12
BAB II MODEL PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN (MIND MAP) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI
A. Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran Bahasa Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui media pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (instruction). Konsep Belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembalajaran berakar pada pihak pendidik (Masnur Muslich, 2007:194). Lebih jelas lagi di dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau pelatihan bagi peranannya di masa datang”. Di dalam struktur kurikulum SD/MI yang disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dikemukakan bahwa pembelajaran pada kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, Sedangkan pada kelas IV s.d. kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Dengan alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit. Sementara itu, untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV s.d. kelas VI mendapat alokasi waktu sebanyak 5 jam pelajaran dalam satu minggu, dengan ruang lingkup mencakup komponen
12
13
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis Lebih
lanjut lagi seperti yang dituangkan dalam Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasiobal Pendidikan (BSNP, 2006:113) bahwa: “Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia”. Sementara itu, pendekatan kurikulum adalah cara pandang untuk melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah Dasar berdasarkan rambu-rambu yang terdapat dalam kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia (Resmini dkk, 2009:37). Untuk bisa melaksanakan pembelajaran sehingga
siswa mampu
belajar untuk mengetahui (learning how to know), belajar untuk belajar (learning how to learn, to relearn, to unlearn), belajar untuk melakukan sesuatu (learning how to do), belajar untuk memecahkan masalah (learning how to solve problems), belajar untuk hidup bersama (learning how to live together), dan belajar untuk kemajuan kehidupan (learning how to be), (Resmini, 2009:3). Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia perlu dipahami prinsip-prinsip dan landasan pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam hal prinsip-prinsip
14
pengembangan
pembelajaran
bahasa
Indonesia
diantaranya:
(1)
humanisme, (2) progresivisme, dan (3) rekonstruksionisme. Sedangkan pada hal landasan pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia adalah landasan formal berupa kurikulum, landasan filosofisideal berupa wawasan teoritik konseptual, dan landasan operasional berupa buku teks bahasa Indonesia. Pada hakikatnya isi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan kepada keterampilan berbahasan Indonesia yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis, (Diknas, 2007:6) yang dikutip Novi Resmini (2009:31). adapun keluasan dan kedalamannya dipertimbangkan berdasarkan : (a) jenjang kelas, (b) semester, (c) standar kompetensi dan (d) kompetensi dasar. Menulis akan menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan bila berawal dari keyakinan, kejujuran, keinginan yang kuat dan kerja keras. Keterampilan menulis akan menjadi lebih mudah seandainya ditunjang dengan kebiasaan membaca yang menjadi sebuah kebutuhan dan dilakukan secara teratur.
1. Pengertian Menulis Menulis bukanlah suatu keterampilan yang datang begitu saja atau sesuatu yang diwariskan oleh orang tua, dan bukan pula warisan dari leluruh kita. Hal ini adalah sebuah kenyataan bahwa
15
keterampilan menulis hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu yang mau belajar. Seperti diketahui bahwa dalam penggunaan bahasa terdapat empat aspek-aspek keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca dan menulis. Menulis
merupakan
keterampilan
produktif
dengan
menggunakan tulisan, dan dapat dikatakan bahwa menulis adalah keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara keterampilan berbahasa lainnya. hal ini dikarenakan bahwa menulis bukan saja sekedar menyalin kata-kata atau kalimat-kalimat saja tetapi juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu tulisan yang teratur. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis: a. Menggunakan ortografi dan ejaan dengan benar; b. Memilih kata yang tepat; c. Menggunakan bentuk kata dengan benar; d. Mengurutkan kata-kata dengan benar; e. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca; f. Memilih genre tulisan yang tepat sesuai dengan pembaca yang dituju;
