BAB II PENGENALAN JENIS BENIH A. Benih Tanaman Program HTI Menurut perkiraan di Indonesia terdapat sekitar 4000 jenis kayu. Perkiraan ini didasarkan kepada material herbarium yang sudah dikumpulkan oleh Balai Penelitian dari berbagai wilayah hutan di Indonesia yang jumlahnya sudah mendekati 4000 jenis pohon dengan diameter 40 cm ke atas. Dari jumlah tersebut oleh Balai Penelitian Hasil Hutan sampai saat ini sudah berhasil dikumpulkan contoh kayu sebanyak 2322 jenis yang terdiri dari 33.708 contoh autentik, meliputi 106 famili dan 785 genus. Dari 4000 jenis kayu tersebut di atas diperkirakan 400 jenis diantaranya dapat dianggap penting untuk Indonesia, dan baru beberapa diketahui sifat dan kegunaannya dan 259 jenis diantaranya sudah dikenal dalam perdagangan dan dapat dikelompokkan menjadi 120 jenis kayu perdagangan. Berdasarkan data yang dikemukakan diatas, untuk menunjang program kehutanan di bidang pembangunan HTI dan reboisasi lainnya, maka secara khusus program pembangunan HTI yang berorientasi kepada bisnis oriented diperkirakan 18 jenis tanaman hutan yang sifat pertumbuhannya relatif cepat dan manfaat kayu dan sasaran produksi baik untuk dipasarkan dalam bentuk bahan baku maupun bahan jadi. Jenis tanaman yang diprogramkan memiliki karakteristik berlainan sebagaimana yang diuraikan berikut ini : 1.
Acacia mangium. Acacia mangium termasuk dalam famili leguminosae sub famili Mimosoidae, secara alami, jenis ini tumbuh di daerah tropis terutama di dataran beriklim basah. Di Indonesia daerah sebaran alaminya meliputi Irian Jaya bagian selatan, kepulauan Aru (Maluku Selatan) dan Pulau Seram. Pada daerah subur 9 tahun dapat mencapai tinggi 23 meter dengan diameter lebih dari 20 cm. Penanganan benih dilakukan melalui pengunduhan dari kebun benih, tegakan benih berupa buah/polong yang sudah masak yang berwarna coklat tua. Umumnya polong jenis ini akan masak pada periode bulan Februari – Maret dan Agustus – September. Ekstrasi benih dilakukan dengan cara menjemur buah/polong pada cuaca baik selama 6 hari atau 24 jam dengan suhu 40 oC – 45 oC, maka buah/polong akan merekah. Penyimpanan dilakukan dalam wadah kedap udara (kaleng atau jerigen plastik) dan ditempatkan di ruang ber AC (suhu 16, 18, RH 60%) atau ruangan kering dingin (DCS) suhu 4 – 8 oC, RH 40 %. Perlakuan pendahuluan untuk jenis ini dilakukan untuk mematahkan dormansi benih untuk mempercepat perkecambahan adalah dengan cara mencelupkan benih yang akan disemaikan kedalam panas (suhu 85 – 100 o C) selama 30 detik lalu diredam dalam air dingin selama 24 jam. Volume air panas dan air dining yang digunakan masing-masing sebanyak 5 dan 20 kali dari volume benih (1 ltr benih, 5 ltr air panas dan 20 ltr air dingin). Jumlah benih Acacia mangium per kg sebanyak 100.000 butir.
www.indonesianforest.com - 4
2.
Agathis spp Agathis spp termasuk famili Araucariaceae, secara alami tumbuh dalam hutan primer pada tanah berpasir, berbatu-batu atau liat yang selamanya tidak digenangi air pada ketinggian 2 sampai 1750 meter dari permukaan laut. Di Indonesia daerah penyebarannya Sumatera Barat, Sumatera Utara, seluruh Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya, Jenis ini berubah pada bulan Februari sampai April dan Agustus sampai Oktober. Buah yang tua berwarna hijau tua kecoklatan dan sisik kulit buah melebar harus diambil sebelum merekah, agar biji masih berada di dalam buah. Buah yang terkumpul disimpan ditempat yang kering, jangan dijemur, dan biji yang telah diseleksi baik, masih bersayap ditandai dengan warna coklat tua dan padat. Biji jenis ini harus segera diangkat kepersemaian dan segera dikecambahkan, ditempat terbuka biji tidak dapat dibiarkan lebih dari 1 minggu. Untuk menghasilkan presentase kecambah yang baik dalam bak penaburan hal-hal yang perlu diperhatikan ialah, biji diseleksi kembali dan direndam dalam air beberapa saat sebelum ditabur, bedeng tabur dibasahkan secukupnya. Media penaburan menggunakan bahan tanah humus dan dicampur dengan pasir halus dengan perbandingan 1 : 2, bedeng tabur harus diberi naungan. Biji akan berkecambah setelah 7 – 8 hari berlangsung s/d 12 hari lainnya. Jumlah benih jenis ini per kg berisi +/- 4000 – 5200 butir.
