BAB II MASYARAKAT DI SARIBUDOLOK
2.1.
Sejarah Singkat Saribudolok Saribudolok berasal dari kata saribu artinya seribu dan dolok artinya
bukit. Jadi Saribudolok dapat diartikan sebagai suatu daerah yang terdiri dari seribu bukit. Wilayah Saribudolok terbentuk sekitar tahun 1928 yang dipimpin oleh Marga Girsang. Lokasi yang pertama sekali ditempati oleh Sipungka Huta (pembuka kampung) disebut dengan Sardolok Atas. Dikatakan Sardolok Atas karena letaknya berada ditempat yang paling tinggi. Akibat pertumbuhan penduduk dan adanya orang-orang yang datang merantau, dengan pertambahan penduduk yang banyak mengakibatkan penduduk memperluas areal pemukiman yang akhirnya perluasan areal pemukiman ini menyebabkan nama baru yaitu disebut dengan Kampung Kristen karena yang menempati lokasi tersebut terdiri dari keluarga-keluarga pendeta. Selain nama Kampung Kristen, masih ada tempat yang dinamakan dengan Kampung Toba, dan Kampung Kopi. Alasan dari pemberian nama tersebut adalah di Kampung Toba ini dulunya yang menempati adalah para pendatang-pendatang yang berasal dari daerah Samosir yang bertujuan untuk
19
bekerja sebagai Haroan (orang upahan yang bekerja khususnya di bidang pertanian). Seiring dengan perjalanan waktu maka jumlah penduduk di Kampung Toba semakin bertambah dimana sampai saat ini sudah mencapai jumlah 437 jiwa. Jumlah ini hanya yang terdata di kelurahan Saribudolok, sementara pendatang lainnya yang tidak menetap tidak dicatatkan di kantor kelurahan karena biasanya mereka datang dan pergi tanpa ada waktu yang pasti. Mereka yang memilih untuk hidup menetap di Kelurahan Saribudolok ini memiliki alasan bahwa mereka berharap bisa mendapatkan kehidupan yang layak dengan kesuburan tanah yang ada dan dapat mereka kelola. Alasan mengapa dikatakan Kampung Kopi karena pada awalnya kampung ini banyak ditanami kopi,namun pada saat sekarang tanaman ini tidak ditemukan lagi di lokasi ini karena sudah berubah menjadi pemukiman penduduk. Kepadatan penduduk Saribudolok ini mengakibatkan nama-nama kampung yang disebutkan diatas menjadi kabur karena batas-batas perumahan penduduk hampir tidak dapat dipastikan lagi. pada saat sekarang ini yang menjadi tanda pembagian Kelurahan Saribudolok ini adalah adanya yang disebut dengan Jalan Sutomo, Jalan Kartini, Jalan Merdeka, Jalan Singgalang, Jalan Pematang Siantar, Jalan Kabanjahe dan lain sebagainya.
