24
BAB II PEMBAHASAN METODE BERCERITA DAN BAHASA
A. Metode Bercerita 1. Pengertian Bercerita Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat peraga, apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena itu orang yang akan menyajikan cerita harus menyampaikannya dengan menarik.1 Dalam buku lain diterangkan bahwa cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Cara penuturan cerita tersebut dapat dilakukan dengan alat peraga atau tanpa alat peraga.2 Seringkali kita menjumpai istilah cerita diganti penggunaanya dengan istilah mendongeng. Mendongeng adalah pekerjaan yang bersifat profesional, sebab orang yang belum terbiasa mendongeng di depan anakakan mengalami kesulitan-kesulitan yang timbul antara lain memilih kata atau kalimat, gaya, suara, mimik wajah dan intonasi suara. Istilah mendongeng sebetulnya cerita lama sedangkan yang baru adalah cerita
1
Nur Biana Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 64 2 Winda Gunarti, dkk, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), hlm. 3
25
biasa yang sekarang berkembang di masyarakat. Pada hakikatnya dongeng dan cerita itu sama, namun bedanya dongeng adalah produk sastra lama (melayu), sedangkan cerita adalah produk sastra baru (Bahasa Indonesia). Pada dongeng (sastra melayu) dikenal dengan fabel,sage dan legenda, namun pada cerita (sastra Indonesia atau modern) istilah tersebut jarang dikenal lagi. Fabel adalah cerita tentang binatang, sage adalah cerita tentang Hang Tuah, mite adalah tentang gerhana dan legenda tentang cerita rakyat seperti Tangkuban Perahu.3 Menikamati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak semenjak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya mampu merekam beberapa kabar berita. Masa tersebut terjadi pada usia 4-6 tahun yang ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut: a. Mampu menggunakan kata ganti saya dan berkomunikasi. b. Memiliki perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan kata sambung. c. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu. d. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana. e. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.4 Dengan demikian seorang anak dengan usianya yang masih balita, dapat memperhatikan penyampaian cerita sederhana yang sesuai dengan 3
Soegeng Santoso, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan TK, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 22 4 Ibid., hlm. 4
26
karakternya. Ia akan mendengarkan cerita itu dan menikmatinya lalu meminta cerita berikutnya karena keasyikan. 2. Pengertian Metode Bercerita Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK. 5 Ketika guru akan mempergunakan metode bercerita, hal-hal yang perlu diperhatikan ialah kejelasan arah dan tujuan cerita, bentuk penyampaian dan sistematika cerita, tingkat kemampuan dan perkembangan anak (sesuai dengan usia anak), situasi dan kondisi kelas, dan penyimpulan hasil cerita.6 Isi cerita diupayakan berkaitan dengan: a. Dunia kehidupan anak yang penuh suka cita, yang menuntut isi cerita memiliki unsur yang dapat memberikan perasaan gembira, lucu, menarik, dan mengasyikan bagi anak. b. Disesuaikan dengan minat anak yang biasannya berkenaan dengan binatang, tanaman, kendaraan, boneka, robot, planet dan lain sebagainya. c. Tingkat usia, kebutuhan dan kemampuan anak menangkap isi cerita berbada-bada. Maka cerita yang diharapkan haruslah bersifat ringkas atau pendek dalam rentang perhatian anak.