3.
Albizia falcataria Albizia falcataria dengan nama lain Paraserianthes falcataria, jenis ini secara alami tumbuh pada tanah dataran rendah hingga ke pegunungan sampai ketinggian 1.500 m dpl, dan jenis ini dapat tumbuh dari tanah yang tidak subur dan agak sarang, tanah kering maupun becek atau agak asin. Permudaan alam jarang sekali terjadi, karena bijinya sukar tumbuh jika tidak diberi perlakuan pendahuluan. Daerah penyebaran jenis ini di Indonesia seluruh Jawa (tanaman), Maluku, Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Jenis ini berbuah tiap tahun pada bulan Juni – Deesember, dan buah/polong akan terbuka bula sudah masak dan kering. Biji yang dikeringkan di udara selama 0 – 15 hari dapat disimpan dalam wadah kaleng tertutup selama lebih kurang 1 tahun. Perlakuan pada persemaian sebelum disemaikan terlebih dahulu disiram dengan air mendidih dan dibiarkan terendam selama 24 jam sehingga daya kecambah dapat mencapai 75 – 90 %. Selama lebih kurang berumur 2-3 bulan dapat dipindahkan kelapangan. Untuk anakan yang lebih dari 3 bulan sebaiknya ditanam dalam bentuk stump berukuran panjang 5 – 20 cmdengan diameter 0,5 – 2,5 cm dan panjang akar 20 cm. Jumlah benih ini per kg sebanyak 40.500 butir.
www.indonesianforest.com - 5
4.
Anthocephalus cadamba. Anthocephalus cadamba dengan nama lain Jabon famili Rubiaceae secara alami secara alami tumbuh pada tanah aluvial lembab di pinggir sungai dan daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang di genangi air, pada tanah dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Jenis ini juga dapat tumbuh dengan baik pada tanah liat, tanah lempung podsolik coklat, tanah top halus atau tanah lempung berbatu yang tidak sarang. Dan memerlukan iklim basah hingga iklim kemarau kering. Permudaan alam banyak sekali terdapat terutama pada tempat-tempat terbuka seperti pada bekas tebangan, bekas jalan sarad atau bekas perlindungan. Penyebaran jenis ini di Indonesia didaerah seluruh Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, seluruh Sulawesi, NTB dan Irian Jaya. Anthocephalus cadamba berbuah setiap tahun pada bulan Juni sampai Agustus. Buah berbentuk menjamur, bulat dan lunak, mengandung biji yang sangat kecil. Biji terlebih dahulu disemaikan didalam bak kecambah, setelah tumbuh mencapai 3 cm dipindahkan ke bedeng penyapihan dan setelah mencapai tinggi 20 -–30 cm ditanam dilapangan. Penanaman dapat juga dilakukan dengan cabutan atau stump. Jumlah biji kering udara 18 s/d 26 juta butir per kg, jumlah buah per kg sebanyak 33 butir, dan yang berukuran sedang dapat menghasilkan +/- 8.300 pohon. Biji kering jenis ini dapat disimpan pada tempat tertutup rapat dalam ruangan yang sejuk dan dapat tahan selama 1 tahun.
5.
Calamus spp Calamus spp atau rotan termasuk famili palmae dan merupakan salah satu jenis tanaman merambat. Jenis ini tumbuh secara alami di daeradaerah Sumatera, Sumbawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tempat tumbuh jenis terbagi 2 kelompok pertama tumbuh dibawah ketinggian 300 meter dpl. Dan diatas 300 dpl, dan berbuah pada periode bulan Juli sampai September. Buah masak untuk jenis ini mempunyai tandatanda berwarna kuning kecoklat-coklatan (rotan manau), kekuningkuningan (rotan sega). Perlakuan terhadap buah, tidak dapat segera diproses lebih lanjut, maka buah harus disimpan dalam ruang sementara. Wadah simpan disusun diatas rak gantungan. Untuk mengahasilkan benih dilakukan dengan cara membuang kulit dan daging buah secara manual, mekanisme dengan blender atau depulper (gilingan kopi yang dimodifikasi). Dengan kondisi kering benih dapat mempertahankan viabilitas max 2,5 bulan dengan daya kecambah >80%. Pada tahapan perlakuan dipersemaian sebaiknya dilakukan penaburan pada kotak kayu berukuran 100 x 100 dengan jarak tanamn 5 x 5 cm dengan menggunakan serbuk gergaji sebagai medianya.
www.indonesianforest.com - 6
6.