20
2.1.1. Letak dan Keadaan Wilayah 2.1.1.1.Kondisi Iklim dan Letak Geografis Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Saribudolok diapit oleh dua pegunungan, yaitu sebelah utara pegunungan Sipiso-piso dan sebelah barat pegunungan Singgalang. Oleh sebab itu Kelurahan Saribudolok terletak di dataran tinggi derngan ketinggian tempat dari permukaan laut 1400 meter. Dimana 59,99% (1440,25 Ha) keadaan topografinya merupakan daratan dan 39,99% (960,17 Ha) merupakan perbukitan/pegunungan. Rata-rata suhunya sekitar 26-28 0C dan keadaan curah hujan 1.150 mm/tahun. 2.1.1.2. Batas Wilayah dan Luas Wilayah Adapun batas-batas Kelurahan Saribudolok adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Dolok Silau Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Purba Berdasarkan topografi kemiringan tanah, Kelurahan Saribudolok berada pada kawasan dataran tinggi sehingga menyebabkan masyarakat cenderung lebih memilih menjadi petani dan pedagang (agen sayur-mayur). Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
21
Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Nagori/Kelurahaan di Kecamatan Silimakuta Tahun 2006 Luas Rasio terhadap luas No. Nagori/Kelurahan (Km) kecamatan (%) Ujung Saribu 6.64 4.24 1 2
Sibangun Meriah
16.93
10.80
3
Silimakuta Barat
11.09
7.08
4
Saribudolok
20.60
13.15
5
Purbsa Sinombah
24.77
15.81
6
Purba Tua
12.22
7.80
7
Siboras
14.50
9.25
8
Ujung Meriah
9.96
6.36
9
Mardinding
9.30
5.93
10
Naga Saribu
8.23
5.25
11
Purba Tua Baru
11.20
7.15
12
Saribujandi
11.26
7.19
156.70
100.00
Jumlah
Sumber: Kantor Kelurahan Saribudolok, 2014 Dari tabel di atas kita dapat melihat bahwa Kecamatan Silimakuta terdiri dari 12 Kelurahan atau Nagori. Ditinjau dari Luasnya wilayah Kecamatan Silimakuta dengan populasi yang cukup padat maka dalam hal ini penulis membatasi lokasi penelitian yaitu di Nagori/Kelurahan Saribudolok. Daerah Saribudolok dianggap mampu mewakili unit analisis penelitian yang dibutuhkan dengan mayoritas penduduknya adalah suku Simalungun dan luas Wilayah 20,60 Km atau 13,15%. 22
2.2.
Keadaan Penduduk
2.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Mayoritas penduduk Kelurahan Saribudolok adalah Suku Simalungun. Hal ini dikeranakan yang pertama-tama menempati daerah ini adalah Suku Simalungun (penduduk Asli). Akan tetapi pada masa sekarang selain penduduk asli banyak juiga suku perantauan yang datang seperti: Suku Karo, Batak Toba, Jawa, dan Etnis Cina. Untuk lebih jelasnya perbandingan daripada jumlah penduduk berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku No.
Suku
Jumlah Jiwa
Presentase
1
Simalungun
6.006 orang
78,0 %
2
Karo
914 orang
12,0 %
3
Toba
473 orang
6,0 %
4
Jawa
278 orang
3,5 %
5
China
21 orang
0,5 %
7692 orang
100 %
Jumlah
Sumber: Kantor Kelurahan Saribudolok, 2014 Dari tabel di atas, ada beberapa suku bangsa yang terdapat di daerah Saribudolok yaiu: Simalungun sebesar 78 %, Batak Karo 12 %, Batak Toba 6 %, Jawa 3,5 %, dan Etnis China 0,5 %. Dilihat dari tabel, suku pendatang yang 23
paling dominan adalah Suku Karo sekitar 12 % dibandingkan dengan suku battak toba yang hanya 6 % saja. Satu hal yang perlu di ketahui, diantara suku Batak Toba dan Karo tidak ingin disebutkan sebagai pendatang. Hal ini dikarenakan mereksa sudah menjadi bagian dari warga Saribudolok. Adapun yang menjadi alasannya adalah karena mereka sudah turun temurun tinggal di daerah Saribudolok atau dengan kata lain sudah lahir di Kelurahan Saribudolok. 2.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur Dengan memperhatikan data yang diperoleh peneliti dari data statistic dari lapangan (Kantor Kelurahan Saribudolok) maka komposisi penduduk terdidi dari beberapa klasifikasi menurut umur dan kelompok tenaga kerja. Berdasarkan jumlah penduduk yang sebanyak 7.692 jiwa, maka jumlah lakilaki adalah sebesar 3.659 jiwa dan perempuan 4.033 jiwa. Berdasarkan jumlah ini jelas terlihat jumlah perbandingan antara penduduk laki-laki dengan perempuan. Dimana jumlah yang paling banyak itu adalah perempuan. Jumlah penduduk kelurahan Saribudolok yang dominan usia angkatan kerja yaitu, 27 tahun sampai dengan 57 tahun. Hal ini dsebabkan oleh penduduk yang berusia 4 tahun sampai dengan 25 tahun masih terikat dengan pendidikan masing-masing, dan kebanyakan penduduk Saribudolok yang masih bersekolah menempuh pendidikan di luar Kota misalnya, Medan, Siantar, Jakarta, dan Kota lainnya.
