7
BAB II MEDIA VISUAL DAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
2.1 Media sebagai Alat Bantu Pengertian media sangat luas karena dapat dikaitkan dengan manusia, benda maupun alat. Dalam hubungannya dengan pembelajaran, media dapat dipahami sebagai alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu hal yang tidak terlepas dalam metodologi pengajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 122) “sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran”. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media, seperti yang diungkapkan Ibrahim dan Syaodih (1992: 78) “berbagai bentuk media dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar ke arah yang lebih konkret”.
2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan bagian dari strategi belajar mengajar dalam pendidikan. Media adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar. Djamarah dan Zain (2006: 120) mendefinisikan “kata “media”berasal dari kata latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
8
Dalam aktivitas pembelajaran, media adalah sesuatu yang merupakan bagian di dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik seperti yang diungkapkan Gearlach dan Ely dalam Fathurrohman dan Sutikno (2007: 65) bahwa “media pembelajaran apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”. Menurut Ibrahim dan Syaodih (1992: 78) “media pembelajaran diartikan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar”. Schramm dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/mediapembelajaran/ mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/ 01/12/media-pembelajaran/ berpendapat bahwa “media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya”. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa “media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras”. Definisi para ahli media dan bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran dan perasaan dalam interaksi antara pengajar dan pembelajar. Media pembelajaran merupakan suatu sarana fisik yang dapat mempengaruhi
9
situasi belajar mengajar baik di dalam maupun di luar kelas dan bukan merupakan pelengkap melainkan komponen yang tidak dapat dilepaskan dari proses belajar mengajar.
2.1.2 Fungsi Media Pembelajaran Media memiliki andil sebagai penghubung antara pengajar dengan pembelajar. Peranan media dalam pengajaran tidak dapat menggantikan peran guru, karena media hanya alat bantu pengajaran. Media sangat penting dalam pendidikan karena memiliki berbagai fungsi. Fathurrohman dan Sutikno (2007:67) menjelaskan fungsi media di antaranya: 1. Menarik perhatian siswa 2. Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran. 3. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan). 4. Mengatasi keterbatasan ruang. 5. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif. 6. Waktu pembelajaran bisa dikondisikan. 7. Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar. 8. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/ menimbulkan gairah belajar. 9. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta; 10. Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar, fungsi media menurut Nana Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2006: 134) adalah: •
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif;
10
• • • • •
Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru; Media dalam pengajaran, penggunaannya bersifat integral dengan tujuan dan isi pelajaran; Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa; Penggunaan media dalam pengajaran media lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan oleh guru; Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
Dalam
situs
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-
pembelajaran/ media memiliki beberapa fungsi, diantaranya: 1. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. 2. Melampaui batasan ruang kelas. 3. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 4. Menghasilkan keseragaman pengamatan. 5. Menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6. Membangkitkan keinginan dan minat baru. 7. Membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8. Memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak . Sejalan dengan penjelasan di atas, penulis dapat mengungkapkan kembali bahwa media pembelajaran dapat membuat proses pembelajaran berjalan lebih menarik, membantu penyampaian pengajar kepada pembelajar lebih mudah.
2.1.3 Manfaat Media Pembelajaran Pemilihan media pengajaran yang tepat akan memudahkan pengajar menyampaikan informasi kepada pembelajar. Dengan melihat informasi atau materi pelajaran yang akan disampaikan, pengajar harus memilih media yang tepat supaya manfaatnya dirasakan bersama.
11
Sudjana dan Rivai (2007: 2) menjelaskan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, adalah sebagai berikut: (a) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (b) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; (c) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melali penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran; (d) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lainseperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Penjelasan mengenai manfaat media pembelajaran dijelaskan pula oleh Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2006:137) mengenai nilai-nilai praktis media pengajaran adalah: a. Meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir dan mengurangi verbalisme. b. Memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. c. Meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap. d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa. e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. f. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa. g. Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. h. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. i. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabiasan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. j. Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
12
Berdasarkan beberapa manfaat di atas, penulis dapat menyatakan bahwa manfaat media dalam pembelajaran yaitu membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih terarah sehingga tujuan pembelajaran dapat mudah dicapai. Selain itu dengan bantuan media, pembelajar akan lebih banyak melakukan aktivitas dan membantu untuk memahami materi yang disampaikan oleh pengajar.