5
Dra. Moeslichatun R., M. Pd., Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 157 6 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 205
27
d. Membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan menanggapi setelah guru selesai bercerita. 3. Tujuan Bercerita Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya.7 Pakar lain menyebutkan tujuan dari metode bercerita adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan kemampuan berbahasa anak. b. Mengembangkan kemampuan berpikir. c. Menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita. d. Mengembangkan kepekaan sosial-emosional anak. e. Melatih daya ingat atau memori anak. f. Mengembangkan potensi kreatif anak.8 4. Fungsi Bercerita Fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah membantu perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan berbicara, dengan menambah perbendaharaan kosakata, kemampuan mengungkapkan katakata, melatih merangkai kalimat sesuai tahap perkembangannya, 7
Soegeng Santoso, op.cit., hlm. 7 Winda Gunarti, dkk, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), hlm. 4 8
28
selanjutnya anak dapat mengekspresikannya melalui bernyanyi, bersyair, menulis ataupun menggambar sehingga pada akhirnya anak mampu membaca situasi, gambar, tulisan atau bahasa isyarat. Kemampuan tersebut adalah dari menyimak dalam tahap perkembangan bahasa anak. Rangkaian urutan kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis dan menyimak adalah sesuai dengan tahap perkembangan anak, karena setiap anak berbeda latar belakang dan cara belajarnya, untuk itu melalui bercerita diharapkan guru memahami gaya belajar anak baik individual
maupun
secara
kelompok
dengan
mengembangkan
pembelajaran terpadu dan tematik yang berpusat pada anak. 5. Manfaat Metode Bercerita bagi Anak a. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikapsikap positif yang lain. b. Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan. c. Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor masing-masing anak. d. Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak dan imajinatif. e. Memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orangorang yang ada di sekitarnya dengan bermacam pekerjaan.9
9
Dra. Moeslichatun R., M. Pd.,op., cit. hlm. 169
29
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita Bentuk penyajian proses pembelajaran di TK adalah terpadu antara bidang pengembangan satu dengan yang lainnya, termasuk bidang perkembangan bahasa. dan setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelabihan menggunakan metode bercerita adalah: a. Guru mudah menguasai kelas. b. Guru dapat meningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu yang relatif lama. c. Mudah menyiapkannya. d. Guru mudah melaksanakannya. e. Dapat diikuti oleh anak didik dalam jumlah yang banyak. Kekurangan menggunakan metode bercerita adalah: a. Anak didik terkadang terbuai dengan jalannya cerita sehingga tidak dapat mengambil intisarinya. Apabila tidak disimpulkan di akhir cerita. b. Hanya guru yang pandai bermain kata-kata atau kalimat. c. Menyebabkan anak didik yang pasif karena guru yang aktif. d. Anak didik lebih cenderung hafal isi cerita dari pada sari cerita yang dituturkan.10
10
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 205
30
7. Teknik-teknik Bercerita a. Membaca Langsung dari Buku Cerita Teknik bercerita dengan membacakan langsung itu sangat bagus bila guru mempuanyai puisi atau prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada anak TK. Ukuran kebagusan puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-pesan yang dsampaikan yang dapat ditangkap anak. b. Bercerita dengan Menggunakan Ilustrasi Gambar dari Buku Bila cerita yang disampaikan pada anak TK terlalu panjang dan terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan bila anak mendengarkan cerita dari buku bergambar. c. Menceritakan Dongeng Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama. Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Dongeng dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada anak. d. Bercerita dengan Menggunakan Papan Flanel Guru dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain flanel berwarna netral, misalnya warna abu-abu. Gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam ceritanya digunting
31
polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapis dengan kertas goso yang paling halus untuk menempelkan pada papan flanel supaya dapat melekat. Gambar foto-foto itu dapat dibeli di pasaran, atau dikreasi sendiri oleh guru, sesuai dengan tema dan pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui bercerita. e. Bercerita dengan Menggunakan Media Boneka Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, nenek, kakek dan bisa ditambahkan dengan anggota keluarga yang lain. Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu. Misalnya ayah yang penyabar, ibu yang cerewet, anak laki-laki yang pemberani, anak perempuan yang manja, dan sebagainya. f. Dramatisasi Suatu Cerita Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal. g. Bercerita Sambil Memainkan Jari-Jari Tangan11 Guru dapat menciptakan bermacam cerita dengan memainkan jari tangan sesuai dengan kreativitas guru masing-masing. Menurut alat yang digunakan metode bercerita dibagi menjadi dua yaitu bercerita tanpa alat peraga dan bercerita dengan alat peraga. 11
Dra. Moeslichatun R., M. Pd.,op., cit. hlm. 158-160
32
a. Bercerita Tanpa Alat Peraga Bercerita tanpa alat peraga adalah kegiatan bercerita yang dilakukan guru saat bercerita tanpa menggunakan media atau alat peraga yang diperlihatkan kepada anak didik. Artinya kegiatan bercerita yang dilakukan guru hanya mengandalkan suara, mimik dan panto mimik atau gerak anggota tubuh guru. b. Bercerita Dengan Alat Peraga Kegiatan bercerita dengan menggunakan alat atau media pendukung cerita yang disampaikan artinya anda menyajikan sebuah cerita dengan anak TK dengan menggunakan berbagai media yang menarik bagi anak untuk mendengarkan dan memperhatikan ceritanya. Alat atau media yang digunakan hendaknya aman, menarik, dapat dimainkan oleh guru maupun anak sesuai dengan tahap perkembangan anak. Alat atau media yang digunakan dapat asli atau alami dari lingkungan sekitar, dan dapat pula benda tiruan atau fantasi. Bentuk-bentuk bercerita dengan alat peraga dibagi menjadi dua yaitu: a). Bercerita dengan alat peraga langsung Contoh: -
Benda : tas sekolah, buku, pensil, baju, tempat makan, dan lain-lain.
