BAB II PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK MENURUT ALIRAN KONVERGENSI
A. Pengertian dan Latar Belakang Lahirnya Teori Konvergensi 1. Pengertian Teori Konvergensi Jamaludin Darwis mendefinisikan teori konvergensi secara bahasa yaitu berasal dari bahasa Inggris dari kata “verge” yang artinya menyatu,.mendapat awalan “con” yang artinya menyertai, dan mendapat akhiran “ance” sebagai pembentuk kata benda. Sedangkan secara istilah konvergensi mengandung arti perpaduan antara entitas luar dan dalam, yaitu antara lingkungan sosial dan hereditas.1 kamus Inggris Convergence yang artinya pertemuan pada satu titik.2 dalam kamus psikologi yang dimaksud aliran konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses perkembangan tingkah laku.3 Sumadi Surya Brata menegaskan tentang teori konvergensi yaitu bahwa di dalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting, bakat kemungkinan telah ada pada masing-masing individu; akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang.4 Jadi Menurut aliran ini, hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya, rangsangan lingkungan tidak akan membina perkembangan tingkah laku baik tanpa didasari oleh faktor hereditas. Penentuan kepribadian seseorang 1
Jamaluddin Darwis, Bimbingan Skripsi, Tgl, 02-03-2006. John M. Echols, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,1992), Cet. XX hlm. 145. 3 J.P. Chaplin,Kamus Lengkap Psikologi, Penerj, Kartini Kartono,(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), Cet. IX, hlm. 112. 4 Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998), Cet. V. hlm, 188. 2
14
15
ditentukan oleh kerja yang integral (potensi bawaan) maupun faktor eksternal (lingkungan). Teori konvergensi ini dipelopori oleh William Lois Stern (1871-1936), Stern adalah salah satu pelopor dari psikologi modern dan perannya terletak dalam kemampuannya untuk menyatukan teori-teori yang saling bertentangan untuk menerangkan tingkah laku, yaitu antara aliran nativisme dan aliran empirisme. Beliau lahir di Jerman di kota Berlin pada tanggal 29 April 1871. tetapi meninggal di Amerika Serikat yaitu di Durham, North California pada tanggal 27 Maret 1938.5 2. Latar Belakang Lahirnya Teori Konvergensi Aliran konvergensi lahir dikarenakan adanya perbedaan pendapat tentang dua faktor yang mempengaruhi perkembangan akhlak anak, yaitu faktor hereditas (keturunan) dan Milliu (lingkungan). Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lainya, memikirkan dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan: perkembangan manusia itu bergantung kepada pembawaan ataukah lingkungan? Atau dengan kata lain dalam perkembangan anak muda hingga menjadi dewasa dibawa dari keturunan (pembawaan) ataukah pengaruh-pengaruh lingkungan? maka dari dua faktor itu timbul tiga aliran, yaitu: a. Aliran Nativisme Teori nativisme berasal dari kata natis = lahir, nativus = kelahiran, pembaharuan.6 Teori nativisme menyatakan bahwa perkembangan sematamata ditentukan oleh pembawaan yaitu pembawaan yang dibawa sejak lahir.7 Para tokoh teori ini berpendapat bahwa seluruh kehidupan manusia ditentukan perkembangannya oleh potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Apakah seseorang itu akan menjadi dokter, jenderal atau pengemis, 5
Sarlito Wirawan Sarwono, op. cit., hlm. 145. J.P. Chaplin, op. cit., hlm. 200. 7 Siti Partini Suardiman, SU. Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: 1990), hlm. 15. 6
16
semuanya sudah ditentukan sejak lahir, yaitu sesuai dengan pembawaanpembawaan manusia sejak lahir. Hasil akhir perkembangan tingkah laku dan pendidikan manusia ditentukan oleh pembawaan dari lahir. Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang tidak baik, oleh karena itu manusia akan berkembang dengan pembawaan baik maupun pembawaan tidak baik yang dia beri sejak lahir. Lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan itu, maka banyak kalangan menyebutkan teori ini disebut teori pesimis (tidak ada ikhtiar dalam berkembang). Teori ini dipelopori oleh Schopenhauer (seorang folosof Bangsa Jerman). Berdasarkan hal tersebut nativisme tidak dapat diterima secara penuh, artinya teori ini tidak mampu menerangkan kejadian-kejadian didalam masyarakat, atau dengan kata lain teori nativisme berat sebelah. b. Aliran Naturalisme Naturalisme berasal dari bahasa latin dari kata nature artinya, alam, tabiat. Dan pembawaan, aliran ini juga dinamakan negativisme ialah aliran yang meragukan pendidikan untuk perkembangan seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik.8 Menurut Ngalim Purwanto aliran Naturalisme adalah pada hakekatnya semua anak (manusia) sejak dilahirkan adalah baik. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengaruh pendidikan itu baik, akan menjadi baiklah ia; akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya.9 Jadi
aliran
ini
hampir
mirip
dengan
nativisme,
bahwa
perkembangan anak (manusia) itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. 8
Zahara Idris, op, cit., hlm. 31-32. Ngalim Purwanto, op, cit., hlm. 59.