24
Pada umumnya penduduk Saribudolok yang masih berusia 14 tahun sudah melanjutkan pendidikan di luar daerah sampai bekerja. Tidak jarang juga dari antara mereka yang tidak kembali kekampung halaman dan menetap di kota. Sementara yang berumur 50 tahun ke atas mereka biasanya menghabiskan masa tua mereka di Saribudolok. Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Kelompok Tenaga Kerja No.
Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
0 – 12 bulan
65
72
137
2
1 – 4 tahun
102
115
217
3
5 – 6 tahun
205
211
416
4
7 – 12 tahun
354
365
719
5
13 – 15 tahun
537
606
1.133
6
16 – 18 tahun
429
503
932
7
19 – 25 tahun
328
375
703
8
26 – 35 tahun
496
536
1.032
9
36 – 45 tahun
457
496
953
10
46 – 50 tahun
312
378
690
11
51 – 60 tahun
247
246
493
12
61 – 75 tahun
103
98
201
13
76 tahun ke atas
45
51
96
Sumber: Data Statistik 2014 Kelurahan Saribudolok
25
2.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkaan Pendidikan Masyarakat Saribudodlok sebenarnya adalah masyarakat yang sangat peduli dengan pendidikan. Akan tetapi banyak sekali anak-anak sekolah yang putus sekolah hanya samapi jenjang pendidikan SMA sederajat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: keadaan ekonomi dan kurangnya minat belajar pemuda setempat untuk melanjutkan pendidikannya ke
perguruan
tinggi. Untuk lebih jelasnya melihat keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah 1 Tidah/belum sekolah 760 2 Tidak tamat SD 1.031 3 SD 1.487 4 SMP 1.762 5 SMA 1.757 6 Perguruan Tinggi 619 7 Lain-lain 279 Jumlah 7.692 Sumber: Kantor Kelurahan Saribudolok, 2014 Dilihat dari tabel di atas, keadaan penduduk berdasarkan pendidikan di Kelurahan Saribudolok sudah tergolong penduduk yang berpendidikan atau pendidikan pada masyarakat sudah mulai berkembang. Berkembangnya pendidikan didaerah ini dikarenakan jarak daerah ini sudah dekat dengan wilayah perkotaan. Selain itu, didukung juga oleh sarana prasarana dan perekonomian di Saribudolok yang sangat mendukung khususnya dari sektor pertanian. Banyaknya minat sekolah dari setiap keluarga untuk melanjutkan 26
studi diluar daerah Saribudolok bukan karena tidak adanya Gedung Sekolah akan tetapi pemikiran orang tua yang menginginkan anaknya lebih baik daripada pendidikan mereka terdahulu dan didukung juga orang keinginan anak yang ingin bersekolah ke luar daerah Simalungun. 2.2.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama Kelurahan
Saribudolok
merupakan
daerah
yang
penduduknya
mayoritas suku Simalungun. Sejak jaman dahulu suku bangsa Simalungun adalah suku bangsa yang mayoritasnya menganut Agama Kristen dan Islam. Sama halnya dengan Suku Simalungun yang ada di Kelurahan Saribudolok, penduduknya menganut berbagai aliran kepercayaan baik itu agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Islam. Tetapi berdasarkan hasil penelitian maka penduduk adalah mayoritas menganut agama Kristen Protestan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama No.
