BAB II PEMBELAJARAN KITAB HUJJAH ASWAJA DAN IDEOLOGIASWAJA A. Pembelajaran Kitab Hujjah 1. Pengertian Pembelajaran Belajar menurut Gagne dinyatakan bahwa belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan, sebagai proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. 1Sedangkan menurut pandangan behaviorisme, belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang dapat diamati (observable) dan
dapat diukur
(messurable). Pendekatan kognitif berpendapat bahwa belajar adalah sebagai perubahan perkembangan. 2Istilah pembelajaran adalah istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, kita menggunakan istilah “proses belajar-mengajar dan pengajaran”, istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction”.
Menurut
Gagne,
Briggs,
dan
Wager
(1992),
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar siswa. Instruction is a set of events that affectlearnes in such a way that learning is facilitated.3 1
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009).hal.5 2 Masitoh.Strategi Pembelajaran(Jakarta : Universitas Terbuka, 2007).hal.1.9 3 Ibid. hal. 1.19
16
17
Penulis memilih istilah pembelajaran karena istilah pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Kalau menggunakan kata “pengajaran”, maka membatasi diri hanya pada konteks tatap muka guru-siswa didalam kelas. sedangkan dalam istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik. Siswadapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, program televisi atau media lainnya. Tentu saja gueu tetap memainkan peranan penting dalam merancang setiap
kegiatan
pembelajaran.
Dengan
demikian
pengajaran
meruapakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran. 4 Konsep dasar pembelajaran yang demikian dirumuskan dalam pasal 1 butir 20 UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdikknas, yakni “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”5 2. Teori Pembelajaran a. Empirisme dan Rasionalisme Para penganut empirisme (Locke, Barkeley, dan Horne) berpendapat bahwa sesungguhnya pengetahuan bersumber dari luar individu dan pengetahuan itu diinternalisasi oleh inderaindera.Menurut mereka, saat lahir, seorang meroupakan batu tulis yang bersih dan selama pertumbuhan “di tulis” diatasnya. 6
4
Ibid.hal.1.19-1.20 Ibid hal. 1.20 6 Ibid.hal 2.2 5
18
Para rasionalis seperti Descartes,Spinoza, dan Kant tidak menolak pentingnya pengalaman-pengalaman indra, tetapi mereka mempertahankan bahwa penalaran lebih penting dari pada pengalaman indera sebab pengalaman membuat kita tahu dengan penuh keyakinan akan banyak kebenaran yang tidak dapat dicapai oleh pengalaman-pengalaman indera.7 Misalnya kita tahu bahwa setiap kejadian mempunyai sebab, walaupun kita dengan nyata tidak dapat meneliti setiap kejadian di dalam masa lalu dan masa yang akan datang. para rasionalis juga menyatakan bahhwa indra kerap kali menipu kita dalam ilusi-ilusi perseptual, pengalamanpengalaman sensor tidak dapat dipercaya. Kekakuan, ketelitian, kepastian matematis, suautu sistem yang murni deduktif, bagi para rasionalis tetap merupakan contoh yang menunjang kekuatan penalaran. Bila mereka harus menerangkan asal kekuatan penalaran, Para rasionalis akhirnya menyatakan bahwa dengan mengetahui dan menyatakan pengetahuan atau konsep merupakan bawaan, hal tersebut akan berkembang sebagai suatu fungsi kedewasaan. 8 b. Teori Bealajar Behavioristik Teori belajar Behavioristik mendefinisikan bahwa belajar meruapakan perubahan perilaku, khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku (yang baru) sebagai hasil belajar, bukan 7 8
Ibid. hal.2.2 Ibid. hal. 2.2
19
sebagai hasil proses pematangan (pendewasaan) semata. Menurut teori belajar behavioristik, perubahan perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang akan memberikan beragam pengalaman kepada seseorang.9 Lingkungan merupakan stimulus yang dapat mempengaruhi atau mengubah kapasitas untuk merespons.10 Selain itu belajar menurut teori ini merupakan perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan respons, yaitu proses manusia untuk memberikan respons tertentu berdasarkan stimulus yang datang dari luar. 11 Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar (outcome), yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat, dan tidak begitu memperhatikan apa yang terjadi di dalam otak manusia karena hal tetrsebut tidak dapat dilihat. Seseorang telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.12 c. Teori Belajar Kognitif Prinsip teori psikologi kognitif adalah bahwa setiap orang dalam
bertingkahlaku dan mengerjakan sesuatu senantiasa
dipengaruhi tingkat-tingkat perkembanganan dan pemahaman atas dirinya sendiri.
