PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK MENURUT AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
KHOIRUL UMAM NIM : 083111076
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Khoirul Umam
Nim
: 083111076
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagiam tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 16 April 2012 Saya yang menyatakan,
Khoirul Umam NIM: 083111076
ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp 7601295 Fax 7615387 Semarang 50185
PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul : Pembentukan Akhlak Anak Menurut Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 Nama : Khoirul Umam Nim : 083111076 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Semarang, 22 Juni 2012
DEWAN PENGUJI Ketua,
Sekretaris,
Dr. Abdul Wahib, M.Ag NIP:196006151991031004
Nadhifah S.Th.I M.S.I NIP:19750827200312203
Penguji I,
Penguji II,
Dr. H. Fatah Syukur M.Ag NIP:196812121994031003
Drs. Shodiq M.Ag NIP: 196812051994031003
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. H. Mat Solikhin M.Ag NIP: 19550206 197903 2001
Ridwan M.Ag NIP: 19630106 199703 1001
iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 26 April 2012
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Pembentukan Akhlak
Anak Menurut Al-Qur’an surat
Luqman ayat 12-19 Nama
: Khoirul Umam
Nim
: 083111076
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah. Wassalamu’alaikum wr. wb. Pembimbing I,
Drs. H. Mat Solikhin M.Ag.
iv
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 30 April 2012
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Pembentukan Akhlak Anak menurut Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19
Nama
: Khoirul Umam
Nim
: 083111076
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah. Wassalamu’alaikum wr. wb. Pembimbing II,
v
ABSTRAK : Pembentukan Akhlak Anak Menurut Al-Qur’an Surat Luqman ayat 12-19 Penulis : Khoirul Umam NIM : 083111076 Judul
Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengetahui pembentukan akhlak anak menurut Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), yakni berusaha untuk menguak secara konseptual tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pembentukan akhlak anak menurut al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data-data yang diperoleh dari, penafsiran ahli tafsir yang didukung dengan hadits-hadits yang relevan dan sumber data yang dijadikan sebagai alat bantu dalam menganalisis masalah yang muncul, yaitu buku-buku yang ada relevansinya dengan pembahasan. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tahlili dan metode analisis isi (content analisis), metode tahlili yaitu metode yang menjelaskan ayat al-Qur’an dengan meneliti berbagai aspeknya dan meyikapi seluruh maksud yang dikandung, sedangkan analisis isi (content analisis) yaitu suatu teknik penyelidikan yang berusaha untuk menguraikan secara objektif, sistematik dan kuantitatif isi yang termanifestasikan dalam suatu komunikasi . Selain itu juga menggunakan metode pemaknaan kontekstual, yaitu mendudukan keterkaitan antara yang sentral dengan yang perifer adalah terapannya. Yang sentral adalah studi tentang ayatayat Qur’aniyah dan yang perifer adalah studi ayat-ayat kauniyah (bukti-bukti dalam kehidupan manusia dan alam). Ketiga metode ini digunakan dalam mengumpulkan data-data dari al-Qur’an, buku-buku atau tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan pembentukan akhlak anak yang bersifat umum untuk dianalisis dengan tujuan mengambil kesimpulan yang bersifat khusus. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pembentukan akhlak anak menurut surat Luqman ayat 12-19 yang meliputi : tujuan pembentukan akhlak anak agar anak mempunyai akhlaqul karimah yang tinggi. Materi pendidikannya terdiri dari pendidikan aqidah, pendidikan birrul walidain, pendidikan salat, pendidikan amar ma’ruf nahi mungkar, dan pendidikan budi pekerti. Metode yang digunakan adalah metode pembiasaan dan keteladanan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah ilmu pengetahuan dan bahan informasi serta masukan bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
vi
TRANSLITERASI Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf latin beserta perangkatnya. Pedoman transliterasi dalam skripsi ini meliputi : a. Konsonan Huruf Arab ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ال م ن و ها ء ي
Nama Alif ba ta sa jim ha kha dal zal ra za sin syin sa dad ta za ‘ain gain fa qaf kaf lam mim nun wau ha hamzah ya
Huruf latin Tidak didefinisikan b t s} j h kh d dz r z s sy s d} t} z} ….. ‘ g f q k l m n w h ….’ Y
vii
b. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf / transliterasinya berupa huruf dan tanda, contoh: dibaca qala dibaca qila dibaca yaqulu c. Ta Marbuthah Translitrasinya menggunakan : 1. Ta marbuthah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya h. Contoh
:
dibaca talhah
2. sedangkan pada kata yang terakhir dengan ta marbuthah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbuthah itu ditransliterasikan dengan h. Contoh :
dibaca raudah al-atfal
d. Kata Sandang Transliterasi kata sandang dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Kata sandang diikuti huruf syamsiah Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Contoh :
dibaca ar-Rahimu
2. Kata sandang diikuti huruf qamariah Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh :
dibaca al-Maliku
viii
Namun demikian, dalam penulisan skripsi penulis menggunakan model kedua, yaitu baik kata sandang diikuti oleh huruf syamsiah ataupun huruf al-Qamariah tetap menggunakan al-Qamariah.
e. Penulisan kata Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun hurf, ditulis terpisah, hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazimnya dirangkaikan dengan kata lain. Karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka dalam translitarasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh : dibaca Man istata’a ilaihi sabila dibaca Wa innallaha lahuwa khair al-raziqin
ix
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Syukur Alhamdulillah, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayahNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pembentukan Akhlak Anak Menurut Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19”. Hanya dengan pertolonganNya lah penulis dapat melewati segala kesulitan, hambatan, rintangan dan godaan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sang inspirator sejati menuju kebahagian dunia akhirat. Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bimbingan, dukungan dan saran pihak-pihak tertentu. Oleh karena itu dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga penyusunan skripsi ini selesai. Penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Dr. Suja’i M.Ag. 2. Pembimbing I, Drs. H. Mat Solikhin M.Ag., dan pembimbing II, Ridwan M.Ag., yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya ditengah-tengah kesibukannya, beliau selalu memberikan bimbingan sampai penulisan skripsi ini selesai. 3. Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, terkhusus Segenap dosen PAI yang tidak bosanbosannya memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis. 4. Bapak dan Ibu karyawan Perpustakaan baik di Institut maupun di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang juga perpustakaan umum, yang telah memberikan
pelayanan kepustakaan dengan yang
diperlukan penulis untuk menyusun skripsi ini. 5. Sahabat-sahabatku Pendidikan Agama Islam angkatan 2008, keluargaku IMPP Walisongo Semarang, sahabat spesialku yang selalu memberikan dukungan,
x
waktu, tenaga, materi, dan selalu menemani penulis hingga tersusunlah skripsi ini. 6. Semua pihak yang pernah melintas dan menghiasi hidupku dan membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semarang, 30 April 2012 Penulis,
Khoirul Umam NIM. 083111076
xi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii PENGESAHAN ............................................................................................ iii NOTA PEMBIMBING I ............................................................................... iv NOTA PEMBIMBING II ............................................................................. v ABSTRAK .................................................................................................... vi TRANSLITERASI........................................................................................vii KATA PENGANTAR ................................................................................ x DAFTAR ISI ................................................................................................. xii BAB I
: PENDAHULUAN..................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................. 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 5 D. Kajian Pustaka.....................................................................5 E. Kerangka Teori....................................................................8 F. Metode Penulisan................................................................11 G. Sisitematika Pembahasan....................................................14
BAB II
: DESKRIPSI DAN ASBAB AL-NUZUL SURAT LUQMAN AYAT 12-19.............................................................................16 A. Deskripsi Surat Luqman ayat 12-19...................................16 B. Arti Kosa Kata .................................................................. 17 C. Asbab Al-Nuzul..................................................................19 D. Munasabah Ayat.................................................................21
BAB III
: TAFSIR SURAT LUQMAN AYAT 12-19...........................25 A.
Profil Luqman Al-Hakim ................................................ .25
B.
Tafsir Surat Luqman Ayat 12-19................. .................. .26
xii
BAB IV : ANALISIS PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK MENURUT AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19...........................................33 A.
Pengertian Akhlak.............................................................33
B.
Nilai Pendidikan dalam surat Luqman ayat 12-19 .......... .37
C.
Pembentukan Akhlak Menurut Surat Luqman ayat 12-19.........................................................................47
BAB V
:
PENUTUP............................................................................... 53 A.
Kesimpulan ..................................................................... .53
B.
Saran-saran ...................................................................... .55
C.
Penutup............................................................................ .56
DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya orang tua dan keluarga adalah “sekolah” pertama bagi anak. Anak yang lahir bersih seperti kertas putih itu akan mendapat celupan warna dari orang tua dan orang-orang dekat atau keluarga. Dalam perkembangannya anak membutuhkan peran orang tua antara lain sebagai pemelihara kesehatan mental dan fisik, peletak dasar kepribadian yang baik, pembimbing, pemberi fasilitas dan motifator untuk mengembangkan diri, menciptakan suasana nyaman dan kondusif bagi pengembangan diri anak.1 Dalam pandangan syari’at Islam, anak merupakan amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, maka dari itu orang tua berkewajiban untuk menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanat itu kepada yang berhak yaitu anak. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus mengantarkan anaknya melalui pendidikan untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah.2 Pendidikan itu berlangsung seumur hidup, maka prosesnya dapat dilakukan dalam keluarga, masyarakat, lembaga-lembaga formal dan non formal.3 Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga harus memperhatikan dalam memberikan kasih sayangnya, jangan berlebih-lebihan dan jangan pula kurang. Oleh karena itu orang tua harus pandai dan tepat dalam memberikan kasih sayang yang dibutuhkan oleh anaknya. Kalau pendidik dalam hal ini adalah orang tua tidak mendidik dan memelihara anak akhirnya anak akan terjerumus ke dalam kenistaan, maka orang tua juga akan menerima akibatnya baik kehidupan di dunia maupun akhirat. 1
Partini, Pengantar Pendidikan Usia Dini, (Yogyakarta; Grafindo Litera media; 2010),
hlm. 55 2
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996), hlm. 103 3
Zainudin et.,all., Pendidikan Islam dari Paradigama Klasik hingga Kontemporer, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 59
1
Pendidikan di dalam keluarga yang baik adalah yang mau memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Pendidikan dalam keluarga mempunyai pengaruh yang positif di mana lingkungan keluarga memberikan dorongan atau memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam.4 Tanggung jawab itu terletak di atas pundak para orang tua sehingga anak-anak terhindar dari kerugian, keburukan, dan api neraka yang senantiasa menantikan manusia yang jauh dari Allah swt. Allah swt. telah mengisyaratkan hal itu dalam firmannya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S. At-Tahrim/66 : 6)5 Dari ayat di atas jelas bahwa semata-mata mengakui beriman saja belumlah cukup. Iman mestilah dipelihara dan dipupuk, terutama sekali dengan dasar iman hendaklah orang menjaga keselamatan diri dan seisi rumah tangga janganlah esok masuk kedalam neraka yang sangat panas dan siksa yang sangat besar itu, disertai jadi penyala dari api neraka.6 Oleh karena itu, maka seseorang yang beriman tidak boleh pasif, artinya berdiam diri menunggu-nunggu saja, yaitu supaya memelihara diri sendiri lebih dulu agar jangan masuk neraka, setelah itu memelihara keluarganya yang terdiri dari istri, anak, saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki-laki untuk taat kepada Allah. Dan kamu larang dirimu beserta semua orang yang berada di bawah tanggung jawabmu untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah. Kamu ajari 4
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar; 2009), hlm. 318-319 5
Soenarjo, et.al., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV. Karya Insan Indonesia; 2002), hlm.820 6
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 10, (Singapura: Pustaka Nasional, 1990), hlm. 7508.
2
dan didik mereka serta pimpin mereka dengan perintah Allah. Kamu perintahkan mereka
untuk
melaksanakannya
dan
kamu
bantu
mereka
dalam
merealisasikannya. Bila kamu melihat ada yang berbuat maksiat kepada Allah, maka cegah dan larang mereka. Ini merupakan kewajiban setiap muslim yaitu mengajarkan kepada orang yang berada di bawah tanggung jawabnya segala sesuatu yang telah diwajibkan dan dilarang oleh Allah Ta‟ala kepada mereka.7 Anak adalah merupakan amanat dari Allah SWT kepada orang tua agar dibimbing, dididik supaya menjadi anak yang berbakti dan menjadi anak yang sholeh, sehingga orang tua dalam memberikan bimbingan atau pendidikan kepada anak-anaknya harus hati-hati, karena mereka cenderung meniru perbuatan orang tuanya. Dengan kata lain, kewajiban bagi keluarga lebih-lebih bapak dan ibu untuk selalu membimbing dan mengarahkan anak agar memiliki wawasan yang luas dan menjadikan anak yang bermoral. Dalam hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi sebagai berikut :
“Hajib bin Walid menceritakan kepadaku, Muhammad bin Harb‟ dari Zubaidi dari Zuhri, Sa‟id bin Musayab dari Abi Hurairoh mengatakan kepadaku bahwa Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya? kemudian Abu hurairoh berkata “bacalah jika kalian berkehendak”: (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah
7
Muhammad Nasib Arrifa‟i, Kemudahan dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm. 751. 8
Imam Abi Al-Husaini Muslim bin Al-Hajjaji Al-Qusyairy An-Naisabury, Shahih Muslim, Juz IV,(Beirut Libanon: Dar-Ahya‟ Al-Turatsi Al-„Arabi, t.th.), hlm. 2047
3
Rasuluulah bersabda Tidaklah seorang bayi itu dilahirkan melainkan dalam keadaan fitroh.(H.R.,Muslim ) Keluarga atau orang tualah yang pertama dan utama memberikan dasardasar pendidikan seperti pendidikan agama , budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar mematuhi peraturan-peraturan, menanamkan kebiasaan-kebiasaan, dan lain-lain sebagainya.9 Dalam pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga, anak akan memperoleh pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak selanjutnya. Dari penyelidikan para ahli, pengalaman pada masa anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan individu dalam hidupnya. Kehidupan emosional atau kebutuhan rasa kasih sayang anak dapat terjamin dengan baik, hal ini disebabkan karena adanya hubungan darah antara pendidik dan anak didik, karena orang tua hanya menghadapi sedikit anak didik dan karena hubungan tadi atas rasa kasih sayang yang murni.10 Dari uraian di atas, maka pendidikan dalam keluarga itu sangat penting. Dewasa ini banyak orang tua, bahkan tidak tahu akan kewajibannya terhadap anak-anak dalam keluarga, mereka lebih condong untuk sibuk dengan dirinya sendiri dan pekerja‟annya tanpa meluangkan waktu dalam hal pendidikan dan perkembangan kepribadian untuk anak-anaknya, padahal penanaman nilai-nilai budi pekerti itu lahir dari keluarga yakni orang tua sebagai pendidik tunggal dalam lingkungan keluarga. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat tema tersebut dengan mengambil judul skripsi “PEMBENTUKAN
AKHLAK
ANAK
DALAM
AL-QUR‟AN
SURAT
LUQMAN AYAT 12-19.”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana pembentukan akhlak anak dalam Q.S. Luqman ayat 12-19? 9
Sahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Padang; Ankasa raya;1987), hlm. 36
10
Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm.75
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dari pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui konsep pembentukan akhlak anak dalam surat Luqman ayat 12-19. Dari tujuan dinatas, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai bagi ; 1.
