diantarannya adalah:72 Pertama, membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam, mereka percaya bahwa ijtihad adalah prinsip utama untuk menafsirkan segala sesuatu. Penutupan pintu ijtihad, baik secara terbatas atau keseluruhan, adalah ancaman atas Islam itu sendiri, sebab dengan demikian Islam akan mengalami pembusukan. Islam liberal percaya bahwa ijtihad bisa diselenggarakan dalam semua segi, baik segi muamalat (interaksi sosial), ubudiyat (ritual) dan ilahiyyat (teologi). Kedua, mengutamakan semangat religio etik, bukan makna literal teks, mereka tidak menafsirkan sesuatu tanpa lewat sumber hukum Islam yakni, AlQur‟an dan Hadis, bukan menafsirkan Islam semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks. Penafsiran yang literal hanya akan melumpuhkan Islam. Ketiga, mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural, mereka mendasarkan diri pada gagasan tentang kebenaran (dalam penafsiran keagamaan) sebagai suatu yang relatif, sebab sebuah penafsiran adalah kegiatan manusiawi yang mungkin dapat memperoleh kebenaran dan kemungkinan kesalahan. Keempat, memihak pada yang minoritas dan tertindas, mereka berpijak pada penafsiran Islam yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan dipinggirkan. Setiap struktur sosial-politik yang memperlakukan praktik ketidakadilan atas yang minoritas adalah berlawanan dengan semangat Islam. Minoritas disini mencakup minoritas agama, etik, ras, jender, budaya, politik dan ekonomi. Kelima, kebebasan beragama, mereka menyakini bahwa urusan beragama dan tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi. 72
lbid
49 Universitas Sumatera Utara
Mereka tidak membenarkan penganiayaan (persekusi) atas dasar suatu pendapat atau kepercayaan. Keenam, memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik, mereka yakin bahwa kekuasaan keagamaan dan politik harus dipisahkan. Mereka menentang negara agama (teokrasi). Mereka yakin bentuk negara yang sehat bagi kehidupan agama dan politik adalah negara yang memisahkan kedua wewenang tersebut. Agama adalah sumber inspirasi yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, tetapi agama tidak punya hak suci untuk menentukan segala bentuk kebijakan publik. Agama berada di ruang privat dan urusan publik harus diselenggarakan melalui proses konsensus. 2. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Jaringan Islam Liberal Dalam struktur organisasinya JIL hanya memiliki struktur kepengurusan sederhana, yaitu ketua yayayasan yang diketuai oleh Syaiful Mujani. Lalu anggota yayasan atau biasa disebut kordinator yaitu yang pertama dipegang oleh Ulil Absar Abdalla yang kemudian digantikan Luthfi Asyaukani dan kini di pegang oleh Abdul Mukhsid Ghazali.73 Layaknya sebuah organisasi keagamaan atau non keagamaan pasti mempunyai visi, misi serta tujuan mengapa organisasi tersebut berdiri. Visi JIL dirumuskan dalam beberapa hal, diantaranya. Pertama, memperkokoh landasan demokrasi melalui penanaman nilai pluralisme, inklusivisme dan humanisme. Kedua, membangun kehidupan keagamaan yang berdasarkan pada penghormatan atas perbedaan.74 Adapun misi JIL sebagaimana termaktub dalam websitenya sebagai berikut:75 Pertama, mengembangkan penafsiran Islam yaang liberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang mereka anut serta menyebarkannya kepada seluas mungkin masyarakat. Kedua, mengusahakan terbentuknya ruang dialog yang bebas dari 73
Wawancara dengan Novriantoni Kahar (Aktivis Jaringan Islam Liberal), pada 9 januari 2016. http://www.islamlib.com//agenda-islam-liberal.html. Diakses tanggal 24 September 2015. Pukul 23.30 wib 75 lbid 74
50 Universitas Sumatera Utara