2.1.4 Jenis-Jenis Media Pembelajaran Media yang berkembang saat ini telah banyak digunakan dalam pembelajaran, cara pengoprasiannya pun beragam, mulai dari pengoprasiannya yang sederhana hingga yang rumit. Penjelasan mengenai jenis-jenis media pembelajaran dijelaskan pula oleh Djamarah dan Zain (2006:124) : a. Media Auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran. b. Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (rangkaian film), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, poster. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun. c. Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media pertama dan kedua. Media ini dibagi ke dalam: 1. Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara. 2. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette, dan Video Compact Disk. Pembagian lain dari media ini adalah : 1. Audiovisual Murni, yaitu baik unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber seperti film video cassette, dan
13
2. Audiovisual Tidak Murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari tape recorder, contohnya film strip suara dan cetak suara. Wibawa dan Mukti (1992: 27) menjelaskan pula bahwa: “Jenis-jenis media yang dapat digolongkan atau diklasifikasikan ke dalam media visual diam antara lain: foto, ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai, transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, overhead proyektor, stereo proyektor, mikro proyektor, dan tachitoscopes, serta grafik, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan globe. Sedangkan media visual gerak meliputi gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan sebagainya”.
Dari berbagai jenis media pembelajaran di atas, penulis mendapatkan beberapa informasi dari berbagai jenis media tersebut sebagai berikut: 1. Media visual adalah jenis media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat diamati oleh indera penglihatan dengan cara diproyeksikan maupun tidak diproyeksikan. 2. Media Auditif adalah jenis media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat diamati oleh indera pendengaran. 3. Media Audiovisual adalah jenis gabungan media audio dan visual yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat dilihat dan didengar yang berbentuk gambar diam tanpa suara atau dengan suara, dan gambar bergerak tanpa suara atau dengan suara.
14
2.2 Fungsi Media Visual dalam Keterampilan Menulis 2.2.1 Pengertian Media Visual Dalam kamus la Rousse Elémentaire (1956: 852) “visuel, elle est qui appartient à la vue”. Maksudnya visual adalah semua yang nampak atau terlihat. Dalam pembelajaran, media visual adalah alat bantu pandang. Sama seperti dalam la Rousse Elémentaire, visuel, elle dalam dictionaire de langue France (1995: 1683) visuel, elle est qui à rapport à la vue, l’image, l’aspect graphique par opp au texte, au rédactionnel. Maksudnya adalah semua yang berhubungan dengan sesuatu yang nampak, seperti gambar, aspek grafis. Menurut Fathurrohman (2007: 67) mengungkapkan bahwa : “media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slide (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun”. Selanjutnya menurut Wibawa dan Mukti (1992:27) menjelaskan bahwa : “media visual dibedakan menjadi (1) media visual diam dan (2) media visual gerak. Media visual diam antara lain: foto, ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai, transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, overhead proyektor, stereo proyektor, mikro proyektor, dan tachitoscopes, serta grafis, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan globe. Sedang media visual gerak meliputi gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan sebagainya”. Media visual adalah jenis media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat diamati oleh indera penglihatan dengan cara diproyeksikan maupun tidak diproyeksikan. Dalam situs http://kurtek.upi.edu/media/sources/8-non%20proyeksi.pdf penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa media visual tidak diproyeksikan
15
seperti media cetakan dan grafis termasuk kategori media visual non proyeksi. Media grafis mempunyai fungsi untuk menyalurkan pesan dari guru kepada siswa. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol yang menarik dan jelas. Media ini termasuk media yang relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya. Dalam situs http://kurtek.upi.edu/media/sources/8-non%20proyeksi.pdf dijelaskan macam-macam media grafis adalah: gambar/ foto, diagram, bagan, grafik, poster, media cetak, buku. a.
Gambar/ foto Media grafis yang paling umum digunakan dalam PBM, karena merupakan bahasa yang umum dan dapat mudah dimengerti oleh peserta didik. Kelebihan media ini ialah: (1) Sifatnya kongkrit, lebih realistik dibandingkan dengan media verbal. (2) Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia muda maupun tua. (3) Murah harganya dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam penyampaiannya.
Kelemahanya: (1) Gambar/ foto hanya menekankan persepsi indera mata. (2) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar b. Diagram Merupakan gambar yang sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol, secara garis besar dan menunjukkan hubungan antar komponennya atau proses yang ada pada diagram tersebut. Diagram ini untuk meyederhanakan yang komlek-komplek sehingga dapat memperjelas penyajian pesan. Oleh karena itu diagram bersifat: (1) Simbolis dan abstrak, kadang-kadang sulit dimengerti. (2) Untuk dapat membaca diagram diperlukan keahlian khusus dalam bidangnya tentang isi diagram tersebut. (3) Walaupun sulit dimengerti, karena sifatnya yang padat diagram dapat memperjelas arti. c. Bagan Bagan merupakan media yang berisi tentang gambar-gambar keteranganketerangan, daftar-daftar dan sebagainya. Bagan digunakan untuk memperagakan pokok-pokok isi bagasi secara jelas dan sederhana antara lain: perkembangan, perbandingan, struktur, organisasi Macam-macam media bagan antara lain: Tree chart, flow chart
16
d.
