16
BAB II MANUSIA DALAM PERSEKTIF AL-QUR’AN DAN PSIKOLOGI “Apa dan Siapa Manusia” , pertanyaan ini selalu menarik perhatian manusia untuk dijawab oleh manusia sepanjang zaman. Tidak mengherankan jika banyak sekali kajian atau pemikiran yang telah dicurahkan untuk membahas tentang manusia. Walaupun demikian, persoalan tentang manusia akan tetap menjadi misteri yang tak terungkap. Selain karena keterbatasan pengetahuan para ilmuan untuk menjangkau segala aspek yang terdapat dalam diri manusia juga karena manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. yang istimewa agaknya memang memiliki latar belakang kehidupan yang penuh rahasia dan kompleks. Namun demikian ikhtisar untuk mempelajari manusia tidak berarti harus berhenti disini, lembaran-lembaran kitab suci al-Qur’an memuat banyak informasi tentang manusia baik tersirat maupun tersurat. Begitu pula dengan para psikolog yang mencoba menguak tabir misteri manusia dengan teori-teorinya.
A. Manusia Dalam Pandangan Al-Qur’an Al-Qur’an mempunyai pandangan yang khas mengenai manusia lembaran-lembarannya memuat petunjuk Ilahi tentang penciptaan manusia dan hakekat manusia baik tersurat ( jelas maknanya ) maupun tersirat ( perlu penafsiran ). Manusia, salah satu dari sekian permasalahan yang di bahas dalam al-Qur’an yang acap kali menjadi
bahan kajian yang sering dinilai secara
spekulatif, yang didasarkan pada pandangan yang sangat subjektif dan tidak disandarkan pada pegangan yang benar-benar bisa dipercaya.1 Dengan mempelajari ayat-ayat al-Qur’an terutama ayat-ayat yang berkaitan dengan riwayat nabi Adam as.. Mengingat bahwa dalam keyakinan Islam Nabi Adam as. adalah “Cikal Bakal” umat manusia yang diciptakan
1
Abd. Rahman Shaleh, Muhbib, Abd.Wahab, “Psikologi Suatu Pengantar Ilmu Perspektif Islam”, Prenada Media, Jakarta, 2004, hlm. 49
17
langsung oleh Kuasa kehendak Allah, dengan demikian merupakan prototipe manusia pada umumnya. Manusia mengungguli makhluk-mahluk lain ciptaan Allah, kedudukannya selaku khalifah Allah dimuka bumi melahirkan bentuk hubungan antara manusia, alam dan hewan yang bersifat penguasaan, pengaturan dan penempatan oleh dan untuk manusia, keunggulan manusia tersebut terletak dalam wujud kejadiannya sebagai makhluk yang diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya makhluk ( Ahsana al-Taqwim ) baik dalam keindahan, kesempurnaan bentuk tubuhnya, maupun dalam kemampuan memaknainya, baik intelektual maupun spiritual 2 Di samping itu, ada unsur lain yang membuat dirinya dapat mengatasi pengaruh dunia sekitar serta problem dirinya yaitu unsur jasmani dan rohani. Kedua unsur ini sebenarnya sudah tampak pada berbagai makhluk lain yang diberi nama jiwa, atau soul, anima dan psyche. Tetapi pada kedua unsur itu manusia dianugerahi nilai lebih, hingga kualitasnya berada diatas kemampuan yang dimiliki makhluk-makhluk lain. Dengan bekal istimewa ini, manusia mampu menopang keselamatan, keamanan, kesejahteraan dan kualitas hidupnya selain itu juga manusia merupakan makhluk berperadaban yang mampu membuat sejarah generasinya. 3 Komponen jasmani manusia berasal dari tanah ( QS. al-Syajadah (32) : 7 ) dengan komponen rahani yang ditiupkan oleh Allah ( QS. al-Hijr (15) : 29 ). Dengan demikian manusia merupakan satu kesatuan dari mekanisme biologis, yang dapat dinyatakan berpusat pada jantung ( sebagai pusat kehidupan ) dan mekanisme kejiwaan yang berpusat pada otak ( sebagai lambang berpikir, merasa dan bersikap ). 4 Dari uraian di atas dapat dipertegas lagi menjadi konsep yang lebih jelas, untuk mengungkapkan manusia, al Qur’an menggunakan kata-kata al-Basyar, al-
2
Djohan Effendi. “Tasawuf Al-Qur’an tentang Perkembangan Jiwa Manusia”, Jurnal Ulumul Qur’an, No. 8, Vol. II, 1991, hlm. 4 3 H. Jalaluddin, “Teologi Pendidikan”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 12 13. 4 Abd. Rahman S., Muhbib A.W., Op. cit., hlm. 49
18
Insan ( al-Ins, al-Unas, al-Nas ), bani Adam. Nama-nama sebutan ini mengacu kepada gambaran tugas yang seharusnya diperankan oleh manusia. a. Al – Basyar
( ) اﻟﺑﺷر
Kata Basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “menampakkan sesuatu yang baik dan indah”. Dari kata yang sama lahir kata Basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai Basyar karena memiliki kulit yang jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain, yang justru lebih kelihatan bulu rambutnya dari pada kulit. Setiap pengungkapan manusia dari segi fisik dan bentuk lahiriahnya yakni manusia dipandang sebagai makhluk biologis yang memerlukan makan, minum, hubungan seksual, dorongan mempertahankan diri, dorongan mengembangkan diri sebagai bentuk dorongan primer makhluk biologis. 5 b. Al-Insan
( ) إﻻﻧﺴﺎ ﻦ
Kelompok kedua adalah istilah al-Insan yang meliputi kata-kata sejenisnya yaitu al-Ins, al-Nas, dan al-Unas. Kata al-Insan mempunyai tiga asal kata. Pertama berasal dari kata anasa yang berarti absara yaitu melihat, ‘alima yang berarti mengetahui, isti’zan yang berarti meminta izin. Kedua, berasal dari kata nasiya yang berarti lupa. Ketiga, berasal dari kata al-Nus yang berarti jinak, lawan dari kata al-wakhsyah yang berarti buas. Dan selanjutnya dapat dijelaskan bahwa al-insan dilihat dari asal kata anasa yang berarti melihat, mengetahui dan meminta izin, maka ia memiliki sifat-sifat potensial : aktual untuk mampu berpikir dan bernalar sedangkan alInsan dari sudut asal kata nasiya yang berarti lupa, menunjukkan bahwa manusia mempunyai potensi untuk lupa, bahkan hilang ingatan atau kesediannya. Demikian juga Al-Insan dari sudut asal kata al-nus, atau anisa yang berarti jinak, maka manusia adalah makhluk yang jinak, ramah, serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. 6
5
Yusuf Suyono, Antropologi Alqur’an, Tinjauan Konsep Manusia Menurut Al Qur’an, Teologi, Fakultas Ushuluddin, IAIN Walisongo, Semarang, No. 20, Februari, 1994, hlm. 6 6 Dr. Burhanudin, Paradigma Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hlm. 69 - 70
19
Dengan potensi yang dimiliki manusia menjadikan ia sebagai makhluk yang tinggi martabatnya ( QS.Al-Isra : 17 : 70 ) berbeda dengan makhluk lainnya, tetapi apabila potensi tersebut tidak digunakan dengan baik maka bisa menjadikan manusia tidak lebih dari binatang bahkan lebih hina ( QS.Al-A’raf : 7 : 79,AL-Furqan : 25 : 44 ).7 c. Bani Adam (
ﻧﺑﻰ ﺁ ﺪ م
) atau Dzarriyat Adam
Arti kata “ bani Adam ” ialah anak Adam atau putra nabi Adam as. Sedangkan Dzurriyat Adam berarti keturunan Adam8 sebagaimana firman Allah :
ﻦ ْ ﻦ ُذ ّر ّﻳ ِﺔ َء د َم َو ِﻣ ﱠﻤ ْ ﻦ ِﻣ َ ﻦ اﻟ ﱠﻨ ِﺒﻴّﻴ َ ﷲ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ ِﻣ ُ ﻦ ا ْﻧ َﻌ َﻢ ا َ ﻚ اﻟ ِﺬ ْﻳ َ اُوﻟ ِﺌ ( 58 : ) ﻣﺮﻳﻢ Artinya :
اﻻﻳﺔ.....