-
Binatang : kucing, ayam, bebek, burung, ikan, dan lain-lain.
33
-
Tanaman : bunga mawar, pohon singkong, pohon jagung, dan lain-lain.
b). Bercerita Dengan Alat Peraga Tak Langsung Yaitu kegiatan bercerita dengan menggunakan alat peraga tiruan. Dalam bercerita dengan alat peraga tak langsung ini ada benda-benda tiruan ini sebagai alat peraga, misalnya binatanag tiruan, buah tiruan, sayur tiruan, dan sebagainya yang terbuat dari berbagai bahan, misalnya kayu, plastik fiber dan lain-lain. Hal yang perlu diperhatikan pada benda-benda tersebut hendaknya proporsi bentuk dan warna sesuai dengan benda aslinya.12 8. Rancangan Kegiatan Bercerita Dalam membahas rancangan kegiatan bercerita akan dibicarakan rancangan persiapan guru, rancangan pelaksanaan kegiatan bercerita, dan rancangan penilaian kegiatan bercerita. Secara umum persiapan guru untuk merancang kegiatan bercerita adalah sebagai berikut: 1). Menetapkan tujuan dan tema yang dipilih Sebagaimana telah dikemukakan tujuan penggunaan metode bercerita terutama dalam rangka memberikan pengalaman belajar melalui cerita guru untuk mencapai tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran melalui bercerita ada dua macam yakni memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral atau keagamaan.
12
Winda Gunarti, op.cit., hlm. 10
34
2). Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih Bila kita telah menetapkan rancangan tujuan dan tema selanjutnya guru harus memilih salah satu diantara bentuk-bentuk bercerita, antara lain: dengan ilustrasi gambar, membaca cerita, dengan papan flanel, dan sebagainya. 3).Menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan bercerita. 4). Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yaitu: a). mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan bercerita kepada anak. b). mengatur tempat duduk anak, apakah sebagian anak atau seluruhnya yang ikut mendengarkan cerita dan apakah anak akan duduk di lantai dan diberi alas tikar atau karpet atau duduk di kursi dalam formasi setengah lingkaran. c). pembukaan kegiatan bercerita. d). pengembangan cerita yang dituturkan guru. e). menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan anak. f). penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita. 5). Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.13
13
Dra. Moeslichatun R., M. Pd.,op., cit. hlm. 176-180
35
B. BAHASA 1. Pengertian Bahasa Para pakar linguistik deskriftif biasanya mendefinisikan bahasa sebagai “suatu sistem lambang bunyiyang bersifat arbitrer” yang kemudian lazim ditambah ”yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri”. Bagian utama dari definisi di atas menyatakan hakikat bahasa itu, dan bagian tambahan menyatakan apa fungsi bahasa itu.14 Menurut Kridaklaksana dan Djoko Kentjono mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.15 Menurut teori struktural bahasa dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tanda arbitrer yang konvensional. Berkaitan dengan ciri sistem, bahasa bersifat sistematik dan sistemik. Bahasa bersifat sistemik karena mengikuti ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah yang teratur.16 Secara umum, kebanyakan orang mendefinisikan bahasa sebagai rangkaian kata bermakna yang diatur dalam suatu tata usaha. Pendapat ini didasarkan pada apa yang terlihat dari luar bahwa seseorang dapat
14
Abdul Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoretik, (Jakarta : PT Rineka Cipta), hlm. 30 Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2012), hlm. 32 16 Soeparno, Dasar-dasar linguistik umum, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2002), hlm.1
15
36
berbicara dengan orang lain dengan menggunakan bahasa yang memiliki arti dan aturan tertentu.17 2. Fungsi-fungsi Bahasa Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Pada umumnya mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan, ada dua macam fungsi bahasa: a. Fungsi bahasa yang bersifat intrapersonal (mathetik), yaitu penggunaan bahasa untuk memecahkan peresoalan (problem solving), berpikir, mengingat dan sebagainya. b. Fungsi bahasa yang bersifat interpersonal (progmatik), yaitu yang menunjukkan adanya suatu pesan atau keinginan penutur (massage). Biasanya diungkapkan dalam bentuk kalimat perintah, kalimat tanya dan kalimat berita.18 Fungsi dari bahasa adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Dalam hal ini, Wardaugh seorang pakar sosiolinguistik juga mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yang menurut Kenneavy disebut fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi intertainmen.