Dipterocarpus spp Dipterocarpus spp atau keruing famili Dipterocarpus terutama : Dipterocarpus borneensis V.Sl, Dipterocarpus candiferus merr, Dipterocarpus confertus V.Sl, Dipterocarpus cornutus dyer, Dipterocarpus costulatus V.Sl, Dipterocarpus dyer, Dipterocarpus elongatus korts. Jenis tanaman ini tumbuh secara alami di dalam hutan tropis dengan tipe curah hujan A dan B, dan tumbuh ditempat-tempat yang sewaktuwaktu digenangin air tawar dan ditanah rawa, tetapi lebih banyak tumbuh pada tanah berbatu, pada ketinggian sampai 1000 m dpl. Daerah penyebarannya seluruh Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Tinggi pohon dapat mencapai 50 m dengan panjang batang bebas cabang sampai 35 cm dan diameter dapat mencapai 120 cm. Pohon ini berbuah tidak teratur dan tidak terjadi setiap setahun. Setelah musim kemarau yang panjang sekitar bulan Maret – Mei biasanya berbuah banyak. Permudaan alam baik sekali dengan populasi per ha yang hampir merata. Pada tempat yang permudaannya jarang sebaiknya dilakukan tebang pilih dengan pengayaan jenis untuk perlakuan penanaman dengan bibit bumbung dari persemaian atau bibit putaran dan stump dari permudaan alam. Sebaiknya penanaman dilakukan dengan naungan atau dengan sistem tumpangsari dengan tanaman keras kopi, karet dan coklat, jarak tanam dalam jalur 2 x 3 m dengan jarak antara masing-masing jalur 6 – 10 m, tanam dalam sistem tumpang sari adalah 4 x 3 m. Jumlah biji bersayap 350 butir per kg.
7.
Diospyros celebica Diospyros celebica atau eboni/kayu hitam secara alami tumbuh pada berbagai tipe tanah, pada tanah bebatu, berpasir, berkapur, tanah latosol atau podsolik merah kuning, dengan iklim basah. Daerah penyebarannya Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Pohon untuk jenis ini berbunga dan berbuah sepanjang tahun dan buah masak secara berturut-turut. Musim buah masak umumnya terjadi pada bulan September – Nopember. Penanaman untuk permudaan buatan sebaiknya dilakukan dengan system tumpangsari dengan naungan ringan tanaman sela atau pohon pelindung, dengan jarak tanama 2 x 3 m. Dan penanaman dilakukan dibekas areal penebangan dan belukar yang digunakan dengan system jalur yang dibersihkan. Bibit yang digunakan bibit bumbung atau stump yang berdiameter 1 – 3 cm. Jarak tanam 3 – 4 m dan jarak jalur 6 – 8 m. Jumlah biji 1.100 butir per kg.
8.
Dryobalanops aromatica Dryobalanops aromatica atau kapur secara alami tumbuh dalam hutan hujan tropis tanah rendah dengan tipe curah hujan Anisoptera dan B, pada tanah daratan yang kering, datar dan sarang juga pada pinggirpinggir lembah diatas tanah liat berpasir pada ketinggian 60 – 400 m
www.indonesianforest.com - 7
dpl. Kebanyakan tumbuh berkelompok dan hamper murni tetapi sedikit yang dapat tumbuh menjadi pohon dewasa. Pohon jenis ini tidak berbuah setiap tahunnya. Penanaman dilakukan dengan bibit yang tingginya minimal 30 cm dan berasal dari persemaian atau cabutan. Untuk anakan yang tingginya 40 s/d 70 cm dapat dipangkas dan dibuat bibit stump, sebaiknya ditanam dengan jarak tanam 3 x 2 m atau 4 x 3 m. 9.