ﺻﻠﻰ
ح ٍ ﺣ َﻤ ْﻠﻨَﺎ َﻣ َﻊ ُﻧ ْﻮ َ
“ Mereka itu adalah orang-orang yang telah memberikan kenikmatan kepada mereka yakni para nabi yang berasal dari keturunan Adam dan sebagian orang-orang yang telah kami angkat bersama Nuh ” ( QS. Maryam (19) : 58 ).9
Dalam konteks ayat-ayat yang mengandung konsep Bani Adam manusia diingatkan Allah agar tidak tergoda setan ( Qs. al-A’raf : 7 : 26-278 ), pencegahan dari makan minum yang berlebih-lebihan dan tata cara berpakaian yang pantas saat melaksanakan ibadah ( QS. al-A’raf : 7 : 31 ) ketakwaan ( QS. al-A’raf : 7 : 35 ) kesaksian manusia terhadapTuhannya ( QS. al-A’raf : 7 : 172 ) dan terakhir peringatan agar manusia tidak terpedaya hingga menyembah setan ( QS.Yasin : 36 : 60 ). Penjelasan ayat-ayat diatas mengisyaratkan, bahwa manusia selaku bani
Adam dikaitkan dengan gambaran peran Adam as. saat awal
penciptaannya pada saat Adam as. akan diciptakan, para malaikat khawatir 7
Arif Sukino, “Telaah Hakikat Manusia Menurut Para Filosof Musliom Klasik ( Sebuah Tinjauan Paedagogik )”, Jurnal Studi Islam, Program Pasca-Sarjana IAIN Walisongo, Semarang, Vol. 03, No. 01, Februari, 2003, hlm. 3 8 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, “Konseling dan psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yograkarta, 2002, hlm.15 9 Al-Qur’an Terjamah, hlm. 469
20
karena manusia akan menjadi perusak di bumi dan makhluk yang suka berperang menumpahkan darah ( QS.Al-Baqarah : 2 : 30 ) kemudian terbukti dengan Adam as. dan Hawa, istrinya di keluarkan dari surga karena melakukan kesalahan fatal ( QS. Baqarah : 2 :35-36 ).10 Selain dari pada itu ayat-ayat yang menggunakan kata Bani Adam dapat dipahami bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dan keistimewaan dari makhluk lainnya, keistimewaan itu meliputi fitrah keagamaan, peradaban dan kemampuan memanfaatkan alam. Dengan kata lain bahwa manusia adalah makhluk yang berada dalam relasi ( hablun ) dengan Tuhan ( Hablun min Allah ) dan relasi dengan sesama manusia ( Hablun min al nas ) dan relasi dengan alam ( Hablun min al Alam ).11
B. Manusia Dalam Pandangan Psikologi Psikologi sebagai llmu yang memelah perilaku manusia, pada umumnya berpandangan bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan situasi lingkungan merupakan penentu utama perilaku corak kepribadian manusia, meskipun psikologi memiliki concern yang mendalam mengenai substansi jiwa dan kerahanian manusia. Untuk memahami bagaimana manusia dipandang oleh psikologi, akan mudah jika kita membahasnya bardasarkan pandangan aliran-aliran yang berkembang dalam psikologi yaitu : Psikoanalisa, behaviorisme, humansime yang berbeda sebagai implikasi dari penggunaan metodologi yang berbeda-beda pula. 1. Psikoanalisa Aliran yang didirikan oleh Sigmund Freud seorang berkebangsaan Jerman keturunan Yunani yang dilahirkan pada 6 Mei 1856 di Friberg dan meninggal pada 2 September 1936 di London ini berpandangan bahwa “Manusia adalah penampung tingkat perkembangan yang bersumber pada dorongan-dorongan yang terletak dalam ketidaksadaran”. Psikoanalisa disebut
10 11
H. Jalaludin, Op. cit., hlm. 25-26 Dr. Baharrudin, Op. cit., hlm. 90
21
juga aliran Psikologi dalam ( Depth Psychology ) yang terkenal dengan teorinya tentang “Alam Bawah Sadar”. Bagi Sigmund Freud segala bentuk tingkah laku manusia bersumber pada dorongan-dorongan dari alam bawah sadar. Dialektika antara kesadaran dan ketidaksadaran ini dijelaskan Sigmund Freud dalam tiga sistem kejiwaan12 : Id, Ego dan Superego.13 Id adalah lapisan psikis yang paling dasariah : kawasan dimana Eros dan Thanatos14 berkuasa, mereka bergerak sesuai dengan prinsip kesenangan. Id tidak mengenal urutan menurut waktu ( timeless ), Hukum-hukum logika ( khususnya prinsip kontradiksi ) tidak berlaku bagi Id.15 Subsistem kedua yaitu ego. Aspek psikologis manusia dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan baik dengan dunia ( realita ) Ego
Berprinsip ”kenyataan atau realitas” ( Realitas sprinziple, reality
Principle ). Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian karena ego ini mengontrol jalan-jalan yang ditempuh dengan cara memenuhi kebutuhan. Superego, subsistem ketiga adalah aspek sosiologi kepribadian bisa juga dianggap sebagai aspek moral kepribadian.16 Perhatian utama dari super ego adalah membedakan yang benar dan yang salah dan memilih yang benar. 2. Behaviorisme Bagi aliran Behaviorisme manusia dipandang sebagai “hasil dari jumlah kondisi-kondisi yang mempengaruhi”17 Manusia dipandang dari segi badaniyah yang nampak mata, tidak memandang manusia dari segi rahaniah. 12
hlm. 14
13
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan , Penerbit Teraju,. Jakarta, 2004,
Dalam Bahasa Jerman yang dipakai Sigmund Freund Sendiri : Es, ich dan Ueber ich. Dalam bahasa Inggris menjadi menggunakan kat-kata latin : Id, Ego dan Superego. Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kita menyesuikan diri dengan kebiasan Inggris itu 14 Eros adalah Instink kehidupan ; termasuk libido atau dorongan seksual dan segala hal yang mendatangkan kenikmatan seperti : kasih sayang orang tua dan pemujaan kepada Tuhan : yaitu instink yang reproduktif yang merupakan sumber kegiatan manusia yang konstruktif. Thanatos adalah : Instink kematian yaitu instink yang destruktif dan agresif 15 Sigmund F., Memperkenalkan Psikoanalisa, Lima ceramah, ( Terjemah Dr. K Bertens dari Judul : Ueber Psychoanalyse funf Vorlesungen ) Gramedia, Jakarta, 1984. Cet. IV., hlm. XL 16 Drs. Sumadi Suryabrata. BA. MA. Eds. Ph. D., Op. cit., hlm. 126 - 127 17 Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 17