17
Rini Hildayani, Psikologi Perkembangan Anak, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2007),
hlm. 3 18
Prof.Dr. Samsunuwiyati Mar’at, Psi, Psikolinguistik Suatu Pengantar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hlm. 19
37
Kelima fungsi dasar ini mewadahi konsep bahwa bahasa alat untuk melahirkan ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan seorang penutur kepada orang lain. Pernyataan senang, benci, kagum, marah, jengkel, sedih, dan kecewa dapat diungkapkan dengan bahasa, meskipun tingkah laku, gerak-gerik, dan mimik juga berperan dalam pengungkapan ekspresi batin itu. Fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara dan keadaan. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu secara baik-baik. Yang terakhir fungsi entertainmen adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin.19 3. Teori / Aliran-Aliran Linguistik a. Aliran tradisional Teori ini berdasarkan pola pemikiran secara filosofis. Dari latar belakang sejarahnya, kita ketahui bahawa munculnya teori ini bermula dari plato dan aristoteles yang kita kenal sebagai filosof-filosof besar bangsa yunani, walaupun sebenarnya teori tradisional yang sebenarnya baru berkembang setelah zaman yunani berlaku..
19
Abdul Chaer, op.cit., hlm. 33
38
b. Teori / Aliran Struktural Teori ini berlandaskan pola pemikiran secara behavioristik. Paham behavioristik beranggapan bahwa jiwa seseorang dan hakikat sesuatu hanya bisa dideteksi lewat tingkah laku dan perwujudan lahiriahnya yang tampak. Sejalan dengan itu, aliran struktural mengamati bahasa dan hakikatnya dalam perwujudannya yang konkret sebagai bentuk ujaran. c. Teori / Aliran Transformasional Aliran yang dipelopori oleh N. Chomsky ini merupakan reaksi dari paham strukturalisme. Konsep strukturalisme yang paling ditentang aliran ini adalah konsep bahwa bahasa sebagai faktor kebiasaan (habit). d. Teori / Aliran Tagmetik Penanaman teori tagmetik ini berangkat dari konsep tagmen. Tagmen adalah bagian dari konstruksi gramatikal dengan empat macam kelengkapan spekifikasi ciri, yakni: slot, kelas, peran, dan kohesi. e. Beberapa teori / aliran yang lain Beberapa teori / aliran linguistik berikut ini dimasukkan teori / aliran lain-lain karena kebanyakan merupakan teori yang tidak terlalu terkenal dan kebanyakan juga sudah tercakup dalam teori yang lebih besar dan lebih umum, yakni strukturalisme.