Eucalyptus deglupta Eucalyptus deglupta atau Leda termasuk dalam famili Myrtaceae, secara alami tumbuh pada jenis tanah alluvial dengan lapisan tanah cukup tebal, iklim tropika tipe A dan B pada daerah ketinggian 0 – 1000 m. Daerah penyebarannya Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya, jenis ini sangat peka terhadap kebakaran karena kulitnya tipis. Pohon ini dapat mencapai tinggi 40 m dengan diameter 125 cm. Musim berbuah jenis pohon ini terutama bulan April – Juli. Untuk memperoleh benih yang baik dengan cara menjemur buah di bawah sinar matahari atau dengan alat pengering benih. Penjemuran dengan cuaca baik selama 3 hari atau dengan alat pengering selama 24 jam dengan suhu 40 0C, dan selanjutnya benih dikeluarkan dari buah yang dilakukan dengan cara memukul-mukul atau menguncang-guncangkan pada kawat kasa. Untuk penyimpanannya sebaiknya di tempat ruang simpan kering dingin dengan suhu 2 – 5 0C. Benih jenis ini dapat bertahan selama 1,5 tahun dengan daya kecambah 50 % (kondisi kering). Penanaman dilakukan dengan bibit yang harus disemaikan terlebih dahulu, dipindahkan ke dalam bumbung, dan setelah mencapai tinggi 15 – 20 cm (umur 4 – 5 bulan) baru disalurkan kea real tanaman, sebaiknya jarak tanaman 3 x 2 m atau 3 x 1 mdan selanjutnya penjarangan pertama setelah berumur 3 tahun. Jumlah biji yang bersih sebanyak 15.034.000 butir per kg.
10. Gonystilus bancanus Gonystilus bancanus atau Ramin termasuk famili Thymeleaceae secara alami tumbuh di hutan rawa gambut tanah berpasir dan liat yang sewaktu-waktu tergenang air, cukup basah dan terlindung sinar matahari pada ketinggian 100 m dpl. Daerah penyebarannya meliputi pantai timur Sumatera dan pantai barat daya Kalimantan. Bibit jenis ini diperoleh dari biji dan permudaan alam, pembuatannya melalui bedeng tabor selanjutnya disapih sampai ketinggian 30 cm. Pertumbuhan dengan stump menggunakan anakan yang tingginya 25 – 75 cm panjang akar bawah cukup 20 cm dengan batang 10 – 20 cm. Musim bunga dan buah pada jenis ini beragam dari daerah ke daerah tergantung pada kondisi lingkungannya, pada umumnya di Kalimantan Barat berbungan bulan Agustus – September dan berbuah pada bulan Oktober – Januari bahkan ada yang bulan Mei dan Juni.
www.indonesianforest.com - 8
Biji yang kondisinya kering data disimpan dalam blok dicampur serbut gergaji atau serbuk arang dan ditutup rapat disimpan pada ruangan kering selama 15 s/d 30 hari, daya kecambah dapat dipertahankan 50 s/d 80 %. Jumlah biji 250 – 270 butir per kg. 11. Peronema canescens Peronecma canescens atau Sungkai tumbuh di dalam hutan tropis dengan tipe curah hujan A sampai C pada tanah kering atau sedikit basah dengan ketinggian sampai 600 m dpl. Daerah penyebaran jenis ini Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan (Palembang), Lampung, Jawa Barat dan seluruh Kalimantan. Musim buah untuk jenis ini berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Maret – Juni. Untuk pembuatan tanaman Sungkai sebaiknya dilakukan melalui pembuatan bibit ctek cabang yang berdiameter 2,5 cm, panjang 25 cm, ditanam miring langsung dilapangan dalam jalur-jalur yang lebarnya 1 – 2 m. Jarak tanam dipakai 3 x 2 m atau 4 x 2 m. Dan dapat juga melalui bibit persemaian melalui penaburan biji dan bumbung. Jumlah biji 262.000 butir per kg. Daya kecambah biji yang kering adalah 95 %. 12. Pometia pinnata Pometia pinnata atau Matoa termasuk famili Sapindaceae secara alami tumbuh baik di daerah hujan tropis dengan tipe curah hujan Anisoptera dan B, tanah latosol, podsolik merah kuning atau podsolik kuning pada ketinggian sampai 600 m dpl, daerah penyebarannya di Indonesia, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengukulu. Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan TImur, Kalimantan Barat, seluruh Sulawesi, Maluku, Bali, NTT, NTB dan Irian Jaya. Tinggi pohon untuk jenis ini dapat mencapai 40 m dengan panjang batang bebas cabang sampai 18 m diameter dapat mencapai 100 cm. Jenis ini berbuah sepanjang tahun, biji yang baru mempunyai daya kecambah sampai 80%. Permudaan umumnya dilakukan dengan bibit yang berasal dari persemaian berupa penaburan dan bumbung, atau stump. Sebaiknya penanaman dilakukan dengan jarak tanam 3 x 3 m. Jumlah biji per kg sampai dengan saat ini belum ada datanya. 13. Pinus merkusii Pinus merkusii atau tusam termasuk famili Pinaceae, secara alami tumbuh pada hutan beriklim basah sampai dengan agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C pada ketinggian 200 – 1700 m dpl, dan dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, tanah berpasir dan berbatu, tetapi tidak dapat tumbuh dengan mendekati derah pantai (Aceh Utara). Daerah penyebaran Tusam ini di Indonesia, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, seluruh Jawa (tanaman). Tanaman umumnya dilakukan dengan bibit bumbung atau putaran dari persemaian, biji disemaikan tanpa naungan, cukup pada waktu hujan deras dilindungi dengan atap, alang-alang maupun dengan serasah daun Tusam.