tekanan konservatisme, mereka menyakini bahwa, terbentuknya ruang dialog akan memekarkan pemikiran dan gerakan Islam yang sehat. Ketiga, mengupayakan terciptanya struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi. Sedangkan tujuan dari JIL adalah menyebarkan gagasan-gagasan Islam liberal seluas-luasnya kepada masyarakat, baik yang diterima atau tidak diterima oleh khayalak masyarakat Indonesia khususnya, maupun mancanegara umumnya. Adapun tujuan khususnya adalah:76 Pertama, menciptakan intellectual discourses tentang isu-isu keagamaan yang pluralis dan demokratis serta berperspektif gender di kampus-kampus, media-massa cetak maupun elektronik dengan tujuan yang lebih spesifik, yakni, memberi pandangan alternatif bagi umat tentang isu-isu sosial keagamaan, sehingga tidak dimonopoli oleh satu penafsiran yang anti-demokrasi dan antipluralisme serta misoginis. Mengajak publik untuk berpikir kritis, argumentatif, berpikir kontekstual dan tidak terjebak pada nilai-nilai yang dogmatis. Kedua, membentuk intellectual community yang bersifat organik dan responsif serta berkemauan keras untuk memperjuangkan nilai-nilai keagamaan yang suportif terhadap pemantapan konsolidasi demokrasi di Indonesia Memperbanyak jaringan kampus untuk bersama-sama memperjuangkan wacana Islam dan demokrasi. Ketiga, menggulirkan intellectual networking yang secara aktif melibatkan jaringan kampus, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media massa, akademisi dan civitas academica di perguruan tinggi, dan lain-lain untuk menolak fasisme atas nama agama. Mengaktifkan jaringan-jaringan kampus, mengajak LSM, media
masa,
intelektual
dan
para
akademisi
untuk
bersama-sama
memperjuangkan isu kebebasan sipil, sosial-keagamaan sebagai prioritas pemantapan demokraasi. Mengingat kompleksitas permasalahan dan luasnya cakupan, adalah sebuah keniscayaan bagi JIL untuk membangun networking dan kemitraan strategis dengan media massa, LSM, akademisi, dan tidak menutup kemungkinan dengan parlemen dan pemerintah. Namun, JIL sendiri harus 76
Nong Darul Mahmada dan Burhanuddin, 2005. Jaringan Islam Liberal: Pewaris Pemikiran Islam di Indonesia. Jakarta: Litbang. Dep. Agama. hal. 7
51 Universitas Sumatera Utara
realistik untuk menetapkan area of concern pada wilayah publik, meski tidak menutup pintu untuk menjalin aliansi strategis dengan LSM-LSM yang sudah bergerak pada level parlemen dan pemerintahan. 3. Perkembangan dan Kegiatan Pokok Jaringan Islam Liberal Perkembangan JIL untuk saat ini masih melalui forum diskusi dalam kampus, UIN adalah salah satu kampus yang sering kedatangan aktivis JIL untuk mengadakan diskusi mengenai keagamaan dan politik nasional dan internasional, tapi keberadaan aktivis JIL yang menempuh studi di luar negeri adalah salah satu penghambat bagi JIL itu sendiri diantaranya adalah, Ulil Abshar Abdalla yang studi di AS, Nong Darul Mahmada yang studi di Australia, Lutfhi Assyaukanie yang studi di Singapura, Anick yang studi di India serta Burhanuddin yang belum lama ini sudah kembali ke Tanah Air setelah studi di Australia dan Ahmad Wahib yang studi di Amerika Serikat. Ditambah lagi dengan melemahnya dukungan dana dari Asia Fundation yang merupakan penyokong dana terbesar bagi JIL, lembaga tersebut sekarang tidak lagi memberikan sumbangan. JIL sendiri tidak menjelaskan berapa dana yang diberikan oleh The Asia Foundation. Mungkin ini adalah salah satu penghambat bagi perkembangan JIL itu sendiri untuk memperluas kader-kader atau menambah aktivis-aktivis JIL yang lain. Sementara kegiatan yang sampai saat ini berkembang dan terus-menerus disampaikan oleh JIL adalah sebagai berikut:77 Pertama,
sindikasi
penulis
Islam
liberal.
