BAB II PROGRAM KELAS UNGGULAN DAN EVALUASI DALAM PENDIDIKAN
A. Pengelompokan Siswa Berdasarkan Prestasi Akademis 1. Pengertian Pengelompokan Siswa Sekolah biasa mengklasifikasikan siswa ke dalam suatu ruangan belajar yang berbeda-beda dengan harapan agar proses instruksional yang terjadi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan, serta mengarah pada pencapaian citacita. Pengelompokkan siswa tersebut biasa diilhami oleh keragaman latar belakang siswa, baik ditinjau dari sudut intelektual, umur, maupun prestasi belajar. 1 Perbedaan antar peserta didik ini mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh itu karena layanan yang berbeda secara individual demikian dianggap kurang efisien, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan dan perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat dikurangi. Banyak guru yang mengelompokkan peserta didiknya berdasarkan prestasi belajarnya di kelas. Pengelompokan demikian dinamai dengan achievement grouping. Dengan adanya pengelompokan demikian, maka peserta didik yang berprestasi tinggi dikelompokkan dengan peserta didik
1
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, Cet. Ke-2 (Jakarta: Teras, 2009), hlm.69.
24
25
yang
berprestasi
tinggi,
sementara
yang
berprestasi
rendah,
dikelompokkan ke dalam yang berprestasi rendah. Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat tidak mengganggu peserta didik yang lambat dan sebaliknya (peserta didik yang lambat tidak mengganggu yang cepat), maka dilakukanlah pengelompokan peserta didik. Dengan melakukan sistem pengelompokan seperti itu, banyak guru menganggap lebih mudah memberikan pelayanan kepada siswa guna mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. 2 Pendapat
senada
diungkapkan
oleh
Martinis
Yamin
bahwa
kemampuan setiap siswa antara satu dengan yang lainnya di dalam kelas sangatlah heterogen. Maka sistem pengelompokan siswa menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini. Pengelompokan siswa ini bertujuan agar kompetensi setiap siswa diketahui tingkat kemampuan mereka masing-masing, sehingga guru mudah melakukan treatmen kepada siswa. Pengelompokan terdiri dari siswa yang memiliki kecerdasan tinggi, kecerdasan sedang, dan kecerdasan kurang. 3
2
Lilis Kurniasih, Program Unggulan di Sekolah Unggulan “http://liliskurniasih. wordpress .com /tag/program-unggulan-di-sekolah-unggulan” (Senin, 27 April 2009). Diakses, 4 Januari 2013. 3
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 259.
26
Maka dapat disimpulkan bahwa pengelompokan siswa dalam konteks ini adalah tindakan mengelompokkan siswa yang mempunyai prestasi akademis yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang dikelas lain, dan memiliki kesamaan kompetensi individual yang sama dalam sebuah kelas. 2. Prestasi Akademis a. Pengertian Prestasi Akademis Secara bahasa prestasi akademis adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan pengukuran dan penilaian. Prestasi akademis dapat disebut juga sebagai prestasi belajar, karena prestasi akademis merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar. 4 Sedangkan prestasi belajar merupakan hasil yang berupa kesankesan akibat adanya perubahan dalam diri individu dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Perubahan yang dicapai dapat berbentuk kecakapan, tingkah laku, atau kemampuan yang merupakan akibat dari proses belajar yang dapat bertahan dalam kurun waktu tertentu. 5 Dalam setiap kelas, prestasi belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu kelompok siswa berkemampuan cepat, kelompok anak didik berkemampuan normal dan kelompok siswa berkemampuan lamban (di bawah rata-rata). Upaya untuk mengangkat semua kelompok untuk tumbuh sesuai dengan bakat, minat,
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 1101. 5
Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 107.