16
g. mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan; h. mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau infomasi yang disajikan. i. Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subyek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ktahuoi dan penting untuk ditulis. Menulis
pada
dasarnya
adalah
kegiatan
seseorang
menempatkan sesuatu pada sebuah dimensi ruang yang masih kosong (Resmini dkk, 2009). Dalam pembelajaran bahasa kemampuan menulis memiliki arti yang sangat penting yaitu (1) menulis dalam arti mengekspresikan atau mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bahasa tulis, (2) menulis dalam arti melahirkan bunyi-bunyi
bahasa,
ucapan
dalam
bentuk
tulisan
untuk
menyampaikan pesan berupa pikiran dan perasaan. Kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan yang menggambarkan bahasa dan lambang-lambang yang dapat difahami. Dalam hal ini Tarigan mengemukakan sebagai berikut: Menulis adalah menurunkan atau menuliskan lambanglambang grafik suatu bahasa yang dapat difahami oleh seseorang
17
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut (Tarigan, 1994:21) Dalam
konteks
ini,
menulis
dipandang
sebagai
keterampilan seseorang (individu) mengkomunikasikan pesan dalam sebuah tulisan. Keterampilan tersebut berkaitan dengan kegiatan seseorang memilih, memilah, dan menyusun pesan untuk ditransaksikan melalui bahasa tulis. Menuru Syafi’ie (1990) bahwa pesan yang ditansaksikan itu dapat berwujud
ide (gagasan),
kemauan, keinginan, perasaan ataupun informasi. Selanjutna pesan tersebut dapat menjadi isi sebuah tulisan yang ditransaksikan kepada pembaca. Melalui sebuah tulisan, pembaca dapat memahami pesan yang ditransaksikan serta tujuan penulisan. Sementara itu sampai saat ini pengertian menulis banyak dikemukakan oleh para ahli bahasa. Namun demikian pada hakikatnya mereka memiliki pendapat yang hampir sama, bahwa kegiatan menulis adalah suatu bentuk ketrampilan hidup yang bisa dilihat dan dievaluasi ssecara objektif.
2. Fungsi Menulis Menuangan atau mencurahkan sebuah ide/gagasan atau berdasarkan perasaan dari apa yang pernah dialaminya, didengar dan dilihat, kedalam suatu tulisan sehingga menjadi sebuah penulisan yang bisa dibaca dan dipahami oleh pembacanya
18
merupakan sebuah jawaban yang nyata bahwa menulis itu mempunyai fungsi. Pada prinsipnya menulis memiliki fungsi
sebagai alat
komunikasi yang tidak langsung tetapi terkem dan bisa tercatat (Tarigan,
2000:22).
Kemudian
(Rusyana,
1986:16-17)
mengklaifikasikan fungsi menulis sesuai kegunannya sebagai berikut: a.
Fungsi penataan, yaitu fungsi penataan terhadap gagasan, pikiran, pendapat, imajinasi dan lainnya serta terhaap penggunaan bahasa sehingga menjaditersusun;
b.
Fungsi pengawetan, yaitu untuk mengawetkan pengutaraan sesuatudalam wujud dokumentasi tertulis;
c.
Fungi penciptaan, yaitu berfungsi mewujudkan sesuatu;
d.
Fungsi
penyampaian,
yaitu
berfungsi
menyampaikan
gagasan, pikiran, imajinasi dan lain-lainyang diawetkan menjadi sebuah karangan. Dalam penyampaiannya tidak saja kepada orang dekat, namun dapat juga kepada orang yang berjauhan; e.
Fungsi
melukiskan,
yaitu
menggambarkan
atau
mendeskripsikan sesuatu; f.
Fungsi memberi petunjuk, yaitu memberi petunjuk tentang cara atau aturan melakukan sesuatu;
19
g.
Fungsi memerintahkan, yaitu memberi perintah, permintaan, anjuran dan nsasehat agar pembacanya tidak melakukan apa yang dilarang oleh penulis;
h.
Fungsi mengingatkan, yaitu penulis mencatat suatu peristiwa, keadaan, keterangan, atau lainnyan, dengan maksud agar tidak ada yang terlupakan dalam karangan;
i.
Fungsi
korespondensi,
yaitu
fungsi
surat
dalam
memberitahukan, menanyakan, memerintahkan atau meminta sesuatu kepada orang yang dituju mengharapkan orang yang dituju, mengharapkan orang itu memenuhi apa yang dikemukakannya itu serta membalasnya dengan tertulis pula.
3. Tujuan Menulis Dalam kehidupan ini tentunya segala sesuatu memiliki suatu tujuan karena tanpa tujuan semua akan menjadi sia-sia dan tidak berarti. Begitu pula dalam hal kegiatan menulis tentu saja memiliki tujuan yang penting bukan hanya sekedar melakukan sesuatu yang tanpa mengetahui apa maksud menulis tersebut. Syafi’ie (1998) yang di kutip oleh Isah Cahyani dan Hodijah (2009: 134) menjelaskan bahwa tujuan penulisan sering dikacaukan dengan maksud penulisan. walaupun adanya hubungan yang erat antara maksud dan tujuan penulisan namun keduanya terdapat perbedaan.
