12
BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
A. Pekerja Wanita 1. Pengertian Pekerja Wanita Pekerja berasal dari kata "kerja" yang berarti perbuatan melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil, hal pencarian nafkah.1 Sedang kerja dalam arti luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan atau keakhiratan.2 Dan mendapatkan imbuhan pe- sehingga menjadi pekerja yang berarti "orang yang bekerja."3 Tuhan menciptakan manusia dalam jenis laki-laki dan wanita. Sepanjang sejarah manusia, orang tidak pernah menyatakan bahwa fisik maupun psikis wanita itu sama dengan pria.4 Wanita di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perempuan dewasa, kaum putri (dewasa).5 Sedangkan di buku lain wanita adalah manusia yang berasal dari tulang rusuk sebelah kiri Nabi Adam AS.6 Dengan memahami pengertian pekerja dan wanita diatas maka dapat diketahui siapa pekerja wanita itu. Pekerja wanita adalah wanita
1
Sulhan Yashin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Amanah, 1997), hal.
287. 2 Abdul Aziz Al Khayyah, Etika Bekerja dalam Islam, (Jakarta : Gema Insani Pers, 1994), hal, 13. 3 WJB. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hal. 724. 4 Kartini Kartono, Psikologi Wanita Gadis Remaja dan Wanita Dewasa, (Bandung : Alumni, 1986), Cet. 3, hal.190. 5 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), Edisi 3, hal. 1.286. 6 Pudjosumedi dan Ahmad Tahrizur Rohim, Islam dan Peranan Wanita Sebagai Ibu Rumah Tangga dan Tiang Negara, (Solo : Aneka, 1990), hal. 13.
13
yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu kegiatan dan bertujuan mendapatkan hasil. Sehingga wanita untuk mendapatkan hal itu biasanya banyak dilakukan di luar rumah. Oleh karena itu, penulis dapat memberikan pengertian bahwa pekerja wanita adalah perempuan dewasa yang melakukan kegiatan secara teratur atau berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk melakukannya yang dapat mengurangi waktu untuk keluarga dengan tujuan untuk menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk benda atau uang untuk kemajuan dalam kehidupan riil. 2
Pekerja Wanita dalam Pandangan Islam Di dalam buku Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Abu A'la Maududi menjelaskan bahwa kaum pria dan wanita berhak untuk memperoleh kesempatan-kesempatan kerja yang sama.8 Jadi tidak satupun pekerjaan yang dihalalkan agama diharamkan atas wanita dan hanya diperbolehkan bagi kaum pria saja. Zakiah Darajat di dalam bukunya Memposisikan Kodrat menjelaskan : Islam telah berperan besar dalam mengangkat harkat dan martabat perempuan. Kalau dalam masyarakat sebelum datangnya Islam, kaum perempuan diperlakukan sebagai barang yang hampir-hampir tidak mempunyai hak, maka ajaran Islam secara drastis memperlakukan kaum perempuan sebagai manusia yang mempunyai hak-hak tertentu sebagaimana layaknya kaum laki-laki.9 Di dalam buku Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara, Muhammad Koderi berpendapat bahwa "Di dalam ajaran Islam, wanita juga
7 Utami Munandar, Wanita Karier : Tantangan dan Peluang, dalam M. Atho Mudzhar (eds.), Wanita dalam Masyarakat Indonesia Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan, (Yogyakarta : Sunan Kalijaga Press, 2001), Cet. 1, hal. 303. 8 Abu A'la Maududi, Hak-Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), Cet. 1, hal. 81. 9 Zakiah Darajat, Memposisikan Kodrat, (Bandung : Mizan, 1999), Cet. 1, hal. 102103.
