BAB II PEMBERIAN NAMA TUMBUHAN Tatanama Tumbuhan (Plant Nomenclature) Seorang taksonomis haruslah juga nomenklaturis yaitu memberikan nama terhadap taksa baru dan menentukan nama yang tepat untuk taksa yang telah direvisi, dikombinasikan, dipisahkan, ditransfer atau dirubah posisinya menurut kode internasional tatanama tumbuhan. Taksonomis juga menentukan nama yang tepat untuk spesimen menurut system identifikasi dan klasifikasi. Betapa anehnya dan kacaunya kehidupan dunia ini jika kita mengabaikan menggunakan nama untuk menentukan apa yang kita lihat, buat dan rasakan. Ketepatan dan transfer ilmu pengetahuan tidak mungkin dapat terlaksana, dan bisnis didunia tidak akan dapat terlaksana seperti saat ini. Kemajuan berbagai ilmu pengetahuan sampai secanggih yang kita dapatkan saat ini tidak tercapai jika kita mengabaikan apa yang disebut dengan nama. Sebetulnya
manusia
adalah
seorang
nomenklaturis,
karena
memberikan nama terhadap tumbuhan, hewan, dan suatu objek dan telah menempatkannya dalam suatu kategori dengan atau tanpa system dan terminology tertentu. Berabad-abad yang lalu tumbuhan dikenal dengan nama yang panjang, berupa deskripsi kalimat dan susah digunakan, namun itulah karya yang dapat mereka persembahkan pada saat itu. pemberian
Kemudian Gaspar Bauhin (1560-1624) telah merencanakan dua
nama
diterapkan
untuk
satu
tumbuhan.
Namun
rencananya baru dapat terealisir sampai seorang naturalis Swedia, Linnaeus
(1707-1778)
telah
membuat
usaha
penamaan
dan
pengelompokan semua makhluk hidup di dunia dari kerbau (Buffaloes) hingga Ranunculus (buttercups) dengan metode penamaan dual system yang terus digunakan hingga saat ini. Linnaeus telah mengatasi kekacauan dalam pemberian nama dan telah memberi indek sayuran
Pemberian Nama Tumbuhan
didunia berdasarkan suatu ketentuan yang secara universal telah diterima oleh semua masyarakat dunia. Sejak Species Plantarum dipublikasi oleh Linnaus Tah. 1753, pemben-tukan nama dalam bahasa latin atau yang dilatinkan yang berlaku secara internasional merupakan tugas dasar taksonomis atau botanis. Nama ilmiah atau nama spesifik dari suatu organisme adalah suatu kombinasi dari 1) nama genus (nama generik), dan 2) penunjuk jenis (julukan spesifik). Querqus alba L. adalah nama ilmiah white oak, Picea rubens Sarg. Adalah nama ilmiah dari red spruce. Querqus dan Picea adalah nama genus sedangkan alba dan rubens adalah penunjuk jenis. L dan Sarg. Setelah nama ilmiah adalah singkatan dari Linneaus dan Sargent yang merupakan author dari kedua species tersebut. Tidaklah akurat dan sempurna jika nama species tanpa diikuti oleh keseluruhuan atau singkatan dari nama authornya. Penting mengutip nama author karena nama suatu takson secara valid pertama kali dipublikasi. Penulisan nama ilmiah tidak pula dapat ditulis seenaknya. Nama ilmiah haruslah ditulis miring atau digarisbawahi saat ditulis tangan atau dicetak. Awal dari nama ilimiah hendaklah huruf besar dan yang lainnya huruf kecil. Nama genus adalah suatu kata benda dan tunggal, sedangkan penunjuk jenis biasanya adalah adjektif, sebagai contoh pada Querqus