27
kemampuannya dapat dilakukan dengan menerapkan sistem rotasi antar kelas. Kelompok anak yang cepat diberi mata pelajaran diperkaya oleh pendidik, sedangkan siswa yang lambat diberi perlakuan khusus berupa perbaikan belajar, sehingga diharapkan dapat mengejar ketertinggalannya dalam belajar. Pada kelompok atas harus dibina secara khusus, agar mampu mencuat perolehan Nilai Ujian Nasional (NUN), sedangkan siswa yang kurang pada kelompok bawah harus mendapatkan pembinaan khusus pula, agar NUN dapat terkoreksi.6 Dalam konteks ini, prestasi belajar atau prestasi akademis merupakan hasil nyata dari proses belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa dengan materi pembelajaran. Dalam melakukan aktivitas belajar, tentunya siswa memiliki tujuan dari kegiatan yang diikutinya tersebut yaitu dengan menghasilkan perstasi belajar yang tinggi ataupun sebaliknya dalam mata pelajaran yang akan diujikan pada ujian nasional. b. Macam-macam Prestasi Belajar Banyamin S.
Bloom sebagaimana dikutip
oleh Daryanto
menyebutkan bahwa secara garis besar prestasi belajar dapat dibagi ke dalam tiga ranah, yaitu:
6
Agus Maimun dan Agus Zaenul Fikri, Madrasah Unggulan : Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif (Malang: UIN-MALIKI Press, 2010), hlm. 61-63.
28
1.) Ranah kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut
siswa
untuk
menghubungakan
dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian
aspek
kognitif
adalah
subtaksonomi
yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. 2.) Ranah afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. 3.) Ranah psikomotorik. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang
29
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam
bentuk
kecenderungan-kecenderungan
berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.7 c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 1.) Faktor Intern a.) Intelegensi (kecerdasan) Intelegensi yaitu kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas anak saja, melainkan juga kualitas organorgan tubuh lainnya, akan tetapi memang harus diakui bahwa
7
Daryanto, Op.Cit., hlm. 107.
30
peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. b.) Motivasi Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses
internal
yang
mengaktifkan,
menuntun,
dan
mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Dalam bahasa sederhana motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan anda berjalan, membuat anda tetap berjalan, dan menetukan kemana anda berusaha berjalan. Ada banyak jenis, intensitas, tujuan, adan arah motivasi yang berbeda-beda. Motivasi untuk belajar sangat berperan penting bagi siswa dan guru. Motivasi untuk melakukan sesuatu dapat terjadi dalam banyak cara, yaitu dapat merupakan karakteristik kepribadian dan dapat berasal dari karakteristik instrinsik suatu tugas. c.) Kondisi Fisik Kondisi umum jasmani dan tonus yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
semangat
dan
intensitas
siswa
dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit kepala misalnya, dapat menurunkan
31
kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organorgan siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa
dalam
menyerap
informasi
dan
pengetahuan,
khususnya yang disajikan di kelas. d.) Bakat dan Minat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. Bakat dapat mempengaruhi tinggirendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap
materi itulah yang
32
memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. 8 2.) Faktor Ekstern a.) Keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Jika dikatakan lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak ada dalam keluarga. Orang tua atau ayah dan ibu memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anakanaknya. b.) Sekolah Pada dasarnya pendidikan sekolah merupakan bagian dari pendidikan keluarga yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga. Disamping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menguhubungkan kehidupan
dalam
keluarga
dengan
kehidupan
dalam
masyarakar kelak. Yang dimaksud dalam pendidikan disini ialah pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat 8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 130-134.
33
yang jelas dan ketat (mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi). c.) Masyarakat (Lingkungan Sekitar) Masyarakat diartikan sebagai kumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki persesuaian dan sadar akan kesatuannya serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya. Masyarakat juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk kata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan. Manusia berada dalam multi kompleks antara hubungan dan antara aksi di dalam masyarakat. Dalam
konteks
pendidikan,
masyarakat
merupakan
lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini telah mulai ketika anakanak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan kelurga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. 9 Dengan melihat beberapa penertian diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud pengelompokan kelas berdasarkan prestasi akademis adalah proses pengumpulan siswa yang mempunyai kesamaan-kesamaan kedudukan yaitu tingkatan prestasi
9
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 96-100.