9
17
Pelopor aliran ini adalah J. J Rousseu seorang naturalis filosuf bangsa Perancis yang hidup dalam tahun 1712 – 1778. dia berpendapat bahwa ‘semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua menjadi rusak di tangan manusia. Oleh karena itu, sebagai pendidik Rousseau mengajukan ‘pendidikan alam’ artinya, anak hendaklah dibiarkan tumbuh berkembang sendiri menurut alamnya; manusia atau masyarakat jangan banyak menyampurinya.10 Jadi prilaku anak jika baik itu semata-mata hanya dari Tuhan, dan jika prilaku anak itu buruk disebabkan oleh manusianya itu sendiri yang tidak bisa menjaga amanah dari Tuhan, berupa potenai baik yang dibawa sejak lahir. c. Aliran Empirisme Teori empirisme berasal dari kata empiris = pengalaman.11 Jadi teori ini mempunyai maksud bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung kepada faktor lingkungan saja. Aliran empirisme ini mengasumsikan bahwa anak yang baru lahir itu seperti kertas yang masih bersih (tabularasa). Sehingga perkembangan anak itu, baik buruknya ditentukan oleh faktor lingkungan saja, sedangkan faktor bawaan tidak berpengaruh.12 Jadi lingkungan di mana anak itu hidup adalah faktor terpenting yang membentuk kepribadian anak tersebut. John locke (1632-1704), tokoh empirisme yang pertama, mengatakan bahwa jiwa manusia waktu lahir adalah putih bersih bagaikan kertas yang belum ditulis atau bagaikan “tabula rasa” ( arti harfiahnya ; papan lilin). Akan menjadi apakah orang itu kelak, sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman apakah yang akan mengisi tabula rasa tersebut.
10
Ngalim Purwanto. op, cit. hlm. 59. Ibid. , hlm. 50. 12 Ibid. , hlm .18. 11
18
Seorang tokoh empirisme lainnya, yang kemudian mendirikan aliran “behaviorisme”, John B. Watson (antara 1908 sampai 1920) terkenal dengan semboyannya yang berikut ini : “ berikan kepadaku sepuluh orang anak, akan kujadikan kesepuluh orang anak itu masingmasing menjadi pengemis, pedagang, sarjana dan sebagainya sesuai dengan kehendakku”. Jadi menurut Watson, karena jiwa manusia waktu lahir masih bersih, maka untuk menjadikan manusia itu sesuai dengan yang dikehendaki, kepada orang itu tinggal diberikan lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang diperlukan. Aliran empirisme ini ternyata tidak tahan uji, dalam arti aliran ini tidak dapat menjawab masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat, hal ini di contohkan dalam kehidupan sehari-hari perlakuan dalam proses pendidikan yang kita ajarkan kepada murid satu kelas, dengan lingkungan yang sama tetapi tingkat pemahaman anak terhadap materi yang kita ajarkan itu berbeda-beda. d. Konvergensi Aliran konvergensi adalah aliran yang menggabungkan dua aliran di atas (Nativisme dan Empirisme), Konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses perkembangan tingkah laku.13 Menurut aliran ini hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan, sebaliknya rangsangan dari lingkungan tidak akan membina perkembangan tingkah laku anak yang idial tanpa di pengaruhi oleh faktor hereditas. Tokoh teori ini adalah William Lois Stern (1938), ada beberapa percobaan untuk memperkuat teori ini yaitu :
13
C.P. Chaplin, op., cit., hlm. 112
19
1) Dua anak kembar identik, yang mempunyai bakat yang persis sama, didikan dan dibesarkan dalam keluarga dengan lingkungan yang berbeda, akan mengembangkan sifat-sifat yang juga berbeda. 2) Seorang dengan taraf kecerdasan yang tergolong terbelakang, diberi didikan yang sistematis untuk menguasai pelajaran-pelajaran sekolah menengah. Sampai akhir percobaan itu, orang tersebut tidak menunjukkan kemajuan berarti. Terbukti dari kedua percobaan di atas bahwa lingkungan ada pengaruhnya terhadap perkembangan seseorang, tetapi dalam batas pembawaan yang ada. Pada intinya bahwa lingkungan dan pembawan sama-sama berpengaruh terhadap perkembangan seseorang. Hal tersebut dibenarkan oleh Abdul Mujib bahwa penentuan kepribadian seseorang ditentukan oleh kerja yang integral antara faktor internal (potensi bawaan) maupun faktor eksternal (lingkungan pendidikan).14 B. Pengertian Akhlak Menurut Teori Konvergensi Didalam teori konvergensi ilmu akhlak disebut juga dengan istilah personalistik (ilmu kepribadian). Hal tersebut dibenarkan oleh Jalaluddin yang mengatakan bahwa seluruh sikap dan tingkah laku seseorang baik lahiriah maupun batiniah, itu dinamakan personality.15 Di dalam personalistik (ilmu kepribadian) W. Stern ini mempunyai tiga arti, yaitu: 1. personalistik adalah ilmu pengetahuan yang menjadi dasar untuk mempelajari manusia, misalnya; ilmu jiwa, ilmu tubuh dan ilmu hayat. 2. personalistik adalah ilmu pengetahuan tentang pribadi, yang netral. Artinya yang tak terkena oleh perbedaan antara tubuh dan