22
Pandangan behaviorisme ini banyak dipengaruhi oleh pemikir, psikologi modern, salah satunya ialah B.F. Skinner yang berpendapat bahwa “ Lingkungan merupakan kunci penyebab terjadinya tingkah laku.” Tingkah laku biasanya timbul atau terjadi dan dikendalikan oleh sebab dan akibatnya dari lingkungan. 3. Humanisme Aliran Humanisme ini dianggap sebagai revolusi ketiga sejarah psikologi. Aliran ini dikembangkan sebagai kritik atas kekurangan yang mereka lihat pada pandangan aliran psikoloanalisa dan behaviorisme. Tokoh utama psikologi humanis adalah Abraham Maslow , putra imigran Rusia kelahiran Brooklyn. Humanisme menolak gagasan Sigmund Freud yang menyatakan bahwa kepribadian diatur oleh kekuatan bawah sadar manusia. Ia pun tidak setuju dengan behaviorisme yang menyatakan bahwa kepribadian seseorang dikuasai dan dikendalikan oleh lingkungan. Karena aliran ini beranggapan bahwa” manusia pada dasarnya baik dan memiliki kebebasan ( free wil l ) untuk menentukan dirinya”. Ia percaya bahwa pengalaman masa lalu cukup berpengaruh pada kepribadian, namun hal ini tidak berarti seseorang tidak mampu membuat pilihan bebas, seperti yang dianut oleh aliran behavioris. Humanisme menekankan akan pentingnya kedudukan free will yaitu dasar kemauan bebas manusia untuk membuat keputusan dan menentukan dirinya sendiri.18 4. Transpersonal Bagi aliran ini, manusia dipandang sebagai’ memiliki potensi potensi luhur dapat keluar dari kesadaran biasa”. Aliran ini adalah pengembangan lebih lanjut dari psikologi humanisme, bahkan Abraham Maslow, Anthony Sutich dan Carlos Taarf yang juga pemuka-pemuka psikologi humanistik menjadi
peletak
dasar
psikologi
transpersonal.
Sedangkan
pengembangnya adalah S.Y. Skapiro dan Denise H. Lajole.
18
Ibid., hlm. 18 - 19
tokoh
23
Psikologi transpersonal memiliki corcern pada kajian tentang harkat kemanusiaan, berusaha memahami potensi luhur kemanusiaan yang berhubungan dengan fenomena atau gejala tentang kesatuan spritual dengan bentuk kesadaran terpenting dari derajat kemanusiaan. Dengan demikian, psikologi transpersonal memandang manusia dari 2 segi : Potensi-potensi luhur ( the highest potential ) dan fenomena kesadaran ( State of Consciusness ) manusia. Psikologi transpersonal mencoba melakukan penelitihan terhadap suatu dimensi yang sejauh ini lebih dianggap sebagai garapan kaum rohaniawan, kebutuhan, agamawan, dan mistikus. Psikologi transpersonal menunjukan bahwa diluar kesadaran biasa terdapat dimensi lain yang luar biasa dan mampu mengembangkan potensi-potensi luhur yang dimiliki manusia.19
C. Asal-Usul Manusia Manusia, sampai kapanpun akan selalu menjadi misteri yang sulit untuk dikuak, seperti juga asal-usul kejadiaannya. Teka-teki ini akan terjawab dengan dua versi tinjauan : Rasional ( Antropologi ) dari teori-teori para ilmuwan dan dengan tekstual ( Nash al-Qur’an ) sebagai kitab suci umat Islam. Jawaban pertama akan bertumpu pada teori evolusi yang menyatakan bahwa jenis hewan dan tumbuhan yang ada sekarang tidak langsung lahir seperti wujudnya, sekarang. Dan manusia dengan demikian berasal dari bangsa yang lebih rendah yakni hewan. Toeri ini disponsori pakar biologi Prancis, Lamarch ( 1744-1829 ) selanjutnya dikembangkan lagi oleh seorang biolog Inggris, Charles Darwin ( 1809-1889 )20. Manusia berasal dari hasil evolusi seekor kera yang lambat laun meningkat kecerdikan dan kecerdasannya. Akhirnya otaknya terbuka, ia pun menjadi berakal
19
Ibid., hlm. 21 - 22 Prof. Dr. HM. Amin Syukur, MA., Studi Islam, Teologia Press Bekerja sama dengan CV. Bima Sejati Semarang , 2000, cet. IV, hlm. 5 20
24
sebagai manusia yang sekarang ini yang makin hari makin meningkat kemajuanya.21 Jenis-jenis yang lahir dari proses evolusi dari bangsa hewan, menjadi jenis manusia, dapat disebutkan antara lain : Austrocopithecus ( kera Australia ), makhluk tertua yang bentuknya mirip atau hampir mirip dengan manusia. Temuan fosilnya diperkirakan berumur 500-600 ribu tahun. Pithecantropus Erectus ( Manusia kera berdiri tegak ) fosilnya berumur 400 ribu tahun. Homo Neanderthalensis ( Manusia Neaderthal ) fosilnya 100 ribu tahun. Homo Sapiens ( Manusia budiawan ), sebagaimana kita tergolong dalam jenis ini, menurut catatan fosilnya ( 35 ribu tahun yang lalu ). Teori-teori
ini
pastilah
memiliki
kelemahan-kelamahan
dan
hanya
menekankan bagi persamaan jasmaniah (ada dan tidak adanya akal) tetapi faktanya teori-teori ini masih tetap bertahan dan masih terus di teliti oleh para ahli. Jawaban yang paling memuaskan adalah dengan merujuk pada nash al-Qur;an karena didalamnya banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang proses kejadiaan manusia sedang ilmu pengetahuan ( science ) bersifat spekulatif, belum bisa memberikan alternatif yang benar-benar memuaskan.22 Tentang asal-usul manusia al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari berbagi unsur, antara lain : Tanah dan air yang dibentuk dengan bentuk yang sempurna dan ditiupkan “ruh” didalamnya.
