BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP NASABAH BANK DI INDONESIA
Salah satu kegiatan perekonomian yang penting adalah kegiatan perbankan. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank adalah lembaga perbankan yang menjadi tempat bagi perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Bank
adalah
lembaga
keuangan
yang
merupakan
tempat
masyarakat menyimpan dananya yang semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan diperoleh kembali pada waktunya dan disertai imbalan berupa bunga. Artinya, eksistensi suatu bank sangat bergantung pada kepercayaan masyarakat tersebut. Semakin tinggi kepercayaan masyarakat maka akan semakin tinggi pula kesadaran masyarakat untuk menyimpan uangnya pada bank dan menggunakan jasa-jasa perbankan yang lain. Kepercayaan masyarakat merupakan kata kunci utama bagi berkembang atau tidaknya suatu bank, dalam arti tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat maka suatu bank tidak akan mampu menjalankan kegiatan usahanya. Mengenai fungsi bank dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3 UU Perbankan. Pasal 3 menyatakan bahwa, “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. 22
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
23 Dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dana (lack of funds). Yang perlu ditekankan sekali lagi bahwa lembaga perbankan adalah lembaga yang mengandalkan kepercayaan masyarakat demi kelangsungan usahanya. Dengan demikian guna tetap mengekalkan kepercayaan masyarakat terhadap bank, pemerintah harus berusaha melindungi kemerosotan perbankan
masyarakat tingkat maka
sebagai
nasabah
kepercayaan
hal
tersebut
bank.
masyarakat
merupakan
Apabila
terhadap
suatu
terjadi lembaga
bencana
bagi
perekonomian negara secara keseluruhan dan keadaan tersebut sulit untuk dipulihkan. Seperti kejadian pada saat 16 bank dilikuidasi pada tahun 1997, akibatnya sejumlah bank mengalami rush, sebagai akibat runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Melihat begitu besarnya resiko yang dapat terjadi bila kepercayaan masyarakat terhadap bank merosot, maka tidak berlebihan bila usaha perlindungan terhadap masyarakat atau nasabah bank pada khususnya perlu mendapatkan perhatian. Dalam rangka usaha melindungi nasabah atau konsumen secara umum sekarang ini digunakan UU Perlindungan Konsumen. Undang-undang ini dimaksudkan untuk menjadi landasan hukum yang kuat untuk pemerintah dan masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen. Peran Bank Indonesia sebagai bank sentral sangat diharapkan bagi keberhasilan usaha perlindungan nasabah ini. Konsekuensi
logis
dari
diundangkannya
UU
Perlindungan
Konsumen terhadap pelayanan jasa perbankan, pelaku usaha dituntut untuk: a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
24 b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur tentang kondisi dan menjamin jasa yang diberikannya. c. Memperlakukan dan melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif d. Menjamin kegiatan usaha perbankan berdasarkan ketentuan standar bank yang berlaku. Adanya perlindungan hukum bagi nasabah selaku konsumen di bidang perbankan menjadi urgent, karena secara faktual kedudukan antara
para
pihak
seringkali
tidak
seimbang.
Perjanjian
kredit/pembiayaan dan perjanjian pembukaan rekening bank yang seharusnya dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak, karena alasan efisiensi diubah menjadi perjanjian yang sudah dibuat oleh pihak yang mempunyai posisi tawar (bargaining position) dalam hal ini adalah pihak bank. Nasabah tidak mempunyai pilihan lain, kecuali menerima atau menolak perjanjian yang disodorkan oleh pihak bank (take it or leave it).
2.1
BENTUK DAN PENERAPAN PRINSIP HUBUNGAN ANTARA NASABAH DAN BANK Hubungan bank sebagai penyedia jasa perbankan bagi masyarakat
dan nasabah sebagai konsumen atau pelanggan sering menimbulkan masalah bagi kedua belah pihak. Bagi bank, kredit macet adalah masalah yang paling sering muncul atau terjadi. Nasabah atau debitur tidak membayar kreditnya ke bank sesuai dengan jumlah dan jadwal yang disepakati. Sedangkan bagi nasabah, permasalahan yang sering muncul adalah manakala bank lalai atau tidak melayani nasabah sesuai dengan yang dijanjikan dalam produk-produk jasanya.