14
Abdul Mujib et,al., Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet I, 2001), hlm. 121. 15 Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan Pemikirannya. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994), Cet, I, hlm. 91.
20
jiwa. Dan 3. personalistik adalah ilmu jiwa pengalaman. Sebab segala sesuatu yang metafisis dikesampingkan.16 William Lois Stern mengemukakan kepribadian (akhlak) merupakan gambaran totaliotas yang penuh arti dalam diri seseorang yang ditujukan kepada suatu tujuan tertentu secara bebas.17 Dalam pengertian yang lebih rinci William Stern mengemukakan kepribadian (akhlak) adalah suatu kesatuan banyak (unita multicomplex) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus seseorang yang bebas menentukan dirinya sendiri. Ada tiga hal yang menjadi ciri khas kepribadian (akhlak) itu, yakni: a) Kesatuan yang banyak, terdiri atas unsur-unsur yang banyak dan tersusun secara berjenjang dari unsur yang berfungsi tinggi ke unsur yang berfungsi rendah. b) Bertujuan, untuk mempertahankan diri dan mengembangkan diri. c) Individualitas, merdeka untuk menentukan diri sendiri secara luar sadar.18 Jadi yang dimaksud dengan person (kepribadian) adalah suatu kesatuan yang dapat menentukan diri sendiri dengan merdeka dan mempunyai dua tujuan, yakni mengembangkan diri dan mempertahankan diri.19 Pendapat tersebut di perjelas oleh Samuel Soietoe bahwa kepribadian seseorang adalah suatu integrasi yang kompleks dari proses kognitif proses pengembangan sikap dan proses penilaian, proses dalam mempelajari berbagai peranan
dan konsep diri,
pengembangan pada tingkah laku yang spesifik dan pengintegrasiannya dengan kepribadian seseorang terjadi melalui proses sosialisasi.20 Sedangkan yang dimaksud konsep diri di atas adalah serangkaian kesimpulan yang diambil seseorang tentang dirinya berdasarkan pengalaman baik secara langsung (contoh, anak mengetahui 16
kelebihan berfikirnya diri sendiri) maupun tidak langsung
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta : Aksara Baru, 1983), Cet. IV, hlm. 218. Jalaludin, op. cit., hlm. 90. 18 Ibid 19 Agus Sujanto, op. cit., hlm. 218. 20 Samuel Seito, Psikologi Pendidikan (mengutamakan segi-segi perkembangan), (Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi U I, 1994), Jilid. II, hlm. 64. 17
21
(contoh, anak didik diberi tahu tentang terjadinya gelombang tsunami oleh gurunya).21 Yang dimaksud kepribadian (akhlak) dalam teori konvergensi adalah semua tindakan seseorang yang dapat membentuk suatu karakter atau prilaku yang mandiri (tanpa paksaan), yang bertujuan mengembangkan diri artinya semua tindakan seseorang yang muncul adalah hasil pemikiran manusia terlebih dahulu kemudian di wujudkan dengan prilaku; dan mempertahankan diri artinya orang tersebut dapat mempunyai prinsip prilaku yang kuat di dalam lingkungan kehidupannya. Perkembangan kepribadian seseorang berjalan terus sepanjang hidupnya, hasil pelajaran dari pengalaman yang lalu menjadi dasar untuk perkembangan kepribadian selanjutnya. Masalah kepribadian dalam psikologi, kepribadian berarti pola tingkah laku seseorang yang unik, terintegrasi dan terorganisir. Pola tingkah laku itu meliputi pandangan seseorang terhadap dunia, cita-citanya dan minatnya, apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, kemampuannya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Contohnya Memecahkan masalah yang dihadapinya, bagaimana perasaannya terhadap orang lain. C. Unsur-unsur pembentukan Akhlak menurut Teori Konvergensi 1. Faktor Pembawaan Pembawaan adalah seluruh potensi yang terdapat pada individu dan masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan.22 Sementara menurut Ngalim Purwanto yang dimaksud pembawaan adalah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat diwujudkan.23 Menurut Silverstone yang disiter oleh Alisuf Sabri, dalam bahsa inggris dikatakan ‘ The term heredity is used to discribe those characteristics and growth 21
