BAB II PENGARUH KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS TERHADAP SEMANGAT KERJA WIDYAISWARA PPPPTK BMTI BANDUNG A.
Kedisiplinan.
1.
Pengertian Disiplin. Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak
mampu menghadapi lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap dirinya.Urip (2007) http://urip.wordpress.com /2007/ 04/10 disiplin - sekolah – mendongkrak - mutu-sekolah/ [10 April 2007] menuliskan : Disiplin diartikan ketaatan pada peraturan. Niat
untuk
mentaati
merupakan suatu kesadaran
peraturan
menurut
Suryohadiprojo (1989 : 26)
bahwa tanpa didasari unsur ketaatan, tujuan
organisasi tidak akan tercapai. Artinya, sikap dan perilaku untuk mentaati peraturan organisasi muncul dari dalam dirinya. Niat juga dapat diartikan sebagai keinginan untuk berbuat sesuatu atau kemauan untuk menyesuaikan diri dengan aturan-aturan. Sikap dan perilaku dalam disiplin ditandai oleh berbagai inisiatif, kemauan, dan kehendak untuk mentaati peraturan. Artinya, orang yang dikatakan mempunyai disiplin yang tinggi tidak semata-mata patuh dan taat terhadap peraturan secara kaku dan mati, tetapi juga mempunyai kehendak (niat) untuk menyesuaikan
diri dengan peraturan-peraturan organisasi. Dengan demikian, 14
disiplin bukanlah suatu yang dibawa sejak awal, tetapi merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan. Perilaku disiplin merupakan salah satu faktor untuk dapat meraih prestasi yang maksimal. Sagir (1988 : 67) mengatakan, bahwa tenaga kerja yang berkualitas ditandai oleh keterampilan yang memadai, profesional, dan kreatif. Schul (dalam Ancok 1989 : 33) mengatakan ada beberapa faktor yang menentukan kualitas tenaga kerja yaitu tingkat kecerdasan, bakat, sifat kepribadian, tingkat pendidikan, kualitas fisik, etos (semangat kerja), dan disiplin kerja. Kualitas manusia seperti itulah yang menjadi andalan pesatnya kemajuan negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, maupun Singapura yang dijuluki sebagai ”macan Asia”. Fungsi utama disiplin adalah untuk belajar mengendalikan diri sehingga dengan mudah menghormati dan mematuhi suatu peraturan. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik indikator-indikator disiplin sebagai berikut : (a) disiplin terhadap waktu, (b) upaya dalam mentaati peraturan tidak didasarkan adanya perasaan takut atau terpaksa, (c) komitmen dan loyal pada organisasi tercermin dari bagaimana kita bersikap. Disiplin juga merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa adanya disiplin maka sulit mewujudkan tujuan yang maksimal (Sedarmayanti, 2007:10).Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan organisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin tersebut perlu dilakukan.
15
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan mendukung terwujudnya tujuan organisasi, karyawan dan masyarakat. Dengan demikian disiplin merupakan hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi atau perusahaan. Dengan kata lain ketidakdisiplinan individu dapat merusak kinerja organisasi atau perusahaan. Disiplin kerja merupakan tindakan seseorang untuk mematuhi peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Tindakan ini bila dilakukan secara benar dan terusmenerus akan menjadi kebiasaan yang tertanam dalam perilaku karyawan dan akan membantu tercapainya tujuan kerja yang telah ditentukan. 2.
Macam-macam disiplin kerja. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua macam
disiplin kerja yaitu disiplin diri (self-dicipline) dan disiplin kelompok. a.
Disiplin diri. Menurut
Jasin dalam (Avin FH 1996 : 35) disiplin diri merupakan
disiplin yang dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggungjawab pribadi, yang berarti mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Melalui disiplin diri, karyawankaryawan merasa bertanggungjawab dan dapat mengatur diri sendiri untuk kepentingan organisasi. Disiplin diri sangat besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui disiplin diri seorang karyawan selain menghargai dirinya sendiri juga menghargai orang lain.
16
Maxwell dalam Aribowo (2002) Disiplin.SinarHarapan [online], halaman2. .http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/ mandiri/2002/081/man01. utml [9 Januari 2008] menuliskan : Ada empat hal yang harus kita perhatikan untuk melakukan pengembangan diri secara disiplin sehingga dapat membangkitkan potensi dahsyat yang kita miliki. Empat hal tersebut adalah start with yourself – start early – start small – start now. Mulai dari diri sendiri – sesegera mungkin – sedikit demi sedikit – lakukan sekarang. Lebih lanjut Maxwell (2002) menuliskan : Kedisiplinan dalam pengembangan diri harus mulai dari diri kita sendiri. Ini berarti kita tidak bisa menyuruh orang lain melakukan latihan untuk kesuksesan kita. Kedisiplinan harus dimulai lebih awal Ini berarti kita harus segera memulai suatu kebiasaan baru tanpa menunggu keadaan menjadi sempurna. Kita bisa memulai latihan secara bertahap, sedikit demi sedikit. Yang terpenting adalah lakukan langkah pertama kita. Kedisiplinan adalah syarat mutlak bagi setiap kita yang akan membangun sebuah kebiasaan baru. Setiap manusia baru akan memiliki sebuah kebiasaan baru ketika dia secara disiplin melakukan hal tersebut secara terus-menerus. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ada beberapa manfaat yang diperoleh dari disiplin diri yaitu: 1).