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
25 Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada 2 (dua) unsur yang saling terkait yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan dan mengembangkan banknya apabila masyarakat menaruh kepercayaan untuk menempatkan uangnya melalui produk perbankan yang ditawarkan oleh bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari masyarakat untuk ditempatkan di banknya, dan bank akan dapat memberikan jasa-jasa perbankan. Undang-undang Perbankan pada pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Berdasarkan dua fungsi utama bank, yaitu fungsi pengerahan dana dan fungsi penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan hukum antara bank dan nasabah yaitu 6: 2.1.1. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Penyimpan Dana Artinya bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik masyarakat yang berlaku sebagai penanam dana. Bentuk hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari produk-produk perbankan,
seperti
deposito,
tabungan,
giro
dan
yang
dipersamakan dengan itu. Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan dan syarat-syarat umum yang harus dipatuhi oleh setiap nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus disesuaikan dengan Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito (Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Deposan di Indonesia Dewasa Ini), Penerbit: Citra Aditya Bhakti, Bandung, hal 34. 6
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
26 produk perbankan yang ada, karena syarat dari suatu produk perbankan tidak akan sama dengan syarat dari produk perbankan lainnya. Dalam produk perbankan seperti tabungan dan deposito, maka ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat umum yang berlaku adalah ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat umum hubungan rekening deposito dan rekening tabungan. 2.1.2. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Debitur Artinya bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya. Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi atau kredit usaha kecil.
Pada dasarnya, hubungan hukum antara nasabah dengan bank adalah
hubungan
kontraktual.
Begitu
seorang
nasabah
menjalin
kontraktual dengan pihak bank, maka perikatan yang timbul adalah perikatan atas dasar kontrak atau perjanjian. Dalam wilayah hukum perjanjian, pengertian hubungan hukum merupakan hubungan antara pihak-pihak yang kedudukannya seimbang atau sejajar. Hubungan nasabah dengan bank adalah hubungan hukum karena adanya perjanjian antara kedua belah pihak. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, hubungan hukum adalah hubungan yang terhadapnya hukum melekatkan hak pada salah satu pihak dan melekatkan kewajiban pada pihak lainnya. Jika salah satu pihak tidak mengindahkan atau melanggar hubungan tadi maka hukum dapat memaksakan agar hubungan hukum tadi dipenuhi atau dipulihkan kembali 7. Dalam hal ini hukum dapat bersifat memaksa kepada salah satu pihak bila terjadi pengingkaran atau wanprestasi terhadap hubungan hukum yang terjadi tersebut. Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Penerbit: Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2001, hal 1-2. 7
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
27
Hubungan hukum nasabah dengan bank yang berkaitan dengan perjanjian kedua pihak merupakan masalah keperdataan yang berpotensi menimbulkan sengketa apabila salah satu pihak ingkar janji atau wanprestasi. Sengketa keperdataan antara bank nasabah timbul dari transaksi keuangan yang dilakukan oleh kedua pihak. Secara umum sengketa keperdataan ialah sengketa yang terjadi dalam wilayah hukum kebendaan dan perorangan yang disebabkan oleh salah satu pihak melanggar asas kepentingan publik. Sengketa ini biasanya muncul akibat tidak terpenuhinya asas-asas hukum perikatan. Selama ini jika timbul sengketa perdata maka penyelesaiannya dilakukan melalui proses hukum perdata materiil melalui tuntutan hukum oleh salah satu pihak yang merasa dirugikan ke lembaga yang berwenang yaitu pengadilan. Dasar hukum hubungan bank dengan nasabah penyimpan dana dapat dilihat dalam literatur hukum perbankan (banking law) yang dikemukakan oleh S. Tuwm 8: “The relationship between a banker and his customer is also one of contract. It consists of a general contract and special contracts (such as giving advise on investment to the customer) and other duties, e.g. the banker duty of secrecy.” Rumusan senada dikemukakan oleh Remy Sjahdeini, bahwa sekalipun dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak mengatur lembaga khusus tentang simpanan nasabah penyimpan kepada bank (giro, deposito, atau tabungan) atau yang khusus mengatur hubungan hukum antara bank dengan nasabah penyimpan dana. Secara umum hubungan hukum mereka sebagai perjanjian pinjam-meminjam, atau lebih spesifik sebagai perjanjian peminjaman uang. Karena hal tersebut
8
S. Tuwm, Banking Law, Publisher: Seet & Maxwell, London, 1970, page 1. Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
28 merupakan perjanjian pinjam-meminjam, sesuai dengan ketentuan Pasal 1755 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dana yang disimpan oleh nasabah dianggap sebagai milik bank selama dalam penyimpanan bank. Dengan kata lain, sebelum ditagih oleh nasabah, pihak bank dapat menggunakan dana tersebut untuk kepentingannya seperti layaknya seorang pemilik. Apakah untuk disalurkan sebagai kredit ataupun untuk investasi dan biaya-biaya bank 9. Dengan demikian, dapat diketahui hubungan antar bank dengan nasabah berdasarkan perjanjian. Arti perjanjian di sini adalah suatu peristiwa antara seseorang berjanji kepada orang lain untuk melaksanakan sesuatu. Perjanjian itu berbentuk suatu rangkaian
perkataan
diucapkan atau ditulis
yang 10.