20
Tujuan
penulisan adalah perubahan tingkah laku yang
diharapkan terjadi dalam diri pembaca setelah ia membaca tulisan tersebut. Misalnya bila seseorang membaca berita dalam sebuah surat kabar maka diharapkan si pembaca mendapat informasi dari apa yang telah ia baca tersebut. Atau si pembaca akan menjadi sadar akan sesuatu setelah ia membaca berita tesebut. Sedangkan maksud dari penulisan adanya motivasi dari si penulis untuk memberikan informasi yang terbaru atau yang bermanfaat bagi para pembacanya (intrinsik) maupun adanya dorongan dari luar dirinya (ekstrinsik) misalnya karena menulis berita itu merupakan suatu kewajiabannya karena ia bekerja di perusahaan surat kabar. 4. Manfaat Menulis Menulis merupakan suatu tahapan yang sangat penting bagi seorang pembelajar yang ingin maju dan ingin meningkatkan wawasannya. Terlebih bagi seorang guru yang sangat dituntut utuk memiliki keterampilan menulis karena diharapkan akan menunjang kesiapannya dalam menghadapi era persaingan global yang tidak bisa dihindari. Kegiatan menulis tentunya memiliki berbagai manfaat yang sangat penting bagi orang yang melakukannya, diantaranya: 1. Menulis akan meningkatkan daya sensitif akan sesuatu yang dialaminya dan dirasakannya.
21
2. Menulis bisa menumbukan rasa empati terhadap gejala sosial yang sering dilihat dalam kehidupan sehari-hari. 3. Menulis dapat memupuk sikap jujur terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan 4. Menulis akan mengasah daya pikir seseorang karena selalu
berusaha
menyikapi
hal-hal
yang
terjadi
disekelilingnya. 5. Dengan menulis seseorang akan mendapatkan sebuah pencerahan hati karena ada proses komunikasi antara bisikan hati dan pemikirannya. 6. Dengan menulis seseorang akan lebih mudah memaknai hidup bisa menuangkan arti hidup itu sendiri melalui tulisannya. 7. Dengan menulis seseorang akan memberikan wawasan baru atau bisa memecahkan sebuah masalah bagi para pembacanya.
B. Tujuan Pembelajaran Sastra di SD Pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah-sekolah bagaikan dilema, di satu sisi merupakan sesuatu yang tidak aneh karena mata pelajaran bahasa dan sastra satu materi yang medapat posisi penting mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat lanjutan namun disisi lain
22
pembelajaran bahasa dan sastra tersebut seperti tidak mendapat respon yang antusias dikalangan pelajar. Selama ini pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia hanya seputar pada teori-teori yang kurang dapat menjadikan para siswa lebih kreatif. Hanya seputar mengenal para penyair dan hasil-hasil karyanya saja tidak berusaha ke arah yang lebih esensial yaitu membuat para siswa bisa lebih peka dan memiliki keinginan untuk menuangkan suatu ide, perasaan atau pikirannya kedalam sebuah karya yang nyata. Pelaksanaan pengajaran sastra di sekolah dasar ada kecenderungan siswa kurang diberi porsi yang sewajarnya, kurang diberi kesempatan untuk merespon dan mengeksplorasi karya sastra yang dibacanya. Kegiatan siswa merespon dan mengeksplorasi untuk mengenal menghayati dan menilai karya sastra atau beroleh pengalaman dari karya sastra yang dibacanya masih kurang. Seperti dalam pembelajaran puisi baik itu membaca puisi maupun menulis puisi. Para siswa hanya terpaku pada hasil karya orang lain yang ada di dalam buku teks atau buku paket pelajaran di sekolah. Mereka tidak diarahkan untuk lebih kreatif dengan membuat sesuatu yang berupa hasil karya dari pembelajaran yang mereka terima di dalam kelas. Alhasil adalah sebuah keniscayaan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia akan berkembang tetapi hanya jalan di tempat tanpa ada sesuatu yang baru dari mereka.