Penghargaan jika harapan organisasi terpenuhi.
2).
Mendapatkan penghargaan dari orang lain, jika orang lain merasa dihargai.
3).
Mendapatkan penghargaan atas pandangan bahwa jika karyawan mampu melaksanakan tugas berarti ia mampu mengaktualisasikan kemampuan dirinya.
b.
Disiplin kelompok. Menurut Avin FH (1996 : 36) kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang
bersipat individual semata. Selain
disiplin diri masih diperlukan disiplin
kelompok. Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa didalam kelompok kerja terdapat standar ukuran prestasi yang telah ditentukan. Hal ini berarti setiap karyawan berusaha semaksimal mungkin memenuhi standar prestasi tersebut. 17
Disiplin kelompok akan tercapai jika disiplin diri telah tumbuh dalam diri karyawan. Artinya kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing anggota kelompok dapat memberikan andil yang sesuai dengan hak dan tanggungjawabnya. 3. Faktor-faktor disiplin. a. Faktor Kepribadian. Disiplin kerja merupakan suatu sikap dan perilaku. Pembentukan perilaku merupakan interaksi antara faktor kepribadian dan faktor lingkungan. Disiplin merupakan suatu keadaan tertib karena orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk dan taat pada peraturan yang ada serta melaksanakan dengan senang hati. Karyawan yang menuruti semua peraturan karena takut akan dihukum mencerminkan disiplin negatif. Sebaliknya, kepatuhan karyawan pada peraturan karena sadar akan fungsi peraturan tersebut untuk mencapai keberhasilan adalah mencerminkan disiplin yang positif. Dalam pengertian disiplin tersimpul dua faktor yang penting, yaitu faktor waktu dan faktor perbuatan. Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah sistem nilai yang dianut. Sistem nilai dalam hal ini berkaitan langsung dengan disiplin, karena sistem nilai akan terlihat dari sikap seseorang, sedangkan sikap merupakan percerminan dari perilaku. Menurut Kelman (Buletin psikologi thn iv No.2 1996) perubahan sikap ke dalam perilaku terdapat 3 tingkatan yaitu : 1). Disiplin karena kepatuhan. Kepatuhan terhadap aturan-aturan yang didasarkan atas dasar perasaan 18
takut. Disiplin dalam tingkat ini dilakukan semata untuk mendapatkan reaksi positif dari pimpinan atau atasan yang memiliki wewenang, sebaliknya jika pengawas tidak ada di tempat disiplin tidak nampak. 2). Disiplin karena identifikasi. Kepatuhan aturan yang didasarkan pada identifikasi adalah perasaan kekaguman atau penghargaan pada pimpinan. Pimpinan yang kharismatik adalah figur yang dihormati, dihargai, dan sebagai pusat identifikasi. Karyawan yang menunjukkan disiplin terhadap aturan-aturan organisasi bukan disebabkan karena menghormati aturan tersebut tetapi lebih disebabkan keseganan pada atasannya. 3). Disiplin karena internalisasi. Disiplin kerja dalam tingkat ini terjadi karena karyawan mempunyai sistem nilai pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kedisiplinan. Dalam taraf ini, orang dikategorikan telah mempunyai disiplin diri. b. Faktor Lingkungan. Disiplin yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar aturan yang terus-menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang merupakan agen pengubah perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsisten, adil bersikap positif dan terbuka. Avin FH (Buletin psikologi thn iv No. 2 1996) mengatakan adalah memperlakukan
aturan
waktu.
yang disepakati dilanggar, maka rusaklah
Sekali
aturan
secara berkesinambungan
dari
Konsisten waktu ke sistem
aturan tersebut. Bersikap positif dalam hal ini adalah setiap pelanggaran yang 19
dibuat seharusnya dicari fakta dan dibuktikan terlebih dahulu. Upaya menanamkan disiplin pada dasarnya adalah menanamkan nilai-nilai. Oleh karenanya, komunikasi terbuka adalah kunci. Dalam hal ini terbuka mengenai apa yang boleh dan tidak boleh. 4. Prinsip-prinsip disiplin. Melemahnya disiplin kerja akan mempengaruhi moral pegawai,
oleh
karena itu tindakan koreksi dan pencegahan terhadap melemahnya peraturan harus segera diatasi
oleh semua komponen yang terlibat dalam lembaga
pendidikan serta dengan terus menerus menanamkan prinsip-prinsip disiplin. Disiplin kerja dalam http://subektiheru.blogspot.com/2008/03/disiplin-kerja.html [25 Maret 2008] menuliskan prinsip-prnsip disiplin sebagai berikut : a.
