PETA PIKIRAN DAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS VII DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS PADA KURIKULUM 2013
Yohana L. A. Suyati SMP Negeri 4 Sanggau, Kalimantan Barat
[email protected] Abstrak: Peta Pikiran adalah suatu teknik untuk mengorganisasikan suatu konsep atau ide dalam bentuk diagram radial hirarkis nonlinier. Dalam Peta Pikiran, tema, gagasan utama, dan gagasan penjelas yang dituangkan dengan kata-kata kunci dihubungkan dengan garis lengkung dan divariasikan dengan gambar atau simbol yang sesuai dan warna-warna yang menarik, sehingga Peta Pikiran melatih keseimbangan kerja otak kanan dan otak kiri. Peta Pikiran dapat membantu siswa menyeleksi dan mengelompokkan kata-kata kunci yang diperlukan dalam menulis teks. Peta Pikiran yang tertata dengan baik akan menjadi kerangka tulisan yang dapat menuntun siswa untuk menghasilkan teks dengan kualitas tulisan yang lebih baik pula. Kata Kunci: peta pikiran, menulis teks, pembelajaran Bahasa Indonesia, kelas VII, kurikulum 2013
Dalam Kurikulum 2013, pembelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dilaksanakan dengan berbasis teks.Dalam Lampiran Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 dicantumkan ada lima teks yang dibelajarkan kepada siswa kelas VII yaitu teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek. Dalam ranah pengetahuan, kemampuan siswa yang diharapkan adalah memahami, membedakan, mengklasifikasi, dan mengidentifikasi kekurangan kelima jenis teks tersebut. Sementara itu, dalam ranah keterampilan, siswa diharapkan mampu untuk menangkap makna, menyusun teks, menelaah dan merevisi teks, serta meringkas masing-masing jenis teks tersebut (Kemdikbud, 2013: 38 - 40). Baik ranah pengetahuan maupun keterampilan tersebut, keduanya mensyaratkan kegiatan pembelajaran teks secara
lisan maupun tulisan.Ini berarti keterampilan menulis termasuk bagian penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013. Hal ini dipertegaskan oleh tuntutan isi Kompetensi Dasar 4.2 yaitu menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan (Kemdikbud, 2013:39). Setelah melalui seluruh rangkaian pembelajaran, siswa kelas VII diharapkan dapat menghasilkan tulisan dalam bentuk kelima jenis teks tersebut. Menulis merupakan keterampilan bahasa yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Menurut Rosidi, menulis membantu siswa berlatih berpikir, mengungkapkan gagasan, dan memecahkan masalah (2009:3). Sementara itu, Leonhardt mengatakan bahwa anak-anak yang gemar menulis menjadi murid yang mudah ung-
87
88, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
gul dalam hampir semua mata pelajaran (2005:26).Menulis dapat menjadi sarana latihan bagi siswa dalam rangka pengembangan diri mereka menjadi insan yang lebih matang dalam menghadapi berbagai permasalahan. Sayangnya, pentingnya penguasaan menulis tidak diimbangi dengan kemampuan menulis di Indonesia pada umumnya.Hasil penelitian Suherli menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan ilmiah sangat lemah. Dugaan bahwa mereka telah berbekal kemampuan Bahasa Indonesia yang dipelajari sejak SD, SMP, hingga SMA sehingga di perguruan tinggi akan terampil menulis, ternyata keliru. Umumnya, mahasiswa tidak menghiraukan ketentuan penggunaan bahasa Indonesia untuk komunikasi kelimuan secara tertulis. Kesalahan yang sangat mendasar adalah penggunaan ejaan, penggunaan bentuk kata, pemilihan kata, penyusunan kalimat, dan penyusunan paragraf (2007:117). Jika mahasiswa yang telah melampaui jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA saja kemampuan menulisnya sangat lemah seperti itu, apalagi dengan siswa-siswa yang jenjang pendidikannya di bawah