mengandung
janji/kesanggupan
yang
Akibat hukum dari peristiwa tersebut para
pihak ialah nasabah penyimpan dana dan bank mempunyai hak dan kewajiban. Dalam hubungannya dengan hukum perbankan di Indonesia bahwa bentuk perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank tidak dijabarkan apakah sebagai penitipan uang atau pinjam meminjam. Hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan dana dalam praktik umumnya bank telah menyediakan formulir tersendiri. Dalam formulir tersebut tertera persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak bank yang dikenal dengan perjanjian baku. Akibat hukum dari hubungan yang timbul antara bank dan nasabah penyimpan dana didasarkan pada perjanjian penyimpanan. Bank berkedudukan sebagai penerima simpanan dan nasabah penyimpan sebagai pemberi simpanan. Pengertian menyimpan oleh bank menurut
9 Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Penerbit: Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 154. 10 R. Subekti, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Penerbit: Alumni, Bandung, 1976, hal. 1.
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
29 UU Perbankan adalah untuk dimanfaatkan oleh bank dalam melakukan kegiatan perbankan. Ini berarti bahwa dana masyarakat penyimpan akan digunakan atas kepercayaan pemilik dana, kedudukan pihak bank sebagai pihak yang berhutang atau debitur terhadap pemilik dana, sedangkan kreditur adalah pihak nasabah penyimpan dana yang berhak pada waktu tertentu untuk menagih kembali dananya beserta bunga. Ini
berarti
masyarakat
penyimpanan
dana
menyerahkan
penguasaan hak milik atas dananya kepada bank. Nasabah penyimpan dana menyerahkan dananya untuk disimpan oleh bank dengan tujuan untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan lebih lanjut oleh masyarakat pengguna dana guna meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prinsip simpanan nasabah tersebut bukan karena paksaan, melainkan atas kesepakatan kedua belah pihak. Nasabah penyimpan dana yang telah menyerahkan dana kepada bank akan memperoleh imbalan bunga untuk jangka waktu tertentu dan pihak bank berkewajiban melaksanakan kepercayaan menyimpan dana nasabah. Kedua belah pihak telah membuat perjanjian simpanan atau perjanjian penyimpanan dana dan perjanjian tersebut tidak diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Karena perjanjian tersebut mengandung unsur menyimpan, menitip, memberi kuasa atau kepercayaan (fiduciary relationship) dan unsur meminjam yang berarti perjanjian yang mempunyai ciri khas tersendiri. Hubungan hukum yang terjadi antara bank dengan nasabah penyimpan
dana
berdasarkan
perjanjian
penyimpanan.
Bank
berkedudukan sebagai penerima simpanan dan nasabah penyimpan dana sebagai pemberi kepercayaan kepada lembaga perbankan. Oleh karena itu kepercayaan yang diberikan pada lembaga perbankan tidak boleh disalahgunakan.
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
30 Bank dalam menjalankan usahanya agar dapat bertahan lama dan tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat harus memerhatikan asasasas khusus dari hubungan bank dan nasabah yang terdiri dari hubungan Kepercayaan, hubungan Kerahasiaan dan prinsip kehati-hatian.