Grafik (graph) Grafik adalah penyajian kembali data yang berupa angka-angka dalam bentuk visual simbolis (lambang visual). Macam-macam grafik: # grafik garis (line graph), yaitu grafik yang paling dapat menggambarkan hubungan antara dua kelompok data dan dapat digunakan untuk data-data yang kontinyu. # grafik batang Dalam grafik ini jumlah data dipertunjukkan dalam bentuk gambar. Yang perlu diperhatikan grafik gambar ini adalah: # Simbol gambar yang dipakai sendiri (self explanatory). # Jumlah data yang diperlihatkan melalui jumlah gambar. # Jumlah besar kecilnya gambar akan dapat dibaca apabila di bawah gambar tersebut diberikan angka yang sebenarnya”.
2.2.2 Fungsi Media Visual Wibawa dan Mukti (1992: 28) menjelaskan fungsi media visual dalam proses belajar mengajar : a. Mengembangkan kemampuan visual b. Mengembangkan daya imajinasi anak c. Membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak, atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas d. Mengembangkan kreatifitas siswa. e. Memperjelas pengertian atau konsep yang abstrak kepada pembelajar f. Membantu pembelajar lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam proses pembelajaran. g. Menggambarkan hakikat suatu pesan dalam bentuk yang menyerupai keaadaan yang sebenarnya atau realisme. h. Memvisualisasikan pesan verbal, melukiskan atau memvisualisasikan makna isi pesan dan menyederhanakan makna dalam bentuk visualisasi. i. Merangsang anak untuk mempelajari lebih jauh dan atau ingin lebih tahu hakikat dari pesan yang disampaikan j. Pembuka diskusi yang efektif k. Menumbuhkan minat baca. l. Membangkitkan motivasi, minat, ingatan m. Membangkitkan minat, mengembangkan pembendaharaan kata-kata dan keterampilan membaca.
17
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Media Visual Wibawa dan Mukti (1992: 29) menjelaskan bahwa media visual memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : Kelebihan media visual a. b. c. d. e. f. g.
Umumnya murah harganya Mudah didapat Mudah digunakannya Dapat memperjelas suatu masalah Lebih realistis Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu Kekurangan media visual antara lain;
a. Semata-mata hanya medium visual b. Ukuran gambar sering kali kurang tepat untuk pengajaran dalam kelompok besar c. Memerlukan ketersediaan sumber dan keterampilan, dan kejelian guru untuk dapat memanfaatkannya d. Terlalu menekankan bahan-bahan visulanya sendiri dengan tidak menghiraukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan visual. e. Bahan visual dipandang sebagia “alat bantu” semata-mata bagi guru dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya sehngga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat bantu tersebut diabaikan.
2.2.4 Media Visual sebagai Alat Bantu dalam Keterampilan Menulis Deskripsi Dalam pembelajaran menulis terutama menulis karangan deskripsi, narasi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi, media diharapkan menjadi alat bantu yang efektif untuk memudahkan pembelajar mengikuti proses belajar mengajar. Keberadaan media visual di dalam keterampilan menulis karangan jenis deskriptif sangat membantu karena di dalam proses pembelajarannya terdapat kegiatan mengamati, setelah itu menggambarkan dan merinci objek sesuai dengan ciri-ciri karangan deskripsi yaitu melukiskan atau menggambarkan objek, merupakan hasil
18
penyerapan panca indera, Merinci objek dengan jelas, Gambaran objek sesuai dengan keadaan sebenarnya. Melihat fungsi dari media visual yang ditulis di atas, penulis merasa cocok menerapkan media visual sebagai alat bantu dalam keterampilan menulis deskripsi karena dengan adanya media visual berupa gambar-gambar dan film bisu, disitu terdapat kegiatan-kegiatan yang memungkinkan pembelajar lebih kreatif dalam mengembangkan kemampuan visualnya. Dalam situs http://www.presentersuniversity.com/visualsvisuals virtuosity. php “Einstein said, If I can't "see" it, I don't understand it. When visuals are used, you are more persuasive, you can cover more ground in less time, retention and comprehension are greater and, your presentation is more interesting and involving”. Maksudnya Einsten mengatakan “jika saya tidak melihat itu, saya tidak bisa mengerti itu”. Ketika anda menggunakan media visual maka anda lebih persuasif dalam waktu yang cukup singkat, dan presentasi anda akan lebih menarik dengan pemahaman yang lebih mendalam. Dengan ditampilkannya media visual berupa film bisu dalam proses pembuatan karangan deskripsi memungkinkan pengajar lebih mudah dalam menyampaikan materi dan pembelajar lebih mudah menangkap maksud yang disampaikan sehingga waktu yang cukup singkat akan berjalan efektif.
2.3 Menulis Menulis dikatakan sebagai suatu keterampilan karena merupakan bentuk komunikasi dalam bahasa tulis, dan merupakan fase terakhir yang harus dikuasai
19
setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan keterampilan membaca. Keterampilan menulis dianggap paling sulit dari keterampilan yang lainnya, karena, perlu memperhatikan aspek ortografi dari keterampilan berbahasa. Menurut Tarigan (1994:3) “menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif”. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa sangat berkaitan dengan keterampilan membaca. Pada prinsipnya tulisan dibuat untuk dibaca oleh orang lain atau kita baca sendiri. Seperti dikatakan Tarigan (1994; 4) “… hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan antara penulis dan pembaca”. Seperti halnya menulis dan membaca, menulis dan berbicarapun mempunyai hubungan yaitu ciri yang sama-sama produktif dan ekspresif. Perbedaannya terletak pada komunikasi yang langsung dan tidak langsung.