34
belajar ke dalam suatu kelas atau kelompok. Dimana prestasi belajar dapar dipengaruhi dari faktor ekstern maupun intern. Dan dalam penelitian ini pengelompokkan keas berdasarkan nilai prestasi siswa berdasarkan nilai raport dan nilai harian siswa. Kemudian dari kesimpulan diatas dapat
diketahui bahwa
pengelompokan kelas berdasarkan prestasi akdemis bertujuan untuk mengumpulkan siswa-siswa yang mempunyai rangking yang sama atau prestasi yang hampir sama dalam hirarki yang sama untuk mempermudah guru dalam memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.10 Pada dasarnya pengelompokan kelas diadakan dengan maksud agar pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan dengan tertib, lancar, dan nantinya dapat tercapai tujuan pengajaran dan guru dapat memiliki cara untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual.
10
M. Sunardi, dkk, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: BP. Media Pustaka Mandiri, 2006), hlm. 110.
35
B. Program Kelas Unggulan 1. Pengetian Program Kelas Unggulan Menurut Muhaimin dkk, program merupakan pernyataan yang berisi kesimpulan dari beberapa harapan atau tujuan yang saling bergantung dan saling tetrkait, untuk mencapai suatu sasaran yang sama. Biasanya suatu program mencakup seluruh kegiatan yang berada dibawah unit administrasi yang sama, atau sasaran yang saling bergantung dan saling melengkapi, yang semuanya harus dilaksanakan secara bersamaan dan berurutan.11 Program secara umum dapat diartikan sebagai rencana. Maka dalam konteks ini program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan. Jadi dapat dikatakan bahwa program merupakan suatu sebuah sistem yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi didalam sebuah organisasi yang harus melibatkan sekelompok orang. Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. 12
11
Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan : Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/madrasah, Cet. Ke-2 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 349. 12
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswi dan Praktisi Pendidikan, Cet. Ke-4 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), hlm. 17.
36
Salah satu contoh sebuah program adalah pembelajaran. Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran yang baik memerlukan perencanaan yang matang dan melibatkan berbagai orang, baik guru, maupun siswa, saling keterkaitan antara kegiatan pembeljaaran yang satu dengan yang lainnya untuk mencapai kompetensi bidang studi yang pada akhirnya untuk mendukung pencapaian kompetensi lulusan, serta berlangsung dalam organisasi agar pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pembelajaran yang biasa disebut dengan RPP, merupakan panduan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.13 Pengajaran pengayaan khusus diberikan kepada murid-murid yang sangat cepat dalam belajar. Biasannya, murid-murid yang sangat cepat dalam belajar dapat menguasai bahan-bahan pelajaran yang diberikan lebih cepat dari pada murid-murid di kelas lainnya. 14 Penetapan target dan program yang dicapai dilakukan melalui tahapantahapan. Pertama, adalah melihat hasil evaluasi sebelumnya dengan memperhatikan pencapaian kompetensi dasar minimal para siswa. Kedua, memperhatikan sumber daya baik manusia maupun non-manusia dalam upaya mendukung proses pembelajaran, ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan sekolah. Ketiga, menentukan target dan strategi pada
13
Eko Puto Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik, Cet. Ke-3 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 9. 14
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetenssi Guru (Bandung: PT remaja rosdakarya, 2006), hlm. 240.
37
pembelajaran selanjutnya, baik target pencapaian kompetensi dasar siswa maupun target-target pembelajaran yang lain. Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang, sehingga target dan tujuan tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Dengan perencanaan yang baik, akan dihasilkan output yang baik pula, karena kegagalan dalam membuat perencanaan adalah sama dengan merencanakan sebuah kegagalan, sehingga baik tidaknya sebuah program sangat ditentukan oleh baik buruknya perencanaan. 15 Kelas adalah ruangan yang dibatasi dinding tempat para siswa berkumpul bersama untuk mempelajari sengala yang disajikan oleh pangejar, lebih dari itu, kelas merupakan satuan unit kecil siswa yang berinteraksi dengan guru dalam proses belajar mengajar dengan beragam keunikan yang dimiliki. Kelas yang merupakan suatu unit kecil siswa memiliki situasi sosial yang berbeda-beda antar kelas yang satu dengan kelas yang lain. Karena itu, supaya tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
maksimal,
maka
ada
sekolah
yang
dengan
sengaja
mengklasifikasikan siswa atas dasar kemampuan tertentu yang dimiliki siswa ke dalam suatu kelas yang lazim dinamakan sebagai kelas favorit atau kelas unggulan. 16 Kelas unggulan merupakan kelas yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya. Untuk mencapai 15
Agus Maimun, Op.Cit., hlm. 91-92.