39
Beberapa teori yang perlu disebutkan disini antara lain adalah teori atau aliran Bloomfieldian, Sratifikasi, Kopenhagen, Praha, London, Case Grammar, dan lain-lain.20 4. Keterampilan Bahasa Sebagaimana kita ketahui bahwa keterampilan bahasa meliputi 4 area utama, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Berikut ini akan
diuraikan
bagaimana
menciptakan
lingkungan
yang
dapat
memperkaya terhadap keterampilan bahasa tersebut. a. Mendengarkan Mampu mendengarkan dengan benar dan tepat merupakan bagian yang penting dalam belajar dan berkomunikasi. Hal ini sangat penting dalam tahap-tahap pertama dari belajar membaca.. Aktivitas yang mendukung yang dapat dilakukan adalah: (a) bermain dengan mendengarkan musik (b) menceritakan tentang cerita/dongeng (c) memperdengarkan berbagai suara (sound effects) (d) memperdengarkan cerita dengan musik (e) mempertanyakan apa yang di dengarkan. b. Berbicara Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Berbicara tidak sekedar merupakan prestasi bagi anak, akan tetapi juga berfungsi untuk mencapai tujuannya. Doronglah anak-anak untuk 20
67
Soeparno, Dasar-dasar linguistik umum, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2002), hlm. 44-
40
mengungkapkan pendapat, melontarkan pertanyaan dan mengambil keputusan. Anak-anak belajar kata-kata baru dengan mendengar katakata tersebut yang digunakan dalam konteks. Anak-anak juga belajar banyak berbicara melalui mendengarkan pembicaraan orang dewasa atau anak lain.. c. Membaca Minat dan kebiasaan membaca yang baik harus dimulai sedini mungkin pada anak-anak. Orang tua, terutama ibu dan guru mempunyai peranan
yang sangat
penting dalam
menentukan
usaha-usaha
pengembangan ini. Pengembangan minat dan kemampuan membaca harus dimulai dari rumah. Membaca bukan sekedar membaca sepintas saja, tetapi membaca harus melibatkan pikiran untuk memaknainya. Membaca memerlukan proses yang panjang, dari mengenal simbol sampai pada memaknai tulisan. Sebelum bisa membaca, anak-anak harus tahu dan menggunakan perbendaharaan kata-kata dasar yang baik. Dalam belajar membaca permulaan pada anak, orangtua atau pendidik sebaiknya menggunakan kata-kata yang bermakna bagi anak. Anak akan tertarik membaca sebuah kata karena kata tersebut mempunyai makna yang dapat dimengerti anak. d. Menulis Kemampuan menulis sangat berkaitan dengan menggambar pada anak. Karena menulis dan menggambar sama-sama memerlukan keahlian psikomotor, dan mempunyai kemampuan kognitif yang sama.
41
Menggambar dan menulis melibatkan keterampilan psikomotor yang sama yaitu keterampilan motorik halus, maka untuk mengembangkan kemampuan ini orangtua atau pendidik harus dapat memfasilitasi sedini mungkin. Dengan menggambar/menulis anak dapat mengekspresikan dirinya. Selain anak menggambarkan sesuatu yang ada dalam pikirannya ke dalam kertas, anak juga perlu menceritakan makna dari gambar yang dibuatnya. Disinilah orangtua atau pendidik memainkan peran yang penting dalam mengenalkan anak pada kekuatan komunikasi antara gambar yang dibuatnya dengan kata-kata yang dapat dimunculkan anak. Tabel tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak berdasarkan pengelompokan usia pada lingkup perkembangan bahasa yang termuat dalam PERMENDIKNAS No. 58 tahun 2009. Tabel 1 Tingkat Pencapaian Perkembangan Bahasa Anak Usia 5>6 Tahun 21
Lingkup
Tingkat Pencanpaian
Perkembangan
Perkembangan
a. Menerima
bahasa
Menyimak perkataan oranglain (bahasa ibu atau bahasa lainnya)
Mengerti
dua
perintah
yang
diberikan bersamaan
21
Memahami cerita yang dibacakan
http://lib.unnes.ac.id/18889/1/1601910029.pdf diakses, 30 Agustus 2014 09.35 p.m.
42
Mengenal perbendaharaan kata
Memahami
aturan
dalam
suatu
permainan b. Mengungkapkan
bahasa
Mengulang
kalimat
sederhana
menjawab
pertanyaan
sederhana
mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati,berani, baik, jelek, dsb)
Menyebutkan kata-kata yang dikenal mengutarakan pendapat pada oranglain menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan
Menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar
Menjawab pertanyaanyang lebih kompleks menyebutkan kelompok
Berdasarkan 4 keterampilan berbahasa dapat disimpulkan bahwa, perkembangan bahasa anak dapat tercapai apabila anak dapat mengembangkan 4 keterampilan bahasa yang sudah ada atau dimiliki oleh anak, yaitu terampil dalam mendengarkan, berbicara, membaca, serta menulis, jika 4 keterampilan bahasa tersebut dapat di lakukan
43
dengan baik maka perkembangan bahasa anak juga akan berkembang dengan baik pula. 5. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini a. Perkembangan Bahasa Anak Menurut Vygosky ada tiga tahapan perkembangan bahasa anak yang menentukan tingkat perkembangan berfikir, yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internal. Tahap eksternal yaitu tahap berfikir dengan sumber berfikir anak berasal dari luar dirinya. Sumber eksternal tersebut terutama berasal dari orang dewasa yang memberi pengarahan kepada anak dengan cara tertentu. Tahap egosentris yaitu suatu tahap ketika pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan. Tahap internal, yaitu suatu tahap ketika anak dapat menghayati proses berfikir. Maka dari itu kemampuan berbahasa merupakan hasil kombinasi seluruh sistem perkembangan anak, karena kemampuan bahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem yang lain. Kemampuan bahasa melibatkan kemampuan sistem motorik, psikologis, emosional dan sosial. Perkembangan fikiran anak dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai tugas pokok perkembangan bahasa, yaitu:
44
1). Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. 2). Pengembangan perbendaharaan kata-kata. 3). Penyusunan kata-kata menjadi kalimat. 4). Ucapan, yaitu kemampuan mengucapan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain. Perkembangan bahasa pada anak berkembang sesuai dengan tahap usianya. 1). Pada usia 6 bulan - Anak dapat mengucapkan vokal tanpa intonasi - Merespon jika namanya dipanggil - Merespon pada suara manusia dengan memutar kepala dan mata - Memberikan respon yang tepat pada suara yang bersahabat dan bermusuhan. 2). Pada usia 12 bulan - Anak dapat menggunakan satu atau lebih kata yang bermakna - Mengerti perintah sederhana, terlebih jika kode suara atau fisik diberikan - Melatih intonasi - Menyadari kegunaan bicara dalam situasi sosial.