Samuel Soeito, op. cit., hlm. 62. Ahmad Mudzakir, et. al., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Setia, 1995), hlm. 92. 23 Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 69. 22
22
patterns that are biologically transmitted from parent to child’.24 Artinya ialah hereditas digunakan untuk menerangkan karakter-karakter dan bentukbentuk perkembangan biologi yang diturunkan dari orang tua anak. Manusia itu sejak dilahirkan telah mempunyai kesanggupan untuk dapat berjalan, potensi untuk berkata-kata dan lain-lain. Potensi yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tentu saja tidak begitu saja dapat diwujudkan. Untuk dapat diwujudkan menjadi sebuah kenyataan, potensipotensi tersebut harus mengalami perkembangan serta membutuhkan latihanlatihan. Tiap potensi mempunyai masa kematangan sendiri-sendiri. Hanya dengan memperhatikan prestasi-prestasi, bentuk wataknya dan tingkahlaku orang individu sajalah kita dapat mengambil kesimpulan tentang suatu pembawaan yang tertentu yang ada pada individu itu. Itulah sebabnya dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan orang mengartikan pembawaan itu adalah kesanggupan-kesanggupan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Seorang anak dikatakan mempunyai akhlak yang baik, jika ia telah menunjukkan kemampuannya dalam bersosialisasi dengan lingkungannya, misalnya anak tersebut dapat menghormatri dengan orang yang lebih dewasa. Pembawaan atau keturunan terkandung dalam sel benih, yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan. Jadi setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa hereditas tertentu, ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak kedua orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik dan psikis (sifat-sifat mental). Hereditas atau keturunan merupakan aspek-aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang serta merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu.25 24
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. I, hlm. 38. Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Rosida Karya, 2001), hlm. 31. 25
23
Menurut Ngalim Purwanto ada beberapa macam pembawaan dalam diri manusia diantaranya: a. Pembawaan Jenis. Manusia ketika dilahirkan telah memilki pembawaan jenis yaitu jenis manusia yang mengenal bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelegensinya, ingatannya dan lain sebagainya, yang masingmasing individu ciri khas yang berbeda-beda. b. Pembawaan Ras.26 Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat bermacammacam perbedaan termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras misalnya ras Indo German, ras Mongolia dan lain sebagainya. c. Pembawaan Jenis Kelamin. Setiap manusia normal yang dilahirkan telah membawa jenis kelaminnya masing-masing yaitu baik laki-laki maupun perempuan. d. Pembawaan Perseorangan. Tiap-tiap orang memiliki pembawaan yang bersifat individu (pembawaan perseorangan) yang unik, dan setiap individu meskipun bersamaan ras atau jenis kelaminnya yang masing-masing mempunyai perbedaan, watak, intelegensi, sifat-sifat dan sebagainya yang berbedabeda dan pembawaan perseorangan pada tiap orang itu berbeda-beda.27 2. Faktor Lingkungan Istilah lingkungan dapat juga disebut dengan istilah Environment, yang mempunyai arti segala sesuatu yang ada sekitar anak baik berupa bendabenda, peristiwa yang terjadi mupun kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat terhadap anak, dan lingkungan di mana anak-anak 26
Di dalam Ensiklopedi Agama dan Filsafat menerangkan bahwa yang dimaksud ras adalah golongan manusia yang jelas sekali memiliki kemiripan satu dengan yang lainnya, dan nyata berbeda dengan jenis lainnya , tak peduli bahasa dan adat. 27 Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 70.