14
mempunyai hak dan kesempatan berkarier dengan tidak melalaikan fungsi dan kedudukannya sebagai wanita".10 Bahkan Allah telah menyebutkan wanita secara khusus, misalnya dalam menegaskan wanita yang bekerja yang baik (beramal shaleh) itu akan mendapatkan pahala dan imbalan tersendiri, tidak hanya menunggu atau melimpahkan dari laki-laki saja. Misalnya firman Allah :
ﻻﻨ ﹶﺔ ﻭﳉ ﻮ ﹶﻥ ﹾﺍ ﹶ ﻠﹸﺪﺧ ﻳ ﻚ ﻦ ﹶﻓﺎﹸﻭﻟِﺌ ﺆ ِﻣ ﻣ ﻮ ﻭﻫ ﺜﻲﻭﹸﺍﻧ ﻦ ﹶﺫ ﹶﻛ ٍﺮ ﹶﺍ ﺖ ِﻣ ِ ﺼﻠِﺤ ﻦ ﺍﻟ ﻤ ﹾﻞ ِﻣ ﻌ ﻳ ﻦ ﻣ ﻭ 11 (124 : )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ.ﺍﻴﺮﻧ ِﻘ ﻮ ﹶﻥ ﹾﻈﹶﻠﻤﻳ "Barang siapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik lakilaki atau wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walaupun sedikitpun"(An Nisa' : 124). Dalam ayat tersebut dapat dipahami, siapapun orangnya baik laki-laki ataupun wanita yang dapat mengerjakan amal-amal untuk memperbaiki diri, baik dari segi akhlaq, adab maupun kondisi sosialnya, sedang hatinya merasa tentram karena beriman, maka orang yang beramal sholeh dan beriman kepada Allah itu akan masuk surga berkat jiwa dan ruhnya yang suci. Di samping disebutkan dalam ayat di atas, Allah swt. juga berfirman di dalam surat An Nahl ayat 97 :
ﻢ ﻨﻬﻳـ ِﺰﻨﺠﻭﹶﻟ ً ﺔﻴﺒﻴﻮ ﹰﺓ ﹶﻃﻪ ﺣﻴﻨﺤِﻴ ﻨﻦ ﹶﻓﹶﻠ ﺆ ِﻣ ﻮﻣ ﻭﻫ ﺜﻰﻭ ﹸﺍﻧ ﻦ ﹶﺫ ﹶﻛ ٍﺮﹶﺍ ﻣ ﺎﺎِﻟﺤﻋ ِﻤ ﹶﻞ ﺻ ﻦ ﻣ 12 (97 : ﺤﻞ )ﺍﻟﻨ.ﻮ ﹶﻥ ﻤﻠﹸ ﻌ ﻳ ﺍﻧﻮ ﺎ ﻛﹶﺎﺴ ِﻦ ﻣ ﺣ ﻢ ِﺑﹶﺎ ﻫ ﺮ ﺟ ﹶﺍ “Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami Berikan kepadanya Kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami Beri Balasan kepada mereka dengan Pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An Nahl : 97).
10
Muhammad Koderi, Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara, (Jakarta : Gema Insani, 1999), hal. 66. 11 Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung : Diponegoro, 2003), hal. 78. 12 Ibid., hal. 222
15
Dari ayat di atas juga dapat dipahami bahwa laki-laki dan perempuan akan mendapat pahala atau imbalan yang sama di dalam mengerjakan amal shaleh selama mereka dalam keadaan beriman. Sebagian ulama menyimpulkan, bahwa Islam membenarkan kaum wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang, di dalam ataupun di luar rumahnya, baik secara mandiri atau bersama orang lain, dengan lembaga swasta atau pemerintah, selama pekerjaan tersebut dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.13 Agama Islam memang membolehkan wanita bekerja mencari nafkah untuk keluarganya dengan memenuhi berbagai syarat, serta harus sesuai dengan kodratnya sebagai wanita.14 Artinya pekerjaan yang sifatnya kasar dan berat tentu bukan bidangnya wanita, karena secara fisik mereka tidak kaum pria yang dikaruniai kelebihan dengan kekekaran tubuh dan kekhususan-kekhususan jiwa lainnya.15 Secara kodrati wanita dapat diserahi pekerjaan-pekerjaan yang ringan sesuai dengan kemampuan mereka, namun tidak berarti mereka haram mengerjakan pekerjaan yang berat dan kasar, tapi hanya saja tidak pantas dikerjakan oleh seorang wanita. Sebagai ibu rumah tangga yang juga merangkap bekerja di luar rumah, sebaiknya mencari jalan tengah antara mendidik anak-anaknya dan tugasnya di luar rumah. Atau setidaknya mengusahakan meluangkan waktu untuk mendidik anaknya walaupun juga harus bekerja di luar rumah.16 Hal ini mengingat bahwa tugas utama seorang ibu disamping 13
Quraish Shihab, Membumikan Al Qur'an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan, 1992), Cet. 2, hal. 275. 14 Abdul Hakim Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu, (Jakarta : Fikahati Aneska, 1993), hal. 103. 15 Sayyid Muhammad Namir, Karakter Wanita Muslim Konsepsi Pembinaan Pribadi Muslim, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1992), Cet. 1, hal. 61. 16 Fadhlina Arief Wangsa, Pemberdayaan Kaum Ibu dalam Penyusuan dan Pendidikan Anak Sejak Dini dalam Rangka Mewujudkan Generasi Penerus Yang Sehat, Cerdas dan Berakhlak Mulia, Jurnal Wacana, IV, 2, Agustus, 2004, hal. 123.
16
mengatur rumah tangga adalah mendidik anak-anaknya. Maka dari itu seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anakanaknya. Pada prinsipnya Islam mengarahkan kaum wanita supaya dalam bekerja harus mengutamakan tugasnya yang utama yaitu mengatur rumah tangga dan mendidik anak-anaknya agar kelak dapat menjadi generasi penerus yang sholeh, dan agar anaknya mempunyai prestasi yang tinggi di dalam pendidikannya, sehingga dapat mengelola dunia ini dengan baik sesuai dengan tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah. Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan, bahwa Islam tidak melarang kaum wanita untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya dan harus sesuai dengan kodratnya sebagai wanita. Dan juga jangan sampai meninggalkan tugas utamanya yaitu mengatur rumah tangga dan mendidik anak-anaknya. 3. Jenis-Jenis Pekerjaan Wanita Meningkatnya partisipasi dan peran wanita untuk bekerja menjadi isu ketenagakerjaan yang cukup menarik. Peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita berkaitan dengan proses transformasi sosial ekonomi yang diikuti oleh peningkatan dan pergeseran dalam permintaan tenaga kerja, termasuk didalamnya tenaga kerja wanita.17 Saat ini banyak kaum wanita berambisi untuk bekerja, baik wanita tunggal atau yang menikah, yang belum atau yang sudah mempunyai anak, yang muda maupun setengah baya. Hal ini memang dimungkinkan karena kaum wanita lebih banyak dibandingkan dengan kaum laki-laki dan karena meningkatnya biaya kebutuhan hidup, sehingga kalau kaum laki-lakinya saja yang bekerja di dalam keluarga, maka 17
Endang Sulistyaningsih, Dampak Krisis Ekonomi pada Bidang Ketenagakerjaan, dalam Nursyahbani Katjasungkana dkk, Potret Perempuan Tinjauan Politik, Ekonomi, Hukum di Zaman Orde Baru, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), Cet. 1, hal. 39.