www.indonesianforest.com - 9
Anakan yang telah tumbuh dan berdaun dua lembar harus segera dipindahkan ke dalam bumbung atau bedeng penyapihan. Agar anakan tumbuh subur, perlu ditulari dengan cendawan mycoriza yang berasal dari pohon inang atau dengan tanah dari hutan Tusam. Pemindahan ke lapangan setelah anakan mencapai tinggi 20 – 25 cm, dengan jarak tanam sebaiknya 3 x 1 m atau 3 x 2 m dengan penjarangan pertama pada umur 6 tahun dan kedua pada 9 tahun. Jenis ini berbunga dan berbuah sepanjang tahun, terutama dalam bulan Juni – Nopember. Biji sebaiknya diambil dari pohon yang kurus dan berumur lebih dari 20 tahun. Buah kerucut (conee) diambil terbuka dan bijinya jatuh. Biji yang kering yang disimpan dalam tempat tertutup dapat tahan selama 6 bulan dengan daya kecambah 50 %. Biji segar mempunyai daya kecambah 20 – 80 %. Jumlah biji kering 57.900 butir per kg. 14. Swietenia machrophylla Swietenia machrophylla atau mahoni termasuk famili Meliaceae, meliputi dua jenis mahoni berdaun lebar (S. macrophylla king) dan mahoni berdaun kecil (S. mahoni jack), secara alami tumbuh di daerah hutan musim kemarau basah dan kering dengan tipe hujan A sampai D, tanah yang agak liat dan kurus, dengan ketinggian sampai 1000 m dari permukaan laut (dpl). Jenis ini daerah penyebarannya di Indonesia, seluruh Jawa. Tanaman dilakukan melalui bibit yang berasal dari persemaian berupa bibit bumbung, putaran atau stump, jarak tanaman di lokasi penanaman sebaiknya di tanah yang kurang subur/kurus 2 x 1 m, sedang pada tanah yang subur 3 x 1 m atau 3 x 2 m. Musim berbuah untuk mahoni ini sepanjang tahun yang terbanyak pada bulan Juli – Agustus. Tinggi jenis pohon ini dapat mencapai 35 m, diameter sampai 125 cm. Jumlah biji tanpa sayap 2300 – 2400 butir per kg, sedang yang bersayap 2000 per kg. 15. Shorea sp Shorea sp atau Meranti termasuk famili Dipterocarpaceae, secara alami tumbuh pada tanah hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A dan C, pada latosol, podsolik merah kuning dan podsolik kuning, pada ketinggian sampai 1300 m dpl, sedangkan jenis Shorea stenopteram Shorea macrophylla, Shorea palembanica, Shorea quadrunervis, Shorea pinanga tumbuh pada tanah rendah yang tergenang air pada musim hujan. Shorea sp pada umumnya berbuah setelah berumur 13 tahun dan Shorea palembanica setelah 18 tahun. Kuncup bunga mulai keluar bulan Agustus – Oktober dan berbuah masak bulan Januari – Maret. Buah yang jatuh segera berkecambah. Biji yang segar mempunyai daya kecambah 80 – 90%. Tanaman dapat dilakukan dengan melalui bibit bumbung yang tinggi 50 – 100 cm atau dengan stump dari persemaian, sebaiknya ditanam dengan jarak tanam 3 x 3 m. Banyaknya biji bervariasi sesuai jenis, berkisar 50 s/d 500 butir per kg.