9
Ibid. hal. 2.4 ibid. hal.2.4 11 Ibid. hal. 2.4 12 Ibid. hal.2.6 10
20
Seseorang memiliki kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya sendiri. 13 Teori belajar kognitif ini erat hubungannya dengan teori psikologi kognitif. Aspek kognitifnya mempersoalkan masalah bagaimana orang memperoleh pemahaman mengenai diri sendiri dan lingkungannya, dan bagaimana mereka berhubungan dengan lingkungan
mereka
dengan
menggunakan
kesadarannya,
sedangkan aspek psikologisnya menekankan hubungan antara orang dengan lingkungan psikologinya secara bersamaan dan saling berhubungan secara timbal balik.14 Dalam hal belajar, aspek psikologi ini memandang bahwa proses belajar yang terjadi pada seseorang tidak tampak dari luar dan sifatnya kompleks. karena perilaku belajar seseorang tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar (eksternal), melainkan dipengaruhi oleh cara-cara bagaimana terjadinya proses informasi di dalam diri seseorang(faktor internal). 15 1) Pembawaan dan Lingkungan a) Aliran Nativisme Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu yang dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. 13
Ibid. hal. 3.3 Ibid. hal. 3.3 15 Ibid. hal. 3.3 14
21
Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, percumalah kita mendidik, atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis.16 b) Aliran Naturalisme Natureartinya alam atau yang dibawa sejak lahir. Hampir senada dengan aliran nativisme, maka aliran ini (naturalisme) berpendapat bahwa pada hakikatnya semua anak (manusia) sejak
dilahirkan
perekembangannya
adalah
baik.
kemudian
sangat
Bagaimana
hasil
ditentukan
oleh
pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengaruh pendidikan itu baik, akan menjadi baiklah ia, tetapi jika pengaruhnya itu jelek, akan jelek pula hasilnya. Seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini, yaitu J.J Rousseau sebagai berikut, “Semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi rusak ditangan manusia”. Oleh karena itu, sebagai pendidik Rousseau mengajukan “Pendidikan alam”. Artinya, anak dibiarkana alamnya,
tumbuh dan berkembang manusia
atau
masyarakat
sendiri
menurut
jangan
banyak
16. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis (Bandung : PT. Remaja Rosdakaraya), 1986. hal.59
22
mencampurinya. Pendapat Rousseau ini terlihat pula pada pendiriannya tentang hukuman dalam pendidikan. 17 c) Aliran Empirisme Aliran empirisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (ke arah yang baik maupun ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis. 18 Kaum behavioris pun sependapat dengan kaum empiris itu. Sebagai contoh kami kemukakan di sini kata-kata Waston, seorang behavioris tulen dari Amerika “Berilah saya sejumlah anak yang baik keadaan badannya dan situasi yang saya butuhkan, dan dari setiap orang anak, entah yang mana, dapat saya jadikan dokter, seorang pedagang, seorang ahli hukum, atau jika memang dikehendaki, menjadi pengemis atau seorang pencuri”. 19
17
Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis (Bandung : PT. Remaja Rosdakaraya), 1986.hal.59 18 Ibid. hal. 59 19 Ibid. hal. 59-60
23
Contoh tersebut di atas menunjukkan betapa ekstremnya pendapat tersebut. Dalam dunia pengetahuan,hal itu sudah tidak diakui lagi. Umumnya, orang sekarang mengakui adanya pengaruh dari keduanya, yaitu pengaruh pembawaan dan lingkungan. Suatu pembawaan tidak dapat mencapai perkembangannya jika tidak dipengaruhi oleh lingkungan. 20 Disamping itu, orang sependapat pula bahwa dalam batasbatas yang tertentu karena sepanjang pengetahuan, kita tahu bahwa intelegensi dapat kita kembangkan. 21 d) Hukum Konvergensi Hukum ini berasal dari ilmu jiwa bangsa Jerman, bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan
kedua-duanya
menentukan
perkembangan
manusia. Dengan adanya pendapat W. Stern itu dapatkah kita katakan bahwa persoalan tentang pembawaan dan lingkungan itu sudah selesai? belum!. Dalam aliran yang yang menganut hukum konvergensi itu masih menganut dua aliran, yaitu aliran yang dalam hukum konvergensi ini lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan daripada pengaruh lingkungan,
20 21
Ibid.hal.60 Ibid. hal.60
24
dan di pihak lain mereka yang olebih menekankan pengaruh lingkungan atau pendidikan. 22 Sementara itu, kita belum puas pula atas jawaban dari hukum