2.3.1 Pengertian Keterampilan Menulis Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang kompleks dan sulit dikuasai, karena menghendaki unsur-unsur di luar bahasa itu sendiri, seperti harus memperhatikan unsur grafologi, struktur, bahasa, dan kosakata. Di samping itu, menulis menurut Gallison adalah “Le système de signes graphique, qui peut substituer au langage articulé – naturellement fugace-, pour fixer et conserver un message, pour communiquer à distance, etc”. Di dalam kamus Le Robert Poche (1995;230) “écrire : Tracer (des signes d’écriture, un ensemble organisé de ces
20
signes), maksudnya merupakan kesatuan tanda-tanda huruf. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1219 dan 1180) menulis adalah: 1. “Membuat huruf (angka dsb) yang dibuat (digurat dsb)” 2. “Melahirkan pikiran atau gagasan perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan” 3. “Kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau berbicara” 4. “Kecakapan untuk menyelesaikan tugas”. Ahli bahasa lain berpendapat bahwa menulis ialah “menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu” Tarigan (1994:21). Menulis juga adalah sebuah kegiatan kreatif yang tidak terlepas dari kegiatan kita sehari-hari yang merupakan bagian dari komunikasi antar manusia. Seperti dalam situs http://semaibroadcast.wordpress.com/2007/08/04/seni-danfaidah-menulis/ “menulis (writing) itu bagian dari kegiatan kita sehari-hari. Ia adalah bagian dari komunikasi –selain mendengar (listening), membaca (reading), dan berbicara (speaking) —saat kita berinteraksi atau bergaul dengan orang lain". Dengan demikian, menulis hakikatnya adalah komunikasi tulisan. Pesan yang disampaikan bisa berupa informasi, gagasan, pemikiran, ajakan, dan sebagainya. Menulis bukan sekedar menyampaikan ide, gagasan atau hasil pemikiran kita ke dalam bentuk tulisan tetapi membutuhkan pengertian agar dapat dipahami oleh kita sendiri atau pembaca. Definisi para ahli bahasa di atas, dapat diungkapkan kembali bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang berfungsi untuk
21
menyampaikan pesan, ide, gagasan, pengalaman, kepada orang lain dalam bentuk bahasa tulis sebagai bentuk komunikasi secara tidak langsung.
2.3.2 Tujuan Menulis Kegiatan menulis memiliki berbagai maksud dan tujuan. Tujuan menulis adalah responsi atau jawaban yang diharapkan penulis dari pembaca. Sehubungan dengan hal itu tujuan suatu tulisan, Hugo Hartig dalam Tarigan (1994: 24) mengungkapkan beberapa tujuan menulis yaitu : 1. Assigment purpose (tujuan penugasan) Tujuan tulisan penugasan adalah penulis sesuatu karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri. 2. Altruistic purpose Penulis bertujuan menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan pembaca. Ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya. 3. Persuasive purpose Tulisan bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. 4. Informational purpose Tulisan bertujuan memberikan informasi atau keterangan kepada pembaca. 5. Self expresive purpose Tulisan bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri pengarang kepada para pembaca. 6. Creative purpose Tujuan ini erat berhubungan dengan pernyataan diri, tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan dalam hal ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. 7. Problem solving purpose Melalui tulisannya penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, serta memnjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti oleh para pembaca.
22
Menurut Tarigan (1994:23) tujuan menulis adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
“Memberi tahu atau mengajar Meyakinkan atau mendesak Menghibur atau menyenangkan Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapirapi”.
Berdasarkan tujuan di atas, penulis dapat menjelaskan lebih lanjut bahwa: 1. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (Informative discours) 2. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discours) 3. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesusastraan (Littéraire Discours) 4. Tulisan yang bertujuan mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressif discours).
2.3.3 Manfaat Menulis Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidak terlepas dari berbagai kepentingan dalam kehidupan sehari-hari. Karena, manfaat menulis adalah “sebagai alat komunikasi yang tidak langsung” Tarigan (1994: 3). Kegiatan menulis membantu kita dalam menyampaikan ide,gagasan yang akan kita sampaikan ke dalam bentuk tulisan.
23
Pendapat lain mengenai manfaat menulis diungkapkan dalam situs http://semaibroadcast.wordpress.com/2007/08/04/seni-dan-faidah-menulis/ sebagai berikut : 1. Self Expression. Menulis berarti mengekspresikan perasaan, pikiran, dan keinginan. 2. Self Image or Personal Branding. Dengan menulis, Anda akan membangun “citra diri” (self image) sebagai orang yang berwawasan, intelek, dan berkualitas. 3. Self Confident. Tulisan yang bagus akan membangun citra diri penulis yang pada gilirannya membangun kepercayaan dirinya (self confident). 4. Agent of Change. Dengan menulis, Anda bisa menjadi “agen perubahan”.