para mahasiswa tersebut, tak terkecuali para siswa SMP. Menyadari hal tersebut, maka perlu dipikirkan alternatif kegiatan pembelajaran di jenjang pendidikan SMP yang memfasilitasi para siswa untuk menguasai keterampilan menulis dengan baik. Satu metode yang ditawarkan adalah dengan menggunakan Peta Pikiran. Peta Pikiran atau yang aslinya bernama Mind Mapping ini merupakan satu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita (Buzan, 2008: 4) Dengan menggunakan Peta Pi kiran, siswa akan terbantu dalam menulis karena Peta Pikiran akan memandu mereka menulis dengan rincian gagasan yang tepat. Peta Pikiranakan menjadi kerangka
tulisan mereka. Selama proses menulis, mereka juga dapat menambahkan ide penjelas yang diperlukan. Kreativitas mereka juga akan mendapat tempat. Peta Pikiran akan dapat melatih mereka dalam menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan, sehingga dengan latihan menulis teks menggunakan Peta Pikiranpara siswa dapat menjadi generasi muda yang utuh karena otak kiri dan kanannya berkembang secara seimbang. PETA PIKIRAN Metode Peta Pikiran sebenarnya bukanlah hal baru.Dalam dunia pembelajaran, sistem ini telah digunakan selama bertahun-tahun.Sistem ini ditemukan dan dipopulerkan di awal tahun 1970 oleh Dr. Tony Buzan, seorang penulis dan konsultan pendidikan kelahiran Inggris. Artinya, sistem ini telah teruji cukup lama (Alamsyah, 2009: 20). Dalam metode Peta Pikiran tersebut, pertama-tama siswa menulis satu kata kunci utama sesuai dengan tema yang dipilih berdasarkan jenis teks yang akan dilatihkan. Kata kunci utama tersebut diletakkan di tengah kertas. Kata kunci itu kemudian dijabarkan dalam cabang-cabang yang diisi kata-kata kunci lain sebagai subunsur pendukung atau penjelas kata kunci utama. Pada dasarnya, dengan metode ini, siswa dituntun untuk membuat perencanaan sebelum menulis teks.Bila dalam perencanaan tulisan sering dikenal dengan pembuatan kerangka karangan (outlining), maka dalam Peta Pikiran, outlining tersebut berupa kata kunci yang dilengkapi dengan gambar berwarna yang dipetakan. Selain lebih menarik, kelebihan lain dari Peta Pikiran ini adalah siswa dapat menambah kata kunci di mana pun jika di tengah kegiatan menulis ia mendapatkan ide baru. Peta Pikiran tersebut dapat terus berkembang sesuai dengan keinginan penulisnya. Dengan demikian, siswa dibebas-
Suyati, Peta Pikiran dan Kemampuan Menulis Siswa, 89
kan untuk menulis apapun sesuai dengan keinginan serta kreativitas. Di samping itu, simbol serta gambar berwarna yang digunakan berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak kanan yang memacu kreativitas serta imajinasi sehingga diharapkan siswa tidak kehabisan ide dalam menulis teks. Karena bentuknya yang demikian, Peta Pikiran disebut juga dengan diagram radial hirarkis nonlinier. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui ada beberapa elemen penting dalam Peta Pikiran. Elemen-elemen penting tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pusat Peta Pikiran Pusat Peta Pikiran adalah tema tulisan yang akan dikembangkan. Tema tulisan diletakkan di bagian tengah, sehingga tema ini akan menjadi pusat Peta Pikiran. Tema tulisan dapat berupa bentuk teks ataupun suatu gambar atau gabungan keduanya. Penggunaan gambar akan membuat Peta Pikiran menjadi lebih menarik. 2. Cabang Utama Cabang utama adalah cabang tingkat pertama yang langsung memancar dari pusat Peta Pikiran.Dalam kegiatan menulis, cabang utama ini dapat berupa kata-kata kunci yang menjadi gagasan pokok setiap paragraf. Kata-kata kunci tersebut dapat disertai dengan gambar yang mewakili katakata kunci. Garis-garis pada cabang utama digambarkan semenarik mungkin dengan menggunakan beragam corak dan warna. 3. Cabang Cabang merupakan pancaran dari cabang utama. Cabang dapat digambarkan ke segala arah.Cabang berisi gagasan penjelas yang dirumuskan dalam kata-kata kunci untuk setiap gagasan utama yang telah ditentukan