konvergensi
itu,
yang
mengatakan
bahwa
perkembangan manusia itu ditentukan (merupakan hasil) dari dua buah faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan. kalau hal itu kita renungkan benar-benar, belum tepat dan benar jika katakan terhadap perkembangan hewan daripada terhadap manusia.23 2) Macam-macam Metode Pembelajaran Permasalahan
yang
seringkali
dijumpai
dalam
pengajaran, khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Di samping masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya penigkatan mutu pengajaran secara baik. 24 Pengertian
metode
pengajaran
yaitu
suatu
cara
penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat
22
Ibid. hal. 60 Ibid.hal 61 24 M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta : Ciputat Pers), 2002. hal.31 23
25
diabaikan karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistim pengajaran. 25 Oleh karena itu pemakaian metode harus sesuai dan selaras
dengan
karakteristik
siswa,
materi,
kondisi
lingkungan (setting) dimana pengajaran berlangsung. 26 Secara garis besar metode mengajar dapat diklafikasikan menjadi 2 bagian, yakni:yaitu metode mengajar yang lazim dipakai oleh guru atau sering disebut metode tradisional. 27 Berikut ini akan dibahas beberapa metode-metode mengajar konvensional: a) Metode Ceramah Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh para guru disekolah. Ceramah diaortikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas. Peran
murid
disini
sebagai
penerima
pesan,
memperhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.28
25
Ibid.hal. 31 M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta : Ciputat Pers), 2002.hal.31 27 Ibid. hal.33 28 Ibid. hal. 34 26
26
b) Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan obyektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya
secara
rasional
dan
obyektif
dalam
pemecahan suatu masalah. 29 c) Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab ialah penyampaian pesan pengajaran
dengan
cara
mengajukan
pertanyaan-
pertanyaan dan siswa memberi jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan belajar-mengajar melalui tanya jawab, guru memberikan pertanyaanpertanyaan atau siswa diberikan kesempatan untuk bertanya lebih dahulu pada saat memulai pelajaran, Bilamana metode tanya jawab ini dilakukan secara tepat
29
Ibid. hal.36
27
akan dapat meningkatkan perhatian siswa untuk belajar secara aktif. 30 d) Metode Demonstrasi dan Eksperimen Demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Misalnya demonstrasi tentang cara memandikan mayat orang muslim/muslimah dengan menggunakan model atau boneka, demonstrasi tentang cara-cara tawaf pada saat menunaikan ibadah haji dan sebagainya. Metode eksperimen ialah cara pengajaran di mana guru dan murid bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi. sebagai contoh percobaan ternak ayam buras, mencangkok pohon jeruk, dan sebagainya. 31 e) Metode Resitasi Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah,karena siswa diberi tugas-tugas khusus diluar jam pelajaran. sebenarnya penekanan metode ini terletak pada jam pelajaran berlangsung di mana siswa disuruh untuk 30
31
Ibid. hal.38 Ibid. hal. 42
28
mencari informasi atau fakta-fakta berupa data yang dapat ditemukan di laboratorium, perpustakaan, pusat sumber belajar, dan sebagainya.32 f) Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai dengan kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu dengan sisten gotong-royong. Dalam prakteknya ada
beberapa
jenis
kerja
kelompok
yang
dapat
dilaksanakan yang semua itu tegantung pada tujuan khusus dicapai, umur, kemampuan siswa, fasilitas dan media yang tersedia dan sebagainya. 33 g) Metode Sosio-Drama Metode sosio-drama dan bermain peran merupakan teknik
mengajar
pendemonstrasian
yang
banyak
kaitannya
kejadian-kejadian
yang
dengan sosial.
Menurut Engkoswara: metode sosio drama adalah suatu drama
tanpa
sekelompok
naskah orang.
yang Biasanya
akan dimainkan oleh permasalahan
cukup
diceritakan dengan singkat dalam tempo 4 atau 5 menit, kemudian anak menerangkannya. Persoalan pokok yang 32 33
Ibid. hal.45 Ibid. hal. 48
29
