BAB II MEDIA IKLAN AUDIOVISUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA
2.1
Media Pembelajaran
2.1.1
Pengertian Media Media merupakan suatu alat yang akhir – akhir ini banyak sekali di gunakan
dalam dunia pendidikan terutama dalam proses pengajaran, berikut in penjelasan dari kata media sebagai berikut : Djamarah dan Zain (2002 : 136) menjelaskan bahwa : “Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media.”
Dalam uraian tersebut di jelaskan bahwa media merupakan sebuah alternatif dalam proses belajar mengajar. Dengan menggunakan media, bahan ajar yang akan disampaikan menjadi lebih sederhana dan lebih mudah di mengerti. Seperti yang dikutip dari http://Fr.wikipedia.org/wiki/M%C3%Agdia, bahwa ”on nomme média un moyen de diffusion d’informations(comme la presse, la radio, la television), utilisé pour communiquer ” Yang berarti bahwa media adalah alat untuk mengantarkan informasi yang digunakan untuk berkomunikasi.
8
9 Dalam http://apadefinisinya.blogspot.com/2007/12/pengertian-media.html: “Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Yang dimaksud dengan perantara atau pengantar yaitu media untuk mengantarkan pesan yang diberikan sehingga proses komunikasi dapat berjalan.” Namun pengertian media dalam proses pembelajaran disini cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Sehingga anak didik melakukan proses belajar komunikasi dengan baik. Media merupakan alat bantu untuk memvariasikan proses kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain media juga akan memberikan penjelasan lebih mengenai makna dari materi yang disampaikan oleh guru. Senada dengan pendapat diatas, dalam situs. Menurut Geonach dalam Desmons(2005 : 14) terdapat 6 karakteristik utama pendekatan bahasa yaitu : 1) le langage est un comportement, il faut donc inciter l'élève a pratiquer ce comportement. 2) l'oral est premier. 3)simuler des situations réelles à travers des dialogues favorise l'apprentissage. 4) ce qui permet la formation d'automatismes 5) l'imitation et la mémorisation de modèles aident à la pratique de la langue 6) apprendre à utiliser la langue est prioritaire.
Uraian di atas menjelaskan bahwa : (1) bahasa adalah perilaku, yang harus kita lakukan kepada siswa untuk melakukan praktek tersebut, (2) ucapan merupakan hal yang pertama, (3) mensimulasikan situasi nyata melalui dialog dalam menyampaikan
10 bahasa, (4) yang memungkinkan membentuk formasi secara otomatis, (5) imitasi dan mengahapalkan beberapa model yang dapat membantu dalam bahasa secara praktis, (6) belajar menggunakan bahasa adalah prioritas. Dari keenam karakteristik tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan perilaku yang yang dapat dilakukan dengan praktek seperti ucapan, dialog, menghapalkan. Belajar berbahasa adalah hal yang prioritas. Harjanto (2003;240) menjelaskan bahwa: “Media pengajaran memiliki dua pengertian. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana. Sedangkan media dalam arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks. Akan tetapi juga mencangkup alat – alat sederhana seperti slide, biografi, diagram dan bagan buatan guru, objek –objek nyata serta kunjungan ke luar sekolah.”
Pada dua pengertian media tersebut diuraikan bahwa, media digunakan secara efektif dalam proses pengajaran, dan media terdiri dari beberapa macam. Begitu manfaatnya media bagi proses belajar mengajar. Menurut
Harjanto
(2003;238)
bahwa:
“Pengadaan
media
juga
harus
memperhatikan kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan sekaligus pemanfaatan media pengajaran. Kriteria tersebut sebagai berikut: a. Media sebaiknya menunjang tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. b. Keterpaduan (validitas) tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari. c. Keadaan peserta didik seperti: kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta didik dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu dipertimbangkan
11 d. Ketersediaan dari pemilihan media perlu memperhatikan ada atau tidaknya media tersebut serta mudah sulitnya diperoleh. e. Media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik” f. Biaya yang dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuaian atau tidak. Dari keenam kriteria di atas, bahwa media merupakan hal yang selalu pengajar dan peserta didik butuhkan dalam setiap proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum pembelajaran. Briggs dalam Sadiman, dkk. (2008:6) menerangkan bahwa : media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Contohnya : Buku, film, kaset, film bingkai.”Dari definisi tersebut,
dapat di
simpulkan bahwa media merupakan bentuk alat yang dapat memberikan ketertarikan siswa dalam proses pembelajaran. Sadiman, dkk (2002:6) mengemukakan pula bahwa : “ Media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pildran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan Menurut Gagne dan Briggs dalam Arsyad, (2002:4) dijelaskan bahwa: “Alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan siswa dapat berlangsung secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dicita-citakan.