17
kebutuhan hidup di dalam keluarga itu tidak dapat terpenuhi dengan baik. Dengan demikian, tidak jarang ditemui sebuah keluarga yang ibunya mempunyai peran ganda. Yaitu disamping melakukan pekerjaan di dalam rumah seperti mengatur rumah tangga dan mendidik anak-anaknya, juga melakukan pekerjaan di luar rumah. Profesi wanita bekerja di luar rumah untuk mencari tambahan nafkah, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya itu berbedabeda. Di bawah ini penulis akan memaparkan beberapa situasi kerja yang mana jenis pekerjaan tersebut banyak membutuhkan tenaga kerja wanita. Namun sebelumnya perlu diketahui bahwa sektor pekerjaan yang banyak membutuhkan tenaga kerja wanita yaitu pada sektor industri dan pada sektor jasa.18 a. Kerja Perempuan di Sektor Industri 1. Kerja di Pabrik Banyak pabrik di Indonesia khususnya di Pulau Jawa menggunakan tenaga kerja wanita, baik yang belum menikah atau yang sudah menikah, yang sudah punya anak, ataupun yang belum punya anak. Kebanyakan industri-industri yang menyerap tenaga kerja wanita ialah industri-industri padat karya, seperti tekstil, garmen, pengolahan makanan dan industri elektronik. Perusahaan-perusahaan
seperti
itu
banyak
yang
memberikan upah yang sangat rendah kepada pekerja wanitanya bila dibandingkan dengan tenaga kerja laki-lakinya. Barron dan Norris mengatakan bahwa laki-laki umumnya menempati jenisjenis
pekerjaan
yang
lebih
stabil,
berupah
lebih
tinggi,
berkemungkinan naik jenjang dan dikategorikan sebagai pekerja "terampil". Sebaliknya, perempuan umumnya menempati jenisjenis pekerjaan yang kurang stabil, berupah lebih rendah, tanpa
18
Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial Sebuah Pengantar Studi Perempuan, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1997), Cet. 1, hal. 365-392.
18
kemungkinan untuk naik jenjang dan dikategorikan sebagai pekerja "tak terampil".19 Disini penulis dapat menyimpulkan mengenai upah yang diterima pekerja wanita lebih rendah dari pada pekerja laki-laki karena keterampilan pekerja wanita dianggap rendah. Keterampilan disini dapat dikaitkan dengan pendidikan ataupun latihan-latihan yang pernah diikutinya. Dan pada kenyataannya, memang pekerja pabrik umumnya wanita yang berpendidikan rendah. 2. Kerja borongan di rumah Kerja borongan di rumah biasa disebut dengan istilah homeworking, kerja borongan di rumah adalah kerja upahan yang dilakukan di rumah atas dasar satuan kerja yang dilakukan. Pekerjaan ini bisa merupakan pesanan seorang pedagang perantara yang kemudian melemparkan hasil produksinya langsung ke kotakota atau konsumen, dan bisa juga menjualnya ke perusahaan. Pedagang perantara sebagian memborongkan di rumah-rumah dan sebagian lagi memborongkan di rumahnya sendiri. Atau sebuah perusahaan mempunyai hubungan langsung dengan pekerja borongan di rumah. Jadi sebagian barang produksinya dikerjakan di rumah-rumah dan sebagiannya lagi dikerjakan di dalam pabrik. Jenis-jenis industri yang sering diborongkan di rumah-rumah ialah pakaian dan tekstil, sepatu, jenis-jenis makanan dan minuman tertentu, obat nyamuk, kaleng, lampu semprong dan pengepakan. Disini dapat disimpulkan, seorang wanita yang menjadi pekerja borongan di rumah, selain dapat mengerjakan pekerjaan borongannya yang nantinya dapat menghasilkan uang, juga dapat melakukan tugas utamanya seorang wanita yaitu mengasuh anakanaknya dan mengatur rumah tangganya.
19
Ibid., hal. 368.