alba L., kata alba berarti putih, tetapi dapat juga sebagai kata keterangan sebagai contoh: Pyrus malus L., malus adalah nama genus dari buah apel. Ada kalanya penunjuk jenis adalah suatu kata benda tunggal yang diambil dari nama orang, misalnya Homalomena rusdii Okada. Rusdii merupakan nama orang yang dianugerahi oleh author karena dianggap berjasa atau memiliki kesan bagi author. Nama genus dan penunjuk jenis dari berbagai sumber tetapi selalu harus diperlakukan sebagai bahasa latin. Botanis dianjurkan untuk tidak membentuk nama ilmiah yang panjang dan sulit dilafazkan dalam bahasa latin atau disesuaikan dengan bahasa latin, dan menghindari kombinasi 7
BAB II
nama dan penunjuk jenis dengan kombinasi kata dari bahasa yang berbeda. Spesies
dikelompokkan
kedalam
suatu
hirarki
taksa
secara
meningkat dari: genus, famili, ordo, kelas, dan divisi dengan “subgroup” pada masing-masingnya. Kelompok taksonomi dari suatu tingkatan disebut dengan takson (jamaknya:taksa). Sebagai contoh: Querqus alba L., Querqus laevis Walter, Querqus falcate Michaux, Querqus bicolor Willd. Adalah emapt jenis dalam genus Querqus. Querqus L., Fagus L. dan
Castanea Miller adalah tiga genera dalam famili Fagaceae. Fagaceae dan Betulaceae merupakan dua famili dalam ordo Fagales. Fagales, urticales dan piperales adalah tiga dari berbagai ordo dalam kelas Magnoliopsida yang takson ini termasuk dalam divisi Magnoliophyta (lihat Tabel 1). Kadang-kadang dalam fikiran kita sering mempertanyakan kenapa system penamaan yang rumit, nama latin yang sulit disebutkan mesti kita terapkan, tidak nama umum yang sudah sering kita dengar. Benson (1962) menyatakan dengan ringkas kenapa nama daerah tidak dapat menggantikan nama ilmiah: 1. nama daerah hanya dapat digunakan pada satu daerah setempat 2. Didunia sangat sedikit spesies mempunyai nama yang sama di temapt lain 3. Nama daerah tidak dapat diterapkan untuk menunjukkan tingkatan takson 4. Pada nama daerah sering dua tumbuhan yang tidak berhubungan sama sekali diketahui mempunyai nama yang sama, dan sering meskipun dalam satu bahasa sering untuk satu tumbuhan memiliki nama yang berbeda pada daerah yang berbeda. Di sumatera terdapat berbagai genus dari famili Araceae, seperti:
Amorphopalus,
Furtadoa,
Homalomena,
Schismatoglottis, Colocasia,
Alocasia, Singonium, Typhonium, Aglaonema dan sebagainya. Semuanya itu disebut dengan “kaladi liar”. Jelas hal ini tidak tepat dan tidak menunjukkan status taksonomi dari tumbuhan yang bersangkutan. Oleh
8
Pemberian Nama Tumbuhan
karena itu nama yang standard dan dapat digunakan dimana saja mesti diterapkan yaitu nama ilmiah. Ahli botani moderen di semua Negara menggunakan “International Code of Botanical Nomenclature” (Voss et al., 1983, yang selanjutnya disebut dengan ICBN) atau Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) yang merupakan suatu system yang sederhana dan tepat yang menunjukkan tingkatan unit atau kelompok taksonomi dan nama ilmiah yang diterapkan pada individu dari suatu kelompok taksonomi tumbuhan. Panduan yang paling penting dalam pemberian nama ilmiah adalah pembukaan KITT sebagai berikut: Kode Internasional Tatanama Tumbuhan Pembukaan 1. Botani membutuhkan system tatanama yang tepat dan sederhana yang digunakan oleh semua ahli botani dimanapun dan menunjukkan tingkatan unit atau kelompok taksonomi dan nama ilmiah yang diterapkan pada individu dari suatu kelompok taksonomi tumbuhan. Tujuan dari pemberian suatu nama tumbuhan terhadap suatu takson