45
3). Pada usia 12-18 bulan -Anak
sudah
mempunyai
kosakata
antara
5-20
kata,
kebanyakan kosakata berupa kata benda - Mengulangi suatu kata atau suku kata berulangkali - Menggunakan
istilah
sendiri
untuk
mengungkapkan
emosinya.. - Mengikuti perintah secara sederhana. 4). Pada usia 18-24 bulan - Menamai beberapa macam benda yang biasa ditemukan di sekitarnya - Menggunakan paling sedikit dua kata - Mengkombinasikan kata-kata ke dalam kalimat pendek - Kurang lebih 2/3 perkataannya masuk akal - Memiliki kosakata mendekati 150-300 kata, namun irama dan keakuratan penggunaannya sering tidak tepat - Volume dan kecepatan suara belum dapat dikontrol dengan baik - Dapat menggunakan dua kata ganti dengan benar 5). Pada usia 24-36 bulan - Menggunakan kata ganti Aku, Kamu dengan benar - Menggunakan bentuk jamak dan waktu lampau - Mengetahui paling sedikit tiga kata depan
46
- Mengetahui
bagian-bagian
penting
tubuh
dan
dapat
menamainya - Mempunyai kosakata 500-1000 lebih - Kira-kira 90% perkataannya masuk akal - Mulai banyak menggunakan kata kerja - Memahami
pertanyaan
sederhana
sehubungan
dengan
lingkungan dan kegiatannya - Berinteraksi dengan pengalamannya sehingga bisa membuat alasan mengapa melakukannya - Dapat membuat jawaban atas pertanyaan “apa yang kau lakukan jika mengantuk, lapar, kedinginan, atau haus?” - Dapat menyebutkan jenis kelaminnya, nama, usia - Tidak dapat diharapkan menjawab semua pertanyaan meskipun dia tahu apa yang diharapkan orang dewasa.22 b. Perkembangan berbicara pada anak 1). Usia 0-6 bulan Menangis adalah cara pertama bayi berkomunikasi dengan yang lain. Tanggapan yang cepat membuat bayibertambah yakin bahwa ada seseorang di dekatnya. 2). Usia 6-12 bulan Bayi mulai berkomunikasi dengan celotehan. Ketika kita membuat hubungan antara celotehan bayi dan benda atau orang 22
Siti Aisyah, Perkembangan dan Konsep Dasar PengembanganAnak Usia Dini, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010, hlm. 3
47
yang menarik baginya, dia mungkin belajar satu atau dua kata celotehan 3). Usia 12-18 bulan Selama periode ini, kemampuan berbicara bayi meningkat dari hanya mengatakan kata-kata celotehan menjadi kemampuan bicara dengan menggunakan kosakata. Bayi tidak mengatakan kata-kata tersebut dengan tepat karena otot kecil pada mulut dan bibirnya masih dalam perkembangan. 4). Usia 18-36 bulan Pada usia ini, anak belajar beberapa kata dan mulai membentuk kalimat sederhana. Sejumlah kata-kata berkembang dengan cepat. 5). Usia 3-4 tahun Pada tahap ini, anak menggunakan semua kemampuan bahasa
yang
telah
berkembang
untuk
menjad
seorang
”pembicara besar” dan mengembangkan kesadarannya tentang kekuatan bahasa tulis.melalui pengalamannya sehari-hari, anak usia ini belajar semakin banyak tentang sesutu yang terjad di dunia
dan
dimana
ia
berada.