12 2.1.2
Nilai dan Kegunaan Media Media dalam pengajaran memiliki nilai dan kegunaan. Sering sekali kita
mengabaikan media dalam proses pengajaran dan media hanya dianggap sebagai alat bantu saja, namun banyak nilai dari media pengajaran seperti yang dipaparkan di bawah diantaranya : “Pertama, media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yangdimiliki siswa. Kedua, media dapat mengatasi batas ruang kelas. Ketiga, media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dan lingkungannya. Keempat, media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan. Kelima, media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat. Keenam, media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik. Ketujuh, media dapat membangkitkan dan minat baru. Kedelapan, media dapat mengontrol kecepatan belajar peserta. Kesembilan, media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal –hal yang konkrit sampai abstak.” (Abdulhak dan sanjaya, 1995: 16-17) Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pula bahwa tiap individu siswa memiliki interpretasi yang berbeda ketika mendapatkan pemaparan dari pengajar. Namun, bila pemaparan tersebut disertai dengan hal – hal yang konkrit, maka siswa akan memiliki satu pemahaman yang sama. Sadiman.et al ( 2008: 17-18) mengatakan bahwa “Media juga punya beberapa kegunaan diantaranya: (1). Menimbulkan kegairahan belajar.(2). Memunginkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan (3). memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.” Dalam penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa media dapat melatih siswa untuk belajar berinteraksi dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri.
13 2.1.3
Jenis – Jenis Media Banyak ragam dari media akibat perkembangan iptek yang dapat memperkaya
sumber dan media pembelajaran, seperti video, buku teks, modul, film, televisi, radio, slide, web dan lainnya. Adapun klasifikasi dari jenis – jenis media, seperti yang diungkapkan oleh Briggs dalam Sadiman.et al. (2008:23), yaitu : “Tiga belas media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparasi, film rangkai, film bingkai, film televisi dan gambar.” Adapun pendapat berbeda yang dikemukakan oleh Rudy Bretz dalam Sadiman, et. al (2008: 20) yakni : “Yang membedakan media dalam tiga jenis yaitu: suara, visual dan gerak. Media visual dibedakan menjadi gambar , garis dan symbol“. Dari kedua uraian diatas bahwa,
banyak sekali jenis jenis dari media
pengajaran, baik yang berbentuk Audiovisual maupun media cetak. Menurut Seels & Glaslow ( Arsyad, 2002: 33), dilihat dari segi perkembangan teknologi, jenis media pembelajaran dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu: 1. Media tradisional a. Media visual diam yang diproyeksikan, media yang termasuk dalam kelompok ini adalah : proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slide dan film strips. b. Yang tak di proyeksikan yaitu : gambar, poster, foto, chart, grafik, diagram, pameran, papan info dan papan bulu. c. Audio : rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge d. Penyajian multimedia : slide plus suara (tape), multi-image. e. Visual dinamis yang di proyeksikan : film, televise, dan radio. f. Cetak: buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, berkala, dan lembaran lepas ( hand out ).
14 g. Permainan : teka – teki, simulasi dan permainan papan. h. Realia : model, contoh (sepecimen), dan manipulatif. 2. Media Teknologi Mutakhir a. Media berbasis telekomunikasi : teleconference dan kuliah jarak jauh. b. Media berbasis microprosesor : permainan komputer, system tutor intelijen, interaktif, computer - assisted instruction, hypermedia dan compact (video) disc.
Beragamnya karakteristik dan nilai yang dikemukakan para ahli tersebut memberi kesimpulan bahwa media pengajaran apapun jenisnya sangatlah penting untuk proses pembelajaran.
2.1.4
Tujuan Media Pembelajaran Achsin
(1986:17-18)
dalam
http://endonesa.wordpress.com/ajaran-
pembelajaran/media-pembelajaran/. menyatakan bahwa: “Tujuan penggunaan media pengajaran adalah (1) agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna, (2) untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi kepada anak didik, (3) untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik, (4) untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, (5) untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik.”
Pendapat di atas menerangkan bahwa pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media dengan beberapa tujuan seperti: dapat mendorong siswa untuk mengetahui lebih banyak materi yang di ajarkan. Maka dari itu penggunaan media dapat menjadi alternative dalam proses pembelajaran.