Ide-ide
yang
dituangkan
dalam
tulisan
dapat
mempengaruhi pemikiran pembaca, membentuk opini publik (public opinion), dan melakukan sesuatu sesuai dengan ide Anda. 5. Sharing. Selain berbagi ide atau pemikiran, menulis juga menjadi sarana berbagi pengalaman. 6. Profit Making. Keuntungan finansial adalah bagian dari keterampilan menulis. 7. Healthy Life. Menulis juga ternyata baik bagi kesehatan. Dari beberapa manfaat yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat mengungkapkan bahwa menulis memiliki banyak manfaat dalam kehidupan kita, selain sebagai alat komunikasi tidak langsung, menulis juga bermanfaat untuk menuangkan gagasan ataupun menyampaikan informasi melalui tulisan.
24
2.4 Karangan Deskripsi 2.4.1 Pengertian Karangan Deskripsi Deskripsi berasal dari kata latin describe yang berarti menulis tentang atau membeberkan sesuatu hal. Kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian yang berasal dari kata peri-memerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal. Menurut Rusyana (1984: 135) karangan deskripsi adalah karangan yang berfungsi menggambarkan. Yang digambarkan adalah pengindraan, perasaan, serta perilaku jiwa seperti harapan, cinta, benci, dan ketakutan. Sedangkan deskripsi menurut Tarigan (1994: 50) adalah tulisan yang bersifat memerikan atau melukiskan. Tujuan tulisan deskripsi adalah mengajak para pembaca bersama-sama menikmati, merasakan, memahami dengan sebaikbaiknya beberapa objek (sasaran, maksud), kegiatan (aktifitas), orang (pribadi, oknum), dan suasana hati (mood). Karangan
deskripsi
bukan
sekedar
suatu
bentuk
retorika
yang
menggambarkan ciri-ciri dari suatu benda, namun, karangan tersebut harus dapat membuat pembaca merasakan, melihat ataupun mencium sesuatu yang sedang diceritakan. Hal sesuai dengan pendapat Keraf (1984:93) bahwa “karangan deskripsi adalah sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan”. Sejalan dengan pendapat para ahli lainnya, karangan deskripsi menurut Kosasih (2003:26) adalah karangan yang menggambarkan suatu objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.
25
Dalam kamus La Rousse Élémentaire (1956:238) “description est une action de décrire. Développement par le quel on cherche à représenter l’aspect extérieur des êtres et des choses”. Maksudnya deskripsi adalah sebuah kegiatan menulis yang menunjukkan atau melukiskan ciri-ciri suatu benda. Karangan deskripsi adalah jenis karangan yang menggambarkan tempat atau orang secara rinci,maupun
kejadian dalam bentuk tulisan seperti yang
dikemukakan dalam http://fr.wikipedia.org/wiki/Description, yaitu La description (du latin descriptio) est la présentation détaillée de lieux, de personnages ou d'événements dans un récit. Hal senada diungkapkan dalam www.fle.com “Descriptifs sont décrire des objects, des personnes, et des avtivités”.
2.4.2 Ciri-Ciri Karangan Deskripsi Umumnya para ahli tidak mengungkapkan secara lebih spesifik mengenai ciri-ciri
karangan
deskripsi.
Namun,
berdasarkan
definisi-definisi
yang
dikemukakan para ahli, penulis dapat menyimpulkan ciri-ciri karangan deskripsi berdasarkan definisi para ahli. Berikut pendapat ahli mengenai hal tersebut : “Karangan deskripsi adalah karangan yang berfungsi menggambarkan…” Rusyana (1984: 135). Sedangkan menurut Kosasih(2003: 26) “Karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan objek…” Tarigan (1994:50) mengungkapkan bahwa : “Karangan deskripsi adalah tulisan yang bersifat memerikan atau melukiskan. Memerikan sesuatu berarti melukiskannya seperti adanya
26
tanpa menambahi serta mengurangi keaadaan yang sebenarnya.Kalau kita menciptakan kembali pengalaman kita dalam tulisan, maka pada hakikatnya kita mencoba menangkap cara pengalaman itu “ada” atau dengan kata lain cara kita melihatnya, mendengarkannya, merasakannya, menikmatinya, atau menciumnya. Biasanya nada tulisan yang seperti ini bersiafat informative, bernada memberi penerangan pada orang lain. Dan nada tulisan ini biasanya menghasilkan tulian bersifat deskriptif…”
“Kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian, yang berasal dari kata peri-memerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal” Keraf (1984:93). “Karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan Keraf “(1984: 93 ) Dari beberapa definisi di atas, terdapat 4 ciri karangan deskripsi yaitu : 1. Melukiskan atau menggambarkan objek Untuk aspek melukiskan atau menggambarkan objek semua ahli sepakat bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang tujuan penulisannya berusaha untuk melukiskan atau menggambarkan objek. 2. Merupakan hasil penyerapan panca indera. Karangan yang hasil tulisannya berdasarkan penyerapan panca indera. 3. Merinci objek dengan jelas 4. Gambaran objek sesuai dengan keadaan sebenarnya. Karangan yang berusaha menggambarkan suatu objek berdasarkan keadaan yang sebenarnya.