2.2
PERLINDUNGAN TERHADAP NASABAH BANK Perlindungan
terhadap
konsumen
pada
umumnya
dan
perlindungan pada nasabah bank pada khususnya merupakan topik yang sangat menarik untuk didiskusikan. Konsumen atau nasabah bank seringkali menjadi pihak yang dirugikan. Hubungan antara bank dengan nasabah sebagai konsumen merupakan hubungan yang timpang karena di satu sisi bank mempunyai bargaining power yang lebih kuat sehingga nasabah berada pada posisi menerima (take it or leave it) saja. Dengan adanya hubungan yang tidak seimbang ini, perlindungan terhadap nasabah sebagai konsumen bank adalah menjadi sangat penting. Perlindungan terhadap nasabah bank atau konsumen dilakukan melalui undang-undang yang pada akhirnya dapat mengikat para pihak. Pada prinsipnya setiap undang-undang melindungi kepentingan masyarakat, atau nasabah bank pada khususnya. Misalnya pada UU Perlindungan Konsumen,perlindungan terhadap nasabah bank terutama bisa dilihat dari pasal 18 tentang pencantuman klausula baku. Pelaku usaha, dalam hal ini bank, dalam setiap perjanjian kredit atau surat-surat yang berkenaan dengan bank biasanya selalu mencantumkan klausula baku. Pencantuman klausula baku ini membuat nasabah tidak bisa berkutik atau protes. Apabila nasabah tidak setuju dengan klausula yang diajukan oleh bank, maka nasabah boleh saja untuk tidak mengikatkan diri dengan bank, tetapi hal tersebut akan merugikan nasabah itu sendiri. Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
31 Oleh karena itu UU Perlindungan Konsumen berupaya untuk melindungi nasabah bank dengan cara membuat batasan-batasan terhadap klausula baku yang tidak dapat dihindari di dalam dunia bisnis ini. Contoh yang lain dari upaya Undang-undang untuk melakukan perlindungan kepada masyarakat dengan adanya KUH Perdata, misalnya pada pasal 1367 disebutkan bahwa: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, untuk mengganti kerugian tersebut”. Pasal mengenai perbuatan melanggar hukum ini juga bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat, pada khususnya nasabah bank. Selain itu juga yang jelas secara tegas melindungi kepentingan nasabah bank adalah UU Perbankan, UU Bank Indonesia, KUHP, UU PT, dan lain sebagainya. Apabila berbicara mengenai perlindungan terhadap nasabah bank, maka kita harus membedakan nasabah sebagai kreditur terhadap bank dan nasabah sebagai debitur terhadap bank. Dalam konteks UU Perbankan, nasabah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu nasabah penyimpan dan nasabah debitur. Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Sedangkan dalam praktek perbankan yang ada di Indonesia, nasabah bank dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: Pertama, nasabah
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
32 deposan, yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada suatu bank, misalnya dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kedua, nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit atau pembiayaan, misalnya kredit kepemilikan rumah, pembiayaan murabahah, dan sebagainya. Ketiga, nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank (walk in customer), misalnya nasabah yang melakukan transfer tetapi tidak memiliki rekening di bank tersebut. 2.2.1
Perlindungan Terhadap Nasabah Penyimpan Dana Sebagai Kreditur Nasabah berkedudukan sebagai Kreditur terhadap bank manakala ia menyalurkan dananya kepada bank dalam bentuk antara lain tabungan, deposito, rekening koran, dan lain-lain. Dari sudut hukum, maka dana ini sudah beralih kepemilikannya kepada bank pada saat dana tersebut diserahkan. Marulak
Pardede
dalam
bukunya
Likuidasi
dan
Perlindungan Nasabah menjelaskan bahwa menurut sistem perbankan Indonesia, perlindungan terhadap nasabah sebagai kreditur atau nasabah penyimpan dana atau deposan dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yakni: •
Perlindungan secara implisit (Implicit Deposit Protection) Perlindungan secara Implisit adalah perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank yang diawasi. Perlindungan ini dapat diperoleh melalui: a). Peraturan perundang-undangan di bidang Perbankan (Undang-undang nomor 10 Tahun 1998).
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
33 b). Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan
yang
efektif
yang
dilakukan
oleh
Bank
Indonesia. c). Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai suatu lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya. d). Memelihara tingkat kesehatan bank. e). Melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. f).
Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah.
g). Menyediakan informasi resiko pada nasabah. •
Perlindungan Secara Eksplisit (Eksplicit Deposit Protection) Yang dimaksud dengan Perlindungan secara eksplisit adalah perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin
simpanan
masyarakat
sehingga
apabila
bank
mengalami kegagalan maka lembaga tersebut akan mengganti dana masyarakat yang disimpan di bank tersebut. Perlindungan secara eksplisit dapat diperoleh melalui adanya Lembaga Penjamin Simpanan. Industri perbankan merupakan salah satu komponen sangat penting dalam perekonomian nasional. Kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan merupakan salah satu kunci
untuk
kelangsungan
perekonomian
nasional
ini.
Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta menjamin simpanan nasabah bank untuk meningkatkan kelangsungan usaha bank yang sehat. Kelangsungan usaha secara sehat dapat menjamin keamanan simpanan para
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
34 nasabahnya serta meningkatkan peran bank sebagai penyedia jasa pembangunan dan pelayan jasa perbankan. Untuk
dapat
mengambil
kepercayaan
masyarakat
terhadap industri perbankan yang pernah terpuruk pada saat krisis moneter tahun 1998, maka dibuatlah suatu Lembaga Penjamin Simpanan yang dapat melindungi uang masyarakat yang dihimpun dalam suatu bank dari kondisi bank gagal. Bank gagal (failing bank) adalah suatu kondisi dimana bank mengalami
kesulitan
keuangan
dan
membahayakan
kelangsungan usahanya serta tidak dapat lagi disehatkan oleh LPP sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. Adapun dasar hukum dari lembaga ini adalah Undang-undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan ( LPS ). Dengan adanya undang-undang ini maka dapat dilakukan perlindungan secara implisit atau secara langsung terhadap nasabah. Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 hanya mengatur perlindungan kepada nasabah secara implisit/ tidak langsung.
Dalam
undang-undang
tersebut,
pada
dasarnya
perlindungan kepada nasabah tidak dapat dipisahkan dengan upaya menjaga kelangsungan bank sebagai suatu lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya. Perlindungan
tidak
langsung
kepada
nasabah
dapat
berbentuk pengawasan terhadap bank oleh pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia. Fungsi pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dijelaskan dalam pasal 29 ayat (1) Undang-undang Perbankan. Selain itu juga dalam pasal 29 ayat (2)
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
35 disebutkan bahwa Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas
aset,
kualitas
manajemen,
rentabilitas,
likuiditas,
solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Disamping harus menjaga kesehatannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Bank Indonesia, setiap bank juga diwajibkan untuk: a. Menjaga (prudential
usahanya banking
sesuai
dengan
principles),
antara
prinsip
kehati-hatian
lain
melaksanakan
ketentuan batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga, atau hak lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank yang bersangkutan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. b. Dalam memberikan kredit dalam melakukan kegiatan usaha lainnya, menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya ke bank. (pasal 29 ayat (4)) c. Untuk kepentingan nasabah, bank menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian bagi transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. (pasal 29 ayat (5)) Perlindungan nasabah selaku kreditur, juga terlihat dalam bentuk pengawasan Bank Indonesia dimana menurut pasal 30 ayat (2) UU Perbankan, bank atas permintaan Bank Indonesia wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkasberkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
36 diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan. Selanjutnya pasal 31 ayat (1) menyebutkan, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Pasal 32 menambahkan pula bahwa jika dianggap perlu, Menteri dapat pula meminta Bank Indonesia untuk menyampaikan laporan mengenai hasil pemeriksaan bank atau meminta Bank Indonesia untuk melakukan pemeriksaan khusus terhadap bank dan melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukan. Sehubungan dengan neraca dan perhitungan rugi/laba, bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan perhitungan rugi/laba tahunan serta penjelasannya yang telah diaudit oleh akuntan publik, serta laporan berkala lainnya dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (pasal 34 ayat (1) dan (2)) Pengawasan
pemerintah
antara
lain
dalam
rangka
melindungi nasabah sebagai kreditur dapat juga dilihat dari tindakan Bank Indonesia apabila melihat suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. Pasal 37 ayat (2) menyebutkan bahwa apabila suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, maka Bank Indonesia dapat melakukan tindakan antara lain: 1. Pemegang saham menambah modal; 2. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan direksi bank; 3. bank
menghapus-bukukan
kredit
yang
macet,
dan
memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya; 4. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