15 Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan bahwa: “Tujuan pemanfaatan media adalah (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi,(2) bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami,(3) metode mengajar akan lebih bervariasi, dan (4) siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.”
Dari kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan media adalah: (1) efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, (2) meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) variasi metode pembelajaran, dan (4) peningkatan aktivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Bruner (1966) dalam
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/media-
pembelajaran-arti-posisi-fungsi-klasifikasi-dan-karakteristiknya/
mengungkapkan
bahwa : “Ada tiga tingkatan utama modus belajar, seperti: enactive (pengalaman langsung), iconic (pengalaman piktorial atau gambar), dan symbolic (pengalaman abstrak). Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena adanya interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya melalui proses belajar. Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk memahami apa dan bagaimana mencangkok. Dalam tingkatan pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar secara langsung mengerjakan atau membuat cangkokan. Pada tingkatan kedua, iconic, pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman video. Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya lewat membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat orang mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri.”
16
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses belajar mengajar sebaiknya diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera pebelajar. Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi (isi pelajaran),
maka semakin besar kemungkinan isi pelajaran tersebut dapat
dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan pebelajar. Jadi agar pesan-pesan dalam materi yang disajikan dapat diterima dengan mudah (atau pembelajaran berhasil dengan baik), maka pengajar harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat diproses dengan berbagai indera pembelajar.
2.1.5
Manfaat Media Pembelajaran Menurut Latuheru (1988: 23- 24), bahwa secara umum manfaat penggunaan
media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: (1) Media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan, (2) Media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosil ekonomi, (3) Media pengajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain, (4) Media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan, (5) Media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (6) Media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
17 Dari beberapa uraian manfaat yang di kemukakaan oleh Latuheru, dapat di simpulkan bahwa manfaat media media dalam proses pembelajaran adalah dapat menerik perhatian siswa serta dapat membantu siswa dalam proses belajar sehingga dapat menumbuhkan kemampuan siswa dalam berusaha untuk belajar sendiri berdasarkan pengalaman yang mereka lihat. Sadiman, dkk (2002:16) menyatakan bahwa: media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya: (1) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model, (2) Objek yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar, (3) Gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography, (4) Kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD, (5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan ( (6) Konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain.
Dari uraian di atas, maka media dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu sehingga dapat menambah pengetahuan siswa dalam proses belajar mengajar. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Sadiman, dkk (2002:18), bahwa terdapat beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu (1) Pemanfaatan media dalam situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas,
18 (2) Pemanfaatan media di luar situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) Pemanfaatan secara bebas yaitu media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada kontrol dan pengawasan dad pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak dikelola dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) Pemanfaatan secara terkontrol yaitu media itu digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target) tertentu dengan mengikuti pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, (3) Pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau massal, meliputi (a) Pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan media oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) Pemanfaatan media secara kelompok, baik kelompok kecil (2—8 orang) maupun kelompok besar (9—40 orang), (4) media dapat juga digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh orang yang jumlahnya puluhan, ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seorang guru dalam memanfaatkan suatu media untuk digunakan dalarn proses belajar mengajar harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: (1) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) Isi materi pelajaran, (3) Strategi belajar mengajar yang digunakan, (4) Karakteristik siswa yang belajar. Karakteristik siswa yang belajar yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa terhadap media yang digunakan, bahasa siswa, artinya isi pesan yang disampaikan melalui media harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau kosakata yang dimiliki siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang disampaikan melalui media.
19 Beberapa pendapat para ahli dalam http://endonesa.wordpress.com/ajaranpembelajaran/media-pembelajaran/ sebagai berikut: Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah (1) Harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa, (2) Pemilihan media hams secara objektif, bukan semata-mata didasarkan atas kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan atau hiburan. pemilihan media itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa, (3) Tidak ada satu pun media dipakai untuk mencapai semua tujuan. Setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya dipilih secara tepat dengan melihat kelebihan media untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu, (4) Pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan metode mengajar dan materi pengajaran, mengingat media merupakan bagian yang integral dalam proses belajar mengajar, (5) Untuk dapat memilih media dengan tepat, guru hendaknya mengenal ciri-ciri dan masing-masing media, dan (6) Pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan. Dari uraian di atas, maka pemilihan media mempunyai prinsip – prinsip yang harus di sesuaikan dengan proses pembelajaran. Ibrahim (1991:24) menyatakan bahwa: ada beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk memilih media pembelajaran, antara lain : (1) Sebelum memilih media pembelajaran, guru harus menyadari bahwa tidak ada satupun media yang paling baik untuk mencapai semua tujuan. masingmasing media mempunyai kelebihan dan kelemahan. penggunaan berbagai macam media pembelaiaran yang disusun secara serasi dalam proses belajar mengajar akan mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran, (2) pemilihan media hendaknya dilakukan secara objektif, artinya benar-benar digunakan dengan dasar pertimbangan efektivitas belajar siswa, bukan karena kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan, (3) pernilihan media hendaknya memperhatikan syarat-syarat (a) sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (b) ketersediaan bahan media, (c) biaya pengadaan, dan (d) kualitas atau mutu teknik.