Pemimpin mempunyai prilaku positif. Untuk dapat menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang pemimpin harus dapat menjadi role model/panutan bagi bawahannya.
b.
Penelitian yang Cermat Dampak dari tindakan indisipliner cukup serius, pimpinan harus memahami akibatnya. Data dikumpulkan secara faktual, dapatkan informasi dari staf yang lain, tanyakan secara pribadi rangkaian pelanggaran yang telah dilakukan, analisa, dan bila perlu minta pendapat dari pimpinan lainnya.
c.
Kesegeraan Pimpinan harus peka terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh bawahan sesegera mungkin dan harus diatasi dengan cara yang bijaksana.
d.
Lindungi Kerahasiaan 20
Tindakan indisipliner akan mempengaruhi ego staf, oleh karena itu akan lebih baik apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi, pada ruangan tersendiri dengan suasana yang rileks dan tenang. e.
Fokus pada Masalah Pimpinan harus dapat melakukan penekanan pada kesalahan yang dilakukan bawahan dan bukan pada pribadinya, kemukakan bahwa kesalahan yang dilakukan tidak dapat dibenarkan.
f.
Peraturan Dijalankan Secara Konsisten Peraturan dijalankan secara konsisten, tanpa pilih kasih. Setiap pegawai yang bersalah harus dibina sehingga mereka tidak merasa dihukum dan dapat menerima sanksi yang dilakukan secara wajar.
g.
Fleksibel Tindakan disipliner ditetapkan apabila seluruh informasi tentang pegawai telah di analisa dan dipertimbangkan.
h.
Mengandung Nasihat Jelaskan secara bijaksana bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak dapat diterima.
i.
Tindakan Konstruktif Pimpinan harus yakin bahwa bawahan telah memahami perilakunya bertentangan dengan tujuan organisasi dan jelaskan kembali pentingnya peraturan untuk staf maupun organisasi
j.
Evaluasi Pimpinan harus secara cermat mengawasi dan menetapkan apakah perilaku 21
bawahan sudah berubah. Apabila perilaku bawahan tidak berubah, pimpinan harus melihat kembali penyebabnya dan mengevaluasi kembali batasan akhir tindakan indisipliner. B.
Kemampuan Berbahasa Inggris. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan mampu membantu peserta didik mengenal dirinya, budaya sendiri maupun budaya orang lain. Sumarsono dan Partana (2002:20) mengatakan bahwa bahasa sering dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya, yang merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan, perilaku masyarakat, dan penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa. Bahasa juga dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang karena bahasa diterjemahkan sebagai refleksi rasa, pikiran dan tingkah laku. Adakalanya seorang yang pandai dan penuh dengan ide-ide cemerlang harus terhenti hanya karena dia tidak bisa menyampaikan idenya dalam bahasa yang baik. Sebagai salah satu bagian budaya, bahasa memegang peranan penting dalam pembicaraan bisnis antar bangsa. Dalam kerangka lintas budaya (cross culture), bahasa Inggris merupakan bahasa yang dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi dan sebagai alat untuk menyampaikan ide seseorang yang kemudian disebut sebagai bahasa internasional. Penguasaan bahasa Inggris di era globalisasi menjadi suatu keharusan karena bahasa Inggris menjadi bahasa dunia yang digunakan oleh lebih dari 22
1.500..000.000 orang di seluruh dunia
(Wikipidia, http://www. topblogarea.
com/sitedetails 6037.html 2007) : The World's Most Widely Spoken Languages is English About one-and-ahalf billion (1,500,000,000) people spoke English at the start of the 21st century. That was one quarter (¼) of all people on earth. More than 400 million (400,000,000) speak English as their first language. The rest speak English as a second or third language for their professional and personal lives. Bahasa Inggris telah menjadi kunci masuk dalam pergaulan bisnis global, ketika perdagangan
dunia hanya
menjadi sebuah
perkampungan
kecil
dalam
E-Commerce (perdagangan di Internet), kemampuan bahasa Inggris juga menjadi syarat utama untuk bisa masuk dalam perkampungan maya ini. Idealnya, sesuai dengan tuntutan globalisasi dimana persaingan kerja semakin ketat, baik dari dalam maupun luar negeri, maka seharusnya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia menjawab tantangan ini dan menguasai bahasa Inggris sebagai alat berkomunikasi di dunia internasional. Akan tetapi kenyataan yang ada, perkembangan teknologi dan
sejalan
dengan semakin pesatnya
gencarnya informasi tentang
penguasaan bahasa Inggris oleh SDM
Indonesia dalam
pentingnya
menghadapi dan
menyongsong era perdagangan bebas, penguasaan terhadap kompetensi bahasa Inggris ini tidak seluruhnya direspon secara antusias oleh SDM Indonesia. Hanya beberapa
perusahaan bertaraf Internsional
dan lembaga
yang banyak
berhubungan dengan perusahaan di luar negeri saja yang sudah mulai mengakui pentingnya penguasaan bahasa Inggris.