Peneliti, meningkatkan wawasan yang lebih komprehensif terhadap pemahaman konsep pembentukan akhlak anak menurut Q.S. Luqman ayat 12-19 dari berbagai sudut pandang para ulama tafsir.
2. Orang tua, dapat diaplikasikan dalam sikap dan perilaku yang islami di dalam kehidupan nyata. 3. Masyarakat, sebagai i’tibar bagi manusia agar tetap berpegang teguh pada ajaran agama Islam yaitu Al-Qur‟an.
D. Kajian Pustaka Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari penelitianpenelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik mengenai kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali informasi dari buku-buku maupun skripsi dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. Dalam skripsi yang dituliskan oleh mahasiswa jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Ahmad Zainudin yang berjudul “Tanggung Jawab Orang Tua dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak ; Kajian Terhadap Surat at-Tahrim ayat 06, menyimpulkan bahwa : 1. Keberhasilan proses pendidikan anak dalam keluarga sangat tergantung pada peran dan tanggung jawab keluarga itu sendiri. Di mana orang tua sebagai inti dari keluarga memiliki peranan yang sangat penting, dialah yang bertanggung jawab penuh terhadap proses pendidikan anak dalam keluarga, sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan proses pendidikan anak dalam keluarga sangat
5
tergantung pada bagaimana orang tua melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tersebut. Pendidikan anak dalam keluarga sebagai terkandung dalam surat alTahrim ayat 6 adalah pendidikan yang dilakukan oleh orang tua (bapak, ibu) dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi (fitrah) anak-anaknya, menuju terbentuknya kepribadian yang utama, yaitu pribadi yang mampu menentukan masa depan dirinya, masyarakat, bangsa dan agamanya. Karena anak merupakan amanah Allah kepada orang tua yang harus dirawat, dipelihara dan dididik dengan penuh kasih sayang.11 2. Tanggung jawab orang tua dalam keluarga yang diperoleh dari al-Qur‟an surat at-Tahrim ayat 6 mempunyai implikasi pada pendidikan anak yang meliputi: perkembangan jasmani dan rohani anak, rasa kasih sayang anak serta perhatian anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sebagaimana yang diharapkan oleh orang tua selaku pendidik dalam keluarga. Orang tua harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya dengan mengacu dan berdasarkan kepada syari‟at Islam dalam menerapkan pendidikan bagi anaknya. Adapun materi yang terkandung di dalamnya secara garis besar meliputi akidah, syari‟ah dan akhlak. Dalam hal ini orang tua bisa menggunakan
beberapa
metode
di
antaranya
adalah
metode
keteladanan/contoh, pembiasaan, nasehat, perhatian/pengawasan dan hukuman. Adapun penerapan metode ini disesuaikan dengan materi yang akan diberikan serta tingkatan perkembangan anak itu sendiri. Untuk mendapatkan tanggapan positif dari anak, pendidik (orang tua) harus memiliki sifat-sifat antara lain ikhlas, takwa, ilmu, penyabar, dan rasa tanggung jawab dalam mendidik anak. Selain itu, prinsip-prinsip dasar dalam mendidik anak yang meliputi prinsip ikatan dan peringatan, di mana kedua itu akan saling memperkuat satu sama lain.
11
Ahmad Zainuddin, “Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Keluarga dan Iplikasinya Terhadap Pendidikan Anak: Kajian Tehadap Surat At-Tahrim ayat 06”, Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006), hlm. 60
6
Dalam skripsi yang ditulis oleh Yusrina, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pemebentukan Akhlak Siswa di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro”, menyimpulkan bahwa adanya pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa SMP YPI Cempaka Putih Bintaro dan tidak adanya pengaruh nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang didapatnya di sekolah terhadap pembentukan akhlak siswa SMP Ypi Bintaro, baik yang mendapatkan nilai tertinggi maupun yang mendapatkan nilai terendah. Semua pengaruh ini tidak terlepas dari peran aktif sekolah atau guru Pendidikan Agama Islam yang menanamkan nilai-nilai agama di dalam diri siswanya, dengan harapan agar terbentuknya akhlak dan tingkah laku yang baik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.12 Skripsi yang ditulis oleh Baha‟udin, Mahasiswa jurusan PAI IAIN Walisongo Semarang, dengan judul “Konsepsi Abdulloh Nashih Ulwan tentang Metode Pendidikan Moral Anak Dalam Keluarga” (Telaah Kitab Tarbiyatul Aulad fil Islam) menyimpulkan bahwa pendidikan moral harus menggunakan teknik yang sesuai agar mencapai keberhasilan yang optimal. Untuk itu dibutuhkan dukungan faktor seperti pendidik, anak didik, metode dan tujuan. Menurut Ulwan, metode yang harus digunakan oleh para pendidik termasuk orang tua sebagaimana yang diterapkan oleh Nabi Muhamad SAW, dalam mendidik putra-putri dan para sahabatnya, adalah: 1. Pendidikan dengan keteladanan 2. Pendidikan dengan adat kebiasaan 3. Pendidikan dengan nasihat 4. Pendidikan dengan memberi perhatian 5. Pendidikan dengan memberikan hukuman Metode-metode yang ditawarkan Ulwan itu efektif, hal ini dapat ditinjau dari kajian psikologis, sosiologis, dan religius. 12
Yusrina, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro, Skripsi, (Jakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah, 2006), hlm. 69
7
1. Secara psikologis yaitu anak mempunyai rasa imitasi yang tinggi, untuk itu bagi orang tua (pendidik) agar dapat memberikan keteladanan, nasehat dan hukuman yang mendidik. 2. Dari perspektif sosiologis, bahwa manusia merupakan manusia yang mendidik dan harus di didik, anak harus di didik agar perkembangannya berjalan lancar. 3. Tinjauan religius yaitu orang tua harus menjaga amanat dari Allah SWT sebaik mungkin, karena keselamatan keluarganya berada dalam tanggung jawabnya.13
E. Kerangka Teori Dalam Al-Qur‟an juga telah dijelaskan bahwa Allah telah memberikan i’tibar melalui Luqman al-Hakim sebagai sosok seorang pendidik dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Dalam ayat 12 diterangkan bahwa Allah telah memberikan hikmah, akal, paham dan memberikan petunjuk untuk memperoleh ma‟rifat yang benar kepada Luqman. Oleh karena itu, Luqman menjadi seorang yang hakim (mempunyai hikmah). Ini memberikan pengertian bahwa anjuran Luqman yang disampaikan kepada anaknya berupa ajaran-ajaran hikmah, bukan dari wahyu. Hal ini didasarkan pada pendapat yang benar bahwa Luqman adalah seorang hakim (orang bijak, filosof) dan bukan Nabi. Orang yang mensyukuri nikmat Allah maka sebenarnya dia bersyukur untuk kepentingan dirinya sendiri, sebab Allah akan memberikan pahala yang banyak dan melepaskan dari siksa.14 Pada ayat 13 ada kata ya’izhuhu (
) yang terambil dari kata wa’zd(
)
yaitu nasihat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Luqman memulai nasihatnya dengan seruan menghindari syirik sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud Allah yang Esa.15 13
Baha‟udin, “Konsepsi Abdulloh Nashih Ulwan tentang Metode Pendidikan Moral Anak Dalam Keluarga: Telaah Kitab Tarbiyatul Aulad fil Islam”, Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo), hlm. 62 14
M. Abdul Ghofar dan Abu Ihsan al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsiir, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2008), hlm. 3260 15
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 127
8
Dalam ayat 14 ini, digambarkan bagaimana payah ibu mengandung, payah bertambah payah. Payah sejak dari mengandung bulan pertama, bertambah payah tiap bertambah bulan dan sampai di puncak kepayahan di waktu anak dilahirkan. Lemah sekujur badan ketika menghajan anak keluar, kemudia mengasuh, menyusukan, memomong, menjaga, memelihara sakit senangnya. Dalam ujung ayat ini, dianjurkan untuk bersyukur, syukur yang pertama ialah kepada Allah. Karena semua itu berkat rahmat Allah belaka. Setelah itu bersyukurlah kepada kedua orang tuamu, ibu yang mengasuh dan ayah yang membela dan melindungi ibu dan melindungi anak-anaknya, ayah yang berusaha mencari sandang dan pangan setiap hari.16 Pada ayat yang ke-15 ini menerangkan bahwa dalam hal tertentu, seorang anak dilarang menaati ibu bapaknya jika mereka memerintahkannya untuk menyukutukan Allah, yang dia sendiri memang tidak mengetahui bahwa Allah mempunyai sekutu, karena memang tidak ada sekutu bagi-Nya. Sepanjang pengetahuan manusia, Allah tidak mempunyai sekutu. Karena menurut naluri, manusia harus mengesakan Tuhan.17 Pada ayat 16 Luqman melanjutkan wasiatnya dengan memberikan perumpamaan, yaitu walaupun perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sekalipun beratnya hanya sebiji sawi dan berada di tempat yang tersembunyi, niscaya perbuatan itu akan dikemukakan oleh Allah SWT kelak di hari kiamat, yaitu pada hari ketika Allah meletakan timbangan amal perbuatan yang tepat, kemudian pelakunya akan menerima pembalasan amal perbuatannya, apabila amalnya itu baik maka balasannya akan baik pula dan apabila amalnya buruk maka balasannya pun akan buruk pula.18 Pada ayat 17 ini, Lukman mewasiatkan kepada anaknya hal-hal berikut : a. Selalu mendirikan sholat dengan sebaik-baiknya, sehingga diridai Allah. Jika sholat yang dikerjakan itu diridai Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar 16
Hamka, Tafsir Al-Azhar, ( Jakarta: P.T. Pustaka Panjimas, 1998), hlm. 129.
17
Ahsin Sakho Muhammad, et al., Al-qur’an dan Tafsirnya , (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 552-554 18
Ahmad Mustafa Al-Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Toha Putra, 1992), hlm. 157-158
9
dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya. b. Berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridai Allah, berusaha membersihkan jiwa, dan mencapai keberuntungan, serta mencegah mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa. c. Selalu bersabar dan tabah terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan.19 Pada ayat 18 dari surat Luqman terdapat kata Ash-Sha’ru, artinya penyakit yang menimpa onta sehingga membengkokan lehernya. Pengguna‟an gaya bahasa seperti ini dalam Al-Qur‟an bertujuan agar manusia tidak meniru gerakan Ashsha’ru ini yang berarti gerakan sombong seperti berjalan dengan membusungka dada, dan memalingkan muka dari manusia karena sombong dan merasa tinggi hati. Pada ayat yang selanjutnya kata Al-Qosdu yang mempunyai makna maksud dan tujuan, jadi berjalan itu harus selalu tertuju kepada maksud dan tujuan yang ditargetkan pencapaianya. Sehingga, gaya berjalan itu tidak menyimpang, sombong, dan mengada-ada. Namun harus ditujukan guna meraih maksudnya dengan sederhana dan bebas. 20 Ayat di atas menjelaskan tentang nasihat Luqman al-Hakim yang mencakup pokok-pokok pendidikan. Di sana ada akidah, syari‟at dan akhlak, tiga unsur ajaran al-Qur‟an. Di sana ada akhlak terhadap Allah, terhadap pihak lain, dan terhadap diri sendiri. Ada juga perintah moderasi yang merupakan ciri dari segala macam kebajikan serta perintah bersabar, yang merupakan syarat mutlak meraih sukses, duniawi dan ukhrowi. Demikian Luqman al-Hakim mendidik
19
Ahsin Sakho Muhammad, et al., Al-qur’an dan Tafsirnya , (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 555 20
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As‟ad Yasin dan Abdul Aziz Salim basyarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), Jilid XXI, Hlm. 177
10
anaknya bahkan memberi tuntunan kepada siapapun yang ingin menulusuri jalan kebajikan.21
F. Metode Penulisan Usaha untuk memproses data ataupun informasi yang diperlukan dilakukan dalam penulisan ini disusun sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan ,dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.22 Jadi dalam penelitian ini mencari konsep tentang pembentukan akhlak anak dalam surat Luqman ayat 12-19 dari berbagai kitab tafsir yang merupakan interpretasi para mufasir dalam memahami maksud, isi dan kandungan yang ada dalam surat Luqman ayat 12-19 sehingga akan dapat mempermudah dalam kajian ini. Selanjutnya untuk memberi penjelasan atau penafsiran terhadap ayat tersebut, melalui metode studi pustaka (library research), maka langkah yang ditempuh adalah dengan cara membaca, memahami serta menelaah buku-buku, baik berupa kitab-kitab tafsir maupun sumber-sumber lain yang berkenaan dengan permasalahan yang ada, kemudian dianalisa. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini, yaitu tafsir al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 seperti: Tafsir Fi zhilalil Qur’an karangan Sayyid Quthb, Tafsir Al Bayan karya tengku Muhamad Hasby Ashiediqy, Tafsir Ibnu Katsiir karya Abil Fida‟ Ismail bin Katsiir Addamasyqiy, Tafsir al Kabir karya Imam Fakhrudin, Tafsir Al-Qur’anul majid An-Nur karya Tengku muhamad Hasby
21
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta;Lentera Hati, 2002), Hlm. 312-313. 22
Lexy j. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Offset Rosda Karya, 2011), hlm. 6
11
Ashiediqy, Tafsir Al Mishbah karya M. Quraish Shihab dan Tafsir al Maraghi karya Ahmad Musthafa al Maraghi. Kemudian dilengkapi dengan buku-buku lain yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan skripsi ini. Antara lain : buku yang berjudul “Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam” karya Dr. Nur Ahid, M.Ag., “Pendidikan Keluarga Berbasis Pesantren” karya Mahfud Junaedi, “Pendidikan Agama Dalam Keluarga” karya Ahmad Tafsir, buku yang berjudul “Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islaml” karya Dr. Mansur, M.A., dan buku–buku lain yang bersangkutan dengan pembahasan skripsi ini. 3. Pendekatan Penelitian Dalam
melakukan
penelitian,
penulis
menggunakan
pendekatan
kontekstual, yaitu “mendudukkan keterkaitan antara yang sentral dengan yang perifer adalah terapannya, yang sentral adalah studi tentang ayat-ayat Qur‟aniah, dan yang perifer adalah studi tentang ayat-ayat Kauniah (buktibukti dalam kehidupan manusia dan alam)”.23 Dengan pendekatan kontekstual ini diharapkan makna konsep pendidikan keluarga yang ada dalam surat Luqman ayat 12-19 tidak hanya dapat dimengerti dan dipahami, akan tetapi dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, sehingga dengan konsep pendidikan keluarga pendidikan yang dalam hal ini adalah orang tua benar-benar dapat menjalankan fungsi edukatifnya dalam keluarga. 4. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan menggunakan : a. Metode tahlili adalah
suatu
metode
tafsir
yang
bermaksud
menjelaskan
kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dari seluruh aspeknya, dimulai dengan menguraikan arti kosakata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti ayat secara global, kemudian mengemukakan munasabah (korelasi) ayatayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain dilanjutkan dengan membahas asbab al-nuzul (latar belakang turunnya ayat) 23
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),
hlm.178.