di dalam cabang utama. Dalam pembuatan cabang, diusahakan meliuk, bukan sekedar garis lurus.Panjangnya sesuai dengan panjang kata kunci yang ada di atasnya. Cabang ini dapat dikembangkan menjadi cabang pada level baru karena tidak ada pembatasan hingga berapa level. Pewarnaan cabang sebaiknya mengikuti warna cabang utamanya. 4. Kata Setiap cabang utama dan cabang berisi satu kata kunci.Kata kunci ditulis di atas cabang utama dan cabang lainnya. 5. Gambar Tidak ada aturan baku tentang gambar yang digunakan dalam Peta Pikiran. Yang perlu diperhatikan adalah sebaiknya gambar yang digunakan merupakan visualisasi dari kata kunci yang ada pada masing-masing cabang. Semakin banyak gambar yang digunakan, Peta Pikiran akanterlihat semakin menarik. 6. Warna Berbagai warna dapat digunakan dalam Peta Pikiran. Semakin berwarna, Peta Pikiran akan terlihat semakin hidup. Semakin hidup Peta Pikiran, Peta Pikiran akan semakin menarik. Semakin menarik Peta Pikiran, siswa akan tertarik untuk memandanginya. Dengan demikian, diharapkan secara psikologis siswa juga akan merasa senang ketika mengembangkan Peta Pikiran menjadi tulisan. Rasa senang dapat menambah kualitas tulisan. Berikut ini adalah contoh Peta Pikiran yang dikembangkan untuk jenis teks deskriptif pada materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII.
90, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
Gambar 1. Peta Pikiran Tari Saman (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Dengan menggunakan Peta Pikiran tersebut, teks deskriptif yang dikembangkan terdiri dari tiga paragraf.Paragraf pertama menjelaskan tentang pengertian Tari Saman yang dibahas dalam teks. Rincian Tari Saman tersebut adalah tari yang berasal dari Aceh, media dakwah, diakui PBB sebagai warisan takbenda, mengandung pendidikan keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, dan kebersamaan. Paragraf kedua membahas tentang lagu yang mengiringi tarian tersebut, mulai dari regnum, dering, redet, saur, dan musik serta gerak tariannya. Pada paragraf ketiga dibahas tentang kostum yang digunakan mulai dari bagian kepala, badan, hingga kaki. Peta Pikiran membantu siswa belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang diperlukan, dan mengelompokkannya dengan cara yang alami (Buzan, 2008: 13). Tulisan yang baik memerlukan banyak ide atau gagasan, baik berupa gagasan utama maupun gagasan penjelas.Banyak siswa merasa tidak dapat menulis karena kehabisan ide. Di sisi lain,
ide atau gagasan tersebut harus disusun dan dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu, sehingga tulisan yang dihasilkan juga akan baik dari segi penataan ide. Peta Pikiran mampu mengakomodasi hal-hal tersebut. Menurut Alamsyah (2009:21), Peta Pikiran bekerja sesuai dengan kerja alami otak. Pencatatan menggunakan Peta Pikiran, tidak saja menggunakan otak kiri, tetapi juga menggunakan otak kanan.Di dalam Peta Pikiran digunakan simbol-simbol atau gambar-gambar yang disukai penulis. Selain itu, aneka warna untuk percabangan-percabangan yang menandakan makna tertentu juga digunakan.Dalam membuat Peta Pikiran, penuangan kata kunci, simbol atau gambar, dan warna-warni tersebut melibatkan emosi, kesenangan, dan kreativitas. Hal inilah yang memberi kesempatan otak kanan siswa bekerja. Sebagaimana diketahui, otak kanan berhubungan dengan hal-hal seperti kreativitas, konseptual, seni, warna, musik, emosi, imajinasi, dan sejenisnya. Otak kanan mempunyai sifat memori jangka panjang.