19
b. Kerja Perempuan di Sektor Jasa Sektor jasa meliputi berbagai kegiatan yang sangat beraneka ragam yang meliputi bangunan, perdagangan, transportasi, keuangan, pemerintahan, pelayanan sosial dan pelayanan domestik. Umumnya laki-laki menguasai sektor bangunan, transportasi dan keuangan. Untuk sementara kondisi kerja wanita dan posisi seseorang dapat dibedakan dalam tiga jenis pekerjaan, yaitu berdagang, kerja sebagai pembantu rumah tangga dan kerja pelacuran.20 1. Berdagang Salah satu pekerjaan yang digemari wanita adalah berdagang, baik yang bertempat di pasar, di rumah ataupun yang menjajagakan barang dagangannya. Dengan berdagang dapat menghasilkan uang, sehingga dapat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan keluarganya. 2. Kerja sebagai Pembantu Rumah Tangga Dengan membengkaknya golongan pegawai negara maupun kaum profesional, bagi para migran perempuan terutama di kota-kota, pembantu rumah tangga merupakan jenis pekerjaan yang sering dibutuhkan. Kebanyakan pembantu rumah tangga terdiri dari kaum perempuan, namun tidak menutup kemungkinan ada pembantu rumah tangga dari kaum laki-laki. Pekerjaan yang mereka lakukan dianggap sebagai jenis keterampilan yang telah mereka peroleh di rumah, yaitu memasak, membersihkan rumah, mengurus kebun, mencuci pakaian dan mengasuh anak. Dengan demikian dianggap sebagai pekerjaan-pekerjaan yang tidak membutuhkan
pendidikan
dan
keterampilan
khusus.
Kerja
semacam ini dinamakan sebagai pekerjaan tidak terampil. Pengerahan tenaga pembantu rumah tangga yang dikenal di Indonesia, khususnya di Jawa yaitu melalui calo, kantor wilayah Depnaker atau melalui keluarga. 20
Ibid., hal. 380-381.
20
3. Pelacuran Kerja pelacuran merupakan salah satu pekerjaan yang banyak menarik tenaga kaum wanita. Semua ajaran agama pasti sepakat kalau kerja pelacuran merupakan suatu pekerjaan yang hina dan tidak pantas untuk dikembangkan di kalangan masyarakat. Usaha untuk menghapuskan pelacuran biasanya bersumber pada norma-norma moral yang mengatakan bahwa hubungan seksual hanya bisa terjadi dalam lembaga perkawinan, sehingga hubungan seksual di luar lembaga ini merupakan suatu pelanggaran yang serius yang perlu mendapatkan sanksi-sanksi yang keras. Pandangan ini menekankan aspek higienis dari pelarangan terhadap pelacuran karena kaitannya dengan penyakit kelamin serta kebejatan moral. Dan kebanyakan masuknya seorang wanita dalam dunia pelacuran disebabkan oleh faktor ekonomi. Wanita pekerja dapat dibedakan menjadi 2 kategori,yaitu: a). Mereka yang mencari pekerjaan sekedar untuk menyalurkan hobby atau pengembangan bakat dan karir.21 Kelompok ini selalu menghubungkan lapangan pekerjaan yang dicari dengan keterampilan mereka serta pemuasan rohani atau perasaan senang dan bebas bekerja, perasaan cocok dengan pekerjaan yang ditangani. Sedangkan faktor kepuasan material menjadi nomor dua bagi mereka. Jadi kelompok ini tidak mementingkan kepuasan material, yang terpenting bagi mereka dapat bekerja sesuai keterampilan yang dimiliki sudah merupakan suatu kepuasan tersendiri. Dan terkesan merekalah yang membutuhkan kerja itu sendiri. b). Mereka yang mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari atau karena tekanan ekonomi.22
21
Victor Situ Morang, Kedudukan Wanita di Mata Hukum, (Jakarta : Bina Aksara, 1998), Cet. 1, hal, 94. 22 Ibid.
21
Kelompok ini lebih banyak menghubungkan lapangan pekerjaannya dengan pemenuhan kebutuhan material atau penghasilan yang mereka terima. Bagi kelompok ini seringkali pemuasan kebutuhan rohani (kesenangan) menjadi tidak penting dan mereka lebih banyak bekerja sebagai mesin daripada sebagai manusia yagn membutuhkan pemuasan rohani pula. Jadi pada kelompok ini tidak mementingkan pemuasan rohani, yang penting bagi mereka selama dapat menghasilkan materi, pekerjaan apapun akan dijalaninya meskipun perasaan mereka tidak cocok atau tidak senang dengan pekerjaan yang mereka tangani. Di dalam kehidupan wanita mempunyai beberapa peranan, yang salah satunya yaitu peran yang dimainkan sebagai anggota masyarakat23. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa peranan wanita sebagai anggota masyarakat. a. Wanita sebagai seorang agen intelektual Agar dapat memainkan peranannya yang benar sebagai anggota masyarakat yang berguna dan produktif, pertama wanita harus memperoleh suatu pendidikan. Di dalam Islam mencari pengetahuan merupakan suatu kewajiban, baik bagi kaum laki-laki maupun kaum wanita. Pada kenyataannya, sepanjang sejarah Islam banyak wanita yang menjadi terkenal karena Ilmu pengetahuannya. b. Peranan wanita di bidang keterampilan Setiap pribadi baik pria maupun wanita harus melatih kemampuannya khususnya yang diberikan Tuhan kepadanya, sehingga akan melahirkan suatu keterampilan tertentu yang nantinya akan mendatangkan uang. Yang mana dengan uang tersebut dapat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
23
Darlene May, Wanita dalam Islam : Kemarin dan Hari Ini, dalam Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Asian Foundation, 1987), Cet. 1, hal. 246253.