12
dan dalil-dalil yang berasal Rasul, atau sahabat, atau para tabi‟in yang kadang-kadang bercampur baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula bercampur baur dengan pembahasan kebahasaan dan lainnya yang dipandang dapat membantu memahami nash al-Qur‟an tersebut.24 Menurut Nashrudin Baidan, bahwa metode tafsir tahlili adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayatayat tersebut.25 Sesuai dengan analisis yang penulis gunakan, penulis dalam penelitian ini menggunakan berbagai referensi berusaha menjelaskan makna yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19 secara menyeluruh dan berurutan dari ayat ke ayat berikutnya, dan juga mengungkapkan arti kosa katanya, sebab turunnya, serta munasabah (korelasi) surat Luqman dengan surat atau ayat sebelum atau sesudahnya. Setelah itu, selanjutnya penulis berusaha mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pada anak. Dengan memiliki konsep pendidikan keluarga sebagaimana yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19 tersebut, diharapkan para orang tua mampu memberikan pendidikan kepada anaknya sebagai pendidikan yang pertama dan utama. Metode ini juga berperan untuk mencari makna yang tersurat, selain itu juga mencari makna yang tersirat serta mengkaitkan hal-hal yang terkait yang sifatnya logik teoritik, etik dan transendental.26 Metode ini digunakan dalam rangka mencari kandungan surat
Luqman ayat 12-19
tentang konsep pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak. 24
Abdul al Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’iy Sebuah Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 12 25
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2000), hlm. 31. 26
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 65
13
b. Analisis Isi (Content Analisis) Guna mencari jawaban dari permasalahan yang ada di atas, penulis menggunakan metode Analisis Isi (Content Analisis) dalam penelitian ini. Menurut B. Berelson sebagaimana dikutip oleh Hasan Sadily, metode Analisis Isi (Content Analisis) adalah suatu teknik penyelidikan yang berusaha untuk menguraikan secara objektif, sistematik dan kuantitatif isi yang termanifestasikan dalam suatu komunikasi27.
G. Sistematika Pembahasan Untuk dapat dipahami urutan dan pola berpikir dari tulisan ini, maka skripsi disusun dalam lima bab. Setiap bab merefleksikan muatan isi yang satu sama lain saling berkesinambungan. Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi dalam lima pokok pikiran yang masing-masing termuat dalam bab yang berbeda-beda. Secara rinci masingmasing bab akan membahas tentang hal-hal sebagai berikut : Bab I
: PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfa‟at penelitian, kajian pustaka,
metode
penulisan penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab II
: DESKRIPSI DAN ASBAB AL-NUZUL SURAT LUQMAN AYAT 12-19 Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang berupa telaah Al – Quran surat Luqman ayat 12-19 dengan metode tahlili yang meliputi : deskripsi surat Luqman ayat 12-19 yang meliputi mufradat, asbab an-nuzul, munasabah ayat.
27
Hasan Sadily, Ensiklopedia (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeva, 1980) hlm. 207
14
Bab III
: TAFSIR SURAT LUQMAN AYAT 12-19 Pada bab ini, peneliti akan menguraikan tentang tema penelitian yang meliputi Profil Luqman al Hakim, Tafsir surat Luqman ayat 12-19
Bab IV
: ANALISIS PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK MENURUT AL-QUR‟AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 Pada bab ini peneliti akan menjelaskan hasil analisis penelitian tentang pengertian akhlak, nilai pendidikan dalam surat Luqman ayat 12-19, pembentukan akhlak anak menurut surat Luqman ayat 12-19.
Bab V
: PENUTUP Pada bab ini merupakan bagian penutup skripsi yang terdiri dari
kesimpulan, saran dan penutup.
15
BAB II DESKRIPSI DAN ASBAB AL-NUZUL SURAT LUQMAN AYAT 12-19 A. Deskripsi surat Luqman ayat 12-19 Surat Luqman ayat 12-19 berbunyi sebagai berikut :
12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". 13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 16. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
16
berada dalamnbatunataundi langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. 19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.(Q.S. Luqman/31:12-19)1 B. Arti Kosa kata (Mufrodat) Menurut Mustafa Al-Maraghi dalam kitabnya Tafsir AlMaraghi, tafsir mufrodat-nya adalah sebagai berikut :
: dia adalah seorang tukang kayu, kulitnya hitam dan dia termasuk diantara penduduk mesir yang berkulit hitam, serta dia adalah orang yang hidup sederhana, Allah telah memberinya hikmah dan menganugerahkan kenabian kepadanya. : artinya kebijaksanaan dan kecerdikan. Dalam tafsir Al- Bayan, hikmah
adalah
penyempurnaan
diri
dengan
ilmu
dan
mempunyai malakah tenaga untuk mengerjakan perbuatanperbuatan yang utama menurut kesanggupan manusia, Allah memberikan hikmah kepada Lukman dengan jalan ilham.2 : memuji kepada Allah, menjurus kepada perkara yang hak, cinta kebaikan untuk manusia, dan mengarahkan seluruh anggota tubuh serta semua nikmat yang diperoleh kepada keta‟atan kepada-Nya. : mengingatkan dengan cara yang baik, hingga hati orang yang diingatkan lunak karenanya.
1
Soenarjo, et.al., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV. Karya Insan Indonesia; 2002), hlm. 582. 2
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Bayan, (Semarang; Pustaka Rizki putra, 2002), hlm. 928
17
: lemah : menyapih : keduanya menginginkan sekali kamu mengikuti keduanya dalam kekafiran : kembali (bertaubat) : sesuatu yang dijadikan sebagai standar timbangan. Dan lafaz
Misqalu
Habbatil
Khardal
merupakan
suatu
peribahasa yang menunjukan arti sesuatu yang bentuknya sangat kecil. : ilmu Allah meliputi semua yang samar dan yang tidak kelihatan : maha mengetahui eksistensi segala sesuatu hakikathakikatnya. : termasuk diantara perkara-perkara yang telah diwajibkan oleh Allah untuk dilaksanakan. : memalingkan muka dan menampakan bagian samping muka (pipi), perbuatan seperti ini merupakan sikap yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang sombong. : gembira yang dibarengi dengan rasa sombong : orang yang bersikap angkuh dalam berjalan : berasal dari masdar Al-Fakhr, artinya orang yang membangga-banggakan harta dan kedudukan yang di milikinya, serta membanggakan hal-hal lainya : bersikap pertengahkanlah atau bersikap sederhana : rendahkanlah dan kurangilah kekerasan suaramu. : suara yang paling buruk dan tidak enak didengar oleh
18
telinga. Ia berasal dari lafaz Nukr, Nukarah, artinya sulit.3
C. Asbab al-Nuzul Secara etimologi, kata asbab al-nuzul berarti turunnya ayat-ayat AlQur‟an diturunkan Allah SWT kepada Muhammad SAW secara berangsurangsur bertujuan untuk memperbaiki aqidah, ibadah, akhlak dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan manusia merupakan sebab turunnya Al-Qur‟an. Asbab al-nuzul (sebab turun ayat) di sini dimaksudkan sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu. Sedangkan menurut Subhi al-Salih, asbab an-nuzul adalah sesuatu yang dengan sebabnya turun ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban terhadap sebab itu atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.4 Adapun sebab turunnya ayat 12-19 dari surat Luqman sejauh penulusuran yang penulis lakukan tidak ditemukan adanya sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat tersebut, hanya saja dalam ayat 13 dalam tafsir Al-Misbakh, diriwayatkan bahwa Suwayd ibn ash-Shamit suatu ketika datang ke mekah. Ia adalah seorang yang cukup terhormat di kalangan masyarakatnya. Lalu rasulullah mengajaknya untuk memeluk agama Islam. Suwayd berkata kepada Rasulullah, “Mungkin apa yang ada padamu itu sama dengan yang ada padaku.” Rasulullah berkata, “Apa yang ada padamu?” Ia menjawab, “Kumpulan hikmah Lukman.” Kemudian Rasulullah berkata, “Sungguh perkataan yang amat baik! Tetapi apa yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah al-Qur‟an yang diturunkan Allah kepadaku untuk menjadi petunjuk dan cahaya.” Rasulullah lalu membacakan al-Qur‟an kepadanya dan
3
Ahmad Mustafa Al-maraghi, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abubakar, (Semarang : Toha Putra, 1992), Juz XXI, Hlm. 152 4
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi‟i, Ulumul Qur’an I, (Bandung; Pustaka Setia, 2000), Hlm. 89-90
19
mengajaknya memeluk Islam.5 Kemudian menurut Sayid Qutb bahwa ayat 13 yang menjelaskan tentang tauhid, inilah hakikat yang ditawarkan oleh nabi Muhammad saw kepada kaumnya. Namun, mereka menentangnya dalam perkara itu, dan meragukan maksud baiknya di balik tawarannya. Mereka takut dan khawatir bahwa di balik tawaran itu terdapat ambisi Muhammad saw untuk merampas kekuasaan dan kepemimpinan atas mereka. Kemudian ayat 14 dan 15 penulis menemukan riwayat bahwa ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung nan dahsyat. Seorang ibu yang dengan tabiat-nya harus menanggung beban yang lebih berat dan lebih kompleks. Namun, luar biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut, dan halus. Diriwayatkan oleh Hafidz Abu Bakar al-Bazzar dalam musnadnya dengan sanadnya dari Buraid dari ayahnya bahwa seseorang sedang berada dalam barisan tawaf menggendong ibunya untuk membawanya bertawaf. Kemudian dia bertanya kepada Nabi Muhammad saw., “Apakah aku telah menunaikan haknya?”Rasulullah menjawab, “Tidak, walaupun satu tarikan nafas.”6 Diriwayatkan bahwa ayat 15 ini diturunkan berhubungan dengan Sa‟ad bin Abi Waqqas, ia berkata, “Tatakala aku masuk Islam, ibuku bersumpah bahwa beliau tidak akan makan da minum sebelum aku meninggalkan agama Islam itu. Untuk itu pada hari pertama aku mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau menolaknya dan tetap bertahan pada pendiriannya. Pada hari kedua, aku juga mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau masih tetap pada pendiriannya. Pada hari ketiga, aku mohon kepada beliau agar mau makan dan minum, tetapi tetap menolaknya. Oleh karena itu, aku berkata kepadanya, „Demi Allah, seandaianya ibu mempunyai seratus jiwa dan keluar satu persatu di hadapan saya sampai ibu
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 11, (Jakarta: Lentera Hati‟ 2002), Hlm. 125 6
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As‟ad Yasin dan Abdul Aziz Salim basyarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), Jilid XXI, Hlm. 174
20
mati, aku tidak akan meninggalkan agama yang aku peluk ini. „Setelah ibuku melihat keyakinan dan kekuatan pendirianku, maka beliaupun mau makan.”7
D. Munasabah Ayat Secara etimologi, munasabah berarti persesuaian, hubungan atau relevansi, yaitu hubungan persesuaian antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang sebelum dan sesudahnya. Secara terminologi, munasabah adalah ilmu untuk mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-baagian Al-qur‟an yang mulia.8 Seperti yang telah dikemukakan di atas, mengenai munasabah, para mufasir mengingatkan agar dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat AlQur‟an, khususnya yang berkaitan dengan penafsiran ilmiah, seseorang dituntut untuk memperhatikan segi-segi bahasa Al-Qur‟an serta korelasi antar ayat.9 1. Munasabah surat Luqman dengan surat sebelum dan sesudahnya a. Surat sebelumnya (ar-Ruum) 1). Dalam surat Luqman, Allah menerangkan bahwa barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk kemaslahatan dirinya sendiri. Dia sedikitpun tidak merugikan Allah, sebagaimana yang bersyukur tidak menguntungkan-Nya, karena sesungguhnya Allah maha kaya tidak butuh kepada apapun, lagi maha terpuji oleh makhluk di langit dan di bumi.10 2). Dalam ayat-ayat yang lalu (Ar-Rum), dijelaskan bahwa angin yang memberikan manfa‟at yang besar bagi kehidupan manusia
7
Ahsin Sakho Muhammad, et.,all., Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), Hlm. 553 8
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an I, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 154
9
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peranan dalam Kehidupan, (Bandung; Mizan, 1998), hlm. 135 10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, hlm.