akan didramatisasikan diambil dari kejadian-kejadian sosial, oleh karena itu dinamakan sosio-drama. 34 h) Metode Karyawiasata Metode karya wisata adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan mengajak para siswa keluar kelas untuk mengunjungi peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok bahasan. i) Metode Mengajar Inkonvensional Metode inkonvesional yaitu suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum,
seperti
pengajaran program,
metode
berprogam, masih
mengajar
dengan
modul,
pengajaran
unit,
machine
merupakan
metode
yang
baru
dikembangkan dan diterapkan dibeberapa sekolah tertentu yang mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya. Berikut
yang
merupakanmetodemengajar
inkonvensionalyaitu pembelajaran modul. Pembelajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya didasarkan atas modul. Kemugkinan adanya sebagian pengajar
yang
mengutamakan
metode
tradisional,
memanfaatkan modul dalam pengajarannya. Demikian
34
Ibid. hal. 49
30
juga serangakaian modul yang lengkap untuk sutau bidang studi disamping juga sebagian pengajar yang memberikan pilihan atau alternatif pada sejumlah yang tersedia. Jadi modul merupakan salah satu alternatif jawaban yang dianggap tepat oleh para ahli dalam menanggapi dan memecahkan masalah pendidikan dan pengajaran yang sangat kompleks dewasa ini. 35 3. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu.36 Tujuan Pembelajaran sebagai penentu arah proses belajar mengajar.37Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan bahan pelajaran, penetapan metode mengajar dan alat bantu pengajaran serta memberi petunjuk terhadap penilaian. 38AlGhazali membagi pula tujuan pendidikan membagi tujuan pendidikan menjadi dua, yaitu: a. Tujuan Jangka Panjang Tujuan pendidikan jangka panjang ialah pendekatan diri kepada Allah. Pendidikan dalam prosesnya harus mengarahkan
35
Ibid. hal.50 Haydar Putra Dawny, Sejarah pertumbuhan dan pembaharuan pendidikan Islam Indonesisa (Jakarta: Kencana), cet.ke-1, hal. 66 37 Ibid.hal.65 38 Nana sujana, Dasar-dasar proses belajar mengajar, (Bandung: Sinar Algensindo,2000) hal.56 36
Baru
31
manusia menuju pengenalan, kemudian pendekatan diri kepada Tuhan pencipta alam. 39 b. Tujuan Jangka Pendek Tujuan pendidikan jangka pendek ialah diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan kemampuannya. 40Pemikiran alGhazali terhadap pendidikan tidaklah mengabaikan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikannya yaitu, agar manusia berilmu, bukan sekedar berilmu, melainkan ilmu yang diamalkan dalam kehidupan seharihari. Mempelajari ilmu pengetahuan tidaklah semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi sebagai wujud ibadah kepada Allah. Hal ini juga yang menjadi tujuan pendidikan Islam saat ini. 41 B. Kitab Hujjah Ahlussunnah wal Jama’ah 1. Pengertian Kitab Hujjah Secara kebahasaan, hujjah berarti al-burhan yang berarti “alasan”. Dalam terminology fikih islam, hujjah berarti “alasan yang harus dikemukakan dalam rangka
menetapkan atau
mempertahankan
pandangan yang menetapkan atau mempertahankan pandangan yang diajukan”. Hujah juga disebut dalil, atau dasar penetapan hukum.
39
42
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal. 57. 40 Ibid. hal.59 41 Ibid. hal.60 42 http://rizkifanzpage.blogspot.co.id/2013/09/hujah-pengertian-secara-bahasabeserta.html diakses pada hari Selasa tanggal 05 Maret 2015
32
Sedangkan Kitab Hujjah merupakan Kitab yang berisi segala pendapat para tokoh ulama yang luhur dan pembesar-pembesar dari tokoh-tokoh Islam, karena tidak ada jalan sesamaku yang pendek akalnya dalam kaitannya dengan persoalan ini, kecuali dengan jalan mengumpulkan dan menukilkan ibarat-ibarat Ulama yang mulia serta berpegang teguh kepada mereka (ulama salaf). 43 2. Biografi KH. Ali bin Maksum bin Ahmad KH. Ali bin Maksum bin Ahmad dilahirkan di Lasem, kota tua di Jawa Tengah dari keluarga ulama keturunan Sayyid Abdurrahman alias Pangeran Kusumo bin Pangeran Ngalogo alias Pangeran Muhammad Syihabudin Sambu Digdadiningrat alias Mbah Sambu. Garis keturunan ini banyak melahirkan keluarga pesantren yang tersebar di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masa muda beliau habiskan dengan berguru dari pesantren ke pesantren. Dimulai dari ayahnya sendiri yang juga seorang kyai ulama besar, beliau kemudian nyantri kepada Kyai Amir Pekalongan untuk kemudian melanjutkan kepada Kyai Dimyati Tremas Pacitan Jawa Timur. Sejak di Termas inilah beliau terlihat menonjol dan akhirnya ikut membantu gurunya mengajar dan mengurus madrasah pesantren dan membuat karangan tulisan. Tak lama setelah diambil menantu oleh KH.M Munawwir al Hafidh al Muqri Krapyak Yogyakarta, beliau dibantu oleh seorang 43