22
c. Peranan wanita di bidang politik Masyarakat Islam memberikan kebebasan nilai yang besar untuk belajar dan menganjurkan anggotanya untuk dapat aktif berpartisipasi dalam kehidupan politik. Merupakan suatu catatan bahwa pada masa awal Islam, wanita secara keseluruhan mempunyai pengaruh besar atas persoalan-persoalan politik dalam masyarakatnya. d. Peranan wanita di bidang militer Kaum wanita dalam masyarakat Islam memang tidak diserahi tugas kemiliteran. Tetapi kaum wanita sering membantu dalam memenuhi kebutuhan militer. Dan dalam melakukan hal itu menanggung resiko berbahaya dan bahkan kematian. Selain itu wanita telah mengambil suatu bagian aktif pada peperangan dalam kapasitasnya yang bermacam-macam, yaitu sebagai pembawa tentara yang terluka atau mati dari garis terdepan ke garis belakang, merawat tentara yang terluka, menggali kubur, mengatur rangsuman, dan sebagai pembawa air, pemasak, sumber dukungan moral dan sebagai pejuang aktual. e. Peran wanita dalam hukum Di dalam bidang hukum, wanita juga bertanggung jawab menjalankan semua peraturan-peraturan yang sudah menjadi ketetapan hukum. Jadi apabila kaum wanita melanggar peraturan hukum yang telah ditetapkan, maka juga harus ditindak sesuai hukum seperti juga kaum laki-laki. f. Peranan wanita di bidang ekonomi Dalam masyarakat Islam pria dan wanita sama-sama menikmati kebebasan penuh dalam kegiatan ekonomi. Keduanya memiliki hak untuk mendapatkan hak milik melalui berbagai cara yang sah.
23
B. Implikasi Pekerja Wanita Terhadap Pendidikan Anak Pendidikan menurut Shalih Abdul Azis Abdul Azis Abdul Madjid : 24
ﺍﻥ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﻫﲑ ﺍﳌﺆﺛﺮﺍﺕ ﺍﳌﺨﺘﻠﻔﺔ ﺍﻟﱴ ﺗﻮﺟﻪ ﻭﺗﺴﺒﻄﺮ ﻋﻠﻰ ﺣﻴﺎﺓ ﺍﻟﻔﺮﺩ “Pendidikan adalah berbagai macam aktivitas yang mengarah kepada pembentukan kepribadian individu.”
Menurut George F. Kneller : “Education is process of self realization which the self realize and develops all its potentialities”. Pendidikan adalah suatu proses merealisasikan dirinya di mana dirinya merealisasikan dengan mengembangkan semua potensinya.25 Dari penjelasan di atas dapat disimpulakn bahwa pendidikan adalah proses pembentukan dan pembangunan diri. Anak merupakan aset keluarga yang harus dijaga dan diasuh dengan baik. Kelak anak-anaklah yang akan menjadi penerus generasi yang sudah tua. Untuk itu anak harus dididik dengan baik supaya menghasilkan individuindividu yang baik seperti yang diharapkan. Pendidikan pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua. Hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua, maka perlu adanya bantuan dari orang yang mampu dan mau membantu orang tua dalam mendidik anak-anaknya.26 Pada dasarnya anak lahir di dunia dalam keadaan suci. Seorang anak akan menjadi seperti apa itu dapat dipengaruhi oleh pendidikan yang diterima seorang anak dari orang tuanya. Sebagaimana diterangkan Nabi Muhammad saw dalam sabda beliau :
24 Sholih Abdul Azis Abdul Azis Abdul Madjid, At-Tarbiyah wa Taruqut Tadris, Jilid I, (Mesir : Darul Ma’arif, t.t.), hal. 13. 25 George F. Kneller, Logic and Language of Educational, (New York: John Wilwy and Soris Inc. 1965), hal. 14-15. 26 Zakiah Darajat, Pendidikan Anak dalam Keluarga : Tinjauan Psikologi Agama, dalam Jalaluddin Rakhmat dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 58.
24
ﻭ ﺍ ﻧِـ ِﻪ ﹶﺍﻮﺩ ﻬ ﻳ ﻩ ﺍﺑﻮﺮ ِﺓ ﹶﻓﹶﺎ ﻰ ﺍﹾﻟ ِﻔ ﹾﻄ ﻠ ﻋﻮﹶﻟﺪ ﻮ ٍﺩ ﻳ ﻮﹸﻟ ﻤ ﹸﻛﻠﱡ: ﹶﻗﹶﺎ ﹶﻝﻨﻪﻋ ﷲ ُ ﻲ ﺍ ﺿ ِ ﺭ ﺮ ﹶﺓ ﻳﺮ ﰉ ﻫ ِ ﻦ ﹶﺍ ﻋ 27 .........ﺎِﻧ ِﻪﺠﺴ ﻤ ﻳ ﻭ ﺮﺍ ِﻧ ِﻪ ﹶﺍﻨﺼﻳ “Diriwayatkan Bukhari oleh Abu Hurairah Ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Tidaklah dari anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani dan Majusi…….” Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya. Karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima.28 Dengan demikian orang tua bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan
perkembangan
anaknya.