120
21
menunjukan adanya Maha Pencipta, manusia harus mengimaniNya dan bersyukur kepada-Nya.11 b. Surat sesudahnya (as-Sajdah) Munasabah surat Luqman dengan surat sesudahnya (as-Sajdah) adalah : 1) Dalam surat Luqman dijelaskan bahwa Ash-Sha’ru adalah sebuah penyakit yang menimpa onta sehingga membengkokan lehernya. Gaya bahasa Al-Qur‟an dalam memilih peribahasa ini bertujuan agar manusia lari dari gerakan yang mirip Ash-Sha’ru ini. Yaitu gerakan sombong dan palsu, dan memalingkan muka dari manusia karena sombong dan merasa tinggi hati.12 2) Dalam surat as-Sajdah, Allah menerangkan tanda-tanda orang beriman yaitu jika disebut nama Allah, mereka bersujud memuji Tuhannya dan mereka bukanlah orang yang sombong. Mereka bangun di malam hari untuk salat dan berdoa kepada Allah agar diberi rezeki yang halal untuk mereka infakkan, mereka selalu mengharapkan karunia yang besar.13 2. Munasabah dengan Ayat Surat Luqman ayat 12-19 juga memiliki munasabah (korelasi) dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Dalam surat Luqman ayat 1-11 dijelaskan bahwa Al-Qur‟an juga disebut “al-kitab al-hakim” yang berarti sebuah kitab yang seluruh kandungannya adalah hikmah belaka, AlQur‟an merupakan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebajikan, perintah untuk mendirikan salat karena salat hubungan utama dengan Allah dan sebagai bukti keimanan kepada Allah, petunjuk yang telah disebutkan dalam al-kitab al-Hakim dituntunkan oleh Rasul utusan Allah, apabila petunjuk Tuhan dituruti pastilah bahagia yang akan diterima, dan setengah dari manusia adalah orang yang membeli 11
Ahsin Sakho Muhammad, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010),
Hlm. 523 12
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Di Bawah Naungan Al-Qur’an jilid IX, Hlm.
13
Ahsin Sakho Muhammad, et.,all., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Hlm. 590
177
22
permainan kata-kata untuk menyesatkan dari jalan Allah, tidak dengan ilmu, menurut Al-Hasan al-Bashri bahwa yang dimaksud dengan permainan kata-kata itu ialah nyanyi-nyanyian dan peralatan pancaragam yang akan membawa orang lalai dari agama. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami, merekapun berpaling dalam keadaan menyombong, maka beri khabar gembiralah mereka dengan adzab yang pedih sebagai sambutan yang sepadan atas kesombongan, berpaling muka, berolok-olok dan bersikap menyumbat telinga mendengar seruan Tuhan. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal yang shalih-shalih, untuk mereka syurga-syurga yang bernikmat dan kekal di dalamnya. Allah telah menciptakan semua langit dengan tidak bertiang dan Allah menurunkan air dari langit maka tumbuhlah tumbuhan yang indah, namun mereka menganiaya diri sendiri karena tidak menggunakan fikiran untuk berfikir, hanya beramal turut-turutan, tidak berpendirian yang teguh sehingga kesengsaraan jualah yang akan mereka tangguhkan kelak.14 Kemudian dilanjutkan ayat 12 sampai 19 dijelaskan bahwa Allah telah memberikan hikmah dan kearifan kepada Luqman, ia bersyukur dan memanjatkan puji kepada-Nya, bersyukur kepada Allah bukan untuk kepentingan-Nya tetapi faedahnya akan diperoleh orang yang bersyukur itu sendiri, krena Allah akan menambah nikmat kepada setiap orang yang bersyukur kepada-Nya. Luqman mewasiatkan kepada anaknya untuk mengesakan Allah dan tidak memepersekutukan-Nya, berbakti kepada orang tua sepanjang keduanya tidak menyuruh berbuat maksiat kepada Allah, beramal saleh, selalu mendirikan salat, mengajak manusia berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar, tidak sombong dan angkuh.15
14
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXI, (Jakarta: PT. Pustaka Pajin Mas, 1998), Hlm. 118-
15
Ahsin Sakho Muhammad, et al., Al-qur’an dan Tafsirnya ,hlm. 557
124
23
Dilanjutkan ayat 20 sampai 34 dijelaskan bahwa Allah menghadapkan kembali pembicaraan-Nya kepada orang-orang musyrik dan menegur mereka karena sikapnya yang dapat menyaksikan berbagai dalil di jagat raya yang menunjuk kepada keesaan Allah, tetapi mereka tetap saja mengingkarinya. Allah menjelaskan keadaan orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah dan akibat apa yang akan mereka peroleh. Sesudah itu, Allah menenangkan Nabi-Nya karena penderitaan yang beliau alami dengan menjelaskan bahwa tugas Rasul hanyalah menyampaikan risalah Allah. Selanjutnya, Allahlah yang membuat perhitungan dan pembalasan. Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik mengakui bahwa yang menjadikan langit dan bumi adalah Allah. Konsekuensinya, segala puji haruslah dikembalikan kepada Allah. Setelah itu, Allah menjelaskan bahwa tidak ada yang mampu menghitung nikmat-Nya selain Dia dan memelihara semua itu sama dengan memelihara orang seorang. Pada akhirnya Allah menjelaskan sebagian dari tanda-tanda yang ada di langit dan sebagian tanda-tanda yang ada di bumi. Allah menyuruh kita untuk bertakwa dengan mengingatkan kita kepada hari kiamat.16
16
Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm. 3216-3225
24
BAB III TAFSIR SURAT LUQMAN AYAT 12-19 A. Profil Luqman al-Hakim Sebelum mengetahui lebih jauh tentang bagaimana proses pendidikan yang dilakukan oleh seorang Luqman al-Hakim terhadap anaknya, maka terlebih dahulu dikenalkan sosok seorang Luqman al- Hakim terlebih dahulu. Ada beberapa pendapat mengenai siapakah sosok Luqman al-Hakim dalam surat Luqman ini, apakah dia seorang Nabi atau seorang hamba yang shalih yang bukan Nabi?, para ulama Salaf berbeda pendapat tentang siapakah Luqman ini, dalam hal ini terdapat dua pendapat dan mayoritas berpendapat dengan pendapat kedua. Ibnu Jarir berkata bahwa Khalid ar-Rib‟i berkata: “Luqman adalah seorang hamba (budak) dari Habsyi (Ethiopia) dan tukang kayu.1 Dalam buku karangan Umar Hasyim terdapat berbagai pendapat tentang siapakah Luqman al-Hakim, diantaranya : 1. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah anak Ba‟ura anak Nahur anak Tarikh. Tarikh adalah „Azar ayah Ibrahim alaihissalam. 2. Ada yang mengatakan dia orang Mesir, dan ada yang mengatakan dia budak hitam dari Habasyiyah (bangsa Negro) yang buruk rupa dan terseok-seok jalannya, karena kedua belah kakinya cacat. 3. Ada lagi yang berpendapat bahwa dia adalah bangsa Isra‟il yang hidup pada zaman Nabi Daud, dan orang Yunani yang hidup kira-kira tahun 550 sebelum Masehi. 4. Bila berpegang kepada pendapat Ibnu „Abbas r.a., yang mengatakan bahwa Luqman itu seorang hamba sahaya dari Habasyiyah (Ethiopia), kemungkinan besar dia itu adalah Aesopus, karena kata-kata hikmat Aesopus mirip dengan kata-kata hikmat Luqman. Dan Aesopus ini adalah seorang hamba sahaya hitam pula, yang menurut Wingker Prins Encyclopaedie hidup pada tahun 550 seb. Masehi. 1
Abdul Ghofar et.,all., Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, terj. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid VII, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2008), hlm. 31
25
5. Para ahli itu bersepakat bahwa Luqman adalah orang alim, bukan Nabi. Dan tentang ajarannya, bisa dilihat contohnya dalam Al-Qur‟an itu, yakni nasehatnya kepada anaknya.2 Menurut Sayyid Qutb Luqman al Hakim adalah seorang yang berasal dari Habasyah (Etiopia), ada pula yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang Namibia, ada juga yang mengatakan bahwa dia seorang hakim di antara hakimhakim yang ada dalam bangsa Bani Israel.3 Dalam tafsir al-Maraghi disebutkan bahwa Luqman al-Hakim adalah seorang tukang kayu, kulitnya hitam dan dia termasuk di antara penduduk Mesir yang berkulit hitam, serta dia adalah seorang yang hidup sederhana, Allah telah memberinya hikmah dan menganugerahkan kenabian kepadanya.4
B. Tafsir Surat Luqman ayat 12-19 Dalam ayat 12 diterangkan bahwa Allah telah memberikan hikmah, akal, paham dan memberikan petunjuk untuk memperoleh ma‟rifat yang benar kepada Luqman. Oleh karena itu, Luqman menjadi seorang yang hakim (mempunyai hikmah). Ini memberikan pengertian bahwa anjuran Luqman yang disampaikan kepada anaknya berupa ajaran-ajaran hikmah, bukan dari wahyu. Hal ini didasarkan pada pendapat yang benar bahwa Luqman adalah seorang hakim (orang bijak, filosof) dan bukan Nabi. Orang yang mensyukuri nikmat Allah maka sebenarnya dia bersyukur untuk kepentingan dirinya sendiri, sebab Allah akan memberikan pahala yang banyak dan melepaskan dari siksa.5 Dalam ayat ini ada cerita menarik yang telah diriwayatkan oleh Sa‟id bin Abi „Arubah, dari Qatadah tentang firman Allah : “Dan sesungguhnya telah kami 2
Umar Hasyim, Anak Saleh 2, Cara Mendidik Anak dalam Islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983), hlm. 131-132 3
Sayyid Qutb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As‟ad Yasin dan Abdul Aziz Salim basyarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), Jilid XXI hlm. 173 4
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abubakar, (Semarang : Toha Putra, 1992), Juz XXI, hlm. 145 5
M. Abdul Ghofar dan Abu Ihsan al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsiir, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2008), hlm. 3260
26
berikan kepada Luqman, “yaitu pemahaman, pengetahuan dan ta‟bir mimpi. Yaitu, bersyukurlah kepada Allah, “kami memerintahkan kepadanya untuk bersyukur kepada Allah SWT atas apa yang diberikan, dianugerahkan dan dihadiahkan oleh-Nya berupa keutamaan yang hanya dikhususkan kepadanya, tidak kepada orang lain yang sejenis di masanya. Kemudian Allah Ta‟ala berfirman : “Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka ia bersyukur untuk dirinya sendiri, “yaitu manfa‟at dan pahalannya hanya akan kembali kepada orang-orang yang bersyukur itu sendiri, dan firman Allah : “Dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Mahakaya Lagi Mahaterpuji, “yaitu Mahakaya dari hamba-hamba-Nya, dimana hal itu (ketidakbersyukurannya) tidak dapat membahayakan-Nya, sekalipun seluruh penghuni bumi mengkufuriNya. Karena sesungguhnya Allah Mahakaya dari selain-Nya. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) kecuali Allah dan kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya.6 Pada ayat 13 ada kata ya’izhuhu ( (
) yang terambil dari kata wa’zd
)
yaitu nasihat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Luqman memulai nasihatnya dengan seruan menghindari syirik sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud Allah yang Esa.7 Dalam Tafsir Munir juga ayat itu disebutkan wa huwa ya‘izhuh. Kata ya‘izh berasal dari al-wa‘zh atau al‘izhah yang berarti mengingatkan kebaikan dengan ungkapan halus yang bisa melunakkan hati.8 Karena itu, dalam mendidik anaknya, Luqman menempuh cara yang amat baik, yang bisa meluluhkan hati anaknya sehingga mau mengikuti nasihat-nasihat yang diberikan. Allah menjelaskan bahwa Luqman telah diberi hikmat, karena itu Luqman bersyukur kepada Tuhannya atas semua nikmat yang telah dilimpahkan Nya kepada dirinya.Allah SWT mewasiatkan kepada mereka supaya memperlakukan 6
M. Abdul Ghofar dan Abu Ihsan al-Atsari, Tafsir ibnu Katsir, Terj. Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, (Jakarta: Pustaka imam Syafi‟i, 2008), hlm 32-33 7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 127 8
Wahbah az-Zuhayli, Tafsîr al-Munîr, XI/143, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991). hlm. 564,
27
orang-orang tua mereka dengan cara yang baik dan selalu memelihara hak-haknya sebagai orang tua. Luqman menjelaskan kepada anaknya, bahwa perbuatan syirik itu merupakan kezaliman yang besar.Imam bukhori telah meriwayatkan sebuah hadist yang bersumber dari Ibnu Mas‟ud ,Ia telah menceritakan, bahwa ketika ayat ini diturunkan ,yaitu firmannya surat al-an‟am ayat 82 :
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S. Al-An‟am/6 : 82)9 Sesudah Allah menurunkan apa yang telah diwariskan oleh luqman terhadap anaknya,yaitu supaya ia bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan semua nikmat,yang tiada seorangpun bersekutu denganNya, didalam menciptakan sesuatu. Kemudian luqman menegaskan bahwasanya syirik itu adalah perbuatan yang buruk.Kemudian Alla SWT mengiringi hal tersebut dengan wasiat-Nya kepada semua anak ,supaya mereka berbuat baik kepada kedua orang tuanya,karena sesungguhnya kedua orang tua adalah penyebab pertama bagi keberadaan kita di muka bumi ini.10 Dalam ayat 14 ini, digambarkan bagaimana payah ibu mengandung, payah bertambah payah. Payah sejak dari mengandung bulan pertama, bertambah payah tiap bertambah bulan dan sampai di puncak kepayahan di waktu anak dilahirkan. Lemah sekujur badan ketika menghajan anak keluar, kemudia mengasuh, menyusukan, memomong, menjaga, memelihara sakit senangnya. Dalam ujung ayat ini, dianjurkan untuk bersyukur, syukur yang pertama ialah kepada Allah. Karena semua itu berkat rahmat Allah belaka. Setelah itu bersyukurlah kepada 9
Soenarjo, et.al., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV. Karya Insan Indonesia; 2002), hlm. 185 10
Tafsir Al-Maragi, Ahmad Mustafa Al Maragi, (Semarang: CV Toha putra, 1993), hlm
152-154.