Ali Ma’’shum. Kebenaran Argumentasi Ahlussunah Wal Jama’ah. (Pekalongan: Udin Putra)hal.4-5
33
saudagar Kauman Yogyakarta untuk dapat berhaji ke Mekah. Kesempatan ini beliau pergunakan pula untuk melanjutkan mengaji tabarrukan kepada para ulama Mekah: Sayyid Alwi al Maliki Al Hasni, Syaikh Masyayikh Hamid Mannan, Syaikh Umar Hamdan dan sebagainya. Setelah dua tahun mengaji di Mekah, Kyai Ali kembali ke tanah Jawa. Sedianya beliau hendak tinggal di Lasem membantu ayahnya mengembangkan pesantren. Namun, sepeninggal Kyai Munawwir Krapyak, Pondok Krapyak memerlukan beliau untuk melanjutkan perjuangan di bidang pendidikan bersama-sama dengan KHR. Abdullah Affandi Munawwir dan KH.R. Abdul Qadir Munawwir. Akhirnya beliau menghabiskan umur dan segenap daya upaya beliau untuk merawat dan mengembangkan Pondok Krapyak, yang pada saat diasuh mendiang Kyai Munawwir merupakan cikal bakal pesantren al Qur’an di Indonesia. Di bidang pendidikan pesantren, beliau merintis pola semi moderen dengan sistem klasikal hingga berkembanglah madrasah-madrasah hingga saat ini. Beliau juga diminta untuk menjadi dosen luar biasa pada Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di bidang kemasyarakatan dan politik, beliau pernah menjadi anggota majlis Konstituante, sebuah lembaga pembuat UndangUndang Dasar pada masa rejim Orde Lama. Dalam organisasi para kyai, Nahdlatul Ulama, beliau pernah memangku jabatan Rais ‘Aam
34
Syuriyyah yang mengantarkan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama keluar dari jalur politik pada masa rejim Orde Baru. Disela-sela mengasuh seribuan santrinya, beliau menyempatkan diri untuk memberikan pengajian di masyarakat, mengawasi sendiri pembangunan gedung-gedung pondok dan menulis kitab-kitab. Hujjah Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Tasrif ul Kalimah fis Shorf, Ilmu Mantiq, adalah beberapa dari kitab berbahasa Arab susunan beliau. 44 3. Latar Belakang Penulisan Kitab Hujjah Aswaja Menginjak awal abad dua puluh miladiyah, amalan dan tradisi kaum Nahdhiyyin tersebut di gugat keabsahannya oleh “segerombol” umat Islam yang menyatakan diri sebagai kaum modernis, MTA, Salafi Wahabi, antek-anteknya dengan tuduhan bid’ah, syirik, kufur, sesat, dan lain-lain. Akibatnya tidak jarang hal ini menimbulkan keresahan, perpecahan, dan bahkan bentrok fisik dikalangan kaum muslimin sendiri, yang berujung pada rusaknya ukhuwah Islamiyah. Padahal kalau dikaji lebih dalam, amaliyah dan tradisi tersebut merupakan
persoalan
furu’iyah
fiqhiyyah
(cabang)
bukan
ushul(prinsip) dan bersifat ijtihadiyah (hasil pemikiran ijtihad) yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat dikalangan ulama. Disamping itu, amliyah dan tradisi ini sudah mapan berkembang sejak periode awal pembentukan Islam, yakni sejak masa nabi Muhammad 44
http://www.Athena Sejahtera.blogspot.co.id/2013/05/1. Biografi-KH-Ali-Maksum.html diakses pada Sabtu tanggal 02 Januari 2016 pukul 19.30 wib
35
saw dan masa-masa sesudahnya sampai sekarang. Sehingga tidak ada gunanya memperdebatkan dan mengungkit-ungkit persoalan yang sudah mapan berkembang tersebut, apalagi sampai menimbulkan bentrok fisik dan rusaknya ukhuwah Islammiyah. Melalui karya tulisnya ini, KH. Ali Makshum berusaha untuk membela dan mempertahankan kebenaran amaliah dan tradisi tersebut dengan
cara
mengkaji
kembali,
meneliti
dalil-dalilnya
dan
mengembalikannya kepada sumbernya yang asli yakni, Al-Qur’an, Hadis, serta perilaku para sahabat dan salafus-shalih. Dengan harapan agar kaum Nahdhiyyin khususnya dan kaum muslimin pada umumnya akan semakin mantap dalam menjalankan amaliah dan tradisinya, serta tidak terjebak ke dalam percekcokan dan perdebatan semu dengan sesama saudara muslim tentang persoalan khilafiyah.Karya monumental dari KH. Ali Maksum ini selayaknya untuk senantiasa dikaji oleh generasi muda saat ini. Sebagai bekal dan benteng untuk selalu tegaknya teologi aswaja di Indonesia. 45 4.