ﻗﻠﻰ
ﺻ ْﻬﺮًا ِ ب َو ًَ ﺠ َﻌﻠَﻪ َﻧﺴَﺎ َ ﺸﺮًا َﻓ َ ﻦ ا ْﻟﻤَﺎ ِء َﺑ َ ﻖ ِﻣ َ ﺧَﻠ َ ي ْ َو ُه َﻮ اﱠّﻟ ِﺬ ( 54: ) اﻟﻔﺮﻗﺎن
ﻚ َﻗ ِﺪ ْﻳﺮًا َ ن َر ﱡّﺑ َ َوآَﺎ
Artinya : “Dan Dialah yang menciptakan seorang manusia dari air,
kemudian
Dia jadikan manusia itu berketurunan dan hubungan kekeluargaan
, 1983 hlm. 9
21
A. Aziz Fadil, Teologi Islam Menunju Dunia yang diridholi Tuhan, BPFE, Yogyakarta
22
Prof. Dr.HM. Amin Syukur , MA., Op. cit., hlm. 6
25
karena perkawinan. Dan adalah Tuhanmu Maha Berkuasa.” ( QS. alFurqan , 25 : 54 ). 23
( ١٢ : ) اﻟﻤﺆﻣﻨﻮن
ٍ ﻃﻴْﻦ ِ ﻦ ْ ﻦ ﺳُﻠﻠﺔ ِﻣ ْ ن ِﻣ َ ﺧَﻠﻘﻨَﺎ ا ْﻻ ْﻧﺴَﺎ َ وَﻟ َﻘ ْﺪ
Artinya : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati yang berasal dari tanah.” ( QS. al-Mu’minun; 23 :
( 11 : ) اﻟﺼﻔﺖ
12 ).24
ب ٍ ﻦ ﻻ ِز ٍ ﻃ ْﻴ ِ ﻦ ْ ِا ّﻧﱠﺎ ﺧَﻠﻘﻨَﺎ ُه ْﻢ ِﻣ....
Artinya : “ Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka ( manusia ) dari tanah liat.” ( QS. al-Shaffaat , 37 : 11 ).25
( 28: ) اﻟﺤﺠﺮ
ن ٍ ﺴ ُﻨ ْﻮ ْ ﺣﻤَﺎ ٍء َﻣ َ ﻦ ْ ﻞ ِﻣ ٍﺼ َ ﺻ ْﻠ َ ﻦ ْ ﺸﺮًا ِﻣ َ ﻖ َﺑ ْ ِاﻧّﻰ ﺧِﻠ....
Artinya : “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah lumpur kering yang dibentuk.” ( QS. Al Hijr, 15 : 28 ).26
( 14: ) اﻟﺮﺣﻤﻦ
ﺨﺎِر ﻞ آَﺎ ْﻟ َﻔ ﱠ ٍﺼ َ ﺻ ْﻠ َ ﻦ ْ ن ِﻣ َِ ﺴَﺎ َ ﻖ اﻻ ِ ْﻧ ْ ﺧَﻠ َ
Artinya : “ Dia telah menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.” ( QS al-Rahman , 55 : 14 ).27 Allah juga menjelaskan proses kejadiaan manusia selain menunjukan asalusulnya, dalam surat al-Baqarah ayat 30-38 dijelaskan bahwa suatu ketika Allah berkata pada malaikat bahwa ia akan menciptakan seorang khalifah dibumi, namun mendengar hal itu para malaikat kurang setuju mereka beranggapan bahwa manusia adalah makhluk perusak pembuat keonaran dibumi. Tetapi Allah mempunyai rencana lain karena Dia Maha Tahu segala rahasia yang ada. Setelah Adam tercipta, mereka semua berkumpul
dan berdialog, Adam dapat
menerangkan semua yang ada di sekitarnya sedangkan malaikat tidak bisa. Karena Adam sebelumnya telah dibekali dengan pengetahuan tentang segala sesuatu. Karena terkalahkan oleh Adam maka Allah memerintahkan para malaikat
23
Al-Qur’an, Op. cit., hlm. 567 Ibid., hlm. 527 25 Ibid., hlm. 718 26 Ibid., hlm. 393 27 Ibid., hlm. 886 24
26
dan iblis untuk bersujud kepada Adam, tetapi iblis tidak mau karena ia merasa lebih mulia dari adam28 Iblis berkata :
ﻃﻴْﻦ ِ ﻦ ْ ﻦ ﻧَﺎ ٍر َوﺧَﻠﻘﺘﻪ ِﻣ ْ ﺧ ْﻴ ٌﺮ ِﻣ ْﻨ ُﻪ ﺧَﻠﻘﺘﻨِﻰ ِﻣ َ ل اﻧَﺎ َ ﻗَﺎ... ( ١٢ : ) اﻷ ﻋﺮا ف Artinya : “ Saya lebih baik daripadanya : Engkau ciptakan aku ( Iblis ) dari api ( nar ) sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah liat
( thin ).”