Lembaga pendidikan formal, seperti
SMK yang mempunyai tugas utama menghasilkan lulusan yang siap untuk bekerja belum sepenuhnya merespon tantangan tersebut. Banyak kendala yang 23
dihadapi dunia pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan dan kesiapannya menghadapi tantangan global ini. Perilaku atau aktivitas manusia seperti belajar, minum, berjalan, menulis dan aktifitas-aktifitas lainnya, maka yang dimaksud dengan berbahasa Inggris dalam penelitian ini adalah tindakan responden dalam berbicara (speaking), menulis (writing) dan mendengarkan (listening) dalam bahasa Inggris. Pengukuran dilakukan dengan menjaring
data seberapa sering atau seberapa
jarang responden melakukan ketiga aktifitas berbahasa tersebut dalam lingkungan kerja. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku berbahasa Inggris yang positif, sedikit lebih banyak dari pada responden yang berperilaku berbahasa Inggris yang negatif. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan berbahasa Inggris terdiri atas tiga hal yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku, artinya bahwa seseorang yang mempunyai pengetahuan berbahasa Inggris belum dikatakan mampu atau belum nampak
pengetahuan
berbahasa
Inggrisnya
bila belum memanifestasikannya dalam sikap dan perilaku (practice) berbahasa. Menurut Garvin dan Mathiot (Sumarsono dan Partana, 2002:364), dalam berbahasa terdapat sikap berbahasa yang salah satunya adalah ” awareness of the norm” (kesadaran akan norma bahasa), artinya seseorang harus mempunyai pengetahuan berbahasa. Pengetahuan berbahasa inilah yang oleh Bovee dan Thill (1995:104) di dalam bisnis dan dunia kerja dikatakan sebagai penguasaan akan ”spelling and usage”, yang menjadi pertimbangan penting seseorang dalam melakukan komunikasi bahasa dalam bisnis, selain satu faktor lain yaitu 24
“thinking”(berpikir) sebagai pusat dari seluruh pertimbangan orang ketika akan melakukan komunikasi bahasa.
Jika diperhatikan, adanya sikap bahasa
(kesadaran akan norma bahasa) dan dinyatakannya “thinking” (berpikir) sebagai pusat dari segala pertimbangan orang berbahasa, maka muara dari kedua hal tersebut adalah “knowledge” (pengetahuan). Di dalam faktor-faktor pembentukan sikap yang dikatakan oleh Azwar (2002:30—38), dijelaskan bahwa sikap dibentuk oleh beberapa faktor seperti: pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional. Uraian inilah yang menunjukkan bahwa seseorang yang dikatakan mampu berbahasa Inggris itu harus mempunyai ketiga hal yaitu: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), perilaku (practice). Bagi P4TKBMTI Bandung, sebuah lembaga pendidikan bagi guru-guru SMK, bahasa Inggris merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh para widyaiswara dan karyawan dan menjadi salah satu faktor penilaian kinerja. Diasumsikan karyawan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang tinggi akan dapat berkomunikasi dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karena itu kemampuan berbahasa Inggris ini secara teoritis berhubungan dengan profesionalime seorang Widyaiswara. Kita tentu memahami manfaat memiliki kemampuan berbahasa Inggris dengan fasih. Ada berbagai tingkatan penguasaan bahasa, dan semakin tinggi penguasaan kita akan bahasa tersebut, maka semakin banyak manfaat yang akan kita peroleh dari kemampuan berbahasa .