28
kedua orang tuamu, ibu yang mengasuh dan ayah yang membela dan melindungi ibu dan melindungi anak-anaknya, ayah yang berusaha mencari sandang dan pangan setiap hari.11 Dalam ayat ini, Allah hanya menyebutkan seba-sebab manusia harus taat dan berbuat baik kepada ibunya. Nabi saw sendiri memerintahkan agar seorang anak lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibunya daripada kepada bapaknya, sebagaimana diterangkan dalam hadits :
Dari Abi Hurairoh, ia berkata, “Aku bertanya ya Rasulullah, kepada siapakah aku wajib berbakti? “Rasulullah menjawab, “Kepada ibumu. “Aku bertanya, “Kemudian kepada siapa?”Rasulullah menjawab, “Kepada ibumu.” Aku bertanya, “Kemudian kepada siapa lagi?”Rasulullah menjawab.” Kepada ibumu. “Aku bertanya, “Kemudian kepada siapalagi?”Rasulullah menawab, “Kepada bapakmu, Kemudian kepada kerabat yang lebih dekat, kemudia kerabat yang lebih dekat.” (Riwayat Ibnu Majah) Ibu-bapak dalam ayat ini disebut secara umum, tidak dibedakan antara ibu bapak yang muslim dengan yang kafir. Oleh Karena itu, dapat dipahami bahwa anak wajib berbuat baik kepada ibu bapaknya, apakah ibu bapaknya itu muslim atau kafir, jadi pada ayat yang ke-15 ini menerangkan bahwa dalam hal tertentu, seorang anak dilarang menaati ibu bapaknya jika mereka memerintahkannya untuk menyukutukan Allah, yang dia sendiri memang tidak mengetahui bahwa Allah mempunyai sekutu, karena memang tidak ada sekutu bagi-Nya. Sepanjang pengetahuan manusia, Allah tidak mempunyai sekutu. Karena menurut naluri, manusia harus mengesakan Tuhan.13 Ikatan antara kedua orang tua dengan anaknya walaupun terikat dengan segala kasih sayang dan segala kemuliaan, ia tetap dalam urutan setelah aqidah. 11
Hamka, Tafsir Al-Azhar, ( Jakarta: P.T. Pustaka Panjimas, 1998), hlm. 129.
12
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Darul Fikr,tt), hlm. 1207
13
Ahsin Sakho Muhammad, et al., Al-qur’an dan Tafsirnya , (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 552-554
29
Jadi, dalam hal ini jika orang tua menyentuh titik syirik maka jatuhlah kewajiban taat kepadanya, ini menandakan bahwa ikata aqidah ini harus mengalahkan dan mendominasi segala ikatan lainnya. Meskipun kedua orang tua telah mengeluarkan segala upaya, usaha, tenaga dan pandangan yang memuaskan untuk menggoda anaknya agar menyekutukan Allah dimana ia tidak mengetahui tentang ketuhanannya maka pada saat itu anak diperintahkan agar tidak taat. 14 Dalam tafsir al-Bayan juga dijelaskan bahwa dalam ayat ini Allah mengharuska anak untuk melayani orang tua yang kafir secara baik walaupun tidak boleh si anak mengikuti orang tua dalam kekafiran.15 Pada ayat 16 Luqman melanjutkan wasiatnya dengan memberikan perumpamaan, yaitu walaupun perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sekalipun beratnya hanya sebiji sawi dan berada di tempat yang tersembunyi, niscaya perbuatan itu akan dikemukakan oleh Allah SWT kelak di hari kiamat, yaitu pada hari ketika Allah meletakan timbangan amal perbuatan yang tepat, kemudian pelakunya akan menerima pembalasan amal perbuatannya, apabila amalnya itu baik maka balasannya akan baik pula dan apabila amalnya buruk maka balasannya pun akan buruk pula.16 Pada ayat 17 ini, Lukman mewasiatkan kepada anaknya hal-hal berikut : a. Selalu mendirikan sholat dengan sebaik-baiknya, sehingga diridai Allah. Jika sholat yang dikerjakan itu diridai Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya. b. Berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridai Allah, berusaha membersihkan jiwa, dan mencapai keberuntungan, serta mencegah mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa. 14
Sayyid Qutb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As‟ad Yasin dan Abdul Aziz Salim basyarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), Jilid XXI hlm. 175 15 Teungku Muhammad hasby Ash Shiddieqy, Al Bayan, Tafsir Penjelas Al Qur’anil Karim, (Semarang: Pustaka rizki Putra, 2002), hlm. 929 16
Ahmad Mustafa Al-Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Toha Putra, 1992), hlm. 157-158
30
c. Selalu bersabar dan tabah terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan.17 Pada ayat 18 dari surat Luqman terdapat kata Ash-Sha’ru, artinya penyakit yang menimpa onta sehingga membengkokan lehernya. Pengguna‟an gaya bahasa seperti ini dalam Al-Qur‟an bertujuan agar manusia tidak meniru gerakan Ashsha’ru ini yang berarti gerakan sombong seperti berjalan dengan membusungka dada, dan memalingkan muka dari manusia karena sombong dan merasa tinggi hati. Pada ayat yang selanjutnya kata Al-Qosdu yang mempunyai makna maksud dan tujuan, jadi berjalan itu harus selalu tertuju kepada maksud dan tujuan yang ditargetkan pencapaianya. Sehingga, gaya berjalan itu tidak menyimpang, sombong, dan mengada-ada. Namun harus ditujukan guna meraih maksudnya dengan sederhana dan bebas. 18 Ayat 19 dari surat luqman menjelaskan, pertama tentang cara berjalan dengan langkah yang sederhana, yakni tidak terlalu lambat dan juga tidak terlalu cepat, akan tetapi berjalanlah dengan wajar tanpa dibuat-buat dan juga tanpa pamer menonjolkan sikap rendah hati atau sikap tawadu’. Kedua, tentang cara berbicara yakni dengan mengurangi tingkat kekerasan suara, jangan mengangkat suara jika tidak diperlukan sekali. Karena sesungguhnya sikap yang demikian itu lebih berwibawa bagi yang melakukannya, dan mudah diterima oleh jiwa pendengarnya serta lebih gampang untuk dimengerti. Ketiga, tentang ilat atau alasan yang melarang hal diatas yakni sesungguhnya suara yang paling buruk dan paling jelek, karena ia dikeraskan lebih daripada apa yang diperlukan tanpa penyebab adalah suara keledai. Dengan kata lain, bahwa orang yang mengeraskan suaranya itu berarti suaranya mirip suara keledai. Dalam hal ini ketinggian nada dan kekerasan suara, dan suara yang seperti itu sangat dibenci oleh Allah SWT. 17
Ahsin Sakho Muhammad, et al., Al-qur’an dan Tafsirnya , (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 555 18
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As‟ad Yasin dan Abdul Aziz Salim basyarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), Jilid XXI, Hlm. 177
31
Di dalam ungkapan ini jelas menunjukan nada celaka dan kecaman terhadap orang yang mngeraskan suaranya, serta anjuran untuk membenci perbuatan tersebut. Di dalam ungkapan ini yaitu menjadikan orang yang mengeraskan suaranya diserupakan dengan suara keledai, terkandung pengertian mubalagah untuk menanamkan rasa antipati dari perbuatan tersebut. Hal ini merupakan pendidikan dari Allah untuk hamba-hamba-nya supaya mereka tidak mengeraskan suaranya di hadapan orang-orang karena meremehkan mereka, atau yang dimaksud ialah agar mereka meninggalkan perbuatan ini secara menyeluruh (dalam kondisi apapun).19
19
Ahmad Mustafa Al-Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Toha Putra, 1992), hlm. 162-163
32
BAB IV ANALISIS PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK MENURUT SURAT LUQMAN AYAT 12-19 A. Pengertian Akhlak Pada prinsipnya, setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang mempunyai kemuliaan akhlak, berketrampilan sebagai bekal kehidupan dimasa depan anaknya. Dalam hal ini tujuan pembentukan akhlak anak adalah agar anak mampu berkembang secara maksimal yang meliputi aspek perkembangan jasmani, akal dan rokhani, ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Roger A. Kaufman, bahwa “education itself may be viewed as a process for providing learners with (at least minimal) skills, knowledge, and attitudes so that they may live and produce in our society when they legally exit from our educational agencies”,1 artinya pendidikan itu sendiri dapat dipandang sebagai suatu proses untuk memberikan peserta didik dengan (setidaknya minimal) keterampilan, pengetahuan, dan sikap sehingga mereka dapat hidup dan menghasilkan dalam masyarakatnya ketika mereka secara sah telah lulus dari lembaga pendidikannya. Ada beberapa pendapat para ahli ayang mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut : 1. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al din mengatakan bahwa akhlak adalah :
Akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacammacam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
1
Roger F. Kauman, Educational System Planing, (New Jersey: Englewood Cliffs, 1972), hlm. 10 2
Imam Al Ghozali, Ihya Ulum al Din, jilid III, (Indonesia: Dar Ihya al Kotob al Arabi,tt), hlm. 52
33
2. Ibrahim Anas mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas nilainilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.3 3. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk. Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhlakul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul madzmumah.4 Akhlak yang tidak baik serta rendahnya kualitas pendidikan pada anak akan mengantarkan anak pada posisi dasar dalam tatanan masyarakat sosial dan akan menyebabkan timbulnya kriminalitas, oleh karena itu tujuan pendidikan nasional adalah tidak hanya mencerdaskan kehidupan bangsa saja melainkan membentukan manusia-manuisa yang berbudi pekerti luhur. Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk anak-anak sebagai institusi yang pertama kali berinteraksi dengannya. Oleh sebab itu, haruslah pimpinan keluarga mengambil posisi tentang pendidikan ini yakni dengan mengajarkan kepada anak tentang akhlak mulia yang diajarkan Islam seperti kebenaran, kejujuran, keikhlasan, kasih sayang, cinta kebaikan, pemurah, pemberani dan lain sebagainya. Allah mengajarkan kepada Nabi Muhamad tentang nilai-nilai dan faedahnya berpegang teguh pada akhlak di dalam hidup, membiasakan mereka berpegang kepada aturan atau norma yang berlaku semenjak kecil. Dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan marga. Keluarga sangat berperan dalam mengembangkan kepribadian anak dan membentuk akhlak sejak dini melalui kasih sayang dan pendidikan dari orang tua, ini merupakan faktor yang fundamental bagi anak dalam membentuk pribadi yang beraakhlak mulia. Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi keberlangsungan pendidikan dan perkembangan akhlak anak, kebahagiaan ini dapat terwujud apabila keluarga dapat memerankan fungsi edukatifnya secara 3
Ibrahim Anis, Al mu’jam Al Wasith, (Mesir: Darul Ma‟arif, 1972), hlm. 202
4
Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, (Kairo: Darul Kutub Al-Mishriyah, tt), hlm. 15
34
baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan yang baik diantara anggota keluarga. Keluarga juga bisa disebut sebagai lembaga pendidikan yang pertama bagi anak dalam mempelajari akhlak dimana alam lingkungan yang akrab ini orang tua sebagai pendidik dalam keluarga dapat memberikan kepada anak-anaknya untuk membentuk pribadi-pribadi yang berakhlak mulia baik di dalam keluarga maupun dalam hidup bermasyarakat. Kalau diperhatikan ayat-ayat dalam surat Luqman, ini mengandung wasiat yang harus diajarkan kepada anak sebagai bekal seorang anak menjadi manusia yang berakhlak mulia, karena ayat-ayat yang terdapat dalam surat Luqman ini mengandung dasar-dasar pendidikan budi pekerti kepada orang tua maupun kepada orang lain dalam hidup bermasyarkat kelak dan wasiat-wasiat itu bisa dijadikan sebagai inspirasi untuk mengatur cara berprilaku dalam tatanan hidup di masyarakat. Dalam konteks pendidikan sebagi proses, maka Luqman al Hakim telah memberikan contoh bagaimana menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Contoh ini memang di dalam keluarga, namun demikian dapat dijadikan contoh dan model dalam menyelenggarakan pendidikan di era sekarang. Konsep pendidikan yang dilakukan oleh Luqman al Hakim memang tidak secara langsung memberikan pengertian seperti konsep pendidikan yang berkembang dewasa ini. Tetapi setidaknya kalau dilihat secara menyeluruh dan kedalaman makna yang terkandung di dalam surat Luqman ayat 12-19 telah memberikan lukisan mengenai konsep pendidikan. Dalam hal ini Luqman al hakim sebagai seorang ayah yang memberikan nasihat-nasihat kepada anaknya dapat dilukiskan sebagai konsep pendidikan yang berlangsung antara pendidik (Luqman) dengan peserta didik (anaknya). Konsep pendidikan yang dilakukan Luqman al hakim merupakan salah satu upaya untuk memajukan kepercayaan atau keyakinan serta budi pekerti anaknya. Apa yang dilakukan Luqman al Hakim pada hakekatnya mengarahkan anaknya pada pembentukan suatu keperibadian atau budi pekerti. Dalam hal ini jelas terlihat adanya tujuan pendidikan yang terkandung di dalamnya. Konsep
35
pembentukan akhlak anak yang termuat dalam ajaran luqman al Hakim yaitu meliputi tiga hal, diantaranya : 1) Keyakinan keagamaan Aspek ini diperlihatkan dalam ajarannya tentang aqidah yang menimbulkan kesadaran akan kemakhlukan atau penghambaan diri kepada Allah yang kemudian berimplikasi mensyukuri karunia Allah, kesadaran bahwa segala perbuatan manusia tidak lepas dari pengawasan Allah. 2) Kesadaran moral Aspek ini diperlihatkan dalam ajarannya untuk menegakan hal-hal yang ma‟ruf dan mencegah hal-hal yang mungkar, dan keberanian untuk menanggung resiko dalam usahanya menegakan amar ma’ruf nahi mungkar. 3) Tanggung jawab sosial Aspek ini terlihat dalam ajaranya untuk berbuat baik kepada orang tua, orang lain, bergaul secara baik walaupun orang yang berbeda keyakinan, dan tidak berprilaku sombong dan angkuh kepada orang lain. Dengan memperhatikan pokok-pokok ajaran Luqman al Hakim di atas, bisa dijadikan sebagai perbandingan bagi proses pendidikan dewasa ini. Secara umum sekalipun ajaran Luqman berlangsung antara dirinya dengan anaknya, tidak berarti model pendidikan Luqman ini hanya berlangsung untuk keluarga saja, tetapi berlaku untuk umum. Artinya proses pendidikan yang demikian harus dilakukan di semua lembaga pendidikan, terutama dalam lingkungan keluarga yang menjadi dasarnya. Dalam konteks pembentukan kepribadian, maka harus ditumbuh kembangkan kesadaran adanya tangggung jawab dalam diri orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya, karena keluarga merupakan penopang tata nilai dan pelestari standar moral. Pendidikan di sini menyangkut proses transmisi nilai-nilai dan berbagai interaksi, karena keluarga berperan sebagai suri tauladan atau model, sikap perilaku orang tua pada hakekatnya merupakan manifestasi norma-norma yang dianut, dan akan menjadi kerangka referensi bagi anak.