bukanlah menunjukkan karakter dan sejarahnya tetapi untuk memberikan pengertian untuk menyebutkannya dan menunjukkan tingkatan taksonominya. Tujuan dari kode ini adalah memberikan ketetapan metode penamaan kelompok taksonomi yang tidak mudah berubah, menghindari penolakan pemakaian nama yang dapat menyebabkan kesalahan atau makna ganda atau menjerumuskan sain dalam ketidakpastian. Selanjutnya hal yang penting juga adalah menghindari pemberian nama tanpa manfaat 2. Azas-azas membentuk dasar dari system tatanama tumbuhan 3. Rincian peraturan dikelompokkan atas aturan-aturan, artikel dan rekomendasi. Contoh-contoh ditambahkan pada aturan-aturan dan rekomendasi untuk men-jelaskannya. 4. Tujuan aturan-aturan adalah menempatkan tatanama yang lalu dalam urutan dan melengkapinya dimasa akan data; nama yang bertentangan dengan atur-an tatanama tidak dapat dikelola 5. Rekomendasi berhubungan dengan poin tambahan, tujuannya untuk membuat lebih seragam dan jelas terutama tatanama masa yang akan datang; nama yang bertentangan dengan rekomendasi tidak dapat ditolak, tetapi tidak dapat menjadi contoh untuk diikuti. 6. Ketentuan pengaturan modifikasi kode ini adalah bentuk perubahan yang ter-akhir 7. Aturan dan rekomendasi diterapkan untuk semua organisme yang dianggap sebagai tumbuhan(termasuk jamur, bukan bakteri), apakah berupa fosil atau nonfosil. Tatanama bakteri diatur oleh Kode Internasional Tatanama Bakteri. Ketentuan spesies diperlukan untuk kelompok tumbuhan tertentu: Kode Internasional Tatanama Tanaman Budidaya diadopsi oleh Komisi Internasional untuk Tatanama Tanaman Budidaya; Ketentuan nama hybrid terdapat pada Appendix 1.
9
BAB II
8. Hanya dengan alasan yang sesuai nama suatu tumbuhan dapat berubah, dan tentu saja perubahan tersebut harus berdasarkan dengan fakta dari kajian taksonomi yang lebih dalam atau lebih penting dihentikan jika bertentangan dengan aturan. 9. Ketiadaan aturan yang relevan atau konsekuensi dari aturan meragukan, maka aturan yang umum mesti diikuti 10. Edisi kode ini menggantikan semua edisi sebelumnya.
Tingkatan Taksa Setiap individu tumbuhan diperlakukan sebagai bahagian dari sejumlah taksa yang berurutan mulai dari divisi, kelas, ordo, famili, genus dan spesies dan masing-masingnya dengan subkategori pula. Sebagai contoh suatu individu dari bunga ros akan menjadi bahagian dari spesies Rosa hybrida;
genus,
Rosa;
famili,
Rosaceae;
Ordo,
Rosales;
Kelas,
Magnoliopsida; dan divisi, Magnoliophyta, berdasarkan system klasifikasi saat ini. Kemudian akhiran yang melekat pada masing-masing takson sekaligus
menunjukkan
tingkatannya,
sebagai
contoh:
Ros-aceae
menunjukkan tingkatan tingkatan famili.
10
Pemberian Nama Tumbuhan
Tabel 1. Tingkatan dan akhiran dalam klasifikasi Tumbuhan Tingkatan
Akhiran
Contoh
Divisi Subdivisi
Phyta; mycota (jamur) Phytina; mycotina (jamur)
Pterophyta; Eumycota Pterophytina; Eumycotina
Kelas
Opsida; (cormofita); phyceae (alga); mycetes (jamus)
Pteropsida; Cyanophyceae; Basidiomycetes Pteropsidae; Cyanophycidae; Basidiomycetidae
Subkelas
Opsidae (cormofita); phycidae (alga); mycetidae (jamur)
Ordo Subordo
ales ineae
Rosales Rosineae
Famili Subfamili Tribus Subtribus
aceae oideae eae inae
Rosaceae Rosoideae Roseae Rosinae
Genus Subgenus Seksi Subseksi Seri Subseri
us, a, um, es, on, dsb.