Agama
Jumlah
Presentase
1
Katolik
3.030
39,0 %
2
Protestan
4.052
52,0 %
3
Islam
589
7,6 %
4
Budha
21
0,4 %
5
Hindu Sumber: Kantor Kelurahan Saribudolok, 2014
27
Dari tabel di atas dapat disimpulakn bahwa keadaan penduduk berdasarkan agama di Kelurahan Saribudolok didomunasi oleh agama Kristen Protestan, yakni sebanyak 4.052 % jiwa atau sekira 52 %. Berdasarkan data tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa yang menganut agama Kristen didominasi oleh suku Batak Toba, Karo, dan Simalungun. Sementara untuk agama Islam sebanyakan dianut oleh etnis Jawa sedangkan untuk agama Budha dianut oleh etnis China. Dari data ini juga dapat kita lihat bahwa utnuk agama Budha 100 % dianut oleh etnis China dimana hal ini dapat dilihat dari data penduduk. Artinya dari 21 jiwa penduduk Cina, semuanya menganut agama Budha. 2.2.5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Saribudolok menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Selain sebagai petani, masyarakatnya juga ada yang hidup dari sektor jasa, Guru, Pegawai dan Pedagang. Walaupun banyak mata pencaharian yang lain akan tetapi penghasilan utama itu adalah dari hasil pertanian. Ini terbukti bahwa rata-rata penduduk yang sudah berprofesi menjadi pegawai baik swata maupun negeri termasuk juga pedagang tetap juga memiliki lahan pertanian untuk digarap dan ditanami. Sebagai suatu daerah yang strategi yakbi berada sekitar 1400 meter di atar permukaan laut dan iklim yang tetap yaitu musim kemarau dan musim hujan.
28
Dengan perbedaan temperature anatara siang dan malam mencapai 27 – 29 0C, lahan pertanian sangat subur untuk ditanami hortikultura dana tanaman lainnya. Tanaman yang ada di daerah ini berbagai jenis diantaranya ada tanaman keras dan tanaman muda, akan tetapi tanaman muda adalah pilihan utama bagi penduduk. Alasan tanaman muda dijadikan pilihan utama dalam pertanian adalah karena pengurusannya lebih mudah dan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil lebih cepat dan yang paling mendukung adalah tanahnya yang subur untuk tanaman capcay (tanaman muda seperti sayur-mayur). Tanah di Kelurahan Saribudolok ini dapat dikatakan sebagai tanah yang tergolong subur. Tanaman muda seperti kentang, cabe, kol, tomat, sayur-mayur dan lainnya. Sedangkan tanaman tua seperti kopi, jeruk dan lainnya. Dari hasilhasil tanaman inilah penduduk Kelurahan Saribudolok dapat memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan sehari-hari. Seperti kebutuhan untuk makan, kebutuhan pendidikan anak dan juga pemenuhan kebutuhan hidup seperti kebutuhan barang-barang lainnya. Untuk lebih mengetahui mata pencaharian penduduk masyarakat Saribudolok dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
29
Tabel 6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Jumlah Presentase (%) 1 PNS 471 6,0 2 Pegawai Swasta 289 3,8 3 Petani 3.620 47,0 4 Pengrajin 31 0,4 5 Pedagang 254 3,3 6 Penjahit 34 0,4 7 Montir 18 0,2 8 Supir 114 1,4 9 Pengemudi Becak 82 1,0 10 TNI/Polri 37 0,4 11 Dokter 16 0,2 12 Pengusaha 60 0,7 13 Tukang kayu 8 0,1 14 Tukang Batu 20 0,2 15 Pensiunan 23 0,2 16 Usia Sekolah 2.570 33,4 17 Lain – lain 45 0,6 Jumlah 7.692 100 Sumber: Data Kelurahan Saribudolok, 2014 Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar penduduk di Kelurahan Saribudolok hidup dari sektor pertanian yaitu sekitar 49 %. Akan tetapi perlu diketahui walaupun sebagian lagi penduduknya hidup di sektor jasa, pegawai, dan sebagainya, mereka tetap merangkap sebagai petani. Hal ini terbukti pada dasarnya atau setiap penduduk yang ada di Kelurahan Saribudolok rata-rata memiliki juma (ladang) untuk digarap sebagai lahan pertaian. Oleh sebab itu, Saribudolok dikenal sebagai daerah pertanian tanaman hortikultura. 2.3.