23
Sementara itu dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, diharapkan siswa (peserta didik) dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesusasteraan dari hasil intelektual bangsa sendiri (Diknas, 2007:5) dikutip oleh resmini dkk, 2009:2. Oleh
karenanya
dalam
upaya
mengatasi
permasalahan
pembelajaran sastra di Sekolah Dasar, faktor siswa turut menentukan keberhasilan pembelajaran sastra agar siswa beroleh pengalaman belajar yang optimal. Jenis-jenis karya sastra disebut jenre (genre) sastra terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu (1). Sastra imanjinatif, yang bersifat khyalan pengarangnya, dan (2). Sastra non imajinatif. Merupakan karya sastra yang bukan kejadian sebenarnya. Karya sastra anak adalah karya sastra (prosa, puisi, dan drama) yang isinya mengenai anak-anak, kehidupannya, kesenangannya, sifat-sifatnya dan perkembangannya ( Cahyani dan Hodijah, 2007:171). Karya sastra anak dapat ditulis oleh anak-anak dan juga oleh orang dewasa dan sampai saat ini karya sastra anak-anak tulisannya masih didominasi oleh orang dewasa. 1. Puisi Puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Puisi dapat didefinisikan sebagai karya sastra yang
24
cenderung pada irama (ritme) yang dibangun dengan rima, bait dan baris Definisi lain dari puisi menurut Ensiklopedia Indonesia NZ, (dalam Cahyani dan Hodijah, 2007:147) puisi adalah seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang kata-kata kiasan. Menurut Coulter (dalam Tarigan, 1984) kata poet berasal dari kata Yunani yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Inggris kata poet ini disebut maker, pembuat, pencipta. Kata poetry erat hubungannya dengan kata poet, orang yang menciptakan atau penyair, dan kata poem ‘sajak’
2. Unsur-unsur puisi Untuk dapat mengapresiasikan sebuah karya sastra khususnya puisi perlu memahami hal-hal atau unsur-unsur yang terkandung di dalam puisi situ sendiri diantaranya: a. Tema. Tema adalah sebuah gagasan yang dikembangkan penyair dalam sajaknya (Cahyani & Hodijah, 2007:21). Tarigan (Laverty, et all 1985:130) mengemukakan bahwa tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. Senada dengan Laverti, Finoza (2001:191) mengunkapkan bahwa tema adalah pokok pemikiran.
25
b. Sifat Sifat puisi adalah gaya mengungkapkan penyair terhadap tema yang diungkapkannya. Sifat dikenal pula dalam bahasa Inggris dengan rasa atau feeling (Inggris). Sifat dalam puisi merupakan salah satu aspek yang penting karena berkenaan dengan apresiasi tersebut. c. Sikap Sikap
adalah
gaya
pengungkapan
penyair
terhadap
pembaca. Sikap dikenal pula dengan istilah nada atau tone (Inggris). d. Amanat Di dalam puisi terdapat pula amanat yang ingin disampaikan penyair melalui puisi yang ditulisnya.Amanat dikenal sebagai maksud, tujuan atau intention (Inggris). Sebuah puisi bisa saja mempunyai amanat untuk mendidik, menyerukan keadilan, menyampaikan berita gembira,sedih dan pilu, atau cinta kasih, perdamaian atau ahl-hal lain dalam kehidupan.
3. Estetika dalam puisi a. Diksi
26
Diksi atau pilihan kata sangat menunjang kepada penulis puisi untuk memberikan kesan yang mendalam dalam setiap tulisannya. b. Majas Majas atau gaya bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam puisi. Karena puisi bisa lahir dari sebuah perenungan yang akan melahirkan sebuah gaya dalam penulisnnya. c. Ritme dan Rima, Ritme adalah turun naiknya suara dengan teratur, sedangkan Rima adalah persamaan bunyi. d. Paralelisme dalam puisi, Paralelisme bisa saja sejalan dengan rima, namun paralelisme bukan rima dan keduanya berbeda sama sekali. e. Variasi kalimat dalam puisi Variasi dimunculkan sebagai antonim atau lawan dari paralelisme f. Denotasi dan Konotasi Kata-kata yang diungkapkan tidak seutuhnya bermakna denotasi atau arti yang sebenarnya, bisa saja kata-kata dalam puisi bersifat konotasi atau tambahan/kiasan.