20 Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran adalah : (1) Media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran, metode mengajar yang digunakan serta karakteristik siswa yang belajar (tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa, dan jumlah siswa yang belajar), (2) Untuk dapat memilih media dengan tepat, guru harus mengenal ciri-ciri dan tiap tiap media pembelajaran, (3) Pemilihan media pembelajaran harus berorientasi pada siswa yang belajar, artinya pemilihan media untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa, (4) Pemilihan media harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat siswa belajar. Sadiman (2002: 82) menyatakan bahwa, adapun faktor-faktor tersebut adalah: (1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (2) karakteristik siswa atau sasaran, (3) jenis rangsangan belajar yang diinginkan, (4) keadaan latar atau lingkungan, (5) kondisi setempat, dan (6) luasnya jangkauan yang ingin dilayani Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sejumlah faktor yang mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran dapat dipakai sebagai dasar dalam kegiatan pemilihan. Pemilihan media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran juga harus berpedoman pada prinsip-prinsip pemilihan media yang dilatar belakangi oleh sejumlah faktor di atas. Pemilihan media pembelajaran
21 dalam proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai, isi materi pembelajaran , metode mengajar yang akan digunakan, dan karakteristik siswa. Raharjo (1986) dalam situs: http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/mediaaudio-visual-slide-bersuara/ menyatakan bahwa: “Media memiliki nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk: (a). Membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah. (b). Membawa objek yang berbahaya dan sulit untuk dibawa ke dalam kelas, seperti binatang buas, bola bumi, dan sebagainya. (c). Menampilkan objek yang terlalu besar, seperti candi borobudur. (d). Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang, seperti micro-organisme. (e). Mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion. (f). Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya. (g). Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar. (h). Membangkitkan motivasi belajar. (i). Memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar. (j). Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan. (k). Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu dan ruang.” Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai nilai – nilai yang praktis sebagai media untuk proses belajar mengajar bagi siswa. 2.1.6
Langkah – langkah pembelajaran Hidayat (1990:70) mengemukakan bahwa, langkah – langkah yang perlu
diperhatikan oleh pengajar dalam mempersiapkan materi pengajaran sebelum materi tersebut di ajarkan. Tahapan tersebut terdiri dari : 1. Pemilihan bahan, 2. Penentuan urutan bahan,
22 3. Penyajian bahan, dan 4. Pembentukan kebiasaan berbahasa Dengan mengikuti tahapan tersebut di harapkan materi pengajaran akan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Ducrot dalam http://www.frenchresources.info/pdf/jean_michel_ducrot.pdf menyatakan bahwa: tujuan umum pembelajaran dengan menggunakan video audio visual : “A quoi sert le travail sur des documents vidéo en classe de FLE ? (1) Amener l’apprenant à observer, apprécier, critiquer, porter un jugement sur ce qu’il voit; (2). Apprendre à décoder des images, des sons, des situations culturelles, en ayant recours à des documents authentiques ou semiauthentiques filmé; (3) Développer l’imagination de l’apprenant, l’amener à deviner, anticiper, formuler des hypotheses; (4) Le rendre capable de produire, reformuler, résumer, synthétiser; (5) Permettre à l’élève de construire son savoir, notamment grâce à l’utilisation d’une. Ressource telle que la vidéo.” Pernyataan di atas menjelaskan mengenai tujuan umum pembelajaran media video dalam kelas sebagai berikut : 1. Menemani/ mengajak peserta didik untuk mengamati, menilai, menilai, kritik, membuat keputusan tentang apa yang di lihatnya. 2. Belajar untuk memecahkan kode gambar, suara, situasi budaya dengan menggunakan bahan asli atau semi-otentik. 3. Mengembangkan imajinasi pembalajar, mencoba menebak, mengantisipasi,asumsi.