Memberikan
pendidikan
kepada
anak,
merupakan tanggung jawab orang tua yang nantinya akan dipertanggung jawabkan di hadapan sang pencipta. Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya, sehingga mau memikirkan dan berbuat sesuatu yang berguna bagi masa depan anak-anaknya. Bagi seorang pekerja wanita yang posisinya merangkap sebagai seorang ibu tentunya tidak dapat memberikan perhatian yang maksimal kepada anak-anaknya. Namun bagaimanapun juga seorang ibu tersebut harus dapat mendidik anaknya disamping juga harus bekerja di luar rumah. Pendidikan merupakan suatu sistem yang melibatkan beberapa komponen atau elemen.29 Komponen utama sistem pendidikan di antaranya yaitu : a. Pendidik Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.30 Pendidik adalah unsur manusiawi 27
Imam Abu Husein Bin Najjah, Shohih Muslim, (Indonesia: Mahtabah Palilan, t.t.), juz 4, hal. 204. 28 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), Cet. 1, hal. 103. 29 Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang : Angkasa Kaya, 1995), hal.10.
25
dalam pendidikan. Dan pendidik sebagai figure manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan.31 Pendidik berarti pelaksana yang menyediakan bahan dan yang menyelenggarakan proses belajar untuk anak didik. Dilingkungan keluarga yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anak adalah orang tua sedangkan di dalam lingkungan sekolah gurulah yang bertanggung jawab terhadap proses pendidikan. Guru juga disebut orang tua kedua setelah ayah dan ibu. b. Anak didik Anak didik ialah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok ornag yang menjalankan proses pendidikan.32 Anak didik dapat diartikan sekelompok anak yang masih dalam masa pendidikan. Dan anak didik berarti yang menjalani proses belajar yang merupakan tujuan pokok sistem pendidikan. c. Tujuan pendidikan Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa atau subyek belajar, setelah menyelesaikan atau memperoleh pengalaman belajar.33 Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan menurut jauh dan dekatnya waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Berarti tujuan pendidikan untuk mengarahkan kegiatan sistem pendidikan. Manusia di dalam mencapi proses kesempurnaan memerlukan pendidikan sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Sebagaimana dikatakan Muhammad Munir Mursyi :
30 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1994), Cet.2, hal.74. 31 Syaiful Bahri Djamalah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta ,2000), hal. 1. 32 Ibid., hal. 51 33 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali, 1992), Cet. 4, hal. 57.
26
ﺑﺄﻥ ﺃﻫﻢ ﺃﻫﺪﺍﻑ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﻪ ﻫﻮﺑﻠﻮﻍ ﺍﻟﻜﻤﺎﻝ ﺍﻻﻧﺴﺎﱏ ﻷﻥ ﺍﻟﺴﻼﻡ....." 34 "ﻧﻔﺴﻪ ﳝﺘﻞ ﺑﻠﻮﻍ ﺍﻟﻜﻤﺎﻝ ﺍﻟﺪﻳﲎ ﻓﻬﻢ ﺧﺎﰎ ﺍﻻﺩﻳﺎﻥ “….bahwa faktor-faktor pentingnya pendidikan Islam adalah kesempurnaan kedewasaan manusia, karena Islam sendiri merupakan proses kesempurnaan, yaitu sebagai penutup agaam-agama dan penyempurna ajaran-ajaran Nya.” Tujuan akhir dari pendidikan menurut Islam yakni membentuk manusia yang sempurna. d. Alat pendidikan Peralatan pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan murid dalam proses pendidikan.35 Seperti antara lain laboratorium, film,OHP,buku, papan tulis, dll. Selain itu perintah, benda dan situasi juga merupakan alat-alat pendidikan. Berarti alat pendidikan ialah segala sesuatu yang dihadirkan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. e. Lingkungan pendidikan Lingkungna ialah semua pengaruh dari luar baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial (non fisik).36 Contoh lingkungna fisik antara lain keadaan rumah, tempat tinggal, keadaan gedung sekolah, memenuhi syarat kesehatan atau tidak, dll. Contoh lingkungna sosial (non fisik) ialah semua manusia yang ada dalam dunia kehidupan seseorang yaitu manusia yang berinteraksi atau yang bergaul dengan melakukan kegiatan bersama atau bekerja sama dengan manusia lain, seperti di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Berarti lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar lingkungan dalam pendidikan.
34
Muhammad Munir Mursyi, at-Tarbiyah al Islamiyyah Usuluhawa That Wuruha fi Bilad at-Tarbiyah. (Qahirah : Alam al-Kutub, 1997), hal. 18. 35 Ahmad Tafsir, op. cit., hal. 90. 36 Zahara Idris, op. cit., hal. 23.