Rosa;Aconitum,
Ranunculus
Spesies Subpsesies Varietas Subvarietas Forma Subforma
Seorang taksonomis harus selalu mengingat bahwa tujuan dasar klasifikasi adalah: 1. untuk mengurutkan organisme kedalam taxa yang telah memiliki nama berdasarkan kekerabatannya; 2. untuk memperoleh susunan yang berurutan yang mengekspresikan kekerabatannya secara praktis
dan
alamiah;
dan
3.
untuk
menghasilkan
suatu
system
penyimpan yang efektif dan efisien, dapat diperoleh kembali saat dibutuhkan dan berguna untuk klasifikasi taksa tersebut. Berdasarkan poin diatas, taksonomis harus peduli perubahan posisi taksonomi suatu taksa
sering
merubah
namanya
sehingga
dapat
meragukan 11
BAB II
penggunaannya sebagai symbol komunikasi. Perubahan tingkatan posisi suatu taksa atau kelompok yang dapat dibedakan dengan mudah harus dihindari jika tidak ada perubahan konsep, kekerabatan satu dengan kelompok lainnya secara mendasar. Nama dan Penamaan Tugas
utama
nomenklaturis
tumbuhan
adalah
memberikan
nama
terhadap taksa baru dan menentukan nama yang benar dari taksa lama yang
sudah
mengalami
revisi
(perubahan
model,
dipisahkan,
digabungkan, ditransfer) atau perubahan tingkatannya. Pemberian nama baru dan perubahan nama lama terhadap taksa lama memerlukan teknik kerja yang tinggi yang dikerjakan oleh ahli tatanama atau anjuran dari spesialis tentang subjek tersebut. Elemen dasar dan aturan pemberian nama yang mesti diketahui oleh mahasiswa pemula sebagaimana dirangkum dalam ICBN (1983) adalah bahwa nama ilmiah merupakan monomial latin, kombinasi biner, kombinasi triner dan seterusnya. Nama genus dan tingkatan taksa lebih tinggi adalah monomial, sebagai contoh: Rosa L. dan Rosaceae Juss. Nama jenis adalah kombinasi biner (binomial), sebagai contoh: Furtadoa
sumatrana
Hotta;
nama
subspecies
merupakan
kombinasi
triner
(trinomial) sebagai contoh: Hibiscus moscheutos ssp. Plaustris (L.) Clausen; nama varietas kombinasi quadriner (quadrinomial), sebagai contoh Lilium catesbaei Walter ssp. catesbaei
var. longii Fernald. Pada
umumnya manual nama varietas kelihatannya kombinasi triner, sebagai contoh Lilium catesbaei Walter var. longii Fernald, karena varietas adalah variasi dari tipe subspesies L. catesbaei Walter ssp. catesbaei yang secara otomatis telah digambarkan oleh author spesies. Azas dasar tatanama adalah bahwa masing-masing kelompok taksonomi
dengan
sirkumskripsi,
posisi,
tingkatan
tertentu
hanya
membawa satu nama yang benar yang paling awal sesuai dengan aturan kecuali pada kasus tertentu (ICBN, 1983). Nama atau penunjuk jenis yang benar suatu takson dengan sirkumskripsi, posisi, tingkatan tertentu 12
Pemberian Nama Tumbuhan
adalah nama atau penunjuk jenis yang “legitimate” yang nama tersebut secara valid dipublikasi harus diadopsi sesuai dengan aturan. Suatu nama yang “legitimate” adalah satu nama yang sesuai dengan aturan. Nama atau epitet yang dipublikasi secara valid adalah yang sesuai dengan Artikel 32-45 dari Kode. Ketentuan dasar dari artikel tersebut adalah: 1. publikasi yang efektif, 2. publikasi dalam bentuk tertentu untuk nama dari masing-masing kategori dari suatu taksa, 3. publikasi dengan deskripsi atau diagnosis, atau mengacu pada deskripsi atau diagnosis publikasi sebelumnya, 4. dilengkapi dengan deskripsi atau diagnosis dalam bahasa latin atau mengacu pada
deskripsi atau diagnosis suatu
takson dalam bahasa latin yang telah dipublikasi secara efektif, dan 5. suatu indikasi dari tipe tatanama. Suatu nama yang sudah dipublikasi secara efektif merupakan tulisan yang dipublikasi dalam bahan cetakan yang umumnya tersedia bagi botanis. Nama yang dapat diterima adalah yang nama yang sesuai dengan aturan sehingga dapat dimasukan kedalam tatanama tumbuhan dan dipublikasi secara valid. Azas dan petunjuk untuk penamaan suatu takson secara legitimate dapat dilihat pada table 2. Tabel 2. Azas-azas Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (1983) I. Tatanama tumbuhan independent dengan tatanama hewan II. Penerapan nama dari kelompok taksonomi ditentukan oleh maksud tipe tatanama III. Tatanama dari kelompok taksonomi didasarkan pada prioritas publikasi IV. masing-masing kelompok taksonomi dengan sirkumskripsi, posisi, tingkatan tertentu hanya membawa satu nama yang benar, yaitu yang paling awal dan sesuai dengan aturan kecuali pada kasus tertentu. V. Nama ilmiah dari kelompok taksonomi diperlakukan sebagai bahasa latin tanpa menghiraukan perubahannya VI. Aturan tatanama adalah berlaku surut, kecuali dengan sengaja dibatasi.