23 4. Membuat siswa mampu memproduksi, rephrase, meringkas, mensintesis. 5. Memungkinkan pembelajar untuk membangun pengetahuan mereka, termasuk melalui penggunaan sumber daya seperti video. Dari pernyataan tersebut, penulis menggunakan media iklan audio visual dalam upaya meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Prancis
2.2
Media Iklan
2.2.1
Definisi Media Iklan Menurut Setiawan dalam
(http.//Wikipedia.id/wiki/media iklan), bahwa :
“Yang dimaksud dengan media iklan adalah segala sarana komunikasi yang dipakai untuk mengantarkan dan menyebar luaskan pesan – pesan iklan”. Maka dapat di simpulkan bahwa media iklan dapat memberikan berbagai pesan atau informasi. Pesan tersebut dapat di terima oleh masyaratkat benyak sehingga masyarakat tertarik dengan produk2 yang di informasikan. Menurut Jefkins (5: 1995), periklanan merupakan pesan – pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah murahnya. Maka dapat penulis garis bawahi bahwa iklan merupakan penyampai pesan kepada masyarakat atau pembeli dengan produk produk yang potensial sehingga menarik pembeli.
24 Menurut Copley (1976) dalam
http://www.iklansiapa.com/artikel/definisi-
iklan.html. advertising is by and large seen an as art – the art of persusion – and can be defined as any paid for communication designed to inform and or persuade. Dari penjelasan tersebut bahwa iklan adalah sebuah seni dari persuasi dan dapat didefinisikan sebagai desain komunikasi yang di biayai untuk menginformasikan dan atau membujuk. Maka dari pengertian tersebut pada dasarnya iklan merupakan sarana komunikasi yang di gunakan oleh produsen untuk menyampaikan informasi tentang barang atau jasa kepada publik khususnya pelanggannya melalui suatu media massa. Selain itu, semua iklan di buat dengan tujuan yang sama yaitu untuk member informasi dan membujuk para konsumen untuk mencoba atau mengikuti apa yang ada di iklan tersebut. Dalam http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/commercialcompanies/2043787-pengertian-iklan/ dijelaskan bahwa : a. Iklan dapat diartikan sebagai berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak / orang ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan. b. Iklan dapat pula diartikan sebagai pemberitahuan kepada khalayak / orang ramai mengenai barang atau jasa yang dijual dan dipasang di dalam media massa, seperti surat kabar / koran, majalah dan media elektronik seperti radio, televisi dan internet. Dari pengertian iklan tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan dibuat dengan tujuan untuk menarik perhatian dan mendorong atau membujuk pembaca iklan agar memiliki atau memenuhi permintaan pemasang iklan. Dalam http://nocha93.blogspot.com/2010/11/definisi-iklan.html. Iklan didefinisikan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.
25 Definisi lain dari American Marketing Association (AMA), iklan adalah setiap bentuk penyajian dan promosi mengenai gagasan, barang atau jasa kepada khalayak (non-personal) oleh sponsor yang jelas, dan untuk itu dikenakan pembayaran. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan segala bentuk informasi dan promosi yang di sampaikan kepada masyarakat guna menarik minat masyarakat.
2.2.2
Jenis - jenis Iklan Menurut Setiawan (2006) dalam http.//Wikipedia.id/wiki/media iklan, bahwa : “Pada prinsipnya, jenis media iklan dalam bentuk fisik dibagi kedalam dua kategori yaitu media iklan cetak dan media iklan elektronik. Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual yang dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana penyampaian pesannya menggunakan kertas). Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-kata, gambar foto dan sebagainya ( contoh : surat kabar, majalah, tabloid, brosur, pamflet, poster. Sedangkan media elektronik adalah media yang proses bekerjanya berdasar pada prinsip elektronik dan eletromagnetis (contoh televisi, radio, internet). Diantara dikotomi media tersebut ada satu media yang tidak termasuk dalam kategori keduanya yaitu media luar ruang (papan iklan atau billboard)” Jika dilihat dari pekerjaan kreatifnya maka media iklan terbagi dua jenis yaitu: a. media lini atas (above the line) ; media utama yang digunakan dalam kegiatan periklanan, contoh ; televisi, radio, majalah, surat kabar. b. Media lini bawah (below the line) ; media pendukung dalam kegiatan periklanan, contoh : pamflet, brosur dan poster. Dari uraian di atas di jelaskan media iklan dalam berbagai bentuk. Berbagai
bentuk media tersebut merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan. Beberapa media iklan tersebut dapat di jadikan sebagai media alternative dalam proses belajar mengajar.