Suyati, Peta Pikiran dan Kemampuan Menulis Siswa, 91
Sementara itu, otak kiri berhubungan dengan aktivitas-aktivitas seperti bahasa, angka, analisa, logika, urutan, hitungan, dan sebagainya. Otak kiri mempunyai ciri khas memori jangka pendek.Artinya, memori yang disimpan di otak sebelah kanan lebih lama tersimpan daripada memori yang ada di otak kiri.Selama ini, dunia pendidikan lebih banyak memancing penggunaan otak kiri melalui kegiatan menghafal materi pelajaran dan metode ceramah yang digunakan oleh guru. Dengan menggunakan Peta Pikiran, otak kanan yang selama ini jarang diperhatikandapat dikembangkan. KETERAMPILAN MENULIS Menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut. Mengkombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam sebuah karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan terlihat sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penulis dalam menciptakan sebuah karangan yang efektif. Kosa kata dan kalimat yang digunakan dalam kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh pembaca.Di samping itu, jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah karya tulis atau karangan yang berkualitas (Kemdikbud, 2012: 4). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa untuk menghasilkan sebuah tulisan diperlukan banyak modal. Modal itu antara lain adalah penguasaan struktur bahasa dan kosakata. Selain itu, diperlukan juga kemampuan menghasilkan kalimat yang efektif dan memadukannya ke dalam paragraf-paragraf yang baik, sehingga ide tulisan dapat disampaikan
dengan baik pula.Penuangan dan penataan gagasan ke dalam bentuk tulisan juga memerlukan pengetahuan atau wawasan yang luas dari penulisannya agar tulisan yang dihasilkan juga lebih mendalam kajiannya. Semakin banyak modal itu dimiliki oleh seseorang, semakin mudahlah ia menulis. Sebaliknya, semakin sedikit modal yang dimiliki, akan terasa semakin sulit dalam mengembangkan tulisan. Menulis seperti halnya kegiatan berbahasa lainnya, merupakan keterampilan. Setiap keterampilan hanya akan diperoleh melalui berlatih. Berlatih secara sistematis, terus-menerus, dan penuh disipilin merupakan resep yang selalu disarankan oleh praktisi untuk dapat atau terampil menulis. Tentu saja bekal untuk berlatih bukan hanya sekedar kemauan, melainkan juga ada bekal lain yang perlu dimiliki. Bekal lain itu adalah pengetahuan, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus ditempuh dalam kegiatan menulis. Jadi, ada dua hal yang diperlukan untuk mencapai ketrampilan menulis yakni pengetahuan tentang tulis-menulis dan berlatih untuk menulis (Kemdikbud, 2012:1). Menurut Rosidi (2009:1415), ada beberapa tahap dalam menulis.Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pramenulis Dalam tahap ini, disiapkan segala sesuatu yang diperlukan sebelum proses penulisan. Hal tersebut meliputi, misalnya penggalian ide dan menghubung-hubungkan ide. Ide bisa diperoleh dengan berbagai cara, misalnya membaca literatur, berdiskusi dengan orang lain, melakukan pengamatan lingkungan, atau menggali informasi dari internet. Ide-ide yang digali tersebut dihubung-hubungkan antara satu dan lainnya. 2. Draft/Buram Menyusun draft atau buram merupakan usaha mengonstruksi teks
92, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
secara utuh dengan memanfaatkan ideide yang telah dikumpulkan. Selama menyusun buram, penulis mencoba untuk tidak ragu-ragu lagi menerapkan tanda baca dan ejaan, menyadari bahwa teks yang disusun akan diperbaiki lagi, diubah, dan disusun ulang. 3. Revisi Merevisi merupakan kesempatan untuk berpikir kembali dan membangun ulang teks yang telah disusun. Penulis perlu terus membaca hasil tulisannya setiap ada kesempatan untuk mengetahui kesalahan dan melengkapi hasil tulisannya. Dengan demikian, kegiatan revisi dapat terjadi lebih dari satu kali selama proses menulis sebuah teks. 4. Publikasi Publikasi dilakukan dalam rangka memperoleh masukan dari orang lain terhadap teks yang telah disusun. Kegiatan tukar pikiran yang dilakukan dalam publikasi dapat membantu penulis menyempurnakan tulisannya. Masukan dapat diperoleh dari teman sendiri dalam kelompok kecil, dari guru, atau dari khalayak ramai ketika publikasi dilakukan melalui media cetak. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS Teks adalah satuan bahasa yang mengandung makna, pikiran, dan gagasan.Teks tidak selalu berwujud bahasa tulis. Teks dapat berwujud, baik teks tulis maupun teks lisan (bahkan dalam multi modal: perpaduan teks lisan dan tulis serta gambar/ animasi/film). Teks itu sendiri memiliki dua unsur utama.Pertama, adalah konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register yang melatarbelakngi lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu (pesan, pikiran, gagasan, ide) yang hendak disampaikan (field).Sasaran atau kepada
siapa pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu disampaikan (tenor), dalam format bahasa yang bagaimana pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu dikemas (mode). Unsur kedua adalah konteks situasi, yang di dalamnya ada konteks sosial dan konteks budaya masyarakat tutur bahasa yang menjadi tempat teks tersebut diproduksi (Kemdikbud, 2014: 64). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membahas teks adalah generic structure atau struktur teks (bagaimana teks diorganisasikan), piranti kohesi (bagaimana gagasan dikaitkan), kosakata (kata-kata apa yang digunakan dan mengapa), tatabahasa (bagaimana kata-kata disusun), intonasi, paragraf, dan tanda baca (bagaimana ide penting disampaikan), ejaan (bagaimana huruf dirangkaikan), dan ciri nonkebahasaan (hal lain yang mempengaruhi makna). Unsur-unsur tersebut membangun satu kesatuan, sehingga ketika mempelajari sebuah teks, banyak kemampuan bahasa yang dikembangkan dalam diri siswa karena sebuah teks disusun oleh banyak unsur. Terkait dengan format bahasa, teks dapat berupa deskripsi, prosedural, naratif, cerita petualangan, anekdot, dan lainlain.Untuk kelas VII, teks yang dibelajarkan terdiri dari teks laporan hasil observasi, teks deskriptif, teks eksposisi, teks eksplanasi dan teks cerita pendek. Teksteks tersebut tentu mempunyai perbedaan mendasar, termasuk dalam hal struktur teks.Struktur teks laporan hasil observasi mencakup definisi umum yang menjadi pembuka, deskripsi bagian yang menjadi isi, dan deskripsi manfaat yang menjadi penutup.Teks deskripsi tersusun atas deskripsi umum dan deskripsi bagian. Struktur teks eksposisi mencakup tesis (pembukaan) yang merupakan pendapat atau opini, argumentasi atau alasan yang merupakan isi, dan penegasan ulang yang merupakan penutup. Struktur teks ekspla-
Suyati, Peta Pikiran dan Kemampuan Menulis Siswa, 93
nasi mencakup: pernyataan umum, deretan penjelasan (eksplanasi), dan interpretasi. Struktur teks cerita pendek mencakup: orientasi, komplikasi, dan resolusi. Struktur teks membentuk struktur berpikir, sehingga dalam setiap penguasaan jenis teks tertentu, siswa akan memiliki kemampuan berpikir sesuai dengan struktur teks yang dikuasainya. Dengan berbagai macam teks yang sudah dikuasainya, siswa akan mampu menguasai berbagai struktur berpikir. Bahkan, satu topik tertentu dapat disajikan dalam jenis teks yang berbeda dan tentunya dengan struktur berpikir yang berbeda pula. Dengan demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya (Kemdikbud, 2014: 65). Pembelajaran bahasa berbasis teks merupakan penerapan pendekatan fungsional dalam penggunaan bahasa. Pendekatan fungsional yang dibelajarkan melalui berbagai jenis teks itu memungkinkan siswa untuk melakukan banyak hal, missalnya berbagi informasi, meminta keterangan, mengungkapkan perasaan, menghibur, berargumen, memenuhi kebutuhan, merefleksi, membangun ide, dan menyusun pengalaman (Derewianka, 1995: 34). Melalui teks-teks yang dipelajari, siswa belajar tidak hanya teorinya saja, tetapi juga belajar bagaimana menggunakan bahasa itu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. PENGGUNAAN PETA PIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS Bagian yang paling sulit dalam menulis adalah mengetahui hal apa yang akan tulis, apa temanya, dan bagaimana memulainya. Dalam menulis teks, imajinasi dan kreativitas sangat diperlukan untuk mengembangkan ide atau gagasan