C. Konsep Pembelajaran Teknik Peta Pikiran ( Mind Map) 1. Pengertian Peta Pikiran
27
Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi kepustakaan, karena teori secara nyata dapat diperoleh melalui studi atau kajian kepustakaan (Ihat Hatimah, Rudi Susilana dan Nuraedi,2007:127). Mind Map merupakan salah satu cara kreatif yang dapat digunakan oleh guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Mind Map adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan sebuah tema, ide atau gagasan utama dalam materi pembelajaran. Tema ide atau gagasan utama ditempatkan di tengah-tengah diagram. Masing-masing tema, idea atau gagasan utama tersebut membentuk jaringan yang sangat luas. Jaringan-jaringan dibuat saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, peta pikiran/mind map merupakan Gambaran menyeluruh dari suatu materi pembelajaran yang dibuat dalam bentuk sederhana (Andri Saleh, 2008:68). Sementara itu konsep peta pikiran/mind map asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. peta pikiran/mind map sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. peta pikiran/mind map juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti
diagram
pohon
dan
percabangannya memudahkan
mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.
untuk
28
Peta pikiran/mind map merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan.
2. Manfaat dan Kegunaan Teknik Peta Pikiran/Mind Map Beberapa manfaat dimiliki oleh teknik peta pikiran/mind map, berikut ini adalah bebarapa manfaat dari hasil penggunan teknik peta pikiran/mind map, antara lain : a. Memilah, artinya peta pikiran/mind map mampu melatih anak didik untuk memilah berbagai informasi yang disampaiakan dalam materi pelajaran. b. Mengingat dengan lebih baik artinya, diagram peta pikiran/mind map dibuat dengan berbagai gambar dan permainan warna yang menarik. c. Untuk mencatat. artinya tidak sedikit anak yang merasa malas untuk mencatat materi pelajaran. Disinilah peran peta pikiran/mind map untuk mengatasinya. d. Memahami, bahwa peta pikiran/mind map mampu membuat anakanak cepata memahami materi, karena peta pikiran/mind map merupakan gambaran keseluruhan materi yang dibuat dengan cara yang sederhana.
29
e. Berimajinasi, artinya menggunakan kebebasan ekspresi seorang anak didik dalam menuangkan pemikirannya terhadapsuatu materi pelajaran. f. Untuk tetap berminat, artinya mampu menggambarkan suatu materi pelajaran ke dalam bentuk tampilan yang menarik. g. Untuk mengendalikan, yang merupakan konsep penggambaran materi dengan menggunakan kata kunci (key word) sebagai pusatnya. h. Untuk menjadi kreatif, dapat meningkatkan daya imajninasi pada peserta didik melalui kebebasan berekspresi.
Selanjutnya ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik peta pikiran/mind map, diantaranya : a) Cara ini cepat b) Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul di kepala. c) Proses menggambar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain. d) Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis. e) Mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut.
30
f) Mengembangkan cara pikir divergen dan berpikir kreatif, efektif, memetakan pikiran-pikiran, secara menarik, mudah dan berdaya guna. g) Dengan mind map merupakan usaha untuk merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dengan menempatkan informasi dalam ruang yang mudah digunakan saat perlu. h) Mind Map menggambarkan model berpikir organisasional.
3. Langkah-langkah Teknik Peta Pikiran/Mind Map Sesuatu yang baru biasanya merupakan hal agak sulit diterima, begitupula dengan penerapan teknik ini dalam pembelajaran menulis puisi. Namun sebagai guru, sikap memberi semangat adalah sebuah keharusan agar siswa terus giat berlatih dan terus menggunakan teknik ini sehingga akan menjadi terasa nyaman dan akan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan dengan hasil yang tentunya baik pula. Dalam pembuatan Mind Map, Tony Buzan menggunakan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Siapkan kerta polos untuk dijadikan lembar Mind Map. Kertas yang bergaris akan membatasi kebebasan untuk berekspresi. Selain itu siapkan pula alat tulis dan spidol dengan warnawarna yang menarik.
31
2. Tuliskan tema, ide, gagasan utama yang telah dipikirkan pada bagian tengah kertas. 3. Buatlah cabang-cabang yang berasal dari tema, ide, atau gagasan utama yan telah ditentukan. 4. Cabang-cabang yang telah dibuat dapat dikembangkan menjadi beberapa anak cabang yang baru. 5. Gunakan gambar-gambar dan warna yang cerah untuk masingmasing cabang dan anak cabang.
Di bawah ini merupakan contoh dari sebuah konsep Peta Pikiran/Mind Map dengan Gagasan Utama “Cianjur”, karya Yogi, S.H. siswa kelas V SDN Ibu Dewi 4 Kabupaten Cianjur:
Gambar 2.1: Contoh Peta Pikiran/Mind Map