26 2.2.3
Media Iklan Audio Visual sebagai Media Pembelajaran
Media Iklan Audiovisual merupakan media iklan ( penyampai pesan) yang lebih menitikberatkan pada komunikasi dan penglihatan. Dalam hal ini maka penulis sangat tertarik untuk menggunakan media iklan Audiovisual ini karena media iklan audiovisual lebih komunikatif. Dengan media iklan audiovisual, di harapkan siswa lebih konsentrasi baik pendengaran maupun penglihatan. Serta siswa dapat menambah penguasaaan kosakata bahasa Prancis.
Djamarah, dkk, (2002:47) menyatakan bahwa, Sebagai alat bantu (media pembelajaran) dalam pendidikan dan pengajaran, media audio- visual mempunyai sifat sebagai berikut: • Kemampuan untuk meningkatkan persepsi • Kemampuan untuk meningkatkan pengertian • Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar. • Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement0 pengetahuan hasil yang dicapai • Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan)
atau
Dari uraian tersebut, bahwa dengan menggunakan media iklan audiovisual yang bersifat perspektif, komunikatif, dapat meningkatkan ingatan serta pengertian siswa. Media merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran dengan berbagai sifat yang dapat menunjang kemampuan belajar peserta didik.
27 2.2.4
Hubungan Media Iklan dengan Media Pembelajaran Media iklan merupakan media yang memberikan informasi kepada
masyarakat sehingga masyarakat tertarik dengan produk yang di informasikan oleh produsen. Sedangkan media pembelajaran merupakan media atau suatu alat yang yang dapat menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar. Penulis berpendapat bahwa media iklan saling berhubungan dengan media pembelajaran. Karena dari kedua media tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu menyampaikan informasi. Media iklan ini dapat di gunakan oleh pengajar sebagai media untuk pembelajaran siswa.
2.3
Kosakata
2.3.1
Pengertian Kosakata Dalam kemampuan berkomunikasi bahasa terutama bahasa asing, terdapat
empat jenis keterampilan berbahasa yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat jenis keterampilan tersebut merupakan hal yang harus diterapkan ketika seseorang belajar bahasa asing. Karena setiap aspek keterampilan tersebut sangat erat hubungannya serta penguasaan kosakata merupakan salah satu kunci keempat komponen tersebut. Maka peneliti berupaya menguji tingkat penguasaan kosakata bahasa Prancis.
28 Kridalaksana (2005: 141), menjelaskan bahwa pengertian kosakata adalah sebagai berikut : 1. Komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian pemakaian kata dalam bahasa. 2. Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara, penulis atau satuan bahasa; kosakata; pembendaharaan kata; dan 3. Daftar kata yang disusun seperti kamus tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis. Pengertian tersebut senada dengan yang di ungkapkan oleh Adi Winarta dalam Akadiah ,et. al (1991: 41), mengenai pengertian kosakata yaitu : 1. Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa. 2. Kata – kata yang di kuasai seseorang atau kata – kata yang di pakai oleh segolongan orang dari lingkungan yang sama. 3. Daftar linguistik, walaupun tidak semua morfem yang ada dalam satu bahasa merupakan kosakata, namun sebagian besar morfem itu dikenal sebagai kosakata. 4. Daftar sejumlah kata, ungkapan dan istilah dari suatu bahasa yang di susun secara alfabetis disertai batasan dan keterangannya. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah sekumpulan kata dalam suatu bahasa yang dimiliki seseorang, kata – kata yang
29 terdapat dalam suatu bahasa, dan beberapa kata yang terdaftar dalam kamus dengan disertai penjelasan secara singkat dan praktis. 2.3.2
Manfaat Penguasaan Kosakata Menurut Keraf (1998: 80) bahwa : “Penguasaan kosakata yang di miliki oleh