Kajian taksonomi sering menghasilkan perubahan dalam tatanama taksa lam yang harus dibuat menurut aturan pada Kode terbaru. Edisi yang terakhir dari Kode harus digunakan untuk ketentuan yang lebih rinci berhubungan dengan riset taksonomi. Jika studi taksonomi menunjukkan karakter diagnostic atau sirkumskripsi suatu takson harus dirobah, maka 13
BAB II
tidak ada jaminan nama mesti berubah. Penambahan atau pengurangan karakteristik yang digunakan untuk sirkumskripsi suatu takson tidak merubah namanya. Jika studi taksonomi menunjukkan bahwa suatu genus harus dibagi kedalam dua atau lebih genera, nama genera mesti dipertahankan untuk genus yang merupakan tipe dari nama spesiesnya. Contoh:
Aesculus L. merupakan Aesculus sect. Aesculus, sect. pavia (P. Mill.) Persoon, sect. macrothyrsus (Spach) C. Koch, dan sect. Calothyrsus (Spach) C. Koch. Tiga taksa terakhir dianggap sebagai genera yang berbeda oleh author yang terdapat dalam kurung; jika keempat section tersebut
akan
dianggap
sebagai
genera,
nama
Aesculus
harus
dipertahankan sebagai takson pertama, yang termasuk juga jenis
Aesculus hippocastanum L. karena jenis ini merupakan tipe dari genus tsb. yang ditemukan oleh Linnaeus. Jika spesies dibagi menjadi dua atau lebih spesies, maka penunjuk jenis harus dipertahankan untuk spesies yang memuat suatu specimen, deskripsi atau gambar yang dianggap sebagai tipenya. Jika dua atau lebih taksa dengan kedudukan taksonomi yang sama digabungkan, maka nama atau penunjuk jenis “legitimate” yang paling tua mesti dipertahankan. Jika dua genera Dentaria L. dan Cardamine L. digabungkan
maka
hasil
penggabungan
tersebut
harus
disebut
Cardamine karena nama tersebut dipilih oleh Crantz, orang yang pertama kali menggabungkan dua genera tersebut. Jika suatu spesies harus ditransfer ke genus lain atau ditempatkan pada genera lain maka penunjuk jenis harus dipertahankan. Contoh:
Spergula stricta Sw jika ditransfer menjadi genus Minuartia maka harus menjadi Minuartia stricta (Sw.) Hiern. Pada beberapa kasus studi taksonomi menunjukkan nama atau epitet harus ditolak karena secara tatanama berlebihan. Ada dua nama untuk tumbuhan yang sama yaitu Cainito Adans dan Crhysophyllum L.