Kosakatanya
meningkat
sebagaimana ia belajar dan memahami banyak kata-kata. 6). Usia 4-5 tahun Anak berpartisipasidalam percakapan yang lebih panjang dan lebih terarah. Anak usia ini dapat memahamilebih dari
48
sekedar jalannya cerita. Anak dapat mengembangkan pikirannya dan mendiskusikan mengapa suatu kejadian terjadi dan mengapa tokoh cerita bertindak seperti itu.23 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bahasa Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor kesehatan, intelegensi, staatus sosial ekonomi keluarga, jenis kelamin dan hubungan keluarga. Sehubungn dengan penciptaan lingkungan bahasa yang baik bagi anak maka faktor yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa adalah faktor lingkungan /sosial. Faktor lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan dimana anak itu berada, yang juga didalamnya terdapat orang dewasa atau orang tua dari si anak tersebut. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa bahasa anak secara terus menerus akan selalu berkembang. Anak banyak belajar dari lingkungannya, dengan demikian bahasa anak terbentuk oleh kondisi lingkungan. Lingkungan anak mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan pergaulan teman sebaya. Perkembangan bahasa anak dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti bahwa proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa.
23
Ibid., hlm. 23
49
Adapun faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa kedua yaitu: a. Faktor Motivasi Dalam pembelajaran bahasa kedua ada asumsi yang menyatakan bahwa orang yang di dalam dirinya ada keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam belajar bahasa kedua cenderung akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar tanpa motivasi. b. Faktor Usia Menurut hasil penelitian-penelitian disimpulkan bahwa faktor umur, yang tidak dipisahkan oleh faktor lain adalah faktor yang berpegaruh dalam pembelajaran bahasa kedua. Perbedaan umur mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan belajar bahasa kedua pada aspek fonologi, morfologi, dan sintaksis, tetapi tidak berpengaruh dalam pemerolehan urutannya. c. Faktor Penyajian Formal Pembelajaran atau penyajian pembelajaran bahasa secara formal tentu memiliki pengaruh terhadap kecepatan dan keberhasilan dalam memperoleh bahasa keduakarena beberapa faktor dan vareabel telah dipersiapkan dan diadakan dengan sengaja. Demikian juga keadaan lingkungan pembelajaran bahasa kedua secara formal, di dalam kelas, sangat berbeda dengan lingkungan pembelajaran bahasa kedua secara naturalistik atau alami.
50
d. Faktor Bahasa Pertama Para pakar pembelajaran bahasa kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa pertama (bahasa ibu atau bahasa yang lebih dahulu diperoleh) mempunyai pengaruh terhada proses penguasaan bahasa kedua pembelajar. Malah, bahasa pertama ini telah lama dianggap menjadi pengganggu di dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Hal ini karena bisa terjadi seorang pembelajar secara sadar atau tidak melakukan transfer unsur-unsur bahasa pertamanya ketika menggunakan bahasa kedua. e. Faktor Lingkungan Dulay menerangkan bahwa kualitas lingkungan bahasa sangat penting bagi seorang pembelajar untuk dapat berhasil dalam mempelajari bahasa baru (bahasa kedua).Yang dmaksud dengan lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar sehubungan bahasa kedua yang sedang dipelajari. f. Transfer dan Interferensi Pembelajaran bahasa kedua terjadi setelah seorang pembelajar menguasai dan menuranikanbahasa pertamanya. Maka mau tidak mau,
bahasa
pertama
yang
telah
dinuranikan
ini
akan
“mengganggu” ketika pembelajar menggunakan bahasa kedua. Bahasa keduanya menjadi terinterferensi oleh unsur-unsur bahasa pertamanya yang telah lebih dulu dinuranikan itu. Interferensi ini
51
bisa terjadi pada semua tataran bahasa: fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.24 Bahasa anak dapat berkembanga cepat jika: a. Anak berada di lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan. b. Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak. c. Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan non verbal. d. Melibatkan anak dalam komunikasi.
24
Abdul Chaer, op.cit., hlm. 251-261