seseorang memiliki tiga sifat, yaitu penguasaan penguasaan bahasa secara aktif,pasif, dan penguasaan bahasa setengah aktif dan setengah pasif’. Ketiga sifat itu memiliki arti yaitu sebagai berikut: 1. Penguasaan secara aktif, yaitu kata – kata yang sering dipergunakan seseorang dalam berbicara atau menulis Nampak keluar tanpa pikir panjang untuk merangkai gagasan – gagasan yang ada di pikirannya. 2. Penguasaan bahasa secara pasif adalah kata – kata yang hamper tidak dapat di gunakan tetapi dapat menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca oleh orang tersebut. 3. Penguasaan bahasa setengah aktif dan setengah pasif artinya bila seseorang memahami arti kata – kata suatu bahasa tetapi ia tidak mampu membuat orang lain memahaminya.” Dari ketiga penjelasan tersebut, maka dapat penulis simpulkan bahwa, penguasaan kosakata dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: pasif ( dapat memahami, namun sulit untuk menyampaikan gagasannya), aktif (dapat mengerti serta dapat menyampaikan kembali gagasannya dengan lancar), setengah pasif dan setengah aktif (dapat memahami secara garis besar namun, tidak mampu membuat orang lain memahaminya). Adapun pengertian penguasaan kosakata menurut Tarigan (1986 : 54) dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu : 1. Penguasaan kosakata reseptif Penguasaan kosakata reseptif atau proses decoding, artinya proses memahami apa – apa yang di tuturkan orang lain. Reseptif diartikan
30 sebagai penguasaan yang bersifat pasif, pemahaman hanya dalam proses pemikiran. 2. Penguasaan produktif Penguasaan produktif atau proses encoding, yaitu proses mengkomunikasikan ide pikiran, perasaan melalui bentuk kebahasaan. Dengan kata lain pemahaman terhadap kosakata dengan cara mampu menerapkan kosakata yang bersangkutandalam suatu konteks kalimat. Dengan demikian akan jelas makna yang di kandung oleh kosakata tersebut. 3. Penguasaan penulisan, yang tidak kalah penting dengan penguasaan produktif dan reseptif, penguasaan kelompok ini adalah penguasaan kosakata secara tepat dan sempurna dan di tuangkan lewat tulisan. Dari ketiga pengertian penguasaan kosakata tersebut, dapat di simpulkan bahwa penguasaan kosakata di bagi dalam beberapa kelompok, yaitu: penguasaan reseptif (mampu mengerti dalam proses pemikirannya saja, namun tidak dapat di sampaikan kembali kepada orang lain), penguasaan produktif (mampu mengerti dan memahami serta dapat mengaplikasikannya dalam sebuah konteks kalimat), sedangkan penguasaan penulisan ( mempu menguasai kosakata secara tepat dan sempurna yang dapat di tuangkan lewat tulisan). Penguasaan kosakata mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbahsa. Seperti yang di kemukakan oleh Hardhono (1988: 7), bahwa: “Dari semua aspek dasar bahasa asing yang harus di kuasai siswa dalam proses belajar, aspek kosakata di anggap yang paling penting karena tanpa penguasaannya tidak mungkin orang bisa menggunakan bahasa asing. Pengalaman menunjukan bahwa meskipun siswa dapat membaca teks dengan ucapan yang baik dan punya pengetahuan yang cukup tentang tata bahasa, namun jika mereka tidak dapat menangkap apa yang di baca, maka mereka tidak memahami dan tidak dapat mengutarakan kembali isi bacaan tersebut.”
31 Dengan
kosakata,
seseorang
dapat
mengeluarkan
ide
–
ide
pemikirannya.Semakin banyak kosakata maka akan semakin lancar dalam berbahasa. Hal serupa dikemukakan juga oleh Keraf (1998 : 24), mengenai salah satu manfaat kosakata, yaitu : “Mereka yang luas akan kosakatanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya. Sebaliknya yang miskin kosakatanyaakan sulit menemukan kata yang tepat, dan ketiga, karena ia tidak tahu bahwa ada perbedaan antara kata – kata yang bersinonim itu.” Adapun manfaat kosakata dalam kehidupan sosial, seperti yang di kemukakan kembali oleh Keraf (1998 : 23), yaitu: “Mereka yang terlibat dalam jaringan komunikasi masyarakat kontemporer ini memerlukan persyaratan – persyaratan tertentu. Persyaratan itu antara lain: ia harus menguasai sejumlah besar kosakata yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakan kekayaannya itu menjadi jaringan – jaringan kalimat yang jelas dan efektif, sesuai dengan kaidah – kaidah sintaksis yang belaku, untuk menyampaikanrangkaian pikiran dan perasaannya kepada anggota – anggota masyarakat lainnya.”