24
bergaul sehari-hari.28Samuel Soeito mengatakan bahwa lingkungan adalah alam sekitar tempat manusia hidup dan dalam hubungannya dengan alam sekitar tersebut orang yang bersangkutan menunjukkan reaksi.29 Sejak anak dilahirkan bahkan ketika anak masih di dalam kandungan, anak sudah mendapatkan pengaruh dari sekitarnya, misalnya jumlah makanan yang diterimanya, keadaan lingkungannya dan semua kondisi lingkungan baik yang bersifat membantu pertumbuhan maupun lingkungan yang bersifat menghambat pertumbuhan. Lingkungan (milliu) mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pembentukan akhlak anak, lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif dan pengaruh yang negatif terhadap pembentukan akhlak anak. Pengaruh positif dari lingkungan yang baik di dalamnya terdapat sarana dan prasarana yang memadai seperti, masjid (tempat ibadah), sekolah dan lain sebagainya yang didukung oleh kondisi kondisi yang tertib dan rapi. Dan sebaliknya lingkungan kondisi yang masyarakatnya tinggal di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah rata-rata dan tanpa ada fasilitas umum seperti masjid, sekolah dan fasilitas umum yang lainnya, lingkungan seperti inilah yang menimbulkan pengaruh negatif bagi pembentukan akhlak anak. Di dalam buku Psikologi perkembangan lingkungan yang berpengaruh terhadap pembentukan akhlak itu di bagi menjadi tiga kelompok30 : a. Lingkungan rumah Tingkah-tingkah-laku
anak
tidak
hanya
dipengaruhi
oleh
bagaimana sikap-sikap orang yang berada di dalam rumah itu, melainkan juga bagaimana mereka mengadakan atau melakukan hubungan-hubungan dengan orang-orang di luar rumah. Dalam hal ini peranan orang tua penting sekali untuk mengetahui apa-apa yang dibutuhkan si anak dalam 28
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: IKIP, 1984),
hlm. 117. 29
Samuel Soeito, op. cit., hlm. 7. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), hlm. 40-44.
30
25
rangka perkembangan nilai-nilai akhlak si anak, serta bagaimana orang tua ini dapat memenuhinya. Pentingnya peranan lingkungan rumah, kususnya peranan keluarga terhadap perkembangan akhlak anak dapat disingkat sebagai berikut : 1) Tingkah laku orang di dalam rumah (ortang tua, saudara, atau orang lain yang tinggal serumah) berlaku sebagai suatu model kelakuan bagi anak melalui peniruan yang diamatinya. 2) Melalui pelarangan-pelarangan terhadap perbuatan yang tidak baik, atau anjuran untuk melakukan perbuatan yang baik. Sehingga anak tersebut dengan tidak sengaja akan megetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik. 3) Anggota-anggota keluarga di dalam rumah dapat berbuat banyak untuk menimbulkan pengertian-pengertian dan kehendak-kehendak agar anak selalu cenderung untuk melakukan hal yang baik. b. Lingkungan sekolah Corak hubungan antara murid dengan guru atau murid dengan murid, banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai moreol yang masih perlu mengalami perubahan-perubahan. Type guru yang keras mungkin menyebabkan sikap-sikap rendah diri pada si anak, akan tetapi sikap tersebut akan berubah manakala anak tersebut menemukan guru yang demokratis. Kepribadian yang dipancarkan oleh guru dapat menjadi tokoh yang dikagumi, dan karena itulah timbul hasrat peniruan terhadap sebagain atau keseluruhan tingkahlaku guru tersebut. c. Lingkungan teman-teman sebaya Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk mengadakan hubungan dengan teman-teman bermain sebaya, sekalipun kenyataanya perbedaan umur yang relatif lebih besar tidak menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan hubunganhubungan dalam suasana bermain.