16
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, Cet. Ke-2 (Jakarta: Teras, 2009), hlm. 70.
38
keunggulan tersebut, maka masukan (input), proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Pengembangan sekolah dengan adanya kelas unggulan, yaitu dimana sejumlah siswa yang berprestasi, dikelompokkan ke kelas tertentu. Pengelompokan
ini
dimaksudkan
untuk
membina
siswa
dalam
mengembangkan kecerdasan, kemampuan, keterampilan, dan potensinya seoptimal mungkin, sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terbaik. Siswa yang berada di kelas unggulan akan mempunyai minat belajar yang tinggi dan perstasinya karena ada perhatian khusus dari sekolah. Secara konseptual kelas unggulan memang baik, melalui kelas unggulan dimungkinkan untuk melahirkan lulusan yang unggul pula. Namun secara teknis maupun psikologis pengembangan kelas unggulan tersebut perlu dicermati lebih lanjut, agar tidak terjadi kontra produktif. 17 Maka berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa program kelas unggulan merupakan perencanaan sebuah kelas yang diunggulkan dalam segala hal dibandingkan dengan kelas lain dalam sebuah lembaga pendidikan atau sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan potensi-potensi unggul yang ada dalam diri siswa yang dikategorikan sebagai siswa unggul dengan cara mengelompokkannya dalam sebuah kelas yang sama. 17
Agus Maimun dan Agus Zaenul Fikri, Madrasah Unggulan : Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif (Malang: UIN-MALIKI Press, 2010), hlm. 37-39.
39
2. Landasan Hukum Program Kelas Unggulan Penyelenggaraan kelas unggulan merujuk pada amanat UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini dapat dilihat pada: a. Bab IV bagian kesatu Pasal 5 ayat 4 yang menyatakan, ”warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak mendapatkan pendidikan khusus”.18 b. Bab V pasal 12 ayat 1 menegaskan bahwa, ”setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai bakat, minat dan kemampuannya”.19 Selain itu juga, penyelenggaraan kelas unggulan menganut pada perumusan pancasila dan UUD 1945 yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya negara untuk mencerdaskan bangsa yang membawa pada taraf kesejahteraan dan kemajuan. Dan UU No. 2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4 menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
18
Dewan Perwakilan Rakyat, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 4. 19
Ibid., hlm.7.
40
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 20 3. Tujuan Program Kelas Unggulan Program kelas unggulan memiliki beberapa tujuan, yaitu meliputi: a. Mempersiapkan siswa yang cerdas, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sehat jasmani dan rohani. b. Memberi kesempatan kepada siswa yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata normal untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. c. Memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih cepat mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan pembangunan. d. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi baik. e. Mempersiapkan lulusan kelas unggulan menjadi siswa yang unggul sesuai dengan perkembangan mental siswa. 21 4.
Komponen Program Kelas Unggulan Mengajar
adalah
menciptakan
sistem
lingkungan
yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan yang terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yaitu tujuan
20
Kartini Kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional Beberapa Kritik dan Sugesti (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1997), hlm. 82-83. 21
Lilis Kurniasih, Program Unggulan di Sekolah Unggulan “http://liliskurniasih. wordpress.com/tag/program-unggulan-di-sekolah-unggulan” (Senin, 27 April 2009). Diakses, 4 Januari 2013.