Dari berbagai pendapat Keraf tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa kosakata sangat penting dalam berbahasa. Baik secara formal maupun sosial. Kosakata sangat bermanfaat untuk menamnbah ide – ide gagasan sehingga dapat diungkapkan melalui lisan dan tulisan.
32 2.3.3
Cara - cara Penguasaan Kosakata Wartini (1999) dalam situs: http//www.ialf.edu/1999/belajarkatakata.html,
menjelaskan bahwa:“Dalam rangka untuk memperkaya kosakata, siswa sebaiknya mempunyai buku khusus untuk mencatat kata – kata baru. Cara – cara berikut dapat dipakai siswa dalam mencatat kata – kata baru :
1. Terjemahan. Siswa menulis arti kata yang baru di pelajari dalam bahasa asing yang di pelajari ke dalam bahasa Indonesia 2. Gambar – gambar. Siswa mrenggambarkan kata – kata yang baru dipelajari dalam buku catatanya 3. Definisi. Siswa mencatat definisi kata kata baru tersebut pada buku catatan. Definisi dapat di lihat pada kamus atau di tanyakan kepada guru 4. Contoh – contoh kalimat. Siswa menuliskan contoh – contoh kalimat dengan menggunakan kata – kata baru di dalam catatannya. Agar mudah mengingatnyauntuk pemakaian dalam konteks kalimat 5. Topik. Siswa menuliskan kata – kata yang baru dipelajari berdasarkan topiknya, agar memudahkan siswa dalam mengingat kata dalam topic pembelajaran hari ini. 6. Daftar kata – kata. Siswa menuliskan kata – kata yang baru dipelajari berdasarkan kelas katanya, misalnya kata kerja, kata benda, kata sifat, dan sebagainya 7. Jaringan kata. Siswa menambahkan kata – kata yang baru dipelajari tersebut dengan menambahkannya pada catatan sebelumnnya yang telah di buat Seperti yang telah diuraikan di atas, cara – cara memperkaya kosakata tersebut dapat diterapkan dalam proses pembelajaran bahasa terutama penguasaan kosakata. Karena cara – cara tersebut terlihat sangat mudah diaplikasikan.
33 2.4
Penggunaan Media Iklan Audio Visual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa Prancis
Seperti yang diungkapkan oleh Djamarah S.B, dkk, (1995:47) bahwa, sebagai alat bantu (media pembelajaran) dalam pendidikan dan pengajaran, media audiovisual mempunyai sifat sebagai berikut: a) Kemampuan untuk meningkatkan persepsi b) Kemampuan untuk meningkatkan pengertian c) Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar. d) Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement0 atau pengetahuan hasil yang dicapai e) Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan) Dari uraian tersebut, bahwa media audiovisual bersifat perspektif, komunikatif, serta dapat meningkatkan ingatan serta pengertian siswa. Sehingga media tersebut dapat di gunakan oleh pengajar sebagai media pembelajaran terutama dalam meningkatkan kemampuan kosakata bahasa Prancis.
Kekayaan kosakata seseorang turut menentukan kualitas keterampilan berbahasa orang tersebut (Tarigan 1985:V). Dari pernyataan tersebut dapat penulis uraikan bahwa dengan menguasai kosakata maka seseorang dapat menentukan kualitas dalam berbahasa. Kualitas keterampilan berbahasa berbahasa seseorang jelas bergantung pada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kayak kosakata yang di miliki maka semakin besar pula kemungkinan keterampilan berbahasa.
34 Adapun beberapa hubungan antara kosakata dengan kehidupan seperti yang di ungkapkan oleh Tarigan (15: 1993), mempelajari sebuah kata baru dengan sendirinya membawa efek eksplosif, mengakibatkan pengaruh luas dalam kehidupan.
Dari
uraian tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa mepelajari kosakata suatu bahasa merupakan hal yang paling penting karena dapat memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan seseorang. Mengenai Pengembangan kata dalam Tarigan (1993 : 23), Dale mengatakan ada 13 teknik yang dipergunakan dan telah disesuaikan dengan kondisi dan situasi dalam pengajaran kosakata di Indonesia, diantaranya : (1) Ujian sebagai pengajaran (2) Petunjuk konteks (3) Sintonim, anonim dan homonim (4) Asal – usul kata (5) Prefiks (6) Sufiks (7) Akar kata (8) Ucapan dan ejaan (9) Semantik (10) Majas (11) Sastra dan pengembangan kata (12) Penggunaan kamus (13) Permainan kata. Teknik – teknik pengembangan kata tersebut di gunakan untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Prancis siswa.