37 5. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban. Apabila Bank Indonesia menilai keadaan suatu bank membahayakan sistem perbankan atau tindakan-tindakan diatas belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank, maka Bank Indonesia dapat mengusulkan kepada Menteri untuk mencabut izin usaha bank tersebut dan bank tersebut kemudian dilikuidasi. Selain itu dalam hal direksi tidak melikuidasi banknya, maka Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan dari Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk melikuidasi bank yang bersangkutan. Ketentuan ini merupakan upaya terakhir untuk melindungi hak nasabah apabila suatu bank mengalami kegagalan usaha (dicabut izin usahanya)11. Dengan adanya ketentuan ini, tentunya dapat dicegah adanya bank yang telah dicabut izinnya tetapi tidak dilikuidasi sehingga mengakibatkan tidak terjaminnya hak-hak nasabah yang menyimpan dananya pada bank yang bersangkutan. Disamping
perlindungan
terhadap
nasabah
melalui
ketentuan-ketentuan di bidang pembinaan dan pengawasan bank, dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 juga terdapat ketentuan-ketentuan lain yang mendukung upaya perlindungan terhadap nasabah antara lain 12: a. Dalam memberikan kredit, bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Ketentuan ini dimaksudkan agar dalam memberikan kredit, bank selalu Marulak Pardede, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, Penerbit: Sinar Harapan, Jakarta, 1992, hal 33 12 Ibid, hal 34 11
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
38 memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, sehingga dapat mengurangi kredit macet. Sebagaimana diketahui bahwa apabila bank mengalami kredit macetyang relatif besar maka akan dapat mempengaruhi kelangsungan usahanya dimana akibatnya
lebih
lanjut
akan
menimpa
nasabah
yang
mempercayakan dananya pada bank. b. Merger, konsolidasi antar bank, serta akuisisi bank wajib terlebih dahulu mendapat izin Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan Bank Indonesia. Dalam penjelasan undang-undang ini secara tegas dinyatakan bahwa merger, konsolidasi dan akuisisi yang dilakukan tidak boleh merugikan kepentingan nasabah. c. Dalam ketentuan tentang rahasia bank sebagaimana diatur dalam UU Perbankan dinyatakan bahwa bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada pihak lain tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal untuk kepentingan perpajakan, peradilan dalam perkara pidana, dan dalam perkara perdata antara bank dan nasabah. d. Ketentuan
sanksi
pidana
dan
administratif
dalam
UU
Perbankan cukup mengikat dan dapat memberikan efek jera bagi yang melanggarnya. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk lebih terbentuknya ketaatan yang tinggi terhadap undang-undang ini mengingat bank adalah lembaga yang menyimpan
dana
yang
dipercayakan
oleh
masyarakat
kepadanya. Selain dari perlindungan nasabah yang dijelaskan oleh Marulak Pardede, Munir Fuady juga menjelaskan mekanisme yang Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
39 dapat dipergunakan dalam rangka perlindungan nasabah bank adalah sebagai berikut 13: 1. Pembuatan peraturan baru 2. Pelaksanaan peraturan yang ada 3. Perlindungan
nasabah
deposan
lewat
lembaga
asuransi
deposito 4. Memperkuat perizinan bank 5. Memperketat pengaturan di bidang kegiatan bank 6. Memperketat pengawasan Bank
2.2.2
Perlindungan Terhadap Nasabah Penyimpan Dana Sebagai Debitur Apabila berbicara tentang perlindungan nasabah sebagai Debitur, maka kita tidak bisa melepaskan diri dari pembahasan isi suatu perjanjian kredit. Telah dibahas di awal bahwa hubungan bank dan nasabah antara lain berdasarkan asas kebebasan berkontrak, namun asas kebebasan berkontrak tidaklah bekerja secara tak terbatas. Pembatasan-pembatasan dilakukan dibuat untuk
mengingat
adanya
kepentingan
pihak
yang
lemah
hukum
telah
bertentangan dengan peraturan-peraturan yang ada. Di
Amerika
serikat,
yang
notabene
berkembang pesat, kebebasan berkontrakpun juga tidak tak terbatas. Black mengatakan: ” ..... there is, however, no absolute freedom of contract. The government may regulate or forbid any contract reasoably calculated to affect injuriously public interest. ......... It means freedom from arbitrary or unreasoable regulation to safeguard public interest”. Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern (Berdasarkan Undang-undang Tahun 1998) Buku Kesatu, Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 106. 13
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
40
Di Indonesia, kebebasan berkontrak dibatasi antara lain oleh KUHPerdata pasal 1320 yang menyatakan bahwa suatu perjanjian dibuat atas dasar kesepakatan mengenai hal tertentu oleh para pihak yang cakap untuk membuat perjanjian, serta tidak menyangkut kuasa yang dilarang oleh undang-undang atau bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Selain itu, UU Perlindungan Konsumen juga melindungi nasabah bank melalui pasal-pasal mengenai klausula baku yang terutama dijelaskan pada pasal 18 .