36
B. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surat Luqman Ayat 12-19 Dalam Al–Qur'an surat Luqman ayat 12-19, ada sebuah kisah yang menarik mengenai proses interaksi pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan seorang ayah kepada anaknya. Dalam kisah ini jika di perhatikan dari Al-Qur'an surat Luqman ayat 12-19 Allah memberi penghargaan kepada sang ayah dengan mengabadikan namanya sebagai nama kisah Al-Qur'an karena usahanya yang gigih memberikan nasihat kepada anaknya dengan pelajaran yang mulia. Proses pendidikan yang dilakukan oleh Luqman terhadap anaknya di sebabkan hikmah yang di berikan Allah kepadanya, dalam tafsir Al-Azhar yang di kutip Prof, Hamka Ar Razi mendefinisikan hikmah sebagai persesuaian di antara perbuatan dengan pengetahuan. Dan puncak dari hikmah yang di terima Luqman adalah rasa syukur kepada Allah swt karena ilmu yang milikinya.5 Nilai-nilai yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19 sebagai berikut : 1. Syukur Kata syukur ( )الشكرsecara bahasa mempunyai arti pujian ()المدح, secara istilah yaitu mentasarufkan segala kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah sesuai dengan fungsinya6. Syukur manusia kepada Allah di mulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerahNya, dan dorongan untuk memuji-Nya dengan ucapan sambil melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya dari penganugerahannya itu. Syukur didenifisikan oleh sementara ulama dengan memfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan
tujuan
sebagaimana
penganugerahannya.
yang
dikehendaki
Ia oleh
adalah
menggunakan
penganugerahannya,
nikmat sehingga
penggunaannya itu mengarah sekaligus menunjuk penganugerah. tentu saja untuk maksud ini, yang bersyukur perlu mengenal siapa penganugerah (dalam hal ini Allah swt). Mengetahui nikmat yang di anugerahkan kepadanya, serta fungsi dan cara menggunakan
nikmat itu sebagaimana dikehendaki-Nya,
5
Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz XXI, (Jakarta: PT. Pustaka Pajin Mas, 1998), hlm. 127
6
Ahmad Ad Damanhuri, Idohul Mubham, (Semarang: Toha Putra, tt), hlm. 2
37
sehingga ini yang di anugerahi nikmat itu benar-benar menggunakannya sesuai dengan apa yang di kehendaki oleh Penganugerah.7 Dalam Tafsir An-Nur dijelaskan bahwa seseorang yang mensyukuri nikmat Allah, maka dia sebenarnya dia bersyukur untuk kepentingan dirinya sendiri. Sebab, Allah akan memberi pahala yang banyak atas kesyukurannya dan melepaskannya dari siksa. Orang yang menyangkal nikmat Allah, tidak mau mensyukuri-Nya, berarti membuat keburukan terhadap dirinya sendiri; Allah akan menyiksa karena penyangkalannya itu.8
2. aqidah Kata „aqidah ( (
) menurut bahasa arab berasal dari kata „al-aqdu
) yang berarti ikatan, sedangkan menurut istilah yang umum, bahwa
aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang menyakininya.9 Menurut Muhamad Alim, aqidah berarti perjanjian yang teguh dan kuat, terpatri dan tertanam di dalam lubuk hati yang paling dalam. Secara terminologis berarti credo, creed, keyakinan hidup iman arti khas, yakni pengikraran yang bertolak dari hati. Dengan demikian akidah adalah urusan yang wajib diyakini kebenaranya oleh hati, menentramkan jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan.10 Pendidikan Islam sangat memperhatikan pendidikan aqidah, karena pendidikan aqidah merupakan inti dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Hal ini tersirat dalam firman Allah SWT :
7
M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol.11, (Jakarta: Lentera Hati‟ 2002), hlm. 122 8
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000) hlm. 3207 9
Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah Ahlussunah Waljama’ah, (Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i, 2006), hlm. 27 10
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 124
38
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamunmempersekutukann(Allah)nsesungguhnyanmempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Q.S. Luqman/31:12-19)11 Pendidikan aqidah serta meliputi pengertia, kemudian hakekatnya, dalam hal ini adalah mengenai sifat-sifat Allah baik wajib, mustakhil maupun sifat ja’iz Allah serta tanda-tanda kekuasaan Allah harus ditanamkan pada keluarga Muslim sehingga akan muncul kesadaran bahwa Allah Maha kuasa, dan karena ke-Mahakuasaan Allah itu maka hanya Allah-lah yang patut disembah. Segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah makhluk ciptaan Allah yang menyiratkan tanda-tanda kebesaran Allah, dengan demikian dengan pendidikan aqidah ini akan tumbuh generasi yang sadar akan sifatsifat Ilahiah.12 Luqman al Hakim memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik atau mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan keesaan Tuhan. 3. Berbuat baik kepada orang tua Dalam ayat 14 menjelaskan bahwa anak diharuskan untuk berbakti, memuliakan, menghormati kepada orang tuanya, karena merekalah yang memelihara, merawat sejak kecil. Bila anak telah berani berbuat dosa kepada orang tuanya, ini berarti telah terjadi penyimpangan dengan mental anak. Padahal berterima kasih adalah paling mudah dari pada membalas budi. Membalas budi adalah perbuatan yang paling sukar karena budi oarng tua kepada kita sangat tak terhingga.13 Seorang anak tidak mungkin dapat dan tidak akan sampai mampu membalas budi kedua orang tuanya, walaupun anak tersebut mewaqafkan seluruh umurnya bagi keduanya. Inilah ayat yang mengisyaratkan itu :
11
Soenarjo, et.al., Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 581
12
Ibnu Musthafa, Keluarga Islam Menyongsong Abad 21, (Bandung: Al-Bayan, 1993),
hlm. 92-93 13
Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak dalam Islam, hlm. 137-138
39
.... “....Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun....” (Q.S. Luqman/31:12-19)14 Ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat. Seorang Ibu dengan tabiat-nya harus menanggung beban yang lebih berat dan lebih kompleks. Namun luar biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut dan halus.15 Allah memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua, tetapi disini Allah hanya menjelaskan penyebab mengapa harus berbakti kepada ibu saja. Hal yang demikian itu karena kesukaran yang diterima oleh ibu adalah lebih besar daripada kesukaran yang dialami oleh seorang ayah. Derita ibu adalah sejak bayi masih dalam kandungan, waktu melahirkan dan masa menyusui sampai bayinya berumur sekitar dua tahun. Karenanya, Nabi menandaskan kepada orang yang bertanya: “Siapakah yang lebih berhak menerima baktiku?” Jawab Nabi: “yang lebih berhak menerima baktimu adalah ibumu.” Tiga kali Nabi menekankan yang demikian itu, dan barulah pada kali yang keempat Nabi mengatakan “Kepada ayahmu.”16 Dalam ayat 15 dijelaskan bahwa berbakti terhadap orang tua adalah wajib apabila kebaktian itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang melanggar syari‟at Islam, jadi apabila tidak menuruti perintah orang tua untuk berbuat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai syari‟at Islam seperti berbuat kemusyrikan maka ini tidak tergolong ke dalam golongan anak yang
14
Soenarjo, et.al., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV. Karya Insan Indonesia; 2002), hlm. 581 15
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin dan Abdul Aziz Salim basyarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur’an, hlm. 174 16
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur, hlm. 3208
40
durhaka.17 Ayat ini juga menjelaskan untuk mengharuskan si anak melayani orang tua yang kafir secara baik walaupun tidak boleh si anak mengikuti orang tua dalam kekafiran.18 4. Salat. Salat dalam arti etimologi adalah do‟a ()الدعاء, sedangkan secara terminologi salat adalah perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan yang diawali, takbir dan di akihiri dengan salam dengan sarat-sarat tertentu.19 Salat merupakan amalan yang pertama yang akan di hisab di yaumul hisab sebagaimana dalam hadits nabi yang berbunyi :
Dikisahkan oleh Ali bin Nashr bin Ali Aljhima Diriwayatkan Sahl bin Hammad, Hammam menceritakan : Qatada mengatakan dari hasan dari huraits bin Qabisoh mengatakan kota membuat saya senang, saya berkata: ya Allah mudahkanlah aku duduk dengan orang saleh, kemudian saya duduk dengan Abu Hurairah, kemudia aku berdoa, aku meminta Tuhan untuk memberikan rizki berupa orang yang saleh, kemudian AbiHurairah menceritakan hadis yang telah didengar dari Rasulullah, semoga Allah memberikan manfa‟at kepadaku lewat hadis ini, kemudian Abi Hurairah 17
Umar Hasyim, Anak Shaleh II :Cara Mendidik Anak dalam Islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983), hlm. 138 18
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al-Bayan: Tafsir Penjelas Al-Qur’anul Karim, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 929 19
Abu Bakar Ibnu Sayid Muhamad Shatha ad-Dimyati, I’anatutholibin, (Libanon: Darul Fikr, 2005), Jilid I, hlm. 29 20
Muhamad Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Lebanon: Dar al Kotob al-Ilmiyah, 2008), hlm. 126
41
berkata : aku telah mendengar dari Rasulullah, Beliau bersabda : bahwa hal pertama yang dihisab oleh hari kiamat adalah salatnya, apabila salatnya baik maka dia akan selamat, apabila salatnya rusak maka dia akan merugi, bila salat fardlunya berkurang, Allah berkata: apakah hambaKu melakukan salat sunah, maka solat sunah itu bisa menyempurnakan salat fardlu. (HR. Tirmidzi) Luqman al Hakim melanjutkan nasihatnya kepada anakny, nasihat yang dapat menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam buku kalbu sang anak. Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan panggilan mesra: wahai anakku sayang, laksanakan salat dengan sempurna syarat,
rukun
memperhatikan
dan
sunnah-sunnahnya.
dirimu
dan
Dan
membentenginya
disamping dari
kemungkaran, anjurkan pula orang lain berlaku serupa.
engkau
kekejian
dan
21
5. Amar ma’ruf nahi mungkar Amar ma’ruf nahi mungkar adalah suatu amalan yang konstruktif dalam masyarakat, ajaran membangun masyarakat dan sebagai manifestasi dari rasa tangggung jawab dalam masyarakat. Bagi yang melaksanakan ajaran amar ma‟ruf nahi mungkar dalam keluarga maupun dalam masyarakat adalah sebagai pelopor perbuatan yang membangun. Juga termasuk salah satu dari kerangka demokrasi dan ketertiban menyeluruh.22 6. Akhlak Akhlakul karimah merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pendidikan keluarga. Yang paling utama ditekankan dalam pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kepada orang tua, bertingkah laku yang sopan baik dalam perilaku keseharian maupun bertutur kata. Pendidikan akhlak tidak hanya dikemukakan secara teoritik, melainkan disertai contoh-contoh konkrit untuk dihayati maknanya, dicontohkan bagaimana kesusahan ibu yang mengandung serta jeleknya suara khimar bukan sekedar untuk diketahui, melainkan untuk dihayati apa yang ada 21
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al mishbah, hlm. 137
22
Umar Hasyim, Anak Shaleh: Cara Mendidik Anak dalam Islam, hlm 140-141
42
dibalik yang nampak tersebut, kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya.23 Dengan demikian dalam ayat 18-19 ada nilai-nilai moral yang bisa diambil, yaitu: a) Sabar Kata shabr terambil dari kata yang terdiri dari huruf-huruf shad ,ba' dan ra'.maknanya berkisar pada tiga hal : 1.) menahan, 2) ketinggian sesuatu. 3). sejenis batu. Dari makna menahan, lahir makna konsisten atau bertahan, karena yang bersabar bertahan menahan diri pada satu sikap. Seseorang yang menahan gejolak hatinya, di namai bersabar yang ditahan di penjara sampai mati dinamai mashburah. Dari makna kedua, lahir kata shubr, yang berarti puncak sesuatu. Dan dari makna ketiga, muncul kata ash-shubrah, yakni batu yang kukuh lagi kasar, atau potongan besi. Nasehat beliau di atas juga menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal shaleh yang intinya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar ma'ruf nahi mungkar, juga nasehat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Banyak diantara kita mengajari anak untuk taat beribadah, tapi sayang kadang kita mengintrepretasikan "ibadah" sebagai hal yang terlalu sempit dan terbatas hanya pelaksanaan "ritual" belaka padahal kalau kita lihat jauh lebih luas dari sekedar menjalani ritual, ibadah adalah juga menyangkut soal prilaku moral dan sosial seseorang dalam kehidupannya.24 b) Jangan memalingkan muka saat di ajak berbicara ketika saat berbicara dengan orang lain sebaiknya tidak memalingkan muka karena meremehkannya, hal ini juga dapat menyinggung perasaan orang yang diajak bicara, akan tetapi hadapilah
23
Mahfud Junaedi, Kiai Bisri Musthafa, Pendidikan Keluarga Berbasis Pesantren, (Bandung: Walisongo Press, 2009), hlm. 39 24
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al mishbah, hlm.136-138
43
dengan muka yang berseri-seri dan gembira, tanpa rasa sombong dan tinggi diri.25 c) Tidak bersikap takabur Akhlak itu meliputi seluruh perilaku manusia termasuk cara berjalan, disini Luqman al-hakim memberikan nasihat
untuk tidak
berjalan di muka bumi ini dengan angkuh dan menyombongkan diri, karena hali itu adalah cara jalan orang-orang yang angkara murka dan sombong, yaitu mereka yang gemar melakukan kekejaman di muka bumi dan suka berbuat zalim terhadap orang lain. Akan tetapi berjalanlah dengan sikap sederhana karena sesungguhnya cara jalan yang demikian mencerminkan rasa rendah diri, sehingga pelakunya akan sampai kepada semua kebaikan.26 Dan di dalam sebuah hadits Nabi telah disebutkan pula :
Abdullah diriwayatkan mengatakan kepada saya ayah saya mengatakan kepada kami, Ismail mengatakan kepada Ayyub dari Nafi dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah bersabda : Sesungguhnya orang yang menyeret pakaiannya karena sombong niscaya Allah tidak akan melihatnya (tidak memberi rahmat kepadanya kelak) di hari kiamat, Nafie berkata: aku memberikan kabar bahwa Ummu Salamah berkata, bagaimana kita, Nafie‟ menjawab: satu jengkal, Ummu Salamah bertanya: ketika aku mengawali dengan kakiku, Nafie‟ menjawab: satu dzira‟ maka kamu jangan menambahkannya. (H.R. Ahmad bin Hanbal)
25
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1992), hlm.