41
instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peran serta berada dalam hubungan sosial tertentu, bentuk kegiatan yang dilakukan, serta sarana prasarana yang belajar mengajar yang tersedia. Komponen-komponen tersebut meliputi: a. Siswa Siswa adalah manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan formal maupun nonformal menurut jenjang dan jenis pendidikannya. Siswa memiliki banyak sekali potensi sehingga membutuhkan pembinaan melalui proses pendidikan. Pada dasarnya, setiap siswa memiliki kelebihan. Kelebihan siswa yang paling mendasar dan urgen untuk dikembangkan ialah potensinya. Potensi merupakan kemampuan yang belum tampak atau belum menjadi prestasi. Dengan kata lain, potensi merupakan kemampuan terpendam yang belum muncul ke permukaan. Selain kemampuan, potensi juga dapat berupa karakteristik atau sifat individu yang memiliki kemungkinan untuk dikembangkan atau dapat menunjang potensi lain. 22 Siswa adalah subyek pendidikan, bukan obyek yang bisa dieksploitasi. Sebagai subyek inilah, aspirasi, gagasan, ide, dan pemikirannya harus didengar dan dijadikan rujukan dalam mengambil keputusan. Bakat, minat, dan keahlian yang dimiliki anak didik harus 22
Barnawi dan Mohammad Arifin, Branded School Membangun Sekolah Unggul Berbasis Peningkatan Mutu (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 88-89.
42
digali dan dikembangkan sesuai dengan potensi yang ada. Mereka membutuhkan bimbingan intensif dalam mengatasi masalah pribadi, kelompok, memetakan skills, dan merencanakan masa depan dengan baik. Jangan sampai mereka tertekan karena hal itu mengganggu fase perkembangan psikologis mereka.23 b. Guru Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah. Guru merupakan angggota masyarakat yang mengabdikan diri untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Guru merupakan pendidik yang melaksanakan tugasnya di jalur pendidikan formal. Dalam melaksanakan tugasnya, ia dapat menerapkan berbagai gaya mengajar dan menemukan model pembelajaran yang tepat pada suatu konteks pembelajaran. 24 Guru harus mempunyai wawasan yang luas tentang kemungkinankemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuantujuan belajar, baik efek instruksional maupun efek pengiring yang ingin diraih sesuai rumusan tujuan pendidikan yang utuh. Guru juga harus
memiliki
penguasaan
teknis
23
dalam
mendesain
sistem
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Melahirkan Madrasah Unggulan (Yogyakarta: DIVA Press, 2013), hlm. 91. 24
Barnawi dan Mohammad Arifin, Op.Cit., hlm. 95.
43
lingkungan belajar mengajar dan mengimplementasikan secara efektif apa-apa yang direncanakan dalam instruksional. 25 Guru dalam kelas unggulan harus guru yang super, yaitu guru yang memainkan perannya secara lahir dan batin. Ia mendidik dengan sepenuh hati, tidak oleh motivasi materi, melainkan panggilan nurani, terus menerus mengembangkan kemampuan tanpa henti, kreatif dan inovatif. Dan selalu berorientasi pada peningkatan pengetahuan secara keluhuran moral anak didik. 26 c. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pendidikan merupakan fasilitas yang dapat menunjang proses pendidikan. Sarana pendidikan adalah segala perangkat peralatan, bahan, ataupun perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan. Sementara prasarana pendidikan merupakan segala perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan. Sarana dan prasarana merupakan dua jenis fasilitas yang sangat dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan pebdidikan. Semakin lengkap sarana dan prasarana pada suatu sekolah maka akan semakin mudah suatu tujuan pendidikan dapat tercapai. Dilihat dari habis tidaknya, sarana pendidikan dibagi menjadi dua macam, yaitu sarana pendidikan yang habis pakai dan sarana pendidikan yang tahan lama. Sarana pendidikan yang habis pakai 25
Jamal Ma’mur Asmani, Op.Cit., hlm. 141-142.
26
Ibid., hlm. 111.
44
merupakan sarana yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat, contohnya yaitu kapur tulis, tinta spidol, tinta printer, dan bahan-bahan praktik. 27 d. Pengelolaan dan Pembiayaan Dalam penyelenggaraan pendidikan, pengelolaan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalma dunia pendidikan. Pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen yang menentukan terlaksananya keggiatan-kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain. Pembiayaan perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimanfatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Pembiayaan sekolah merupakan proses ketika pendapatan sekolah digunakan untuk mengoperasionalkan sekolah. Biaya operasional merupakan biaya yang diperlukan sekolah untuk menunjang proses penyelenggaraan pendidikan. 28 Pengelolaan Pelaksanaan pembelajaran unggul dikelas unggulan perlu dikelola secara baik, baik itu dari sarana dan bahan belajar yang lengkap, metode belajar mengajar yang variatif, pengelolaan kelasnya yang maksimal, tata tertib dan disiplin yang tinggi, ragam kegiatan belajar dan ada penambahan waktu belajar di sekolah.