2.4.3 Jenis Karangan Deskripsi Menurut Gorys Keraf (1982: 94) tulisan deskripsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu deskripsi sugestif dan deskripsi teknis.
27
a. Deskripsi Sugestif Dalam deskripsi sugestif penulis bermaksud menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca, pengalaman karena perkenalan langsung dengan objeknya.pengalaman atas objek itu harus menciptakan sebuah kesan atau interpretasi. Sasaran deskripsi sugestif dengan perantaraan tenaga rangakaian kata-kata yang dipilh oleh penulis untuk menggambarkan sifat, watak dari objek tersebut, dapat diciptakan sugestif tertentu pada pembaca. Dengan kata lain deskripsi sugestif berusaha menciptakan suatu penghayatan terhadap objek tersebut melalui imajinasi pembaca. Deskripsi sugestif bertujuan meningkatkan daya khayal, kesan atau sugesti tertentu, seolah-olah pembaca melihat sendiri objek secara keseluruhan seperti yang dialami secara fisik oleh penulisnya. Hal ini diusahakan oleh penulis dengan cara memindahkan kesan-kesan, hasil pengamatan, dan perasaannya kepada pembaca. Di samping itu, penulis juga menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang ditemukan pada objek. Jadi deskripsi sugestif berusaha menciptakan pengkhayalan terhadap objek melalui imajinasi pembaca. Objek yang dijadikan bahan tulisan tidak hanya terbatas pada apa yang diserap oleh panca indera. Hal ini misalnya karena perasaan karena ketakuatan, kecemasan, keengganan, kejijikan, cinta, terharu, benci dan dendam juga dapat ditulis ke dalam bentuk deskripsi sugestif. Suasana dan keadaan jiwa, bahjan apa yang kita pikirkan dan kita rencanakan, bias pula masuk ke dalam deskrripsi sugestif. Salah satu contoh deskripsi sugestif adalah membicarakan objek tempat.
28
b. Deskripsi Ekspositoris atau Deskripsi Teknis Deskripsi teknis adalah deskripsi yang bertujuan memberikan identifikasi atau informasi objek, sehingga pembaca dapat mengenalinya bila bertemu atau berhadapan
dengan
objek
tersebut.
Karena
sifatnya
hanya
bertujuan
menyampaikan informasi teknis, deskripsi teknis memerlukan ketepatan informasi mengenai objek yang sedang digarap. Deskripsi teknis tidak berusaha menciptakan kesan imajinasi pada pembaca. Hanya berusaha menanamkan pengertian seseorang tentang sesuatu hal.Seluruh objek yang dapat diinformasikan secara teknis dapat dituliskan ke dalam bentuk karangan ini. Misalnya pesawat terbang, bahasa, pertanian, pertambangan, industri, dan lain-lain. Dalam situs http://fr.wikipedia.org/wiki/Description
terdapat macam-
macam karangan deskripsi, yaitu : a. la topographie : description d'un lieu. (deskripsi suatu tempat) b. la chronographie : description d'une période où se déroule un évènement. (deskripsi peristiwa yang sedang terjadi atau dalam kurun waktu tertentu) c. la prosopographie : description purement physique d'un être ou description extérieure d'un objet. (deskripsi bentuk fisik sebuah benda atau objek) d. le portrait : description à la fois physique et morale. (deskripsi fisik dan perasaan)
29
e. l'éthopée (nf) : description purement morale (vices, talents, caractère...). (deskripsi sifat seperti jahat, kemahiran,watak) f. l'ekphrasis (nf): description au sein d'un texte littéraire d'un tableau, d'un objet d'art, d'un dessin... On dit que la première ekphrasis de la littérature est la description du bouclier d'Achille par Homère. (deskripsi cerita dalam teks sastra, benda seni,gambar) g. le parallèle : il s'agit de deux descriptions en parallèle ou mêlées par lesquelles on rapproche ou on oppose deux personnages. (deskripsi dua orang secara bersamaan) h. l'hypotypose : figure de style consistant en une description réaliste, animée et frappante de la scène dont on veut donner une représentation imagée. Synonyme : tableau. Elle peut prendre la forme d'une énumération de détails concrets. (deskripsi suatu adegan apa adanya, nyata sebagai sebuah gambaran )
2.4.4 Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi Secara umum, langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi bagi penulis pemula atau bagi yang akan memulai kembali menulis karangan deskripsi harus meliputi hal-hal seperti yang diungkapkan Rusyana (1984:12) : 1. Menemukan objek yang akan dijadikan ide atau bahan di dalam karangan. 2. Melakukan pengamatan secara bersungguh-sungguh, cermat, dan terperinci terhadap objek.