menjadi sebuah teks yang baik.Imajinasi dan kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan.Berdasarkan paparan sebelumnya, diketahui bahwa Peta Pikiran dengan gambar, warna, serta kata kuncinya dapat membangkitkan fungsi kerja otak kanan sehingga memunculkan ide-ide baru yang kreatif dan imajinatif. Dengan Peta Pikiran, sebuah tema dijabarkan dalam cabangcabang tema yang lain sehingga menjadi pengembang gagasan dalam menulis. Metode ini mengajarkan untuk mencatat tidak hanya menggunakan teks saja, namun juga menggunakan gambar dan warna. Otak sangat menyukai warna. Dengan demikian, Peta Pikiran adalah teknik yang bekerjanya disesuaikan dengan bekerjanya dua belah otak, yaitu otak kiri dan otak kanan. Peta pikiran sangat berguna dalam menjabarkan atau menemukan ide-ide dalam menulis.Berikut ini adalah alternatif langkah pembelajaran menulis teks yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum 2013 dengan menggunakan Peta Pikiran. 1. Pilihlah tema untuk peta pikiran. Beberapa kemungkinan yang bisa dikembangkan disesuaikan dengan jenis teks yang sedang dipelajari. Misalnya, untuk teks laporan hasil observasi temanya adalah objek lingkungan di sekitar kita, seperti hutan, sungai, dan danau. Dari teks deskriptif, temanya bisa diambil dari objek budaya yang ada di sekitar lingkungan siswa, misalnya tarian daerah, lagu daerah, rumah adat, atau pasar tradisional yang ada di sekitar lingkungan siswa. 2. Mintalah siswa untuk mengonstruksikan pembagian kelas Peta Pikiran yang sederhana dengan menggunakan warna, khayalan, atau simbol. Contohnya untuk tema hutan bisa dibagi menjadi pengertian, jenis-jenis hutan, benda-benda yang bisa ditemui di hutan,
94, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
cara memelihara hutan, dan manfaat hutan. Ajaklah peserta didik untuk mengidentifikasi pembagian kelas ini sebanyak mungkin dan serinci mungkin. 3. Berikanlah kertas, pena, spidol warnawarni, dan sumber-sumber yang lain yang akan membantu para siswa dalam membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Berilah peserta, tugas memetakan pikiran. Pastikan mereka memulai peta mereka dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama. Kemudian, berilah mereka semangat untuk membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponenkomponen yang lebih kecil dan menggambarkan komponen-komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan warna dan grafik). Doronglah mereka untuk menghadirkan setiap ide secara bergambar dengan menggunakan sedikit mungkin kata-kata. Dengan mengikuti ini, mereka dapat mengelaborasikan ide mereka secara detil. 4. Berilah waktu yang banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta
pikiran mereka. Doronglah mereka untuk melihat karya orang lain untuk menstimulasi ide-ide. 5. Tugaskan kepada peserta didik untuk saling membagi peta pikirannya dan memberikan masukan satu sama lain. 6. Mintalah para siswa untuk menyerahkan peta pikiran yang telah mereka buat. Guru memberi masukan untuk perbaikan peta pikiran yang telah mereka buat. 7. Berilah kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki peta pikiran mereka berdasarkan masukan dari teman dan guru. 8. Setelah itu, berilah kesempatan yang cukup kepada siswa untuk mengembangkan peta pikiran yang telah mereka revisi menjadi sebuah teks sesuai dengan jenis teks yang sedang dipelajari. Berikut adalah contoh Peta Pikiran yang dibuat oleh siswa kelas VII untuk tema Cinta Lingkungan Hidup pada jenis teks laporan hasil observasi.
Gambar 2. Peta Pikiran Akasia (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Suyati, Peta Pikiran dan Kemampuan Menulis Siswa, 95
Peta Pikiran tersebut menjadi kerangka tulisan teks deskriptif.Berikut ini
adalah tulisan siswa yang dikembangkan dari Peta Pikiran tersebut.