( QS. al-A’raf : 12 ). 29 Setelah itu Adam dan Hawa dipersilahkan untuk tetap tinggal di surga dengan suatu catatan : tidak boleh mendekati sebuah pohon ( khuldi ). Nikmat Tuhan yang diberikan ini menambah panas iblis, sehingga dia berusaha untuk menipu mereka ( Adam dan Hawa ). Ternyata godaan dan tipuan iblis berhasil keduanya dikeluarkan dari surga , diperintahkan untuk turun ke bumi. Dari ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa manusia berasal dari tanah dengan macam-macam istilah seperti tanah kering ( turab ), tanah liat
( thin ) tanah
lumpur dan kemudian ditiupkan ruh ke dalam tubuhnya. Berarti fisik manusia itu berasal dari unsure-unsur yang terdapat dalam tanah dan ruh yang berasal dari Tuhan.30
D. Proses Kejadian Manusia Menurut Islam ( al-Qur’an ) manusia sekarang ini adalah keturunan Adam ( bani Adam ) berbeda dari pada teori Evolusi Darwin yang hanya memperhatikan aspek jasmaniah, sehingga segala sesuatunya adalah sama dengan kejadiaan Adam, yakni fisiknya dari saripati tanah ( tanah ) dan ruhnya dari Allah SWT. Dalam al-Qur’an Allah menjelaskan :
ﻃ َﻔَﺔ ْ ُ ﺟ َﻌَﻠﻨَﺎ ُﻩ َ َ ﺛ ّﻢ12 ﻦ ٍ ﻃ ْﻴ ِ ﻦ ْ ﻦ ﺳُﻼ ﻟ ٍﺔ ِﻣ ْ ن ِﻣ َ ﻻ ْﻧﺴَﺎ ِ ْ َوﻟ َﻘ ْﺪ ﺧَﻠﻘﻨﺎ ﻄﻔَﺔ ﻋَﻠﻘﺔ َﻓﺨَﻠﻘﻨَﺎ اﻟﻌَﻠﻘﺔ ْ ﺛ ّﻢ ﺧَﻠﻘ َﻨَﺎ اﻟ ﱡﻨ13 28
Prof. Dr. HM. Amin Syukur , MA., Op. cit., hlm. 9 Al-Qur’an , Op. cit., hlm. 222 30 Prof. Dr. HM. Amin Syukur, MA., Op. cit., hlm. 9 - 10 29
ﻲ ْ ﻓِﻰ ﻗﺮَا ٍر َﻣ ِﻜ
27
ﺤﻤًﺎ ﺛ ﱠﻢ ا ْﻧﺸَﺄ ْ ﺴ ْﻮﻧَﺎ اﻟ ِﻌَﻈﺎ َم ﻟ َ ﻋﻈَﺎ ﻣًﺎ َﻓ َﻜ ِ ﻀﻐَﺔ ْ ﻀﻐَﺔ ﻓﺨﻠﻘﻨَﺎ ﻟ ُﻤ ْ ُﻣ 14 ﻦ َ ﻦ اﻟﺨَﺎ ِﻟ ِﻘ ْﻴ ُﺴ َﺣ ْ ﷲا ُ كا َ ﻓﺘ َﺒ ﱠﺮ
ﻗﻠﻰ
ﺧ َﺮ َ ﻧَﺎ ُﻩ ﺧَﻠﻘﺎا
( 14 – 12 : ) اﻟﻤﺆﻣﻨﻮن Artinya
: “ Dan sesungguhnya kami menjadikan manusia dari sari pati ( berasal dari tanah ). Kemudian jadikan saripati itu nutfah dalam tempat yang kokoh ( rahim ). Kemudian nutfah itu kami jadikan segumpal darah ( ‘alaqah ), lalu alaqah itu kami jadikan tulang ( mudghah ) lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan ia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Suci Allah pencipta Yang Paling Baik.” ( QS. Al-Mu’minun : 12-14 ).31
Dengan memperhatikan ayat diatas, maka dapat diketahui bahwa ada prosesproses tertentu yang mengiring kejadiaan manusia. Tahap awal dari proses kejadian manusia itu dinamakan dengan “Periode Ovum” dimana pertemuan antara sel kelamin bapak ( spermatozoa, bentuk tunggal spermatozoon ) yang diproduksi dalam gonad (alat reproduksi lelaki,
testis ) dengan sel kelamin ibu
( telur-telur atau ovum jamak : ova ) yang diproduksi dalam gonad perempuan yaitu indung telur ( ovarium ) bersatu kedua intinya membentuk dzat baru dalam rahim ibu. Sel-sel kelamin lelaki dan perempuan adalah sama dalam arti bahwa keduanya mengandung kromosom. Setiap sel kelamin yang matang mempunyai dua puluh tiga kromosom, dan tiap-tiap kromosom mengandung gen yaitu pembawa keturunan. Gen adalah partikel yang ditemukan dalam kombinasi dengan gen-gen lain dalam bentuk menyerupai benang di dalam kromosom. Diperkirakan terdapat
31
Al-Qur’an, Op. cit., hlm. 527
28
sekitar 3000 gen di dalam setiap kromosom. Gen-gen tersebut diturunkan dari orang tua kepada keturunannya atau anaknya.32 Tahap “‘alaqah” (
kedua
ﻋﻟﻗﺔ
proses
kejadian
manusia
adalah
apa
yang
disebut
), yang sering dipahami secara umum sebagai segumpal darah
atau darah yang beku. Tahap ketiga adalah “Mudlghah” ( ) ﻣﻀﻐﺔ. Mudlghah ini sendiri merupakan sepotong daging seukuran yang dapat dikunyah.
33
Sementara Ibnu Katsir
mengungkapkan bahwa mudlghah itu adalah sepotong daging yang tidak berbentuk dan tidak memiliki ukuran kemudian dibentuklah kepala, kedua tangan, dada perut, kedua kaki dan seluruh anggota tubuh. Dalam surat al-hajj (22) ayat : 5 mudlghah dijelaskan dlam dua bentuk yaitu mukhallaqah dan ghairu mukhallaqah. Yang dimaksud dengan mukhallah adalah ciptaan yang sempurna yakni telah diciptakan anggota tubuh seperti kepala tangan dan kaki. Sedangkan dimaksud dengan ghairu mukhallaqah adalah ciptaan yang tidak sempurna yakni belum terbentuk anggota badan. Dapat dipahami bahwa pada tahap ini telah terbentuk sepotong daging yang telah menunjukkan ciri-ciri fisik manusia. Tahap selanjutnya dari mudlahah adalah diciptakan ‘izham, al-maraghi mengungkapkan bahwa “mudlghah itu mengandung dua bagian yaitu adanya unsur-unsur yang akan membentuk tulang sehingga membentuk tulang ( Izham ) sedangkan yang lainnya ada unsur yang akan membentuk daging ( Lahm ) yang kemudian dapat menutup tulang laksana pakaian menutupi tubuh manusia. Dengan memperhatikan lafadz izham yang berbentuk jamah, maka sudah barang tentu Allah menciptkaan tulang belulang yang banyak sekali pada proses penciptaan manusia. Setelah melalui tahap-tahap seperti yang diuraikan diatas janin diciptakan dalam bentuk yang hampir sempurna dengan memakai lafadz
“أﻧﺷﺄ
“
karena
pada saat itu telah ditiupkan roh pada janin dan dibekali dengan kemampuan32
Elizabeth B. Hurloch, Psikologi Perkembangan,suatu pendekatan sepanjang Rentang kehidupan,” edisi kelima (trj. Dra Istiwidayanti, Drs. Soerjawo, M.SC., judul asli ; Developmental Psychology A Life Span approach , Fifth Edition), Penerbit Erlangga, Jakarta, 1980, hlm. 29 33 Yusuf Suyono, Op. cit., hlm. 9 - 10
29
kemampuan psikis. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa kejadiaan manusia pada tahap ini merupakan proses pembentukan kemampuan psikis, sedangkan pada tahap-tahap sebelumnya merupakan proses pembekalan kemampuan fisik. Bahkan dapat dikatakan bahwa proses kejadian manusia dalam bentuk
أﻧﺷﺄtidak saja berhubungan dengan pembekalan kemampuan psikis akan
tetapi sekaligus merupakan tapal batas perbedaaan
proses kejadian manusia
dengan binatang.34 E. Faktor dan Fase-Fase Perkembangan35 Manusia Telah dipaparkan dimuka bahwa manusia merupakan makhluk hidup yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya akibat dari unsur-unsur yang ada pada manusia, maka ia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis. Dalam kesempatan ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor yang akan menentukan dalam perkembangan manusia,
teori-teori
perkembangan
dari
para
psikologi
dan
fase-fase