27
Di bawah ini penulis akan menguraikan beberapa permasalahan yang harus mendapatkan perhatian orang tua di dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. 1. Usaha orang tua dalam mendidik anak a. Komunikasi dengan anak Banyak orang tua yang mengira bahwa berkomunikasi dengan anak adalah hal yang tidak terlalu penting. Padahal dengan berkomunikasi yang baik dengan anak, orang tua dapat mengetahui apa yang dirasakan anak, sehingga orang tua dapat memberikan arahan ataupun nasehat kepada anaknya.37 Dengan demikian sebagai orang tua harus menyempatkan memberikan waktunya untuk berkomunikasi kepada anak-anaknya, walaupun sesibuk apapun pekerjaan di rumah ataupun pekerjaan di luar rumah yang menjadi tanggung jewabnya. Karena dengan komunikasi yang baik, proses pendidikan akan dapat terlaksana dengan baik. Membangun komunikasi yang baik dengan anak harus memperhatikan beberapa prinsip di bawah ini :38 1). Menyediakan waktu Dewasa ini semua orang disibukkan dengan dunia kerja baik suami ataupun istri, sehingga orang tua hampir tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Sangat disayangkan bahwa banyak orang tua hanya mengetahui mencukupi kebutuhan anak secara material, tetapi hampir tidak mau menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan anaknya. Orang tua yang rela mengorbankan waktunya untuk berkomunikasi dengan anaknya berarti orang tua tersebut sudah mengasihi dan memperhatikan anaknya.
37
Kathleen Liwidjaja Kuntaraf dan Jonathan Kuntaraf, Komunikasi Keluarga : Kunci Kebahagiaan Anda, (Indonesia Publising House, 1999), Cet. 2, hal. 205. 38 Mary Go Setiawani, Menerobos Dunia Anak, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2000), Cet. 1, hal. 69-71.
28
2). Berkomunikasi secara pribadi Berkomunikasi secara pribadi di sini berarti komunikasi yang diadakan secara khusus, akan dapat menyelami bagaimana rasa senang, marah, sedih dan gembira. Jadi orang tua yang berkomunikasi secara pribadi dengan anaknya, akan mengetahui perasaan yang sedang dialami oleh anaknya, baik perasaan ketika anaknya senang, marah, sedih ataupun gembira. 3). Menghargai anak Orang dewasa sering meremehkan anak, baik dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar. Padahal seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, besar kemungkinan kemampuan seorang anak dapat melebihi orang yang sudah dewasa. Maka usahakanlah sebagai orang tua untuk menghargai anak dan menerima pendapat anak. 4). Mengerti anak Dalam berkomunikasi dengan anak, usahakan untuk mengenal dunia anak, memandang dari posisi mereka untuk mendengarkan ceritanya dan apa dalihnya, serta mengenai apa yang menjadi suka dan duka, kegemaran, kesulitan, kelebihan, serta kekurangan anak. Orang tua yang sering berkomunikasi dengan anak, hubungannya akan menjadi lebih erat dengan anak, dan
apabila
anaknya
mempunyai
masalah
akan
mudah
diselesaikan. 5). Mempertahankan hubungan Komunikasi yang baik selalu didasarkan pada hubungan yang baik. Orang tua yang selalu menjaga hubungan yang baik dengan anak, dan menganggap anaknya sebagai teman, sehingga berkat kedekatan mereka, anaknya dapat mengutarakan isi hatinya dan dengan terbuka anak akan menceritakan segala kesedihan dan kegembiraannya. Oleh karena itu sebagai orang tua harus dapat
29
menjaga atau mempertahankan hubungan yang baik dengan anakanaknya. Disamping orang tua membangun komunikasi yang baik dengan anak-anaknya, sedapat mungkin orang tua juga harus menyempatkan diri untuk menemani anaknya belajar.39 Dengan ditemani orang tua pada waktu belajar, selain anak dapat bertanya apabila mengalami kesulitan dalam belajar, anak akan merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Mereka tahu bahwa yang ingin maju bukan mereka saja, tetapi orang tuanya pun demikian. Sehingga anak akan lebih bersemangat lagi di dalam belajar, yang nantinya dapat memperoleh prestasi yang diharapkan. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa pentingnya orang tua dalam berkomunikasi dengan anak, baik pada waktu belajar maupun pada waktu tidak belajar, yang nantinya dapat berpengaruh pada prestasi belajar anaknya. Bagi para pekerja wanita tentunya juga harus melakukan hal di atas
demi
masa
depan
anak-anaknya.