Isi Kitab Hujjah Kitab ini
berisi tentang
beberapa
kebenaran argumentasi
Ahlussunah wal Jama’ah yang terdiri dari : a. Tentang bolehnya memberikan pahala bacaan dan shadaqah mayitserta sampainya pahala bacaan dan amalan-amalan baik kepada si mayit. Ibn Taimiyah berpendapat, si mayit itu dapat 45
M. Khoirul Anam. Hujjah ahlu Al-Sunnah wa al-Jama’ahBuletin ATSAR edisi 028/2015 semarang : rizqi abadi Creative
36
memperoleh manfaat bacaan Al-Qur’an sebagaimana ia memperoleh manfaat ibadah dan harta yaitu shadaqah yang sepadanya. Didalam kitab “Ar-Ruh” Ibnul Qayim juga berpendapat bahwa : sesuatu yang paling utama dihadiahkan kepada mayit yaitu shadaqah, istighfar, mendoakan dan mengahajikannya. 46 b. Apakah ada shalat Jum’at terdapat shalat sunnah qabliyah atau tidak. Pada dasarnya amalan shalat sunnah Qabliyah Jum’ah yang seiring diperbincangkan ramai adalah mempunyai sumber-sumber dasar yang patut untuk dijadikan sebagai pegangan.47 c. Menerangkan tentang menalqin mayit.Persoalan ini berisi (contoh ketiga) tentang masalah menalqin mayit. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Fatawa juz Pertama menyatakan, bahwa talqin yang tersebut kepada mayit sesudah di tanamkan (di kebumikan) terdapat suatu ketetapan dari kalangan sekelompok sahabat yang memerintahkan dengan menalqin mayit. Imam Ahmad dab lainnya berkata dari kalangan para Ulama, bahwasanya masalah talqin ini sebenarnya tidak menjadi persoalan. Sedangkan sekelompok dari para sahabat Imam Syafi’i menyatakan, bahwa talqin atas mayit itu hukumnya sunnah, dan demikian pula pendirian sekelompok 46
Ali Ma’shum, Kebenaran Argumentasi Ahlussunnah wal Jama’ah (Pekalongan : Udin Putra) 1983 hal.4 47 Ibid. hal.9
37
sahabat Imam Ahmad, tetapi bagi golongan sahabat Imam Malik dan lainnya menghukumi makruh. 48 d. Menerangkan tentang shalat masalah tarawih Tata cara shalat tarawih dan hukumnya menurut madzab empat sebagai berikut : 1)
Ulama Syafi’iyah berpendapat wajib salam pada tiap-tiap dua raka’at, maka apabila mengerjakan shalat itu hanya dengan sekali salam saja, maka hukumnya tidak sah, baik dalam posisi duduk pada masing-masing akhir dua raka’at maupun tidak.
2)
Ulama Hanafiyahberpendapat, bahwa jika mengerjakan shalat tarawih empat raka’at dengan satu kali salam, mereka sepakat status empat raka’at tersebut mengganti dua raka’at (di anggap sebagai dua raka’at pendek).
3)
Ulama Hanabilah berpendapat, bahwa shalat tarawih dengan salam satu kali saja hukumnya sah tapi makruh, dan shalat tarawih tetap dihitung dua puluh raka’at.
4)
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa, tarawih empat raka’at dengan satu kali salam hukumnya sah dan tetap dihitung dua puluh raka’at tetapi ia meninggalkan
48
Ibid. hal. 12
38
kesunnatan tasyahud dan salam pada taip-tiap dua raka’at, dimana hal itu makruh. 49 e. Tentang penetapan bulan Ramadlan dan Syawal Bahwasanya para Imam madzab empat berpendapat sebenarnya bulan ramadlan itu tidak ada ketetapan kecuali dengan salah satu dari dua hal, yaitu mengetahui tanggal satu bulan ramadlan atau menyempurnakan bulan sya’ban 30 hari bila disana di dapatkan hal-hal yang menghalangi rukyah (melihat tanggal) seperti adanya awan, mega, debu atau yang sepadan dengan semuanya. 50 Mereka (para Imam madzab) bersepakat juga bahwasanya masuknya bulan syawal adalah seperti itu pula yaitu dengan rukyah tanggal bulan syawal, jika tidak dapat dilihat tanggal satu bulan syawal, maka wajib menyempurnakan bulan ramadlan genap 30 hari. 51 f. Tentang diperbolehkannya ziarah kubur Menurut rasulullah saw hukum menziarahi kubur bagi wanita dibagi menjadi dua yaitu : 1) Makruh tanjiz yaitu makruh yang diperbolehkan. 2) Makruh tahrim yaitu makruh yang mendekati haram. Rasulullah melaknat wanita berziarah kubur apabila ada hal-hal sebagai berikut : 49
Ibid. hal. 20 Ibid. hal.24 51 Ibid. hal.25 50
39
a) Wanita yang menginap di makam b) Perempuan yang menangis dan meratapi di dalam kubur. c) Meninggalkan kewajiban untuk mengurus suami dan anakanaknya. d) Berziarah kubur yang membuka aurat. Tapi jika tidak ada salah satu sifat diatas maka hukumnya boleh. 52 g. Apakah didalam kubur terdapat nikmat dan siksa Imam Tarmidzi menceritakan, bahwasanya sahabat Usman bin Affan apabila berhenti/berdiri di atas kuburan, maka beliau menangis sampai air mata membasahi jenggotnya, kemudian beliau di tanya : Ada engkau ingat surga dan neraka, tapi engkau tidak menangis dan ingat kuburan engkau menangis? Maka sahabat Usman menjawab : Bahwasanya aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : “ kuburan itu permulaan tempat dari beberapa tempat di akhirat, jika seorang selamat dari siksa kubur, maka semua tempat-tempat sesudahnya lebih mudah baginya, dan jjika tidak selamat, maka sesudah itu akan lebih hebat (berat) keadaannya dari pada di kuburan. Dan aku juga mendengar beliau bersabda : Aku tidak melihat suatu
52
Ibid. hal.26
40
pemandangan pada waktu ini kecuali kuburanlah yang lebih berat dari pemandangan itu.53 h. Tentang menziarahi Rasulullah saw dan bepergian jauh (dengan membawa bekal) untuk berziarah. Imam Al-Qadhi ‘Iyadl dalam kitabnya “Asy-Syifa Bi Takrifi Huqu fil Muathafa” telah berkata, bahwa berziarah kubur Rasulullah sawadalah termasuk ke dalam beberapa tindak orang-orang Islam. Hal tersebut telah disepakati dan merupakan keutamaan yang dicintai. 54 i.