30
3. Mengumpulkan data, informasi, dan pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan objek yang akan ditulis. 4. Mengolah bahan, data, dan informasi di dalam pikiran dengan daya cipta yang kreatif. 5. Mewujudkan ide atau gagasan yang telah terolah di dalam diri dan benak ke dalam bahasa karangan deskripsi yang jelas dan detail dengan penuh daya imajinasi dan ekspresi. 6. Menyempurnakan tulisan yang telah ditulis dengan meninjau kembali beberapa aspek karangan seperti kesesuain judul dengan tema, kesesuaian isi dengan jenis karangan, sistematika penulisan, dan penggunaan bahasa. 7. Karangan yang dihasilkan mampu menghadirkan lukisan atau gambaran objek ke hadapan pembaca sehingga pembaca turut melihat, mendengar, dan merasakannya.
2.4.5 Kriteria Penilaian Karangan Deskripsi Penilaian yang dilakukan terhadap karangan hendaknya bersifat analitis seperti yang diungkapkan Machmoed dalam Nurgiyantoro (2001) bahwa “penilaian dengan pendekatan analisis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu”. Perincian karangan ke dalam kategori-kategori tersebut antara karangan yang satu dengan yang lain dapat berbeda tergantung jenis karangan itu sendiri. Walaupun pengkategorian itu dapat bervariasi, kategori-kategori yang pokok hendaknya meliputi (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata
31
bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon afektif guru terhadap karya tulis (Machmoed, 1983:11). Berikut ini adalah penilaian karangan deskripsi dari para ahli : Dalam situs http://fr.wikipedia.org/wiki/writing skill test, dijelaskan lebih rinci tentang kriteria menulis: Content-refers to the following elements: (Aspek isi) A clear understanding and complete analysis of the topic (Pemahaman yang jelas dan analisis yang lengkap tentang topik tulisan) An awareness of audience and purpose (Mengetahui pembacanya dan tujuan tulisan) The use of appropriate quotations (Ketepatan penggunaan kutipan) Originality of ideas and expression (Keaslian gagasan dan ekspresi) Appropriate evidence of reading and reseach (Bukti pendukung yang lengkap)
Organization- refers to the following elements: (Organisasi) A clear thesis statement (Pernyataan tesisnya) A variety of effective transition to make the writing flow
32
(Transisi yang efektif supaya enak dibaca) Appropriate and logical structure both within the assignment as a whole and within the paragraph (Struktur yang tepat dan logis untuk seluruh tulisan dan di dalam paragraf) Good main ideas at the paragraph level (Gagasan utama yang bagus pada timgkat paragraf) Maintenance of purpose of the writing (Pemertahanan tujuan tulisan) An introduction, development and conclusion (Pendahuluan, pengembangan dan kesimpulan) Effective sentence variety (Keragaman kalimat yang efektif) An awareness of audience (Selalu ingat pembaca)
Mechanics- refers to the following elements: (Mekanik) Spelling-correct and consistent in usage (Ejaan) Punctuation (Titik koma) Capitalization (Huruf besar kecil)
33
Legibility, particularly of handwritten assignments (Kejelasan tulisan)
Grammar- refers to the following elements: (Tata bahasa) Sentence formation; clauses and phrases appropriately formed and connected (Pembentukan kalimat, klausa dan frasa dibentuk dan terhubungkan secara tepat) Word order and form (Susunan kata dan bentuk bunyi) Verb tense, form, voice (active or passive), and mood (indicative, imperative,subjunctive) (Tensis, bentuk, bentuk aktif atau pasif dan modus) Subject-verb agreement (Kesesuaian subjek dan kata kerja) Pronoun case forms and pronoun agreement with antecedent (Bentuk-bentuk kata ganti) Appropriate adjective and adverb form (Bentuk kata sifat dan kata keterangan) Parallelism (paralel) Appropriate use of modifiers
34
(Penggunaan modifiers) Direct and indirect speech (Kalimat langsung dan tidak langsung) Word order (Kosakata)
Style - refers to the following elements: (Gaya bahasa) Evidence of stylistic control (Gaya mengarang) Writing at the appropriate language level (Apakah bahasanya umum, formal atau informal) Writing appropriate to content, subject, purpose, and audience (Gaya sesuai dengan isi, tujuan dan pembaca) Demonstration of effective tone and appropriate vocabulary (Memperlihatkan bunyi yang efektif dan kosakata yang tepat) Evidence of creativity (Kreatif) Length and complexity of sentences (Kompleksitas kalimat dan panjang kalimat) Maintenance of consistent style (Pemertahanan gaya tulisan)
35
Pendapat lain disampaikan oleh Tagliante (2005: 70) mengenai kategori penilaian karangan yaitu sebagai berikut : Respect de la consigne (Ketaatan terhadap perintah yang diberikan) Performance globale (Organisai karangan) Pertinence des informations données (Ketepatan informasi yang diberikan/gagasan/ide) Structures simples correctes, présence des temps du passé (Penggunaan struktur kalimat sederhana yang tepat) Lexique approprié (décrire) (Kesesuaian kosakata) Présence d’articulateurs très simples, comme <et>,<mais>et <parce que> (Penggunaan kata sambung sederhana seperti<et>,<mais> dan <parce que>) Untuk penelitian ini, penulis menggunakan penilaian karangan deskripsi dari Tagliante karena kriteria penilaian ini lebih sederhana dari kriteria karangan dalam situs http://fr.wikipedia.org/wiki/writing skill test namun mencakup aspekaspek penilaian dalam situs tersebut.