Maka
sedapat
mungkin
menyempatkan waktunya untuk melakukan hal tersebut, walaupun banyak pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya baik pekerjaan di dalam rumah ataupun pekerjaan di luar rumah. b. Fasilitas belajar anak Salah satu peranan orang tua sebagai pendidik adalah menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan anaknya. Fasilitas belajar merupakan perlengkapan materiil dalam proses pendidikan. Tujuan fasilitas belajar diadakan supaya anak dapat belajar dengan tekun dan tenang, misalnya buku-buku pelajaran yang lengkap, alatalat tulis, ruang belajar yang nyaman, ventilasi yang cukup dan lainlain.40 Dengan adanya fasilitas belajar yang memadai dapat mempermudah proses belajar anak, sehingga anak dapat memperoleh hasil belajar atau prestasi belajar yang memuaskan.41 39
Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung: Angkasa, 1991), hal. 68. Ibid. 41 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran Penggunaan dan Pembuatannya, (Bandung: Sinar Baru, 1991), hal. 2. 40
30
Fasilitas belajar di dalam proses pendidikan sangat penting sekali. Semakin lengkap alat-alat pelajaran atau fasilitas dalam belajar maka anak akan semakin dapat belajar dengan sebaik-baiknya, sehingga prestasi belajar yang dicapai anakpun akan lebih baik. Sebaliknya kalau fasilitas dalam belajarnya tidak lengkap dapat menjadikan gangguan dalam proses belajar, sehingga hasilnya pun akan mengalami gangguan. Akan tetapi perlu diingat oleh para orang tua, bahwa fasilitas pendidikan hanya merupakan perlengkapan materiil saja dan masih ada faktor-faktor yang perlu dipenuhi yaitu faktor nonmateriil, antara lain ketekunan dan kedisiplinan. Dan yang lebih penting lagi adalah minat yang cukup besar. 2. Aktivitas belajar anak Keberhasilan anak dalam pendidikan tergantung pada aktivitas belajarnya baik di rumah ataupun di sekolah. Dalam sehari anak-anak banyak menghabiskan waktunya di rumah daripada di sekolahan. Di sini orang tua harus dapat mengawasi, mengarahkan bahkan mengingatkan anaknya baik dalam waktu belajar maupun cara belajar yang baik. Ada tiga komponen yang harus dimiliki anak, agar dirinya dapat melakukan kegiatan proses belajar, yaitu : a. Minat Minat menjadi faktor yang besar pada pembentukan perilaku dan sikap seseorang. Minat dapat diartikan sebagai suatu keinginan untuk memposisikan diri pada pencapaian pemuasan kebutuhan seseorang. Minat juga yang menjadi daya pendorong bagi seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan.42 Di dalam melakukan aktivitas yang didorong oleh minat akan mengandung unsur kegembiraan. Dan sebaliknya, tanpa di dorong oleh minat di dalam melakukan aktivitas akan menimbulkan kebosanan dan kemalasan. 42
2003), hal.6.
Hendra Surya, Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi, (Jakarta : Elex Media,
31
Sebagai orang tua harus dapat menumbuhkan minat belajar pada anak baik di sekolah,di rumah maupun di lembaga pendidikan lain yang diikuti anaknya. Salah satu caranya dengan menanamkan pada anak manfaat dari belajar dan pentingnya belajar dalam kehidupan manusia. b. Perhatian Perhatian mengandung unsur pemusatan tenaga psikis disertai dengan kesadaran pada aktivitas tertentu.43 Di sini anak akan benar-benar memusatkan perhatiannya kepada sesuatu yang mereka senangi. Semakin mereka senang, maka perhatian yang mereka berikan akan semakin besar. Sesuatu yang mereka senangi pasti berhubungan dengan minatnya pada sesuatu. Di dalam aktivitas belajar hendaknya orang tua dapat memenuhi atau merangsang minat belajar anak, sehingga anaknya akan memberikan perhatian yang lebih pada aktivitas belajarnya. c. Motivasi Motivasi adalah dorongan atau usaha yang dilakukan untuk mewujudkan perbuatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.44 Dalam aktivitas belajar, tugas orang tua adalah bagaimana membangkitkan motivasi anak, sehingga anak mau melakukan proses belajar. Motivasi dapat tumbuh dari dalam diri sendiri tanpa ada pengaruh dari luar dirinya atau orang lain, yang disebut dengan motivasi intrinsik. Dan ada motivasi yang tumbuh dari luar dirinya karena ada pengaruh dari orang lain, yang disebut dengan motivasi ekstrinsik. Dengan demikian orang tua sangat diharapkan dapat melakukan berbagai cara dalam upaya membangkitkan minat, perhatian dan motivasi anak agar anak mau melakukan aktivitas belajar dengan sebaik-baiknya.
43 44
Ibid., hal. 7. Ibid.
32
3. Prestasi belajar anak Setiap orang tua tentunya selalu menginginkan anaknya dapat mencapai prestasi yang tinggi di sekolahan maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang diikuti anaknya. Namun cita-cita seperti itu tidaklah mudah, harus ada usaha yang dilakukan oleh semua pihak.45 Dalam hal ini peranan orang tua jelas tidak dapat diabaikan. Orang tua memegang peranan penting di dalam mendorong anaknya untuk berprestasi. Sesungguhnya sebagian besar kaum ibu menyadari akan hal ini. Namun karena keadaan, mereka terpaksa tetap bekerja di luar rumah. Dengan demikian perhatian terhadap anak-anaknya tidak dapat diberikan semaksimal
mungkin.46
Yang
mana
keadaan
seperti
ini
dapat
mempengaruhi prestasi belajar anak-anaknya.
45
Alex Sobur, Op.Cit., hal. 59. Paulus Mujiran, Pernik-Pernik Pendidikan Manifestasi dalam Keluarga Sekolah dan Penyadaran Gender, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), Cet. 1, hal. 31. 46