Maksudnya
adalah
mengumpulkan tulisan sejumlah penulis yang selama ini dikenal atau belum dikenal oleh publik luas sebagai pembela pluralisme dan inklusivisme. Kedua, mengadakan talk-show di Kantor Berita Radio 68H. talk-show ini akan mengundang sejumlah tokoh yang selama ini dikenal sebagai “pendekar pluralisme dan inklusivisme” untuk berbicara tentang berbagai isu sosialkeagamaan di Tanah Air. Acara ini akan diselenggarakan setiap minggu dan 77 http://www.islamlib.com/artikel/politik-dalam-islam. Diakses tanggal 25 September 2015. Pukul 10.30 wib
52 Universitas Sumatera Utara
disiarkan melalui jaringan Radio namlapanha di 40 Radio, antara lain: Radio namlapanha Jakarta, Radio Smart Manado, Radio DMS Maluku, Radio Unisi Yogyakarta, Radio PTPN Solo, Radio Mara Bandung dan Radio Prima Aceh. Ketiga, penerbitan buku. JIL berupaya menghadirkan buku-buku yang bertemakan pluralisme dan inklusivisme agama, baik berupa terjemahan, kumpulan tulisan maupun penerbitan ulang buku-buku lama yang masih relevan dengan tema-tema tersebut. Saat ini JIL sudah menerbitkan buku kumpulan artikel, wawancara dan diskusi yang diselenggarakan oleh JIL. Keempat, mereka menerbitkan buku setebal 50-100 halaman, buku tersebut membahas masalah isu yang menjadi perdebatan dalam masyarakat antara lain antara lain, jihad, penerapan syariat Islam liberalisme, sekularisme, HAM, jilbab dan lain-lain. Kelima, website Islamlib.com. Program ini berawal dari dibukanya milis Islam liberal (
[email protected]) yang mendapat respon positif. Keenam, iklan layanan masyarakat. mereka membuat iklan layanan masyarakat (public service advertisment), dengan tema seputar, pluralisme, penghargaan atas perbedaan dan pencegahan konflik social. Ketujuh, diskusi keagamaan. Mereka bekerjasama dengan pihak luar (Universitas, LSM, kelompok mahasiswa, pesantren dan pihak-pihak lain), JIL menyelenggarakan sejumlah diskusi dan seminar mengenai tema-tema keagamaan dan keislaman secara umum. Termasuk dalam kegiatan ini adalah diskusi keliling yang diadakan melalui kerjasama dengan kelompok-kelompok mahasiswa di sejumlah Universitas, seperti Universitas Indonesia Jakarta, Universitas Islam Negeri (UIN), Universitas Diponegoro Semarang, Insitut Pertanian Bogor, dan lain-lain. Lebih lanjut Nong Darul Mahmada dan Burhanuddin mengatakan bahwa ada beberapa agenda dan kegiatan yang selama ini sudah berjalan antara lain:78 Pada
2001,
mereka
menggunakan
beberapa
medium
untuk
mensosialisasikan tafsir-tafsir yang suportif terhadap isu-isu kebebasan sipil itu, 78
Nong Darul Mahmada dan Burhanuddin, opchit hal. 1-3
53 Universitas Sumatera Utara
yakni. Pertama, mailing list
[email protected] yang hingga saat ini telah tercatat sekitar ratusan anggota. Kedua Jaringan radio, yang awalnya hanya berangotakan 10 radio yang secara reguler menyiarkan rubrik “Agama dan Toleransi”. Ketiga, sindikasi koran daerah melalui jaringan Jawa Pos di seluruh Indonesia yang hingga saat ini masih melampirkan satu halaman penuh tiap minggu buat rubrik yang mereka kelola. Keempat memproduksi dan mengelola website http://www.islamlib.com. Kelima, mengadakan diskusi keislaman di Teater Utan Kayu secara rutin pada setiap bulannya. Adapun agenda kerja pada 2002, mereka berusaha memperluas wilayah jangkauan media, baik radio, sindikasi media maupun iklan layanan masyarakat di TV-TV. Jadi empat medium sosialisasi pada 2001 keberadaan JIL di atas tetap dilanjutkan dengan fokus dan sasaran lebih luas, sehingga gagasan-gagasan JIL tidak bersifat elitis dan bisa diterima lebih luas di lapisan masyarakat. Pada tahun 2002, jaringan radio yang dimiliki JIL sekitar 50 radio di seluruh Indonesia yang merelai talkshow mingguan tentang isu-isu terkait dengan para narasumber yang kredibel. Selain itu, mereka berusaha meng-up date secara reguler tampilan dan contents website http://www.islamlib.com. Pada tahun kedua ini pula, mereka mulai menerbitkan artikel, wawancara, diskusi dan milis ke dalam penerbitan buku (“Wajah Liberal islam Indonesia”). JIL juga menerbitkan booklet dari naskah-naskah berkualitas, baik dari intelektual tanah air seperti Prof. Dr. Nasaruddin Umar lewat buku “Qur‟an untuk Perempuan” atau terjemahan buku karya Muhammad Said alAsymawi tentang hijab. Pada tahun 2002 JIL sudah mulai merambah dunia kampus, dengan mengadakan diskusi-diskusi secara langsung di kampus-kampus umum. Pelaksanaan diskusi di kampus sekuler merupakan masukan dari peserta workshop jaringan JIL di kampus-kampus yang merasa gerah dengan fenomena revivalisme
keagamaan
yang
cenderung
literal
dan
fundamentalistik.