perkembangan yang dilalui seorang manusia. a. Faktor-Faktor Perkembangan dan Teori Perkembangan Sudah sejak lama, para ahli berdebat mengenai faktor mana yang paling dominan mempengaruhi perkembangan individu, bawaan atau lingkungan. 1. Faktor Bawaan ( Nature, Endogen ). Faktor endogen ialah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor bawaan. Hal ini berhubungan dengan sifat dan kejasmanian, seperti warna kulit, rambut, temperamen juga termasuk
34
Ibid.,hlm. 10 - 11 Penulis menggunakan kata perkembangan karena yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalah perubahan-perubahan psikologis atau mental yang dialami individu dalam proses menjadi dewasa itu terorganisasi menjadi satu totalitas. Penulis tidak menggunakan kata pertumbuhan karena yang dimaksud pertumbuhanm adalah perubahan perubahan fisik atau bilogis ke arah kemasakan fisiologis yaitu organ-organ tubuh dapat berfungsi secara optimal dan pertumbuhan hanya terjadi sekali saja dan tidak dapat diulang kembali ( Drs. Irwanto, et.al.,Op.cit., hlm. 35 - 36 ) 35
30
dalam faktor endogen, karena erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang.36 Aliran nativisme, dipelopori oleh Schopenhauer ( 1788-1860 ) dan para filsuf seperti Plato ( 427-347 SM ) dan Rene Descartes ( 1596-1050 SM ) memandang manusia sudah ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh Individu pada waktu lahir. Menurut teori ini pada saat indivicu dilahirkan telah membawa sifatsifat tertentu yang akan menjadi penentu keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain seperti lingkungan termasuk juga pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu. Aliran ini menimbulkan gerakan pesimisme pedagogik artinya memandang pesimis terhadap pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya menghadapi perkembangan manusia.37 2. Faktor Lingkungan ( Nurture, Eksogen ) Faktor eksogen ialah merupakan faktor –faktor yang datang dari luar diri individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar atau lingkungan, pendidikan dan sebagainya, baik itu berpengaruh secara aktif maupun pasif.38 Aliran Empirisme yang dipelopori oleh John Locke ( 1632-1704 M ) beranggapan bahwa manusia lahir tabularasa, putih bersih bagaikan kertas yang belum ditulis. Lingkunganlah yang membentuk seseorang menjadi manusia seperti dia pada waktu dewasa. Oleh karena itu lingkungan harus “diatur” dengan baik agar anak-anak kelak menjadi manusia dewasa yang baik. Sekolah perlu karena darinya individu belajar banyak tentang kehidupan. Pandangan ini didasari banyak pandangan par ahli psikologi aliran Behaviorisme modern, seperti Albert Bandura dan B.F Skinner. Karena memandang perlunya lembaga pendidikan untuk mempengaruhi 36
Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2001, Cet. VI, hlm. 46-47 37 Ibid., hlm. 43 - 44 38 Ibid., hlm. 48
31
perkembangan individu, maka aliran ini merangsang timbulnya gerakan Optimisme Pedagogis.39 3. Konvergensi ( Gabungan ) Ini adalah suatu teori yang memadukan dua faktor diatas, yaitu faktor bawaan ( Nature, Endogen ) dengan faktor lingkungan ( Nurture Eksogen ). Teori ini dipelopori oleh William Stern ( 1871-1938 M ) aliran ini memandang bahwa faktor bawaan dan faktor lingkungan mempunyai pengaruh
yang
sama
besarnya
pada
perkembangan
individu.
Perkembangan adalah transaksi antara diri individu dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya. Ada hal-hal yang sulit atau tidak mungkin diubah dalam dirinya sehingga ia berupaya untuk membuat lingkungan sesuai dengan dirinya. Tetapi banyak hal dalam dirinya yang bisa diubah. Dalam hal ini ia menyesuaikan diri dengan lingkungan.40 b. Fase-fase Perkembangan Manusia Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya dan sesudahnya. Sekalipun perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini tetap merupakan kesatuan yang hanya dapat dipahami dalam hubungan keseluruhannya. Para ahli psikologi perkembangan didasarkan pada perubahan -perubahan yang terjadi pada 3 hal antara lain : 1) Periodisasi yang berdasarkan biologis, 2) Periodisasi berdasarkan Psikologi, 3) Periodisasi berdasarkan didaktis. 1) Periodisasi berdasarkan perubahan biologis, bisa dilihat dari pembagian yang dilakukan Aristoteles ( 384-322 SM ) yang mengambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai mencapai dewasa dalam 3 periode , masing-masing : a. Fase kecil dari 0,0 s/d 7,0 tahun atau sering juga disebut masa bermain 39 40
Drs. Irwanto, et.al, Op. cit., hlm. 38 Ibid., hlm. 39
32
b. Fase anak sekolah dari 7,0 – 14,0 tahun atau sering juga disebut masa anak sekolah rendah c. Fase remaja dari 14,0 – 21,0 tahun atau sering juga disebut sebagai masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa. 2) Periodisasi berdasarkan gejala psikologis. Tokoh
yang menggunakan
periodisasi ini adalah Oswald Kroch. Gejala psikologis yang dijadikan dasar pembagiannya adalah masa-masa kegoncangan. Menurut Kroch, kegoncangan ia istilahkan dengan trotz dialami manusai selama 2 kali, yakni : a) pada tahun ketiga, keempat kadang-kadang permulaan tahun kelima, b) pada permulaan masa pubertas pada anak laki-laki pada tahun ketiga belas. 3) Periodisasi berdasarkan didaktis. Dasar didaktis yang dipergunakan dalam pembagian masa perkembangan ini adalah berhubungan dengan masalah materi apa yang harus diberikan dan bagaimana mengajar materi itu kepada peserta didik. Tokoh pencetus pembagian periode ini adalah John Amos Comenius yang terkenal konsepsinya mengenai bermacam-macam sekolah yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Secara singkat periodisasi yang dibuat J.A. Comenius antara lain sebagai berikut : a. Masa Sekolah Ibu, untuk anak umur 0,0-6,0 tahun. b. Masa Sekolah Bahasa Ibu, untuk anak berumur 6,0-,12,0 tahun. c. Masa Sekolah bahasa latin, untuk anak berumur 12,0-18,0 tahun. d. Masa Sekolah Tinggi, untuk anak berumur 18,0-24,0 tahun. Namun ada pembagian yang lebih modern lagi dari pada yang dirumuskan J.A. Comenius yaitu pembagian yang dilakukan oleh Elizabeth B. Hurlock yang membagi periodisasi perkembangan sebagai berikut :41 a. Masa sebelum lahir ( Pranatal period ) masa pranatal ini berlangsung dari sejak kehamilan sampai bayi lahir rata-rata lamanya kira-kira 9 bulan 10 hari ( 280 hari ) tetapi periode ini dapat 41
Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 172 - 174
33
dan memang berbeda lamanya berkisar dari 180 sampai 344 hari. Meskipun masa ini pendek, tetapi menunjukan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dan luas. Berat badan yang dicapai selama masa ini mencapai 7-8 pon ( 3,3 kg ) dalam masa ini terjadi beberapa kejadian penting antara lain : a) Penurunan sifat bawaan mental psikologis anak, b) penentuan jenis kelamin anak, c) kepastian apakah lahir tunggal atau kembar, d) Posisi anak dalam keluarga.42 b. Masa bayi baru lahir ( Neo natal, New Born ). Masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat bayi menjelang umur 14 hari ( 2 minggu ) periode ini adalah saat dimana bayi ( orok ) harus menyesuaikan dengan kehidupan di luar rahim ibu, dimana bayi telah hidup selama kurang lebih 9 bulan di dalamnya. Walaupun singkat tetapi masa bayi ini pada umumnya dibagi menjadi 2 periode : a) Periode pertunate ;b) Periode Neo Nate. Periode Pertunate ( mulai saat kelahiran sampai 15-30 menit setelah kelahiran ), artinya periode ini dimulai pada saat bayi keluar dari rahim ibunya sampai tali pusar dipotong dan diikat. Bayi mengalami pascanatur yaitu lingkungan diluar tubuh ibu. Periode neonate ( dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai
sekitar akhir minggu kedua dari
kehidupan pasca natur ). Pada saat ini bayi adalah individu yang terpisah, mandiri tidak menjadi parasit pada ibunya, pada masa ini bayi harus mengadakan penyesuaikan dengan lingkungan baru diluar tubuh ibu.43 c. Masa bayi ( Baby Hood ). Masa ini dimulai dari umur 2 minggu sampai 2 tahun, ciri-ciri masa ini adalah : 1) masa bayi merupakan masa dasar atau masa pertumbuhan kehidupan yang sesesungguhnya karena saat ini pola perilaku, sikap ekspresi, emosi mulai terbentuk ; 2) Bayi berkembang pesat baik fisik maupun psikologisnya sehingga penampilan dan kemampuannya banyak mengalami perubahan ; 3) 42 43
Elizabert B. Hurlock , Op. cit., hlm. 28 - 32 Ibid., hlm. 52
34
meningkatnya individualitas dan sosialisasi ; 4) merupakan masa permulaan perkembangan peran seks atau jenis kelamin ; 5) Permulaan kreativitas. Masa bayi sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian, karena merupakan periode dimana dasar-dasar kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan. 44 d. Masa Kanak-kanak Awal ( Ealy Childhood ). Masa ini berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun disebut juga masa Sulit karena pada saat ini anak sulit untuk di didik, waktunya lebih banyak digunakan untuk bermain. Anak juga menjadi lebih cerewet bertanya apa yang ditemui atau didengarkannya.45 e. Masa Kanak-kanak Akhir ( Late Childhood ) berlangsung dari umur 6 sampai 12 tahun disebut juga masa sekolah, teman-temannya sangat berpengaruh terhadap anak dari pada orang tuanya.46 f. Masa Puber ( Puberty, Akil Baligh ) merupakan awal masa remaja, berlangsung dari umur 12 atau 13 sampai 16 atau 17 tahun. Biasa orang mengidentifikasi masa ini dengan keluarnya haid bagi anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki. Perubahan lain yang mengiringi masa puber adalah perubahan fisik, Sikap dan prilaku yang cenderung mengarah kepada suasana yang buruk atau negatif.47 g. Masa Remaja ( Adolescence ). Istilah Adolescence berasal dari kata latin adolescere ( kata bendanya adolescentia yang berarti remaja ) yang berarti “Tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Masa remaja ini dibagi menjadi dua periode : 1) Periode Remaja awal ( Early Adolescence ) dari umur 13-17 tahun; 2)
44
Ibid., hlm. 76 Ibid., hlm. 108 46 Ibid., hlm. 146 47 Ibid., hlm. 184 45
35
Periode Remaja Akhir yaitu umur 17-18 tahun ( atau umur dewasa yang berlaku menurut hukum pada suatu negara ). Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang anak mencari identitas di sebut juga masa ambang dewasa yang menyebabkan seorang anak bersikap ambivalensi : di satu sisi ingin diperlakukan seperti anak kecil tapi disisi lain ingin diperlakukan dan diakui sebagai dewasa.48 h. Masa dewasa ( Adulthood ) Istilah adult berasal dari bahasa latin. Berasal dari bentuk kata lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “ telah tubuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa”. Pada periode dewasa seorang umum dianggap sebagai pemantapan diri terhadap pola-pola hidup baru di masyarakat. masa dewasa dibagi menjadi 3 : 49 1. Masa Dewasa Dini ( Early Adulthood ) Masa dewasa dini ini dimulai dari umur 18 sampai 40 tahun. Secara umum periode ini dianggap sebagi periode pemantapan dari terhadap pola hidup baru dalam masyarakat. mulai belajar serius untuk masa depan, karier, dan hidupnya. 2. Masa Dewasa Madya ( Middle Adulthood atau Middle Age ) Masa ini dimulai dari umur 40 sampai 60 tahun. Kehidupan pada periode ini sudah mapan, berkeluarga dan memiliki beberapa anak. Masa ini juga masa penurunan fungsi-fungsi fisik dan psikologi individu. Bisa juga pada periode ini adalah masa puncak keberhasilan dan membanggakan diri. 3. Masa Dewasa
lanjut
( Usia lanjut, late Adulthood atau
old age ) Usia lanjut merupakan periode terakhir dalam hidup manusia, yaitu dari umur 60 tahun ke atas. Masa ini adalah saat untuk 48 49
Ibid., hlm. 206 Ibid., hlm. 246
36
mensyukuri segala sesuatu yang sudah dicapai dimasa lalu pada saat ini pula kondisi fisik jauh menurun. Pada masa ini sering timbul perasaaan tidak berguna lagi ( Sense of Unusefulness ) terutama bagi mereka yang biasa bekerja.50