Pengertian Tawassul. Kata tawassul berasal dari bahasa arab, terjemahannya adalah memakai perantaraan, jadi berdo’a memakai tawassul adalah memohon kepada Allah dengan perantaraan sesuatu. Sedang sesuatu yang dipakai perantaraan itu disebut wasilah. Menurut Syeikh Abu Saif Al-Hammamy, salah seorang ulama Al Azhar menyatakan bahwa terdapat sekelompok yang mengatakan bahwa tawassul hukumnya musyrik, membawa kekafiran dan karenaya maka orang yang tawassul dengan Nabi dan para Wali Allah telah menjadi halal darahnya. 55 Selanjutnya ulama Al-Azahar itu menegaskan bahwa orang yang bertawassul itu sama sekali tidak beri’tikad bahwa
53
Ibid. hal. 41 Ibid. hal.46 55 Ibid. hal.58 54
41
terlintas dalam hatinyapun tidak bahwa para Nabi dan Wali yang di tawassuli itulah tempat mereka memohon, tetapi hanya Allah lah tempat meminta. Hanya Allah belaka yang mengabulkan permohonan.56 5. Penguatan Ideologi Aswaja Munculnya fenomena gerakan pembaruan agama Islam yang didikuti dengan gelombang munculnya organisasi sosial lembaga keagaamaan
seperti
ikhwanul
muslimin,
muhammadiyah,
Nahdlatul Ulama, persis, dan lainnya, merupakan fenomena sosiologis yang harus ada, kaorena watak dan ciri khas manusia membutuhkan perangkat oorganisasi sosial untuk hidup secara berkelompok.
Begitu
juga
madzab-madzab
dalam
Islam
merupakan dampak pertautan teologis dan sosiologis yang mengikat seseorang untuk berkelompok. Walaupun demikian, hal yang harus diperhatikan dalam konteks ini adalah adanya konteks ajaran dan sosial dalam beragama. Sehingga ada dua persoalan penting yang harus diperhatikan dalam memahami ajaran suatu agama, yakni konteks budaya dan wahyu.57 Ahlussunnah adalah ajaran Islam yang percaya adanya konsep Islam, Iman, dan Ihsan sebagaimana yang dijelaskan secara eksplisit oleh Rasulullah saw dalam satu sabdanya yang populer. Ulama memberikan interpretasi 3 konsep diatas bahwasanya Islam 56 57
Ibid.hal. 59 Khoiriyah, M. Ag. Islam dan Logika Modern.(Jogjakarta : Ar-Ruzz Media).2013 hal.14
42
adalah cabang ilmu fiqih, Iman adalah cabang ilmu tauhid dan Ihsan adalah cabang ilmu tasawwuf. 58 Paham Ahl al-Sunnah wal Jama’ah bagi NU merupakan ideologi yang eksistensinya terlekat pada keberadaan NU itu sendiri. Ia menjadi cita-cita kelahiran, menjadi pedoman dalam perjalanan kehidupan NU dan menjadi landasan perjuangan yang senantiasa dipegang teguh dalam mengembangkan Islam di Indonesia. Hal ini seperti terlihat sejak anggaran dasar pertama dan hingga kini tetap dipertahankan, bahkan dipertegas bukan sematamata sebagai usaha organisasi, tetapi dan usaha organisasi dalam pelaksanaan ajaran Islam di masyarakat. Membicarakan terminologi Ahl al-sunnah wa al-jama’ah sebagai faham/aliran keagamaan secara umum menimbulkan kesulitan tersendiri, karena setiap aliran akan mengalami otensitas dan orisinilitas ajarannya sebagai asli yang bersumber pada Nabi. sementara itu, dalam Al-qur’an tidak ditemukan istilaho tersebut. Disamping itu apabila dilihat akar historis tumbuhnya paham aliran dalam Islam (termasuk paham Ahl sunnah wal jama’ah) tidak terlepas adanya perbedaan-perbedaan teologis akibat persoalan politik (imamah) sepeninggal Nabi, terutama semenjak periode khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib.