26
Anak yang bertindak langsung atau tidak langsung sebagai pemimpin, atau yang menunjukkan ciri-ciri kepemimpinan dengan sikap menguasai teman-temannya, akan besar pengaruhnya terhadap pola-pola sikap atau pola kepribadianya. D. Pembentukan Akhlak menurut Teori Konvergensi Pendapat william Lois Stern yang disitir oleh agus sujanto dikatakan bahwa faktor-faktor dari dalam atau dari luar saja tidak dapat menunjukkan adanya suatu pribadi tertentu yang bulat. Seperti contoh telah terjadi bagaimana kehidupan anak yang sejak kecil yang dibesarkan oleh binatang, anak itu hanya dapat bertingkah laku seperti apa yang ditingkah lakukan oleh binatang-binatang itu saja, sedang pembawaan-pembawaannya yang spesifik sebagai manusia tidak dapat berkembang sama sekali. Juga banyak sekali terjadi anak-anak yang kembar dari satu telur, mempunyai sifat-sifat berlainan.31 Jadi pembentukan kepribadian (akhlak) anak itu dunia luar (lingkungan anak tinggal) dan dalam (pembawaan atau keturuinan), kedua faktor itu konvergerend, dan darinya timbulah anak yang mempunyai tingkahlaku tertentu, yang lain sekali dengan orang lain. Di dalam aliran Konvergensi ini konsep pembentukan akhlak anak dapat diterangkan bahwa, seorang yang akan menginginkan anaknya
mempunyai
akhlak baik, orang tersebut (pelaku perencana pembentuk akhlak) harus mempersiapkan dua faktor yang terpenting yaitu, faktor lingkungan dan faktor keturunan. Hereditas (keturunan) adalah pewarisan sifat-sifat fisik dan psikologis serta pola-pola pertumbuhan lainnya yang secara biologis diwarisi oleh setiap anak dari kedua orang tuanya melalui proses genetis. Maka hereditas (keturunan) dapat dikatakan sebagai potensi-potensi yang dibawa setiap individu ketika lahir yang merupakan warisan dari orang tuanya 31
Agus Sujanto, op. cit., hlm. 222.
27
Unsur-unsur hereditas (keturunan) yang berupa potensi-potensi fisik dan mental psikologis itu dalam proses pembentukan akhlak akan berfungsi sebagai faktor dasar atau bahan yang akan mempengaruhi dalam proses pembentukan akhlak anak. Dalam proses pembentukan akhlak anak diperlukan bahan dasar sebab tanpa adanya bahan dasar itu maka pertumbuhan fisik atau perkembangan akhlak anak tidak akan terjadi. Tentunya makin baik potensi dasar yang yang dibawa anak maka diharapkan makin baik pula dalam proses pembentukan akhlak anak. Dan sebaliknya semakin jelek potensi dasar yang dibawa anak tentu dalam proses pembentukan akhlak anak akan mengalami kesulitan-kesulitan. Sedangkan lingkungan (milliu) dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ada di dalam maupun di luar diri individu yang bersifat mempengaruhi dalam proses pembentukan akhlak anak. Lingkungan ada dua yaitu lingkungan alam (natural enviorement) dan lingkungan sosial (social enviorement). Lingkungan alam meliputi : iklim, suhu, geografis, waktu pagi atau siang dan malam. Sedangkan lingkungan sosial meliputi : lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi dan lain-lain. Dalam proses pembentukan akhlak anak, lingkungan ini merupakan faktor terpenting setelah faktor hereditas. Tanpa adanya dukungan dari faktor lingkungan maka proses perkembangan dalam mewujudkan potensi pembawaan menjadi kemampuan nyata tidak akan terjadi. Oleh karena itu dalam proses pembentukan akhlak anak dapat dikatakan dengan istilah faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu akhlak yang baik maupun akhlak yang buruk, sebab dalam hal ini lingkungan dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik maka akan muncul akhlak yang baik pula. Sedangkan bersifat negatif berarti pengaruhnya jelek maka akan muncul akhlak yang jelek pula. Jadi konsep pembentukan akhlak anak yang ditawarkan oleh aliran konvergensi adalah konvergerend, yaitu anak yang mempunyai akhlak baik dia pasti keturunan maupun lingkungannya juga baik, sebab aliran ini berpendapat bahwa potensi sebaik apapun kalau tidak didukung dengan lingkungan yang
28
menunjang (baik), maka potensi itu tidak akan memunculkan hasil yang baik, dan sebaliknya lingkungan yang baik tapi potensi yang dibawa anak kurang baik maka hasilnya juga tidak bagus. M. Arifin menambahkan bahwa aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara kusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fithroh dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intentif melalui berbagai metode.32
32
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet, hlm. 113.