Potensi Alam Lahan pertanian yang subur dan luas menjadi modal utama
perekonomian Simalungun dan menjadikan daerah ini lumbung padi terbesar 30
kedua Sumatera Utara setelah Kabupaten Deli Serdang. Terletak pada ketinggian 369 meter di atas permukaan laut, Simalungun mampu menarik perhatian masyarakat luar daerah sejak zaman kolonial. Kehadiran
pemerintahan
kolonial
memberi
arti
penting
bagi
perkembangan pertanian. Irigasi yang bersumber dari bendungan, salah satu bentuk pembangunan zaman kolonial, dimanfaatkan petani untuk mengairi sawah. Lahan sawah, termasuk ladang, tersebar merata di setiap kecamatan. Tahun 2001 misalnya, petani Simalungun memproduksi beras 293.179 ton, 190 persen dari kebutuhan lokal. Simalungun setiap tahun surplus beras yang disalurkan ke daerah sekitarnya melalui Dolog maupun pasar tradisional. Swasembada pangan Simalungun teruji puluhan tahun dan masih akan terus berlangsung. Dalam beberapa kesempatan, niat petani menanam padi tidak begitu kuat. Tahun 1995, petani bersemangat menanam kelapa sawit sehingga tidak sedikit lahan sawah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Alih fungsi lahan ini tidak mengganggu Simalungun sebagai penghasil beras. Produksi beras Simalungun tahun 1995 surplus 149.255 ton. Selain padi, daerah ini juga penghasil utama palawija. Jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan kacang tanah menempati urutan pertama dan kedua produksi terbesar di Sumatera Utara. Dukungan tenaga kerja pertanian tanaman pangan sangat besar. Kecamatan Dolok Panribuan dan Tanah Jawa yang berbatasan dengan Kabupaten Asahan di timur serta delapan kecamatan lainnya di barat merupakan daerah-daerah dengan tenaga kerja pertanian tanaman pangan lebih dari 50 persen. Kecamatan Dolok Silau yang berbatasan 31
dengan Kabupaten Karo di barat menjadi penyedia tenaga kerja pertanian tanaman pangan terbesar (83,4 persen). Sementara Kecamatan Tapian Dolok yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang menjadi daerah dengan sebaran penduduk merata dalam lapangan pekerjaan: pertanian tanaman pangan, perkebunan, pertanian lainnya, industri pengolahan, serta jasa. Potensi perkebunan semakin memantapkan pertanian sebagai sektor unggulan. Kegiatan ekonomi daerah tahun 2001 Rp 4,2 triliun, 62 persen disumbang oleh pertanian. Di sektor pertanian, hampir 50 persen ditunjang hasil perkebunan. Kelapa sawit menjadi komoditas utama. Tahun 2001 tak kurang 489.335 ton dihasilkan dari areal 24.787 hektar. Kelapa sawit merupakan produksi perkebunan rakyat terbesar kedua di Sumut setelah Kabupaten Labuhan Batu. Perkebunan besar dengan lahan hampir 70.000 hektar kelapa sawit memproduksi sekitar satu juta ton tahun 2001. Karet dan cokelat menjadi pendukung kontribusi perkebunan. Saat ini ada dua badan usaha besar yang dikelola pemerintah dan swasta. Jumlah tenaga kerja perkebunan tidak merata di setiap kecamatan. Ada tiga kecamatan dengan tenaga kerja setidaknya 20 persen, yakni Dolok Batu Nanggar, Jorlang Hataran, dan yang terbesar Sidamanik (28,5 persen) berbatasan langsung dengan Danau Toba. Fluktuasi produksi karet dialami oleh perkebunan yang dikelola pemerintah lima tahun terakhir. Setelah penurunan produksi tahun 1997, tahun 2001 meningkat 38 persen dari tahun sebelumnya menjadi 8.608 ton. Peningkatan produksi sangat 32