58
Nur Hidayat Muhammad. Benteng Ahlussunnah wal Jama’ah.2012.(Kediri : Nasyrul ‘Ilmi Publishing). hal. 39
43
Memahamihakekat ahl sunnah wal jama’ah sebagai: “ajaran Islam yang murni sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw bersama
para
sahabatnya”yang
akan
membawa
kepada
keselamatan umat. Memang para Sahabat tidak mempunyai kewenangan dalam penetapan hukum (tasyri’), tetapi dalam hal penerapan prinsip-prinsip pada perumusan sikap dan pendapat yang konkret (tathbiq), peranan para sahabat yang memlihat perbuatan,
menghayati
sikap
(taqrir)
Nabi
tidak
dapat
dikesampingkan. 59 Berdasarkan basis ideologi yang menjajdi sistem nilai dasar dalam tradisi keagamaan NU yang mencakup Iman, Islam, dan Ihsan, dan ketiganya dipahami sebagai keterpaduan dalam lingkup paham ahl sunnah wal jama’ah, maka pada akhirnya melahirkan corak sikap yang menjadi ciri karakteristik dalam kehidupan organisasi NU. Sikap karakteristik hasil penanaman terhadap trsdisi keberagamannya tersebut kemudian dirumuskan dalam naskah khittah berupa sikap: Tawasuth dan I’tidal, Tasamuh, Tawazun, Amr ma’ruf nahi munkar. 60 Menurut
Alfian,
bahwa
dilihat
dari
dimensi
realita,
kemantapan suatu ideologi antara lain tergantung pada kemampuan mencari titik keseimbangan atau konsensus yang tepat antara berbagai kelompok atau golongan kepentingan. Krisis bisa terjadi 59
H. Rozikin Daman. Membidik NU Dilema Percaturan Politik NU Pasca Khalifah. (Yogyakarta : Gama Media). hal. 54-74 60 Pengakderan PC NU kota Pekalongan hal.
44
bilamana titik tersebut berada jauh dari tempat yang tepat. Terlalu teguh berpegang pada ideologi juga menimbulkan fanatisme di kalangan masyarakat dan terlalu berlebihan terhadap idealisme juga mendorong lahirnya sikap mau benar dan menangnya sendiri yang pada pada akhirnya melahirkan mentalitas otoriter atau anarkhis yang tidak saja memonopoli kebenaran, tetapi juga memaksakan apa yang dianggap sebagai kebenaran. Munculnya gerakan Pembaharuan Islam berlandaskan asumsi dasar bahwa situasi global umat Islam mengalami kemunduran dan tidak menyenmangkan. Umat Islam tenggelam dalam kejumudan (kemandegan berfikir) karena tertutupnya lapangan Ijtihad kehidupan mistikisme yang berlebihan dengan berkembangnya sufisme yang dianggap menyesatkan; lemahnya persaudaraan dan persatuan sehingga mengakibatkan dominasi kolonialisme Barat pada sebagaian besar negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim. Gerakan Pembaharuan bukan saja bertujuan memurnikan ajaran Islam, tetapi sekaligus mendorong umat Islam untuk menerima pandangan dunia modern dan tantangan yang timbul dari penemuan ilmiah Barat. Gerakan pembaharuan pemikiran Islam pada mulanya mendapat perhatian umat Islam indonesia didaerah perkotaan, karena secara kultural dan geografis masyarakat kota
45
lebih cepat mendapat pengaruh dan berhadapan dengan pengaruh luar. 61 Menurut terminologi atau pandangan NU (secara eksplisit) faham ahl al-sunnah wa al-jama’ah dapat dirumuskan sebagai pandangan yang berpegang teguh kepada tradisi pemikiran dan menggunakan jalan pendekatan (al madzab). 62 Demikianlah di tengah dinamika gerakan pembaharuan yang menghadirkan pertentangan (konflik) dengan kalangan ulama tradisionalis, telah menghasilkan manfaat tersendiri bagi kalangan masyarakat tradisional, yaitu makin mengkristalkan solidaritas dikalangan ulama dan pengikut tradisionalis Islam dengan membentuk organisasi yang hingga kini masih terus mampu mempertahankan idenntitasnya sebagai organisasi keagamaan yang bercirikan tradisional. 63
61
Op. Cit.hal.104-106 Ibid hal. 59 63 Ibid. hal.42 62