Cainito Adans adalah tidak sah karena nama tersebut berlebihan. Nama Crhysophyllum L. yang lebih tua dan valid ditetapkan sebagai nama yang 14
Pemberian Nama Tumbuhan
sah. Contoh yang lain: Nama Tapaenanthus Boiss. Ex Benth. Diberikan untuk nama genus Labiatae, namun Tapaenanthum telah diberikan sebelumnya
terhadap
nama
genus
Amaralidaceae,
sehingga
Tapaenanthum harus dpertahankan dan Tapaenanthus Boiss. mesti ditolak. Sitasi Author untuk nama yang benar dan sinonim memerlukan suatu dasar untuk pemahaman taksonomi suatu taksa. Tujuh macam sitasi author dengan beberapa contoh disampaikan berikut ini. Author original. Nama suatu takson akan lebih akurat dan sempurna dan data akan lebih mudah diverifikasi. Sangat penting untuk mengutip nama author yang pertama kali mempublikasinya secara valid. Contoh: Rosaceae Juss., Rosa L., Rosa gallica L., Rosa gallica var. eriostyla R. Keller, Rosa gallica L. var. gallica. Author Kombinasi. Jika suatu nama dipublikasi oleh dua author, maka nama
keduanya
haruslah
dituliskan
setelah
nama
taksa
dengan
menyisipkan “et” atau “&” antar nama kedua author. Jika lebih dari dua author mempublikasinya maka setelah nama takson disebutkan nama author
pertama
dan
ditambah
dengan
“et
al.”.
Sebagai
contoh:
Ranunculus japonicus Thunb var. rostratus Syamsuardi, H. Okada dan T. Ogawa
dapat
ditulis
Ranunculus
japonicus
Thunb
var.
rostratus
Syamsuardi et al. Pengajuan Nama. Jika suatu nama yang diusulkan tidak dipublikasi secara
valid
oleh
seorang
author,
maka
jika
author
lain
menyempurnakannya maka setelah nama taksa tersebut harus diselipkan “ex” antara kedua author tersebut. Contoh Gossypium tomentosum Spruce ex Planch. Publikasi. Jika suatu nama dengan suatu deskripsi atau diagnosis terdapat pada publikasi author yang lain, maka setelah nama takson dan nama
author
pertama
diselipkan
“in”
diikuti
author
yang
mempublikasinya. Contoh: Viburnum ternatum Rehder in Sargent. Perubahan
Deskripsi.
Jika
perubahan
karakter
diagnostik
atau
sirkumskripsi suatu takson tanpa mengeluarkan tipe yang sangat penting, 15
BAB II
maka proses perubahan dapat terlihat dari penamabahan kata atau singkatan tertentu:
emendavit (emend. berarti dikoreksi) diikuti oleh nama author yang menyebabkan perubahan nama tersebut, mutatis characteribus (mut. char. berarti perubahan karakter), pro parte (p.p. berarti bahagian), excluso genere atau exclusis generibus (excl. gen. berarti pengeluaran genus atau genera), exclusa varietate atau exclusis varietatibus (excl. gen. berarti pengeluaran varietas), sensu amplo (s. ampl. berarti pengertian yang lebih luas), sensu stricto (s. str. berarti pengertian sempit). Contoh: Phyllanthus L. emend. Mull. Arg.; Globularia cordifolia L. excl. var. (emend. Lam.). Perubahan Tingkatan. Jika suatu takson yang lebih rendah dirubah tingkatannya menjadi lebih tinggi maka nama takson akan diikuti oleh nama author publikasi pertama dalam parentesis diikuti oleh author yang mengangkat status taksonominya menjadi lebih tinggi. Contoh: Medicago
polymorpha var. orbicularis L. jika menjadi tingkatan spesies oleh Allioni menjadi Medicago orbicularis (L.) All. Transfer Takson. Demikian pula seandainya terjadi transfer nama dengan kedudukan yang sederajat, maka nama baru akan diikuti oleh nama author pertama dalam parentesis diikuti oleh author yang mentranfer status taksonominya menjadi takson lain. Contoh: Cheiranthus tristis L. ditransfer menjadi genus Matthiola oleh Robert Brown menjadi Matthiola
tristis (L.) R.br.