www.indonesianforest.com - 10
16. Santalum album Santalum album atau cendana termasuk famili Santalaceae secara alami tumbuh pada daerah-daerah dengan musim kering yang menonjol dengan curah hujan berkisar 1100 – 2000 mm, pada tanah berhumus yang berasal dari bahan vulkanis muda, dengan ketinggian 50 – 1300 m. Daerah penyebarannya di Indonesia, Sumba, Timor, Bali dan Jawa Timur. Pohon ini dapat mencapai rata-rata 15 m dengan diameter 30 cm. Musim berbunga diketahui antara bulan Desember sampai Januari atau bulan Oktober sampai Desember, dan musim berbuah mulai berumur 3 – 5 tahun. Biji/benih cendana diperoleh dari buah yang di peram (procuring) selama satu bulan yang selanjutnya dipisahkan dari kulit dan dagingnya melalui pembersihan peremasan dengan air, dan pasir pada air mengalir. Benih kering dapat disimpan selama 16 bulan pada ruang AC, atau 4 bulan pada ruang suhu kamar. Perlakuan tanaman melalui bibit persemaian yang dilakukan dengan penaburan biji sampai berkecambah lebih kurang 1 – 2 minggu selanjutnya penyapihan 5 – 7 bulan dibawah naungan. Penanaman sebaiknya bersamaan dengan tanaman inangnya karena jenis ini bersifat parasit, dan dapat juga dilakukan penanaman biji langsung dilapangan. Banyaknya biji berkisar 5.000 – 7.000 butir per kg dalam kondisi kering. 17. Tectona grandis Tectona grandis atau jati termasuk famili Verbenaceae, secara alami tumbuh pada tanah kering, terutama pada tanah yang mengandung kapur, dengan musim kering yang nyata, type curah hujan C-F, pada ketinggian 0 – 700 m dpl. Daerah penyebaran di Indonesia, seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, NTB (SUmbawa), Maluku dan Lampung. Pohon jati ini dapat mencapai tinggi 45 m dengan panjang bebas cabang 15 – 20 m, diameter mencapai 220 m, sedangkan umumnya 50 m. Penanaman dapat dilakukan melalui biji yang ditanam pada permulaan musim hujan, melalui bibit persemaian dapat juga dilakukan tetapi kurang baik pertumbuhannya. Penanaman sebaiknya ditanam dengan jarak tanam 3 x 1 m s/d 3 x 3 m tergantung pada bonita tanah. Musim bunga dan buah jenis ini, berbunga bulan Oktober – Juni dan buah masak pada bulan Juli – Desember. Jumlah biji kering 1.500 butir per kg, dan biji Jati ini mempunyai daya kecambah yang rendah 35 – 58 % dan jarang melebihi 50 %.
www.indonesianforest.com - 11
18. Eusiderexylon zwageri Eusiderexylon zwageri atau ulin termasuk famili Lauraceae yang scara alami tumbuh pada hutan yang tanahnya mudah meresap air, lembab tidak memerlukan kesuburan kimiawi dan tidak tumbuh pada tanah becek dan liat dengan musim kering yang nyata, pada daerah ketinggian sampai 400 m dpl. Daerah penyebarannya di Indonesia, Bangka, Sumatera Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tenggara. Tanaman jenis ini pada umumnya dapat mencapai tinggi 30 m dengan diameter 1 m. Pembungaan dan pembuahan hampir tiap tahun pada bulan Maret – April dan Nopember – Desember. Perlakuan perkecambahan memerlukan waktu yang lama dan untuk mempercepatnya diperlukan proses perkecambahan dilapisi alang-alang yang tebalnya 35 cm selama 2 minggu dengan presentase kecambah biji baik s/d 70 %. Perlakuan penanaman dapat langsung dengan biji dalam jalur-jalur tegak lurus pada jalur utama dibuat larikan yang lebar 1 – 1,5 m, jarak antara larikan 3 m, 5 s/d 7 m dengan jarak larikan yang semakin melebar 4 – 5 m. Perlakuan putaran atau stump sebaiknya tidak dilakukan karena presentase tumbuh kecil sekali, pada umumnya pada saat pemindahan benih pertumbuhan akan berhenti untuk sementara, sehingga mudah tertekan oleh vegetasi sekunder.
www.indonesianforest.com - 12