26
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, hlm. 161
27
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, (Lebanon: Dar Al-kotob Al-Ilmiyah, 2008),
160
hlm.14
44
d) Berjalan dengan sederhana dalam berjalan hendaknya dengan cara yang sederhana, janganlah berjalan dengan cara tergesa-gesa dan janganlah berjalan dengan terlalu lamban.28 Dalam Tafsir Al-Misbakh dijelaskan bahwa cara melangkah, janganlah berjalan dimuka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa.sesungguhnya Allah tidak menyukai yakni tidak melimpahkan anugerah kasih sayang-Nya kepada orangorang yang sombong lagi membanggakan diri, bersikaplah sederhana dalam berjalan, yakni jangan membusungkan dada jangan juga merunduk bagaikan orang sakit. jangan berlari tergesa-gesa dan jangan juga sangat perlahan menghabiskan waktu.dan lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan keledai.sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai karena awalnya siulan yang tidak menarik akhirnya tarikan nafas yang buruk. e) Jangan terlalu keras ketika berbicara Kata ughdudh (
) اغضضterambil dari kata
( غضghadbdh dalam
arti penggunaan sesuatu tidak dalam potensinya yang sempurna. Mata dapat memandang ke kiri dan ke kanan secara bebas.perintah ghabdh jika ditujukan kepada mata maka kemampuan itu hendaknya di batasi dan tidak digunakan secara maksimal.demikian juga suara.dengan perintah di atas,seorang diminta untuk tidak berteriak sekuat kemampuannya, tetapi dengan suara perlahan namun tidak harus berbisik.29 Ketika
berbicara
sebaiknya
mengurangi
tingkat
kekerasan
suaranya, dan pendekanlah cara bicaranya, janganlah meninggikan suara bilamana
tidak
diperlukan
sekali.
Kemudia
Luqman
al-Hakim
menjelaskan illat (penyebab) mengapa hal itu dilarang, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya : ........ 28
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur, hlm, 3211
29
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al mishbah, hlm. 139-140
45
Sesungguhnya suara yang paling buruk adalah suara keledai.(Q.S. Luqman/31: 19)30 Sesungguhnya suara yang paling yang buruk dan paling jelek, karena ia dikeraskan lebih daripada apa yang diperlukan tanpa penyebab adalah suara keledai. Dengan kata lain, bahwa orang yang mengeraskan suaranya itu berarti suaranya mirip suara keledai. Dalam hal ini ketinggian nada dan kekerasan suara, dan suara yang seperti itu sangat dibenci oleh Allah SWT. Didalam ungkapan ini jelas menunjukan nada celaka dan kecaman terhadap orang yang mengeraskan suaranya, serta anjuran untuk membenci perbuatan tersebut. Di dalam ungkapan ini yaitu menjadikan orang yang mengeraskan suaranya diserupakan dengan suara keledai, terkandung pengertian mubalaghah untuk menanamkan rasa antipati dari perbuatan tersebut. Hal ini merupakan pendidikan dari Allah untuk hamba-hamba-Nya agar mereka tidak mengeraskan suaranya dihadapan orang-orang karena meremehkan mereka, atau yang dimaksud ialah agar mereka meninggalkan perbuatan ini secara menyeluruh (dalam kondisi apapun).31 Pendidikan yang di ambil dari ayat tersebut rendah hati, rendah hati adalah suatu sikap atau kepribadian di mana seseorang tidak sombong ataupun tinggi hati, meskipun orang tersebut mempunyai keunggulan, kelebihan dan prestasi tertentu di bandingkan dengan yang lainnya. Sifat ini perlu kita ajarkan agar tidak menimbulkan sifat sombong, perlu di ketahui rendah hati berbeda dengan " rendah diri " rendah diri adalah sikap yang kurang baik, bahkan negative, dimana seseorang merasakan kekhawatiran, takut, tidak mampu tidak percaya diri, dan minder anak yang rendah diri biasanya cenderung menyendiri dan sulit bergaul dengan teman-temannya, seorang anak yang rendah diri sudah barang tentu sulit untuk berkembang dan prestasi secara baik. 30
Soenarjo, et.al., Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 581
31
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, hlm. 163
46
C. Pembentukan Akhlak Anak Menurut Surat Luqman ayat 12-19 Sebagaimana kita ketahui pendidikan merupakan suatu yang sangat penting bagi manusia. Dan Islam menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia yang harus ditempuh bahkan merupakan sebuah kewajiban, sebagaimana dalam hadits Nabi yang berbunyi :
Diceritakan oleh Hisyam bin ammar, Hafs bin Sulaiman menceritakan kepadaku, Katsir bin syindhir dari Muhamad bin Siirin dari anas bin Malik berkata: Rasulullah bersabda “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan menyandarkan ilmu pada orang yang bukan ahlinya itu seperti mengikuti babi untuk berlian, intan, dan emas (H.R. Ibnu Majah) Bila melihat dalam Al Quran banyak ide atau gagasan kegiatan atau usaha pendidikan, salah satunya dapat dilihat dalam surat Luqman ayat 12-19. Dalam Al Quran surat Luqman tidak menjelaskan banyak tentang kehidupan Luqman hanya menjelaskan tentang wasiatnyankepadanputranya yang merupakan konsep pendidikan bagi anak untuk dikembangkan dalam kehidupan di era sekarang. Adapun pokok-pokok pendidikan dalam surat Luqman ayat 12-19 , dalam garis besarnya terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan Aqidah, pendidikan berbakti (ubudiyah), dan pendidikan akhlak ( budi pekerti ). Isi nasihat itu adalah pesan-pesan pendidikan yang seharusnya dicontoh oleh setiap orang tua muslim yang memikul tanggung jawab pendidikan terhadap anak-anaknya. Ini adalah sebagai isyarat dari Allah SWT supaya setiap orang tua dapat melaksanakan konsep pendidikan terhadap anak-anaknya sebagaimana yang telah dilakukan oleh Luqman. Dan pada ayat 13 sampai 19 terdapat beberapa beberapa nasihat Luqman 32
Al Hafid Abi Abdillah Muhamad bin Yazid al Qazwiny, Sunan Ibnu Majah, Jilid I (Indonesia: Darul Fikr, tt), hlm. 80
47
al-Hakim kepada anaknya yang sarat akan nilai-nilai sebagai konsep pendidikan yang harus diterapkan oleh orang tua kepada anaknya. Sebagaimana Allah SWT telah menjadikan Luqman dan anaknya sebagai contoh proses pendidikan dari seorang bapak kepada anaknya dan contoh tersebut dikemukakan
oleh
Allah
SWT
kepada
Nabi
Muhammad
SAWnuntukndisampaikannkepadansegenapnumatnya. Proses pendidikan yang diajarkan oleh Luqman al Hakim diantaranya sebagai berikut : 1.nPendidikannAqidah Pokok pikiran yang sangat fundamental yang diajarkan Luqman al-hakim kepada anaknya adalah mengenai masalah aqidah yang merupakan sumber pokok keimanan seorang hamba Allah. Aqidah merupakan keyakinan untuk hanya mengabdi kepada Allah, atau ajaran yang mengesakan Allah. Pendidikan ini terlihat dalam surat Luqman ayat 13 yang berbunyi :
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.(Q.S. Luqman/31:13)33 Pembelajaran yang digunakan Luqman al Hakim dalam mendidik anaknya yaitu dengan bahasa dan nada yang lembut sebagai ungkapan kasih sayang kepada anaknya yakni “Hai Anakku”, disitu menandakan ada “mahabbah”34 dari orang tua ke anak, inilah yang patut diterapkan di era keluarga sekarang agar anak tidak terbiasa mendengar perintah yang bermotif kasar. Oleh karena itu ia menyatakan tentang pendidikan aqidah dengan bahasa yang lembut dengan harapan agar pendidikan ini mudah diterima, dicerna dan dilaksanakan oleh anak. Luqman menyadari bahwa keimanan kepada Allah Yang Maha Esa merupakan fondasi yang utama dalam kehidupan seorang anak dalam melakukan berbagai ibadah, ibadah yang benar adalah apabila dilandasi 33
Soenarjo, et.al., Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 582.
34
Muhamad Nawawi Al-Jawi, Tafsir An-Nawawi, Jilid 2, (Lebanon: Dar Al-Kotob Al Islami, tt), hlm. 171
48
oleh keyakinan yang benar, dan keyakinan yang benar dalam keyakinannya adalah keimanan kepada Allah Yang maha Esa. Bertolak pada uraian di atas, maka jelas bahwa permasalahan tauhid yang diprofilkan
melalui
pesan
Luqman
kepada
anaknya,
dan
sekaligus
memerintahkannya. Pesan mulia orang tua kepada anak ini terjadi karena sikap tulus
orang
tua
yang
bijaksana
terhadap
nasib
masa
depannanaknya.nInilahnpesannsecaranemosionalnyangnsangatnmenonjolnsehi ngganperlundilakukan adanya sebuah pendidikan di tengah keluarga. Persoalan jangan menyerikatkan Allah SWT ( Syirik) itu, yang dalam ajaran Islam masuk dalam bidang tauhid, aqidah, adalah merupakan landasan pokok dalam kehidupan manusia. Tidak heran apabila soal itu diletakkan pada nomor satu dalam urutan rangkaian nasihat itu. Syirik adalah penyakit berat dan sangat berbahaya. Syirik disebut kezhaliman yang besar karena seorang meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, Seseorang tidak pantas melakukan ibadah kepada selain Allah SWT. 2. Pendidikan “Birrul Walidain" Salah satu ajaran Islam yang termasuk dalam bidang kebaktian dan akhlak, yang diperintahkan kepada manusia melaksanakannya, ialah berbuat baik dengan ibu dan bapak atau yang lebih dikenal dengan “birrul walidain”, yakni dengan menghormati dan taat terhadap kedua orang tua itu wajib dengan ketentuan tidak melanggar atau melenceng dari perintah Allah.35 Ini memberikan isyarat bahwa kedua orang tua wajib dimulyakan karena jasajasanya kepada anak yang tak terhingga. Dalam hal ini penghargaan secara khusus diberikan kepada ibu, karena ia telah mengandung anaknya selama sembilan bulan dilanjutkan dengan menyusukannya selama dua tahun. Pada periode yang demikian terkandung masyaqat yang sangat berat bagi seorang ibu sehingga dalam bahasa al-Qur‟annya adalah
artinya dalam
keadaan susah yang sesusah-susahnya ini dialami seorang ibu. 35
Imam Fahrudin, At Tafsir Al Kabir, Jilid 13, (Lebanon: Dar al Kotob al Alamiyah, 1990), hlm. 129
49
Yang dimaksud dengan "berbuat baik kepada orang tua" adalah agar manusia selalu bersyukur setiap saat menerima nikmat yang dilimpahkan kepada mereka, dan berterima kasih serta menghormati kepada orang tua karena
mereka
telah
membesarkan,
memelihara,
mendidik
dan
bertanggungjawab atas kehidupan anak-anaknya. Sejak mereka dalam kandungan sampai pada suatu saat ketika anak-anaknya sanggup berdiri sendiri. 3. pendidikan tentang Salat Setelah Luqman menegaskan rnasalah keimanan hanya kepada Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua dan kesadaran seseorang bahwa tiap perbuatan akan mendapatkan balasan dari Allah, kemudian Luqman al Hakim mengajarkan tentang mendirikan salat yang mencakup semua syarat dan rukunrukunya. Karena pentingnya perbuatan salat ini rnaka Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk mendirikan salat. Pendidikan salat harus mendapatkan perhatian sejak awal dalam kehidupan seorang anak untuk menunjukkan bahwa sangat pentingnya ibadah salat ini. Hal ini senada dengan ajaran Islam, bahwa kewajiban bagi para orang tua untuk mendidik anaknya rnelakukan salat, kewajiban ini dimulai sejak si anak umur 7 tahun, sebagaimana dalam hadits yang berbunyi :
Diriwayatkan oleh Abdullah, ayahku menceritakan kepadaku, mengatakan kepada kami, diceritakan oleh Waqi, diceritakan oleh sawar bin Daud dari Amr‟ bin Syu‟eb, dari bapaknya, dari kakeknya berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda : ”Perintahkanlah anak-anakmu untuknmengerjakannshalatnketikantelahnberumurn7ntahun,ndannapabila telahnberumurn10ntahun,nmakanpukullahndiankarenanmeninggalkannya 36
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, (Lebanon: Dar Al-kotob Al-Ilmiyah, 2008), hlm. 583
50
dan pisahkanlah mereka dari tempat tidurnya, bapaku berkata: AtTufawii Muhamad bin Abdurahman berkata: dalam hadis ini Sawar Abu Hamzah telah lupa ”(HrnAhmad bin Hambal). Dari hadits di atas dapat dipahamkan, bahwa setelah seseorang anak mempunyai landasan aqidah yang kuat untuk menjalankan ibadah, kemudian anak harus sedini mungkin diajari tentang bagaimana cara melakukan salat sebagai bentuk latihan beribadah bagi anak. maka Rasulullah mewajibkan kepada orang tua untuk menyuruh anaknya mengerjakan salat setelah berumur 7 tahun. Halninindipertegasndalamnhadits
tadi
yang
telah
disebutkan
diatas,nyangnmenyatakannmengapandituntut untuk memerintahkan anak yang masih kecil untuk melakukan shalat?. Maksudnya, agar anak itu terbiasa melakukan salat, sehingga ketika kelak sudah baligh, salat itu menjadi kebiasaannyangnsulitnditinggalkan. Usaha untuk membina dan membimbing rumah tangga haruslah ditingkatkan kerja sama secara terus menerus antara Ibu dengan Bapak serta anggota keluarga lainnya, dengan membiasakan salat berjamaah di rumah, inilah cara yang efektif untuk memberikan pendidikan salat kepada anak agar tidak mudah meninggalkan salat yang telah menjadi kewajiban setiap muslim. 4. Pendidikan “Amar Ma’ruf Nahi mungkar” Dalam sebuah keluarga kedua orang tua menjadi figur bagi anak-anaknya dalam berprilaku dalam kehidupan nyata sehingga disini kedua orang tua harus benar-benar bertindak sesuai nilai syari‟at, aturan normatif yang benar, karena jika anaknya masih belum taklif dan melakukan kesalahan maka kedua orang tuanyalah yang menanggung dosanya, maka dari itu pembelajaran amar ma’ruf nahi mungkar itu perlu ditanamkan sedini mungkin dalam lingkungan keluarga. Anak akan memiliki kepribadian yang kuat jika penanaman amar ma’ruf nahi mungkar sejak dini dalam keluarga sehingga anak mempunyai sebuah kemampuan untuk menjaga diri dari segala perbuatan keji dan mungkar dalam perkembangannya.