tajam juga terjadi pada komoditas cokelat. Tahun 2000 perkebunan hanya memproduksi 2.076 ton kakao. Setahun berikutnya naik menjadi 13.630 ton. Namun, ini masih di bawah produksi tahun 1999 yang mencapai 16.032 ton.Tanaman yang membuat prihatin adalah teh. Produksi teh yang terpusat di Kecamatan Raya dan Sidamanik ini mulai anjlok. Penurunan produksi secara tajam dimulai tahun 2000, dari 100.498 ton tahun sebelumnya menjadi 75.796 ton, dan tinggal 15.340 ton tahun 2001. Dalam menjual hasil panen, petani Simalungun sangat bergantung pada pedagang dan tengkulak, yang sebagian besar dari luar daerah. Kehadiran industri besar, seperti PT Good Year Sumatra Plantations yang didirikan tahun 1970, cukup membantu petani memasarkan hasil panen mereka. Meskipun memiliki perkebunan sendiri, perusahaan pengolahan karet ini mampu menampung karet hasil perkebunan rakyat. Setelah diolah menjadi bahan setengah jadi, produknya dijual ke luar daerah dan ekspor. Melihat produksi pertanian yang melimpah, sepantasnya Pemerintah Kabupaten Simalungun memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan industri pengolahan. Meski masih belum maksimal, aktivitasnya mampu memberikan kontribusi Rp 721,6 miliar. Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam bidang ini di berbagai kecamatan memang masih sedikit, satu sampai empat persen. Satu-satunya kecamatan dengan jumlah tenaga kerja besar dalam bidang ini adalah Tapian Dolok, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang, dengan 12,7 persen tenaga kerja.
33
Perpaduan pengembangan antara pertanian sebagai sumber bahan baku, industri sebagai wahana pemberi nilai tambah, dan perdagangan akan menjadikan Simalungun sebagai daerah agroindustri, agrobisnis, dan juga agrowisata. 2.4.
Sarana dan Prasarana
2.4.1. Sarana Kesehatan Jika dilihat dari tingkat kesehatannya, maka Kelurahan Saribudolok dapat disebut sebagai masyarakat yang peduli akan tingkat kesehatan. Ini dapat peneliti lihat dari sarana kesehatan yang tersedia. Demikian juga masyarakatnya yang sudah berfikir logis mengenai kesehatan. Hal ini terbukti dari jumlah bidan desa. Selain itu juga apabila masyarakat terserang penyakit, langsung datang ke dokter untuk memeriksadan meminta resep obat. Begitu juga
dengan
kaum
ibu
yang
sedang
mengandung
sudah
mau
mengkonsultasikan kandungannyake bidan-bidan yang ada. Sampai pada proses persalinannya, para ibu sudah mempercayakan keselamatan bayinya kepada bidan desa yang ada. Untuk lebih jelasnya, menegnai sarana dan prasarana kesehatan yang ada di daerah Saribudolok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
34
Tabel 7 Sarana Kesehatan No. Sarana Kesehatan Jumlah 1 Rumah Sakit 1 2 Puskesmas 1 3 Toko Obat 4 4 Apotik 1 5 Klinik 1 6 Posyandu 8 Jumlah 16 Sumber: Data Kelurahan Saribudolok, 2014
2.4.2. Sarana Pendidikan Sebagai daerah kelurahan dan merupakan Ibukota Kecamatan Silimakuta, maka Saribudolok mempunyai sarana yang sudah cukup lengkap karena mulai dari Sekolah Tingkat Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas sudah tersedia. Untuk lebih jelasnya akan disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 8 Sarana Pendidikan di Kelurahan Saribudolok No.