AKASIA Akasia adalah jenis tumbuhan yang tergolong memiliki batang.Akasia juga dapat besar dan tumbuh lebat. Daun akasia berbentuk bulan sabit.Bentuk batangnya lurus dan ada yang bercabang.Permukaan batangnya bergaris seperti ada retakan dan akarnya besar. Tanaman akasia dibudidayakan menggunakan bibit atau biji.Setelah beberapa bulan, bibit ditanam dengan menggali lubang sekitar 20 cm. Ada banyak manfaat akasia.Daunnya dapat menahan curah hujan.Batangnya dapat dibuat papan atau kasau.Kulitnya dapat dijadikan bahan pembuat kertas.Akarnya dapat menahan tanah agar tidak longsor. Gambar 3. Tulisan yang Dikembangkan dari Peta Pikiran (Sumber: Tulisan Yesika Amanda Putri kelas VII B)
Beberapa keunggulan Peta Pikiran dalam proses pembelajaran menulis teks adalah sebagai berikut. 1. Dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas berpikir siswa. Hal ini menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa. 2. Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik, yang akan memudahkan belajar. 3. Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen konsepkonsep dan mengenali hubungan antara konsep-konsep berikut. Berikut adalah beberapa kelemahan penggunaan Peta Pikiran dalam kegiatan pembelajaran menulis teks. 1. Perlunya waktu yang cukup lama untuk menyusun Peta Pikiran, sedangkan waktu yang tersedia di kelas sangat terbatas. 2. Siswa sulit menentukan konsep-konsep yang terdapat pada jenis teks yang dipelajari. 3. Siswa kadang-kadang malas menggunakan gambar dan beberapa warna karena
merasarepot dan terkesan kekanakkanakan. 4. Ketidakrapian siswa dalam hal tata ruang pembuatan Peta Pikiran. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, beberapa cara yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut. 1. Siswa diminta untuk membuat Peta Pikiran di rumah dan pada pertemuan berikutnya didiskusikan dalam kelas. 2. Siswa dimintauntuk membaca kembali materi dan memahaminya serta mencari informasi yang terkait dengan tema yang akan ditulis, sehingga mereka dapat mengenali konsep-konsep yang mereka perlukan dan dapat mengaitkan konsep-konsep tersebut dalam Peta Pikiran. 3. Siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki Peta Pikiran yang telah dibuatnya. PENUTUP Peta Pikiran merupakan satu cara untuk menyiapkan kerangka tulisan dengan memanfaatkan kata-kata kunci yang digunakan sebagai tema, ide atau gagasan u-
96, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
tama, dan ide atau gagasan penjelas. Katakata kunci tersebut dihubungkan dengan garis lengkung sebagai cabang dari tema yang ditentukan berdasarkan jenis teks yang sedang dipelajari. Dalam Peta Pikiran, kata-kata kunci yang digunakan ditata berdasarkan kelompoknya. Penggunaan gambar atau simbol yang sesuai dengan kata kunci yang dipilih dan penggunaan warna yang bervariasi dapat melatih kerja otak kanan.Penggunaan kata-kata kunci dalam Peta Pikiran dapat melatih kerja
DAFTAR RUJUKAN Alamsyah, Maurizal. 2009. Kiat Jitu Meningkatkan Prestasi dengan Mind Mapping. Yogyakarta: Mitra Pelajar Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Derewianka, Beverly. 1995. Exploring How Texts Work. New South Wales: Primay English Teaching Association Kemdikbud.2012. Modul Bahasa Indonesia Keterampilan Menulis. Jakarta: Kemdikbud Kemdikbud. 2013. Lampiran Peraturan Mendikbud Nomor 68 Tahun
otak kiri. Dengan demikian, Peta Pikiran dapat melatih keseimbangan kerja otak kanan dan otak kiri. Penataan gagasan dalam Peta Pikiran akan membantu siswa dalam mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka, sehingga siswa akan lebih terarah dalam menulis teks yang dilatihkan kepada mereka. Peta Pikiran akan menjadi kerangka tulisan mereka dan diharapkan dengan kerangka tulisan yang telah tertata tersebut, kualitas tulisan yang mereka hasilkan akan menjadi lebih baik.
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/ Madrasah Tsanwiyah. Jakarta: Kemdikbud Kemdikbud. 2014. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015. Jakarta: Kemdikbud Leonhardt, Mary. 2005. 99 Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung: Penerbit Kaifa Suherli. 2007. Menulis Karangan Ilmiah. Depok: Arya Duta Rosidi, Imron. 2009. Menulis.... Siapa Takut?Yogyakarta: Penerbit Kanisius