51
5. Pendidikan Budi Pekerti atau Akhlak Pendidikan yang terakhir yang diajarkan oleh Luqman al Hakim kepada anaknya adalah pendidikan budi pekerti, atau akhlak dalam hidup bermasyarakat, diantaranya: a). Ketika berhadapan dengan orang lain, ketika berbicara maka hadapkanlah dengan muka yang sempurna karena rendah hati dan sebagai rasa hormat, jangan menghadapkan muka dengan orang lain dengan sebagian muka atau hanya menampakan bagian samping muka (pipi) saja karena semacam ini adalah kebiasaan orang-orang yang sombong.37 Termasuk dalam budi pekerti, sopan santun dan akhlaq al karimah adalah apabila seseorang sedang berbicara dengan orang lain, hendaklah ia menghadapkan muka kepada orang tersebut. Menghadapkan muka adalah sebagai isyarat menghadapkan hati, apabila seseorang sedang bebicara dengan orang lain, dan mukanya dihadapkan ke arah yang lain, tentu perbuatan yang semacam ini akan menyinggung perasaan. b). Pengertian al mukhtal dalam ayat 18 ini yaitu seseorang yang berjalan karena
mempunyai
kebanggaan
dan
congkak
yang
tidak
ada
kemaslahatannya sama sekali dengan urusan agama dan urusan dunia.38 Hendaklah sederhana ketika berjalan dan lemah lembut dalam berbicara, sehingga orang yang melihat dan mendengar merasa senang dan tenteram hatinya. Berbicara dengan suara yang keras, angkuh, dan sombong dilarang Allah, karena pembicaraan yang demikian itu tidak enak didengar dan menyakitkan hati. Yang dimaksud dengan sederhana dalam berjalan dan berbicara bukanlah berjalan itu harus menunduk dan berbicara dengan lunak, tetapi berbicara dengan sopan dan lemah lembut sehingga orang lain senang mendengarnya.
37
Nidzomudin Hasan, Tafsir Ghoro’ibul Qur’an, Jilid V, (Lebanon: Dar al Kotob al Alamiyah, 1996), hlm. 426 38
Nidzomudin Hasan, Tafsir Ghoro’ibul Qur’an, Jilid V, hlm. 426
52
BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis sajikan mengenai ringkasan dari beberapa pembahasan yang telah penulis paparkan diatas dengan judul “Pembentukan Akhlak Anak dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19, serta sekaligus merupakan jawaban dari rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan ini. Begitu juga penulis sajikan saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan kedepan bagi pendidik, lembaga pendidikan, serta bagi peneliti yang selanjutnya. A. Kesimpulan Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya bahwa pembentukan akhlak anak menurut Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 dapat disimpulkan : a. Tujuan Pembentukan akhlak anak agar anak mempunyai kepribadian yang selalu condong untuk melaksanakan perbuatan yang baik (akhlaqul karimah) dan menjauhi perbutan-perbuatan yang jahat (akhlaqul madzmumah), karena inti dasar taqwa adalah berakhlak mulia, berbuat baik dan berbudi luhur. b. Materi Materi pendidikan yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19, diantaranya : 1) Pendidikan aqidah Pendidikan aqidah dalam hal ini maksudnya berkaitan dengan ajaran tauhid atau ajaran mengesakan Allah SWT, tidak menyekutukan-Nya, dan mensyukuri segala nikmat-Nya. Kewajiban orang tua muslim adalah memelihara aqidah anak-anaknya agar tidak sampai dikotori oleh kepercayaan atau keyakinan yang salah. 2) Pendidikan birrul walidain Menghormati dan taat terhadap kedua orang tua itu wajib dengan ketentuan tidak melanggar atau melenceng dari perintah Allah. Ini memberikan isyarat bahwa kedua orang tua wajib dimulyakan karena jasa-jasanya kepada anak yang tak terhingga. Dalam hal ini penghargaan
53
secara khusus diberikan kepada ibu, karena ia telah mengandung anaknya selama sembilan bulan dilanjutkan dengan menyusuinnya selama dua tahun. 3) Pendidikan salat Pendidikan salat harus mendapatkan perhatian sejak awal dalam kehidupan seorang anak untuk menunjukkan bahwa sangat pentingnya ibadah salat ini. Hal ini senada dengan ajaran Islam, bahwa kewajiban bagi para orang tua untuk mendidik anaknya rnelakukan salat, kewajiban ini dimulai sejak si anak umur 7 tahun. 4) Pendidikan amar ma’ruf nahi mungkar Anak akan memiliki kepribadian yang kuat jika penanaman amar ma’ruf nahi mungkar sejak dini dalam keluarga sehingga anak mempunyai sebuah kemampuan untuk menjaga diri dari segala perbuatan keji dan mungkar dalam perkembangannya. 5) Pendidikan budi pekerti atau akhlak Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk anak-anak sebagai institusi yang pertama berinteraksi dengan anak. Oleh sebab itu, haruslah keluarga mengambil posisi tentang pendidikan ini, mengajar mereka akhlak yang mulia yang diajarkan Islam seperti kebenaran, kejujuran, keikhlasan, kasih sayang, cinta kebaikan, pemurah, pemberani dan lain sebagainya. c. Metode Metode yang digunakan dalam pembentukan akhlak anak menurut aQur’an surat Luqman ayat 12-19, yaitu : 1. Metode pembiasaan Dalam membentuk akhlak anak dengan pembiasaan-pembiasaan akan dapat memasukan unsur-unsur positif dalam diri anak yang sedang tumbuh, karena kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah terbentuk pada diri seorang anak akan merasa ringan untuk mengerjakan apa-apa yang telah menjadi kebiasaanya.
54
2. Metode keteladanan (figurisasi) Metode pembiasaan tidak akan sempurna jika tidak tidak diiringi dengan metode keteladanan, karena anak mempunyai rasa imitatif yang tinggi, jadi perlu adanya seorang figur yang dijadikan contoh untuk ditiru. Secara psikologis anak senang meniru, tidak saja yang baik-baik yang jelek pun ditirunya, dan secara psikologis pula manusia membutuhkan tokoh teladan dalam hidupnya. Disinilah letak relevansi dan keterkaitan antara metode keteladanan dengan metode pembiasaan, artinya pendidik tidak hanya bisa bicara (memerintah) tetapi juga harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak
B. Saran-saran Dari pemaparan diatas, maka peneliti akan memberikan saran bagi : 1. Bagi pendidik Dari konsep pembentukan akhlak anak dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 diharapkan menjadi wahana yang konstruktif bagi peningkatan guru Pendidikan Agama Islam kedepan. 2. Bagi lembaga pendidikan Lembaga pendidikan sebagai fasilitas dimana terdapat interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam proses pembelajaran, maka dalam hal ini lembaga pendidikan dituntut untuk bersikap terbuka terhadap lingkungan sekitarnya, baik dari perkembangan zaman maupun dari tuntutan masyarakat, karena lembaga sekolah disebut sebagai lembaga investasi manusia. 3. Bagi peneliti Bahwa hasil dari analisis tentang pembentukan akhlak anak menurut alqur’an surat luqman ayat 12-19 ini masih banyak kekurangannya, maka dari itu diharapkan ada peneliti baru yang mengkaji ulang dari hasil penulisan ini.
55
C. Penutup Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rakhmat, taufiq dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini. Penulis menyadari meskipun dalam penelitian ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan ini tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan. Hal itu sematamata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif dari berbagai pihak demi perbaikan yang akan datang untuk mencapai kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi sumbangsih kepada penulis, baik berupa tenaga maupun do’a. Semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
56
DAFTAR KEPUSTAKAAN Abdul Ghofar et.,all., Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, terj. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid VII, Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2008. Abdul Wahid, Ramli, Ulumul Qur’an I, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Ad-Damanhuri, Ahmad, Idohul Mubham, Semarang: Toha Putra, tt. Ahid, Nur, Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Bin Hanbal, Ahmad Musnad Ahmad, Lebanon: Dar Al-kotob Al-Ilmiyah, 2008. Al-Farmawi, Abdul al Hayy, Metode Tafsir Mawdhu’iy Sebuah Pengantar, Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 1996 Al Ghozali, Imam, Ihya Ulum al Din, jilid III, Indonesia: Dar Ihya al Kotob al Arabi, tt. A. Kaufman, Roger, Educational System Planing, New Jersey: Englewood Cliffs, 1972 Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006. Al-Jawi, Muhamad Nawawi, Tafsir An-Nawawi, Lebanon: Dar Al-Kotob Al Islami, tt. Anis, Ibrahim, Al mu’jam Al Wasith, Mesir: Darul Ma‟arif, 1972 Amin, Ahmad, Kitab Al-Akhlak, Kairo: Darul Kutub Al-Mishriyah, tt Baha‟udin, “Konsepsi Abdulloh Nashih Ulwan tentang Metode Pendidikan Moral Anak Dalam Keluarga: Telaah Kitab Tarbiyatul Aulad fil Islam”, Skripsi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. Baidan, Nashruddin, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an I, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000. Fahrudin, Imam, At Tafsir Al Kabir, Lebanon: Dar al Kotob al Alamiyah, 1990. Ghoffar, M. Abdul dan al-Atsari, Abu Ihsan, Tafsir ibnu Katsir, Terj. Lubaabut tafsir Min ibni katsir, Jakarta: Pustaka Imam Asyafi‟i, 2008.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XX, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998. Hanbal, Ahmad bin, Musnad Ahmad, Lebanon: Dar Al-kotob Al-Ilmiyah, 2008. Hasan, Nidzomudin, Tafsir Ghoro’ibul Qur’an, Jilid V, Lebanon: Dar al Kotob al Alamiyah, 1996. Hasbi Ash Shiddieqy, Muhammad, Al-Bayan: Tafsir Penjelas Al-Qur’anul Karim, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002. ............................................................., Tengku, Tafsir Al-Qur’anul Majid AnNuur, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000. Hasyim, Umar, Cara Mendidik Anak dalam Islam, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983. Isa at-Tirmidzi, Muhamad, Sunan at-Tirmidzi, Lebanon: Dar al Kotob alIlmiyah, 2008. Jawas, Yazid bin Abdul Qodir, Syarah Aqidah Ahlussunah Waljama’ah, Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i, 2006. Junaedi, Mahfud, Kiai Bisri Musthafa, Pendidikan Keluarga Berbasis Pesantren, Bandung: Walisongo Press, 2009. Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2009. Moleong, Lexy j. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Offset Rosda Karya, 2011 Muhadjir , Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996. Muhamad, Abu Bakar Sayid, I’anatutholibin, Jilid I, Libanon: Darul Fikr, 2005. Muhamad bin Yazid Al Qazwiny, Al Hafid Abi Abdillah, Sunan Ibnu Majah, Jilid I Indonesia: Maktabah Dahlan, tt. Muslim, Imam Abi Al-Husaini, Shahih Muslim, Juz IV, Beirut Libanon: DarAhya‟ Al-Turatsi Al-„Arabi, t.th.
Mustafa Al-maraghi, Ahmad, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abubakar, Juz XXI, Semarang : Toha Putra, 1992. Nasution, Metode Reseach Penelitian Ilmiah, Edisi I, Jakarta : Bumi Aksara, 2001. Partini, Pengantar Pendidikan Usia Dini, Yogyakarta; Grafindo Litera media; 2010. Quthb, Sayyid, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As‟ad Yasin dan Abdul Aziz Salim basyarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, Jilid XXI, Jakarta : Gema Insani Press, 2002. Sakho
Muhammad, Ahsin, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Disempurnakan, Jakarta: Penerbit Lentera Abadi, 2010
Edisi
yang
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an, Vol. 11, Jakarta: Lentera Hati‟ 2002. Soegeng, A.Y. Filsafat Pendidikan; Latar Belakang dan Penerapannnya, Semarang; IKIP PGRI Semarang Press, 2007. Soenarjo, et.al., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta; CV. Karya Insan Indonesia; 2002. Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta; Aksara Baru, 1982. Syadali, Ahmad dan Rofi‟i, Ahmad, Ulumul Qur’an I, Bandung; Pustaka Setia, 2000. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia, bandung, 1997 Yusrina, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro, Skripsi, Jakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah, 2006 Zainuddin, Ahmad, “Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Keluarga dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak: Kajian Tehadap Surat AtTahrim ayat 06”, Skripsi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006.
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: Khoirul Umam
2. Tempat &Tgl. Lahir
: Pemalang, 02 November 1983
3. NIM
: 083111076
4. Alamat Rumah
: Ds. Karangmoncol RT.11, RW.03 Randudongkal-Pemalang
Hp
: 085 726 808 310
Email
:
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal a. SD N 01 Karangmoncol (Lulus Tahun 1996) b. SMP N 01 Randudongkal (Lulus Tahun 1999) c. SMA N 03 Pemalang (Lulus Tahun 2002) d. Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2. Pendidikan Non-Formal a. Pondok Pesantren SALAFIYAH Kauman Pemalang (1999-2004) b. Pondok Pesantren APIK Kauman Kaliwungu (Lulus Tahun 2008)