2.3
PERLINDUNGAN
NASABAH
DALAM
ARSITEKTUR
PERBANKAN INDONESIA (API) Industri perbankan nasional telah mengalami perkembangan yang pasang surut sejak beberapa dekade terakhir. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 lalu telah menimbulkan dampak negatif bagi industri perbankan di Indonesia. Dengan makin membaiknya kondisi ekonomi dan dengan didukung oleh kondisi makro ekonomi yang lebih baik maka perlu dilakukan perubahan-perubahan untuk memperkuat fundamental perbankan
Indonesia.
Disisi
lain
permasalahan-permalahan
yang
dihadapi oleh industri perbankan menghambat perbankan untuk maju, antara lain kapasitas pertumbuhan kredit yang masih lemah, struktur perbankan yang belum optimal, kebutuhan masyarakat yang belum sepenuhnya terpenuhi dan perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, maka Bank Indonesia selaku otoritas perbankan berusaha untuk menyusun suatu policy recommendation Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
41 tentang upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mempercepat penyehatan perbankan. Tatanan industri perbankan tersebut dikenal sebagai Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang terdiri dari 6 (enam) pilar yang terdiri dari: 1.
Struktur perbankan yang sehat
2.
Sistem regulasi yang efektif
3.
Sistem supervisi independen dan efektif
4.
Industri perbankan yang kuat
5.
Infrastruktur yang memadai
6.
Perlindungan nasabah yang kuat Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam Arsitektur Perbankan
Indonesia ini adalah mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan nasabah yang akan dicapai dan diwujudkan melalui pilar ke 6 (enam), yaitu: a. Standar Mekanisme Pengaduan Nasabah Masalah perlindungan nasabah merupakan bagian yang sangat penting untuk menciptakan industri perbankan yang sehat dan stabil. Salah satu masalah yang terkait dengan perlindungan nasabah adalah belum adanya standar mekanisme perngaduan nasabah bank apabila nasabah menghadapi masalah dengan bank. Mekanisme yang bersifat standar untuk seluruh bank akan memberikan manfaat yang sama kepada semua nasabah sehingga akan dapat menciptakan rasa kepercayaan yang tinggi dari nasabah kepada perbankan nasional. Hal ini akan sangat menguntungkan bagi pihak bank. b. Membentuk Lembaga Mediasi Perbankan Jika penyelesaian masalah pengaduan antara nasabah dengan bank tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka perbankan harus membentuk suatu Lembaga Mediasi Perbankan Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.
42 yang Independen yang anggotanya terdiri dari para pihak yang mewakili
bank
maupun
nasabah.
Upaya
penyelesaian
permasalahan antara bank dengan nasabah melalui lembaga mediasi yang bersifat independen ini merupakan alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan. c. Menyusun Transparansi Informasi Produk Bank Untuk meningkatkan pengetahuan nasabah bank atau masyarakat luas tentang produk dan jasa yang ditawarkan oleh bank, maka perlu dikembangkan adanya transparansi informasi yang sejelas-jelasnya tentang produk dan jasa perbankan tersebut sehingga masyarakat atau nasabah bank akan memiliki pilihan yang luas tentang produk dan jasa bank sehingga setiap nasabah mengerti dan memahami keuntungan dan risiko–risiko dari produk dan jasa bank yang akan dipakainya. Bank Indonesia bersama-sama
dengan
perbankan
akan
menyusun
standar
minimum transparansi produk bank yang nantinya akan dipakai oleh semua bank. d. Edukasi Nasabah Edukasi nasabah tentang kegiatan operasional ataupun produk dan jasa bank sangat bermanfaat untuk menghindari munculnya informasi yang menyesatkan dan merugikan nasabah. Nasabah tidak semuanya mengerti dan memahami produk-produk perbankan, khususnya bagi mereka yang baru pertama kali ke bank. Oleh sebab itu, perbankan secara berkesinambungan harus terus melakukan edukasi tentang kegiatan bank dan produkproduknya melalui berbagai cara seperti forum seminar, diskusi, kunjungan ke perguruan tinggi maupun sekolah-sekolah dan kegiatan edukasi lainnya.
Universitas Indonesia
Peranan lembaga..., Ayu Endah Damastuti, FH UI, 2008.