27
28
Barnawi dan Mohammad Arifin, Op.Cit., hlm. 101.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 47.
45
e. Lingkungan Lingkungan pendidikan merupakan komponen yang berkenaan dengan situasi yaitu interaksi tersebut berlangsung beserta unsur-unsur peunjangnya. Institusi tempat interaksi pendidikan berlangsung secara formal di ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, dan tempat lain yang ditentukan yang ada di satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang
persekolahan.
Teori-teori
yang
dikembangkan
dalam
komponen ini meliputi antara lain teori tentang pranata pendidikan yaitu penerapan fungsi-fungsi manajemen (seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan atau kepemimpinan, dan pengawasan), bimbingan dan penyuluhan, bimbingan karir, sarana, dan fasilitas pendidikan di sekolah.29 Berkaitan dengan pengembangan bakat yang menjadi kepedulaian besar bidang kesiswaan, dibutuhkan suasana lingkungan sekolah yang kondusif bagi pengembangan bakat tersebut. Suasana sekolah yang nyaman, indah, asri, dan menyenangkan sangat membantu anak didik untuk menggali dan mengembangkan bakatnya. Agar pelaksanaan pembelajaran kelas unggulan benar-benar mampu memperlihatkan nilai plus atau lebih daripada kelas-kelas lain yang diselenggarakan secara konvensional, perlu ada persyaratan tempat kelas unggulan yang meliputi:
29
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Cet. Ke-IV (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), hlm. 10.
46
1.) Kelas unggulan harus memiliki sarana dan prasarana yang relatif lebih lengkap dibanding kelas yang lain/kelas reguler. 2.) Kelas unggulan mudah dijangkau oleh para siswa, dengan letak yang strategis dan dekat dengan kantor guru agar mudah memonitor dan mensupervisi kegiatan pelaksanaan pembelajaran kelas unggulan.
C. Evaluasi Dalam Pendidikan Setiap pendidikan pasti mempunyai tujuan. Keberhasilan sebuah tujuan pendidikan dapat diketahui melalui evaluasi pendidikan. Evaluasi pendidikan merupakan suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Dengan adanya evaluasi, akan diketahui sampai sejauh mana capaian dari suatu proses pendidikan. Lewat evaluasi pula, akan diketahui dinamika perjalanan sebuah proses pendidikan. 1.
30
Macam-macam Evaluasi Pendidikan a. Tes diagnostik Tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga
berdasarkan kelemahan-
kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostik pertama dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon tersebut sudah menguasai 30
As’aril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif Kontekstual (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 166.
47
pengetahua yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah yang dimaksudkan. Tes diagnostik kedua dilakukan ketika akan mulai mengikuti sebuah program, yaitu dengan pengelompokan siswa ke dalam kelas sesuai dengan potensinya atau prestasi belajarnya. Tes diagnostik ketiga dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. Tidak semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dengan lancar, maka dengan ini, gru memberikan tes diagnostik untuk mengetahui bagian mana dari bahan yang diberikan itu belum dikuasai oleh siswa. Selain itu ia juga harus mengadakan deteksi apa sebab siswa tersebut belum menguasai bahan. b. Tes formatif Tes formatif merupakan tes yang diberikan dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini, tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses. c. Tes sumatif Tes
sumatif
dilaksanakan
setelah
berakhirnya
pemberian
sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan
48
umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap kahir caturwulan atau akhir semester.31 2.