36
2.4.6 Silabus Production Écrite V Silabus ini digunakan untuk production écrite v yang berkenaan dengan karangan berjenis argumentatif. Berhubung satu dengan lainnya, penulis mengadakan penelitian terhadap mahasiswa semester v berkenaan dengan karangan deskripsi. Walaupun topik argumentasi, mahasiswa juga membuat karangan deskripsi. Berikut ini adalah silabus mata kuliah production écrite v pada Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis FPBS UPI : 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah
: Production Écrite V
Nomor Kode
: PR 303
Bobot Sks
: 2 SKS
Semester/Jenjang
: V/S1
Kelompok Mata Kuliah
: Mata
Kuliah
Keahlian
(MKK)
Bidang Studi Jurusan
: Pendidikan Bahasa Prancis
Status Mata Kuliah
: Mata Kuliah Lanjutan dari Mata Kuliah Production Écrite IV
Mata Kuliah Prasyarat
: Mata Kuliah Production Écrite I, II, II & IV
Dosen/Kode Dosen
: Dr. Riswanda Setiadi, M.A./1670
2. Tujuan Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu :
37
a. mengungkapkan gagasan dan pikiran secara efektif dalam bahasa Prancis; b. membuat kalimat dan paragraf bahasa Prancis secara komunikatif ; dan c. menggunakan berbagai genre dalam kegiatan menulis untuk tujuan dan keperluan yang berbeda. 3. Deskripsi isi Dalam perkuliahan ini dibahas bagaimana mahasiswa memaparkan berbagai peristiwa di masa lalu dengan mengingat unsure-unsur penting dalam peristiwa, melaporkan sejumlah informasi penting yang mungkin memberikan pengaruh khusus pada diri mereka, memberikan langkah-langkah penyelesaian masalah, dan memberikan evaluasi terhadap suatu isu atau masalah. Dalam mata kuliah ini juga dipraktikan bagaimana mahasiswa membuat kalimat dan paragraf yang efektif
4. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan
: Komunikatif, kontekstual, dan proses
Metode
: Diskusi kelas, conference, dan peer writing
Tugas
: Komposisi individual dan kelompok
Media
: OHP,LCD/Power Point, dll.
5. Evaluasi
38
· Kehadiran
(20%)
· Tugas individual
(30%)
· Tugas kelompok
(50%)
6. Rincian Materi Perkuliahan Pertemuan I Membahas : 1) Tujuan mata kuliah 2) Ruang lingkup mata kuliah 3) Kebijakan pelaksanaan perkuliahan 4) Kebijakan penilaian hasil belajar 5) Tugas yang harus diselesaikan 6) Buku ajar yang digunakan dan sumber belajar lainnya 7) Hal-hal lain yang esensial dalam pelaksanaan perkuliahan Pertemuan II Membahas : 1) Kalimat dan paragraf efektif 2) Contoh dan latihan pembentukan paragraf efektif 3) Menulis suatu karangan tentang suatu peristiwa Pertemuan III Membahas : 1) Pengembangan paragraf (lanjutan) 2) Menulis profil (orang, kelompok atau organisasi) Pertemuan IV Membahas : 1) Menyampaikan informasi/berita
39
2) Menyampaikan argument Pertemuan V s.d.a VI Membahas : 1) Penyusunan laporan 2) Penyampaian solusi Pertemuan VII s.d.a X Membahas : 1) Penyampaian evaluasi 2) Penyampaian gagasan tentang penyebab suatu peristiwa Pertemuan XI s.d.a XV Membahas : 1) Penyampaian tulisan individu 2) Penyampaian tulisan kelompok 3) Peer editing Pertemuan XVI Penyerahan tugas akhir 7. Daftar Buku a. Buku Utama
:
Axelrod, R.B. & Cooper, C.R. 1988. The St. Martin’s Guide to Writing. New York: St. Martin Press b. Buku Referensi : Carino, P. 1991. Basic Writing. New York: Harper Collins Publishers, Inc. Donovan, T.R. & McClelland, B.W.1980. Eight Approches to Teaching Composition. Urban, Illinois: National Council of teachers od English.