Definisi Dasar Berkaitan dengan Sinonim Suatu sinonim merupakan suatu nama yang ditolak karena salah penerapan atau terjadinya perbedaan dalam mengambil keputusan taksonomi. Suatu sinonim tatanama adalah suatu perbedaan nama berdasarkan tipe tatanama yang sama dengan nama kedua. Suatu sinonim taksonomik adalah perbedaan nama berdasarkan perbedaan tipe 16
Pemberian Nama Tumbuhan
tetapi keputusan taksonomi menunjukkan identitas yang sama dengan takson yang sudah didekripsi sebelumnya. Contoh Paspalum leave Michaux memasukkan P. longipilum Nash., P. circulare Nash; P. leave var.
circulare (Nash) Fernald. Author memutuskan bahwa P. longipilum dan P. circulare diplublikasi dalam manual Small merupakan sinonim taksonomi dari P. leave karena nama berdasarkan tiga tipe yang berbeda; dan bahwa P. laecve var. circulare dalam manual Gray merupakan sinonim taksonomi dari dari P. circulare Nash dalam manual Small, karena hal tsb. Didasarkan tipe yang sama. Basionim merupakan penunjuk jenis atau dibawah jenis yang mempunyai prioritas dan dipertahankan jika ditransfer menjadi suatu taksa lain atau baru. Contoh: Desmodium ochroleucum M.A.Curtis memasukkan Meibonia ochroleuca (M. A. Curtis) Kuntze. Pada kasus ini Meibonia ochroleuca adalah sinonim tatanama berdasarkan tipe yang sama tetapi basionim ochroleuca dipertahankan dengan benar oleh Kuntze dalam analisisnya terhadap takson tersebut. Homonim adalah suatu kasus dua atau lebih nama identik berdasarkan tipe berbeda, namun hanya satu nama yang dapat diakui. Contoh: Spergula stricta SW. ditransfer menjadi Arenaria tidak dapat menjadi Arenaria stricta karena ada jenis lain dengan nama ini.
Jika
ditransfer S. stricta dapat menjadi homonym dari A. stricta. Tautonim adalah binomial yang tidak sah, nama genus dan penunjuk jenis adalah sama. Contoh: Armoracia rusticana (Lam.) Gaertn., Mey
& Scherb. Memasukkan Armoracia armoracia (L.) Britton sebagai
suatu sinonim. A. Armoracia adalah suatu homonym yang merupakan binomial yang tidak sah dan ditolak oleh aturan dan merupakan sinonim tatanama berdasarkan tipe yang sama sebagai Armoracia rusticana. Autonim
adalah
sah,
tautonim
yang
dibuat
untuk
untuk
“infrageneric” atau “infraspecific taxa”. Contoh: Hypericum subgenus
Hypericum section Hypericum; Hypericum perforatum L. ssp. Perforatum var. perforatum.
17
BAB II
Hibrid Hibrid adalah keturunan dari dua tumbuhan atau hewan dari ras, forma, varietas, subspecies, species atau genera. Contoh: X Agropogon (artinya Agrostis X Polypogon). Hibrid “interspesific” adalah persilangan antar dua spesies dari genus yang sama, contoh, Nepenthes (persilangan antara Nepenthes ampularia dengan
x trichocarpa
Nepenthes gracilis
Tanda x dalam suatu nama menunjukkan persilangan. Tipe Tipe adalah acuan dalam pemberian nama. Holotipe adalah satu specimen atau elemen lainnya yang digunakan oleh author sebagai tipe tatanama. Sepanjang holotipe masih ada secara otomatis penerapan nama tersebut mengacu pada tipe itu. Isotipe adalah duplikat holotipe (specimen yang dikoleksi bersama-sama dengan holotipe). Lektotipe adalah specimen atau elemen lain yang diseleksi dari material asli untuk digunakan sebagai tipe tatanama jika tidak ditemukan holotipe apakah karena memang tidak disertai waktu publikasi atau telah hilang. Neotipe adalah specimen atau elemen lain yang diseleksi untuk digunakan sebagai tipe tatanama sepanjang semua material yang digunakan sebagai tipe tatanama telah hilang. Tipe tatanama merupakan elemen nama dari suatu takson secara permanen melekat. Sintipe adalah salah satu dari dua atau lebih specimen yang dikutip oleh author ketika holotipe tidak dibuat. Tapotipe adalah specimen suatu koleksi takson yang sudah bernama, biasanya setelah, dari tipe lokasi asli atu dari daerah dimana spesies dipertelakan.
18