Menguasai bahasa asing sebaiknya
sampai dengan taraf di mana penguasaan kita setara dengan orang yang 25
menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa ibunya (native speaker). Hal ini agar kita mampu memperoleh manfaat maksimal dari kemampuan berbahasa asing tersebut, kita bisa melaksanakan perkerjaan dalam bahasa tersebut, apabila kita berkomunikasi, terutama dalam konteks kerja, kita akan dilihat sebagai professional yang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dan kapasitas untuk menguasai bahasa asing dengan baik. Berdasarkan tulisan di atas jelas bahwa berbahasa bukan hanya sematamata membunyikan kata-kata atau menuliskan kalimat. Lebih dari itu berbahasa mengungkapkan bobot (pengetahuan berbahasa) dan bebet (sikap dan perilaku berbahasa). Di tengah efek dan tekanan globalisasi yang semakin tidak dapat dibendung, penelitian ini akan menguji apakah arti yang sebenarnya dari kemampuan berbahasa Inggris (yang dalam penelitian ini dimodifikasi oleh peneliti dengan teori Knowledge, Attitude and Practice (KAP)) yang terdiri atas pengetahuan, sikap dan perilaku berbahasa) berhubungan dengan disiplin dan profesionalisme. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Memasukkan bahasa Inggris ini sebagai salah satu sikap reflektif SDM yang andal, dalam upaya menyerap informasi dan teknologi
dianggap penting dan sudah harus menjadi
suatu keharusan. Ada 4 komponen dalam berbahasa yaitu : reading, listening, writing, and speaking. 1) Kemampuan Reading : Menguasai Reading adalah untuk membangun vocabulary dan grammar dasar anda yaitu dengan cara membaca buku anak dalam bahasa Inggris, membaca Koran berbahasa Inggris , internet
dan 26
membaca Novel. (Sendy 2008 belajar bahasa Inggris secara mandiri [Online]. Tersedia
http://sendy82.wordpress.com/2008/09/22/belajar-bahasa-inggris-
secara-mandiri/ [22 September 2008]). 2) Kemampuan Listening : listening is a skill a level harder than reading, here the speaker’s accent, tone, and pace present additional challenges for you. Langkah yang paling dasar adalah mulai dengan mendengarkan lagu-lagu dalam bahasa Inggris, kemudian mulai menyimak lagu yang anda belum ketahui liriknya, coba untuk menulis liriknya selengkap yang anda bisa, anda bisa mencari atau melalui google untuk mencari lirik dari lagu yang anda dengarkan, kemudian cocokkan dengan lirik yang anda tulis, dengarkan lagu yang sama beberapa kali sampai anda memahami apa yang diucapkan. People speak with different pace and intonation, singing amplifies this tendency, by developing the skill to listen a singer sing, you’re building a strong basis in listening. (Sendy 2008 belajar bahasa Inggris secara mandiri [Online]. Tersedia
http://sendy82.wordpress.com/2008/09/22/belajar-bahasa-inggris-
secara-mandiri/ [22 September 2008]). Lanjutkan ini sampai anda bisa mendengarkan lagu dari berbagai genre dan memahami lirik lagu dengan cukup baik. Cara yang paling sulit dalam kemampuan listening adalah dengan menonton film bahasa Inggris dengan subtitle bahasa Inggris. Saksikan film tersebut dengan subtitle bahasa Inggris, coba dengarkan, pahami, dan cocokkan apa yang diucapkan dalam film dengan subtitle. Dengan cara ini, anda mulai mengembangkan kemampuan mendengarkan bahasa inggris dalam
27
percakapan. Sebaiknya anda mendengarkan film dengan banyak dialog, film komedi atau drama biasanya mengandung cukup banyak dialog. 3) Kemampuan Writing Mulailah membiasakan diri untuk menulis semua catatan harian anda dalam bahasa Inggris. Anda tidak perlu selalu mencatat dalam bahasa Inggris, untuk tahap awal anda bahkan tidak perlu menulis dengan grammar yang sempurna. Sebaiknya yang perlu anda lakukan adalah mulai menulis beberapa kalimat di catatan anda dalam bahasa Inggris. Lakukan ini berkali-berkali, ingat, berkalikali. Semakin sering anda menulis catatan anda dalam bahasa Inggris, maka anda akan semakin sering menghadapi tantangan (sulit menemukan kata yg tepat dalam bahasa Inggris), apabila tantangan ini anda responi dengan baik (aktif mencari kata yang tepat dari kamus) maka anda akan semakin mahir. Sekali lagi, kunci penguasaan bahasa inggris bukanlah pada seberapa banyak anda ikut les, tetapi pada kesediaan anda untuk aktif belajar. (Sendy 2008 belajar bahasa Inggris secara mandiri [Online]. Tersedia http: //sendy 82. wordpress . com / 2008 / 09 /22/ belajar – bahasa – inggris – secara – mandiri / [22 September 2008]). 4) Kemampuan speaking : Mulailah gunakan bahasa Inggris dalam komunikasi internal anda, seringkali kita berpikir atau mengucapkan sesuatu kepada diri sendiri, entah ketika kita sedang mencoba mengingat-ingat sesuatu, merencanakan (Sendy 2008 belajar bahasa Inggris secara mandiri [Online]. Tersedia
http://sendy82.wordpress.com/2008/09/22/belajar-bahasa-inggris-
secara-mandiri/ [22 September 2008]). 28
Berlatihlah berbahasa Inggris aktif dengan rekan yang lebih terbiasa berbahasa Inggris secara aktif. Jika anda memiliki rekan yang anda tahu memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik dan mengerti niat anda untuk belajar bahasa Inggris, maka anda bisa berlatih berbahasa Inggris dengan rekan anda. Apabila anda mengirimkan sms, kirimkan sms dalam bahasa Inggris, apabila anda bercakap-cakap, lakukan dalam bahasa Inggris. Seperti semua kemampuan (skill) pada awal-awalnya akan banyak kesalahan dan kecanggungan dalam mempraktekan kemampuan tersebut, tetapi semakin sering anda berlatih dengan rekan anda, kemampuan anda semakin berkembang dan anda akan semakin percaya diri dalam berbahasa Inggris. Sendy 2008 belajar bahasa Inggris secara mandiri [Online]. Tersedia http://sendy82.wordpress.com/2008/09/22/belajar-bahasa-inggris-secaramandiri/ [22 September 2008] menuliskan : English is a skill, like all skill, it can be learned, and like all skill, it takes self discipline and active approach to master a skill. Nobody speaks English when they were born, not even the English, if hundreds of million of people can successfully learn English, so can you. C.