Melaksanakan workshop bagi para penulis dan kontributor juga JIL gelar pada tersebut. Tak terkecuali penayangan iklan layanan masyarakat di stasiun-stasiun televisi. Sudah dua tema yang mereka tayangkan, yakni tema keberagaman intraIslam dan pluralisme beragama. Salah satu iklan layanan masyarakat tersebut (iklan Islam Warna-warni) menjadi kontroversi dan sekaligus menjadi bahan baku penulisan skripsi, tesis dan disertasi dari aspek semiotik sebagaimana yang sudah
54 Universitas Sumatera Utara
tercantum dalam agenda di atas. Pada 2003 JIL, tetap melanjutkan kegiatankegiatan reguler di atas. Ada beberapa tambahan agenda kegiatan seperti menggelar workshop bersama Abdullah Ahmed An-Naim dan Nasr Hamid Abu Zayd. Yang pertama bahkan telah dibukukan sebagai kompilasi dari hasil workshop yang menggairahkan. Pada tahun 2003, JIL melakukan pembenahan dan perluasan agenda kerja sebagai berikut:79 Pertama, untuk sindikasi media berhasil dikembangkan tidak hanya dengan memanfaatkan jaringan Jawa Pos, tapi juga dengan jaringan Kompas, Media Indonesia, Pikiran Rakyat dan Suara Merdeka. Hanya saja, perluasan sindikasi tersebut tidak sampai pada tahap pemuatan secara reguler. Kedua, untuk program radio, berhasil diadakan survei pendengar untuk acara talk show “Agama dan Toleransi” yang sesuai dengan hasil yang didapat yang kemudian dimuat oleh majalah Time, terdapat lima juta pendengar acara talkshow. Ketiga, untuk jaringan kampus yang awalnya hanya dikonsentrasikan di kampus-kampus di wilayah Jakarta, Depok, Bogor, Ciputat dan Bandung, pada 2003 ini berhasil diluaskan ke seluruh kampus di Jawa. Keempat, JIL juga mulai meluaskan kapling garapan dengan menyentuh isu-isu kebebasan politik (political rights). mereka menyadari bahwa isu-isu kebebasan sipil tak mungkin terselenggara dengan baik di tengah iklim politik otokrasi. Hal inilah yang menjadi raison d‟etre keterlibatan dalam Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR)-The Asia Foundation.Adapun keterlibatan JIL dalam pendidikan pemilih (voters education) melalui JPPR diaplikasikan dalam dua kegiatan utama, yakni, pembuatan dan penayangan iklan melalui televisi. JIL menggarap tiga iklan dengan tema besar, antara lain: Menolak politisasi agama, toleransi politik, pilihan politik atas dasar program dan platform. JIL juga telah merilis program sindikasi penyadaran hak-hak politik melalui di Jawa Pos dan Media Indonesia. Di kedua media besar di tanah air ini, sindikasi pemilu yang digalang JIL mempublikasikan artikel-artikel yang 79
http://www.islamlib.com//agenda-islam-liberal.html. Diakses tanggal 25 September 2015. Pukul 12.30 wib
55 Universitas Sumatera Utara
mencerahkan dua artikel setiap minggunya.
56 Universitas Sumatera Utara