Jenis Sekolah
Jumlah
1
Sekolah Dasar (SD)
2
Sekolah (SMP)
3
Sekolah Menengah Atas (SMA)
Menengah
5 Pertama
3
3
Sumber: Kantor Kelurahan Saribudolok 2014
35
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah sekolah yang paling banyak adalah Sekolah Dasar (SD). Untuk gedung sekolah masih dapat dibagi dalam beberapa kelompok. Untuk SD ada 5 gedung sekolah, yaitu: 2 SD Swasta ( SD Khatolik dan SD GKPS) dan 3 SD Negeri. Untuk SMP ada 3 gedung sekolah, yaitu: SMP Khatolik Bunda Mulia, SMP Negeri 1, dan SMP Negeri 2. Sedangkan untuk SMA ada 2 gedung sekolah, yaitu: SMA Swasta Khatolik Duynhoven dan SMA Negeri 1. 2.4.3. Sarana Ibadah Dilihat dari hubungan antara manusia dan Sang Penciptanya, maka setiap daerah tentu mempunyai tempat untuk beribadah. Walaupun di Kelurahan Saribudolok ini hanya ada 3 agama yang berkembang, tetapi tidak semua agama tersebut mempunyai tempat untuk beribadah, misalnya agama Budha. Adapun sarana yang ada di Kelurahan Saribudolok dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9 Sarana Ibadah Sarana Ibadah
No.
Jumlah
1
Masjid
1
2
Gereja
7
3
Vihara
-
4
Pura
Jumlah
8
Sumber: Data Kelurahan Saribudolok, 2014 36
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah sara ibadah untuk agama Kristen lebih banyak di bandingkan dengan sarana ibadah untuk agama Muslim. Hal ini dikarenakan Kristen masih dapat dikelompokkan lagi menjadi dua agama yaitu agama Kristen Khatolik yang memiliki 2 rumah ibadah dan agama Kriten Protestan yang memiliki 5 rumah ibadah. Untuk Kristen Protestan gedung gereja lebih banyak dibandingkan dengan Kristen Khatolik, karena agama Kristen Protestan terbagi lagi menjadi beberapa aliran, seperti aliran gereja suku (GKPS) dan Gereja Sekte seperti: Imanuel, GBI, GKII dan Pentakosta yang masing-masing memiliki gedung ibadah. 2.4.4. Sarana Transportasi Kelurahan Saribudolok mempunyai letak yang strategis, terletak di antara Pematang Siantar, Kabupaten Karo dan juga Sidikalang. Hal ini pastinya akan membuat wilayah Saribudolok sebagai jalur lintas untuk Sidikalang, Kabupaten Karo dan juga Pematang Siantar. Oleh sebab itu, untuk sarana angkutan umum menuju daerah lain, sarana angkutan yang ada sudah lebih dari cukup. Sedangkan sarana angkutan untuk masyarakat setempat atau antar nagori yang dimanfaatkan adalah kendaraan becak motor dan angkot. Khusus untuk kendaraan becak motor di Saribudolok sekarang ini sudah cukup menjamur dan lebih efisien bagi masyarakat setempat. Adanya kendaraan becak motor yang setiap saat tersedia dan yang paling penting adalah bagi penduduk yang kampungnya jauh, seperti ke 37
pelosok tidak perlu khawatir lagi karena tukang becak kendaraan becak motor siap untuk memberikan pelayanan setiap saat. Selain itu becak motor ini tidak hanya melayani penduduk untuk bepergian ke tempat-tempat umum dan pelosok saja, becak motor ini juga melayani para penduduk khususnya petani untuk pergi ke ladang-ladang mereka, bahkan bersedia juga untuk mengangkut hasil panen dari ladang.
38