Semangat Kerja.
1.
Pengertian Semangat Kerja. Semangat kerja digunakan untuk menggambarkan suasana keseluruhan
yang dirasakan para karyawan dalam kantor. Apabila karyawan merasa bergairah, bahagia, optimis menggambarkan bahwa karyawan tersebut mempunyai semangat kerja tinggi dan jika karyawan suka membantah, menyakiti hati, kelihatan tidak tenang maka karyawan tersebut mempunyai semangat kerja rendah.
29
Setiap perusahaan atau organisasi akan selalu berusaha agar prestasi kerja karyawannya dapat ditingkatkan. Agar prestasi kerja karyawan tinggi, maka perusahaan harus dapat meningkatkan moral kerja karyawan sehingga dengan moral kerja yang tinggi, diharapkan semangat kerja dan kegairahan kerja meningkat. Berkaitan dengan semangat kerja ini, Alex Nitisemito (1991 : 160) berpendapat bahwa: “Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan diharapkan lebih cepat dan lebih baik.” Berdasarkan pengertian tersebut jika seorang karyawan mempunyai moral kerja yang tinggi, maka akan mempunyai kesediaan perasaan untuk melakukan pekerjaan dengan lebih cepat dan semangat untuk mencapai hasil yang lebih baik. Selanjutnya Alexander Leigton (Moekijat 1997 : 130) menambahkan bahwa: “Semangat kerja atau moril kerja adalah kemampuan sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan bersama”. Dari definisi tentang semangat kerja tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa semangat kerja merupakan sikap mental individu atau kelompok yang terdapat dalam suatu organisasi yang menunjukkan rasa kegairahan di dalam melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan dan mendorong mereka untuk bekerja secara lebih baik dan lebih produktif. Karyawan yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan dapat meningkatkan prestasi kerjanya, karena mereka bekerja dengan penuh gairah dalam menjalankan tugas. Dengan demikian, semangat kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam meningkatkan prestasi kerja. Perusahaan perlu meningkatkan semangat kerja karyawannya guna meningkatkan prestasi kerjanya. Dikatakan oleh Buchari Zainun (1984 : 89) bahwa : 30
“Moril kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam organisasi karenanya banyak akibat-akibat yang tidak menguntungkan organisasi disebabkan oleh adanya semangat kerja yang rendah, akibat-akibat itu umpamanya terjelma dalam berbagai bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan seperti pemogokan, keterlambatan dan kelalaian kerja, ketidakhadiran dalam jam-jam kerja dengan tingkat absensi yang cukup tinggi. Bahkan ada pula yang muncul dalam bentuk permintaan berhenti, pindah, dan lain-lain. Dalam bidang kepegawaian, banyak dialami keluhan-keluhan, keresahan-keresahan dan persoalan-persoalan ketidakpuasan”. 2.
Unsur-unsur semangat kerja. Menurut D. Hasley (1988:67) semangat kerja dapat diukur melalui presensi
pegawai di tempat kerja, tanggungjawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat produktivitas kerjanya. a.
Presensi. Kusumawarni (2007:9) mengatakan presensi merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Presensi atau kehadiran dapat diukur melalui : 1). Kehadiran pegawai di tempat kerja. 2). Ketepatan pegawai datang dan pulang kerja. 3). Kehadiran atas undangan untuk mengikuti kegiatan atau acara dalam instansi. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ketidakhadiran seorang pegawai akan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja, sehingga
instansi/lembaga tidak bisa mencapai tujuan secara optimal. b.
Disiplin Kerja. Moekijat (1997:67) mengatakan disiplin kerja merupakan suatu kekuasaan 31
yang berkembang dalam penyesuaian diri dengan sukarela kepada ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai dari pekerja. Disiplin kerja pegawai dapat diukur melalui : 1). Kepatuhan pegawai terhadap peraturan dan tata tertib di instansi. 2). Kepatuhan pegawai terhadap instruksi dari atasan. 3). Bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan kemauan dan kepatuhan untuk bertingkah laku sesuai dengan peraturan yang ada. c.