Standar Evaluasi Pendidikan Evaluasi pada jenjang pendidikan menengah terdiri dari tiga aspek: a. Evaluasi hasil belajar oleh pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan
untuk
memantau
proses,
kemajuan,
dan
perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulanagn akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. b. Evaluasi hasil belajar oleh satuan pendidikan yang bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran melalui ulangan akhir semester. c. Evaluasi hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan siswa secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Kemudian siswa dapat dinyatakan lulus setelah menyelesaikan seluruh program pendidikan, memperoleh nilai minimal baik pada pokok mata pelajaran, ujian sekolah untuk mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi serta ujian nasional. 32
31
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hlm. 34-39. 32
Mimin Haryati, Model dan Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm. 231-232.
49
3.
Ujian Nasional Sebagai Pengendali Hasil Belajar Peningkatan kualitas lulusan pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi telah mendapat perhatian yang serius dari pemerintah, para ahli pendidikan, dan masyarakat. Pemerintah berinisiatif mencari jalan untuk mencapai pemerataan dan standar mutu lulusab sekolah yang lebih baik secara nasional. Mulai tahun 1984-1985 penerapan evaluasi belajar tahap akhir (ebta) yang selama itu bersifat lokal diganti dengan penerapan evaluasi belajar tahap akhir nasional (ebtanas). Ebtanas ternyata bukan hanya dimaksudkan sebagai pengganti model evaluasi belajat yang berlaku sebelumnya, tetapi hasilnya juga dimaksudkan sebagai pengganti ujian masuk jenjang sekolah yang lebih tinggi. Secara umum, tujuan ebtanas itu adalah untuk menciptakan standar nasional mengenai mutu lulusan pendidikan dasar dan menengah serta untuk mengetahui secara nasional sejauh mana tujuan kurikuler dapat dicapai oleh masing-masing sekolah. Evaluasi belajar merupakan upaya pengukuran terhadap seberapa jauh kegiatan pendidikan secara keseluruhan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Paling tidak hasil dari evaluasi belajar itu harus dapat memberikan gambaran secara global mengenai pencapaian tujuan instruksional oleh siswa. Apabila hal ini dapat terwujud, maka evaluasi belajar itu dapat menghasilkan data yang akurat untuk mendeskripsikan perolehan belajar siswa dari aspek kognitif, afektif,
50
dan psikomotorik secara komprehensif, bukan hanya mengukur perolehan belajar siswa dari aspek kognitif saja. Ebtanas yang dilaksanakan disamping untuk mencapai tujuan kurikuler secara nasional dan pemerataan standar mutu lulusan pendidikan secara nasional, ebtanas mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut: a. Sebagai alat pengumpul data yang obyektif mengenai prestasi belajar siswa diberbagai sekolah b. Sebagai alat pengukur pencapaian tujuan instruksional yang lebih baik di masa yang akan datang c. Sebagai alat pengukur tingkat kemajuan belajar siswa baik secara kuantitatif maupun kualitatif d. Sebagai alat diagnostik kesulitan belajar bagi rata-rata siswa.33 Ujian negara diberlakukan dalam rentang waktu yang relatif lama. Materi soal yang disajikan dalam ujian negara dianggap dapat memenuhi standar nasional. ujian nasional diselenggarakan dalam rangka penyelenggaraan evaluasi belajar tahap akhir nasional guna mempercepat peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di seluruh tanah air. Selain itu ujian negara ditujukan untuk mengetahui secara nasional sejauh mana telah dapat dicapai tujuan kurikuler yang
33
Ali rohmad, Op.Cit., hlm. 87-88.
51
diselenggarakan oleh sekolah dalam lingkungan pembinaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 34 Secara psikomertika, ujian nasional adalah logis dan sistematik sebagai upaya assesment of learning yang dilakukan oleh evaluator eksternal dalam rangka pengendalian mutu secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Ujian nasional dipandang sebagai assesment atau penilaian, yang secara umum ada tiga penilaian yaitu penilaian dalam kelas, penilaian pada tingkat sekolah, dan penilaian pada skala nasional. 35 Meskipun indikator mutu pendidikan itu cukup banyak, namun pada umumnya diakui bahwa keberhasilan siswa dalam ujian nasional dianggap sebagai indikator yang utama, sehingga ujian nasional dipandang sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu secara nasional.
34
35
Ibid., hlm. 89.
Nurdin, dkk, Ujian Nasional di Madrasah: Persepsi dan Aspirasi Masyarakat (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 97.