Kerjasama. Kusnadi (2009) pengertian kerja sama [Online] http ://id. shvoong. com/ business-management/entrepreneurship/1943506-pengertian-kerja-sama/ [6 November 2009] menuliskan kerjasama adalah suatu sikap dari individu maupun kelompok terhadap kesukarelaannya untuk bekerjasama agar dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh. Kerjasama pegawai dapat diukur melalui : 1). Kesadaran pegawai untuk bekerjasama dengan atasan atau teman sejawat. 2). Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan. 3). Adanya kemauan memberi dan menerima kritik serta saran dari orang lain.
32
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kerjasama antara semua pihak dalam suatu organisasi sangatlah penting, karena hal ini akan menentukan berhasil tidaknya tujuan suatu organisasi. d.
Tanggungjawab. Pariata Westra (1980:91) mengatakan tanggungjawab merupakan keharusan pada seseorang yang melaksanakan kegiatan selayaknya apa yang telah diwajibkan kepadanya. Tanggungjawab pegawai dapat diukur melalui : 1). Kemampuan pegawai menyelesaikan tgas dengan tepat dan benar. 2). Melaksanakan tugas atau perintah yang diberikan dengan sebaikbaiknya. 3). Mempunyai kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan bukan hanya untuk kepentingan
instansi, tetapi juga untuk kepentingan dirinya
sendiri. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab merupakan kewajiban seseorang untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah diwajibkan kepadanya, dan jika terjadi kesalahan yang disebabkan karena kelalaiannya, maka yang bersangkutan
dapat dituntut atau
dipersoalkan. e.
Produktivitas Kerja. Slamet Saksosno (1997 : 133) mengatakan produktivitas adalah rasio antara produksi yang dapat dihasilkan dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan untuk keperluan produk itu. 33
Produktivitas kerja dapat diukur melalui : 1). Ketepatan penggunaan waktu. 2). Hasil yang dicapai. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan barang atau jasa dengan menggunakan berbagai sumber produksi sesuai dengan mutu dan jangka waktu yang telah ditentukan. 3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja. Ditambahkan pula oleh Buchari Zainun (1981 : 86) bahwa ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja dalam suatu organisasi : a). Hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan terutama antara pimpinan kerja yang sehari-hari langsung berhubungan dan berhadapan dengan para pekerja yang ada di bawahnya. b). Kepuasan para pekerja terhadap tugas dan pekerjaannya karena memperoleh tugas yang disukai sepenuhnya. c). Terdapatnya suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan anggota lain dalam organisasi. d). Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi dan juga merupakan tujuan bersama mereka yang harus diwujudkan secara bersama-sama. e). Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan materi lainnya yang memadai sebagai imbalan yang dirasakan adil terhadap jerih payah yang 34
telah diberikan terhadap organisasi. f). Adanya kesenangan jiwa, jaminan kepuasan serta perlindungan segala sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir dalam pekerjaannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas seorang pemimpin adalah memberikan dorongan atau motivasi kepada karyawan agar bisa bekerja dengan apa yang diharapkan oleh suatu organisasi sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap produktivitas kerja karyawan. Menurut Nitisemito dalam Buletin studi ekonomi volume 13 nomor 2 (2008:205) indikasi yang menunjukkan kecenderungan umum rendahnya semangat kerja adalah: a. rendahnya produktivitas, b. tingkat absensi yang tinggi, c. tingkat perpindahan kariawan (labour turnover) yang tinggi, d. tingkat kerusakan yang tinggi, e. kegelisahan di mana-mana, f. tuntutan yang sering kali terjadi, dan g. pemogokan. Berdasarkan indikasi yang menunjukkan kecenderungan rendahnya semangat kerja, maka karakteristik semangat kerja karyawan dapat diketahui dari tiga indikator yaitu disiplin, kerja sama, dan kepuasan kerja. Jadi, masalah semangat kerja sangat penting bagi organisasi atau perusahaan.
Apabila
perusahaan
mampu
meningkatkan
semangat
kerja
karyawannya, maka prestasi kerja karyawan juga akan meningkat. Dengan semangat kerja yang tinggi, suatu pekerjaan akan mudah diselesaikan, kesalahan
35
dan kerusakan akan mudah dikurangi, dan tingkat absensi diperkecil dan sebagainya. D.
Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian yang relevan dan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada
kaitannya dengan kedisiplinan, kemampuan berbahasa Inggris dan semangat kerja adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Elvira Sischa Rachmawati (2007) diperoleh hasil bahwa : disiplin kerja merupakan bagian penting dalam manajemen sumber daya manusia sebagai faktor penting dalam peningkatan produktivitas kerja karyawan PT. Cakra Mandiri Pratama Indonesia Divisi Manufaktur dan Niaga Turen Malang. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi disiplin kerja maka semakin tinggi pula produktivitas kerjanya. Dari hasil penelitian diperoleh pula kesimpulan bahwa produktivitas kerja bukan hanya dipengaruhi oleh disiplin kerja, tetapi ada unsur-unsur lain yang turut serta mempengaruhi produktivitas kerja yaitu : pemberian upah atau gaji, komunikasi,
motivasi
kerja,
etika
kerja,
manajemen,
kesempatan
berprestasi. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila (2003) diperoleh hasil bahwa : terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku berbahasa Inggris dan kinerja. Dengan perilaku berbahasa Inggris yang positif, kinerja karyawan baik. Di dalam sebuah perusahaan ekspedisi (jasa pengiriman) dengan tujuan layanan ke berbagai negara seperti PT. Elang Express Surabaya, bahasa Inggris merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki 36
karyawan dan menjadi salah satu faktor penilaian kinerja. Diasumsikan karyawan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang tinggi akan dapat berkomunikasi dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karena itu kemampuan berbahasa Inggris ini secara teoritis berhubungan dengan kinerja. Selain itu dengan bahasa Inggris yang dipakai selama ini, yang hanya
mementingkan
faset-faset
kemengertian
ternyata
juga
bisa
menciptakan kinerja yang baik. Kinerja yang baik ini juga ditunjang oleh hal lain seperti sistem kompensasi dalam perusahaan ini, yang jauh melampaui batas UMR (untuk karyawan operasional) dan melampaui gaji standar untuk posisi yang sama di perusahaan lain (untuk karyawan di lini admistrasi dan manajemen). 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Kusumawarni (2007) diperoleh hasil bahwa : Semangat kerja dan disiplin kerja di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kabupaten Kudus merupakan faktor yang sangat penting bagi peningkatan produktivitas kerja secara maksimal. Peneliti menyarankan agar membina hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan. Hal ini diperlukan agar dalam pelaksanaan tugas antara atasan dan bawahan ada rasa kerja sama dan unsur kekeluargaan. Perlu adanya peningkatan rasa percaya diri pada seluruh pegawai dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal antara kualitas dan kuantitasnya. Perlu membina hubungan kerja sama antar pegawai dalam pelaksanaan tugas sehingga tidak ada rasa iri dan rasa individual.
37
Dengan demikian tugas yang diberikan dapat terselesaikan dengan rasa senang hati sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. E.
Profil PPPPTK BMTI Bandung. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik Bidang Mesin dan
Teknik Industri Bandung adalah Unit Pelaksana Teknis dan bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Sebagai lembaga pemerintah, P4TK BMTI Bandung dalam tugasnya melaksanakan Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri. Dengan peran tersebut serta desakan tuntutan lapangan, maka Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan menugaskan agar lembaga lebih berkembang sehingga dapat memberi dampak positif pada peningkatan mutu pendidikan kejuruan. Dengan demikian diharapkan para lulusan SMK akan lebih mampu bekerja sesuai tuntutan dunia kerja ataupun berwiraswasta secara mandiri. Atas keberhasilan ini tentu tidak lepas dari sejarah dan reformasi dibidang pendidikan, khususnya bidang pendidikan menengah kejuruan. Dalam implementasinya sungguh merupakan kebanggaan tersendiri mengingat respon yang kami terima menggambarkan citra yang sangat positif dari berbagai kalangan, terutama dari dunia pendidikan dan dunia industri, baik di dalam maupun di luar negeri terhadap hal ini dapat kita lihat dalam Profil ini kegiatan-kegiatan yang kami laksanakan. Secara Cepat, Tepat, Efisien, kami mengajak semua unsur pendidikan dan unsur bisnis untuk membangun kemitraan 38
dan jaringan kerja bersama kami sebagai rasa tanggung jawab dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi di era global ini. Peranan dan fungsi PPPG Teknologi
Bandung makin diakui
keberadaannya, baik ditingkat nasional maupun ditingkat internasional dan untuk lebih meningkatkan peran dan fungsinya sebagai pendidikan di tanah air maka pada tahun 2007,
PPPG Teknologi Bandung sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional 8 Tahun 2007 namanya menjadi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Bidang Mesin dan Teknik Industri. Dengan demikian semakin terbukanya peluang P4TK BMTI Bidang Mesin dan Teknik Industri melakukan program pengembangan sebagai salah satu subsistem yang sangat vital dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Visi dan Misi Visi
: Terwujudnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan
teknologi, sains, kejuruan (formal) yang bermartabat dan berwawasan global. Misi
: a. Meningkatkan
kualitas
dan
kuantitas
sumber
daya
Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri Bandung. b. Meningkatkan layanan diklat secara prima bagi pendidik dan tenaga kependidikan bidang mesin dan teknik industri, teknologi sains dan kejuruan (formal dan non formal).
39
c. Melakukan
pengkajian
dan
pengembangan
pendidikan
bidang
teknologi sains dan kejuruan. d. Melaksanakan layanan informasi hasil pengkajian dan pengembangan. e. Memberdayakan jenjang dan akses dalam dan luar negeri.
40