F. Jiwa Menurut Filosof, Pemikir Islam dan Al-Qur’an Telah kita ketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna dari makhluk ciptaan Allah yang lain, ia memiliki badan yang tersusun dari organ-organ, sel-sel, otot, kelenjar dan lain sebagainya, juga memiliki jiwa, sesuatu yang substansial dalam diri seorang manusia. Sebagai sesuatu yang substansial dalam diri manusia inilah yang mengundang tanda tanya besar dalam benak manusia itu sendiri untuk menjawabnya seperti para filosof yang menjadi kiblat bagi psikologi dan pemikir Islam. Mereka ada yang berpendapat bahwa jiwa itu sama dengan ruh dalam istilahnya. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa jiwa dan ruh itu berbeda. Sebagian besar hasil refleksi filosof tentang jiwa pada soal itu bersifat “Atomistik” dimana jiwa manusia itu dipandang sebagai sesuatu yang konstan, tidak berubah-ubah dan dapat dianalisa sebagai memiliki unsur tersendiri dan masing-masing terpisah satu sama lain. Pada zaman itu pembahasan tentang jiwa dipisahkan dari pengetahuan tentang raga ( jasad ). Jiwa dipercayai memiliki daya-daya tertentu yang bekerja sendiri tanpa ada hubungan dengan raga. Jiwa benar-benar didudukkan sebagai sebuah substansi immaterial yang terpisah dari raga dan abstrak.51 a. Plato ( 427-347 SM ) Plato adalah murid setia socrates, ia menyatakan bahwa jiwa merupakan aspek yang pertama, ia lebih unggul dari pada badan secara total ( terutama dalam hal jiwa manusia ) bahwa tidak hanya menjadi prinsip hidup tumbuh-tumbuhan dan hewani, tetapi juga prinsip kesadaran, interioritas, pemikiran dan kebebasan jiwa tidak bisa disamakan dengan organisme, baik 50 51
Drs. Irwanto, et.al, Op. cit., hlm. 48 - 52 Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 27 - 28
37
dengan bagian tertentu maupun dengan segi manapun yang bersifat organik dan badaniah dalam makhluk hidup. Plato menambahkan bahwa jiwa merupakan satu substansi yang eksistensinya mendahului badan, yang sementra waktu bertahan dalam badan seperti didalam sebuah penjara.52 b. Aristoteles ( 384-322 SM ) Ia adalah murid Plato namun secara keseluruhan corak pemikirannya berbeda bahkan berlawanan dengan gurunya, termasuk pemikirannya tentang jiwa bagi Aristoteles. Jiwa tidak hanya dimiliki manusia tapi juga oleh hewan dan tumbuhan. Hal tersebut tertuang dalam bukunya “ De Anima” ( perihal jiwa ) yang merupakan hasil penelitiannya terhadap gejala-gejala kehidupan tumbuhan, hewan dan manusia itu sendiri. Menurutnya jiwa tumbuhan, hewan dan manusia itu tidak hanya satu tetapi memiliki banyak jiwa dan terus menerus mengalami perubahan dari jiwa yang lebih rendah naik menuju jiwa yang lebih tinggi, ini merupakan konsekuensi logis dari kerangka pemikirannya mengenai teleologis Proses perubahan itu terjadi karena setiap makhluk memiliki energi hidup yang disebut “Entelechi”. Energi inilah yang sebenarnya merupakan substansi kehidupan setiap makhluk atau jiwa dari badan yang selalu bergerak menuju ke arah tujuan ( teleologis ).53 Macam-macam jiwa menurut Aristoteles ada 3 yaitu : 1. Jiwa Tumbuhan ( Anima Vegetativa ) yaitu jiwa yang terdapat pada tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk makan minum dan berkembang biak. 2. Jiwa Hewan ( Anima Sentitiva ), yaitu jiwa yang terdapat pada hewan yang disamping mempunyai kemampuan-kemampuan seperti pada anima vegetativa juga mempunyai kemampuan-kemampuan untuk berpindah tempat
mempunyai
nafsu,
dapat
mengamati,
dapat
menyimpan
pengalaman-pengalamannya.
52
Prof. Dr. Louis Leahy S.J., Manusia sebuah Misteri, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. 53 53 Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 31 - 32
38
3. Jiwa Manusia ( Anima Intelektiva ) yaitu jiwa yang terdapat pada manusia selain mempunyai kemampuan-kemampuan yang terdapat pada anima vegetativa dan anima sentitiva, manusia masih mempunyai kemampuan yang lebih tinggi lagi yaitu berpikir dan berkemauan dapat hidup dengan lebih baik lagi.54 c. Rene Descartes ( 1596-1650 M ) Descartes adalah seorang filosof Prancis. Ia adalah peletak aliran Rasionalisme. Tidak banyak ditemukan pemikiran Descartes yang khusus membicarakan mengenai jiwa, namun demikian, diakui bahwa rasionalisme descartes memiliki pengaruh yang sangat besar bagi ilmu jiwa, khususnya ilmu jiwa metafisik yang mencoba berkelana untuk menemukan substansi jiwa itu sendiri. Dalam hal ini descartes menyatakan bahwa pada hakekatnya jiwa manusia itu terikat oleh prosedur dan aturan hukum alam.55 d. John Locke ( 1632-1704 M ) John Locke adalah putra seorang ahli hukum berkebangsaan Inggris yang menetap di Washington. Dalam ilmu jiwa ia sering disebut sebagai peletak aliran ilmu jiwa asosiasi. Bukunya yang terkenal dalam psikologi adalah Essay Concerning Human Understanding ( 1690 ). Dalam buku ini ia berpendapat bahwa kalau suatu benda dapat dianalisa sampai sekecil-kecilnya. Demikian pula halnya dengan jiwa manusia56 ,yang berisi unsur-unsur pengalaman sederhana yang kemudian berasosiasi dan menjadi gejala-gejala jiwa yang lebih rumit. Semua pengetahuan, respon dan ungkapan perasaan jiwa manusia adalah hasil dari pengalaman melalui penangkapan panca indera, ia juga berkeyakinan bahwa setiap anak yang lahir jiwanya kosong bagai sehelai kertas putih bersih tidak tertulis ( tabularasa ).57
54
Prof. Dr. Bimo Walgito, Op. cit., hlm. 6 - 7 Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 33-34 56 Prof. Dr. Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi, Penerbit Mutiara, Jakarta, 1983, Cet. II, hlm. 19 57 Akyas Azhari, Op. cit., hlm. 35 55
39
Tidak hanya para filosof dan psikolog saja yang memberikan perhatiannya kepada masalah kejiwaan manusia, tetapi banyak pula cendekiawan muslim yang memberi perhatian pada masalah tentang jiwa diantaranya : a. Al-Kindi Menurutnya jiwa tidak tersusun, mempunyai arti penting, sempurna dan mulia selain jiwa bersifat spiritual, ilahiah, terpisah dan berbeda dengan tubuh. Jiwa mempunyai 3 daya yaitu : daya bernafsu, daya pemarah dan daya pikir. Pendapat al-Kindi lebih dekat pada pemikiran Plato dari pada Aristoteles. Namun al-Kindi lebih sependapat dengan Plato yang mengatakan bahwa jiwa berasal dari alam ide. b. Ibnu Majjah Ibnu Majjah memulai pembahasan mengenai jiwa dengan devinisi jiwa dan menyatakan bahwa tubuh, baik yang alamiah atau tidak tersusun dari materi dan bentuk. Bentuk merupakan perolehan permanen yang merupakan kenyataan tubuh dengan fungsi-fungsinya tanpa harus digerakkan. Jiwa dianggap sebagai pernyataan pertama dalam tubuh alamiah yang teratur yang bersifat nutritif, sensitif dan imajinatif . c. Nasir Al-Din Tusi Nasir Al-Din Tusi dalam membuka karangannya tidak dengan mengemukakan bukti esensi mengenai jiwa, tetapi dengan mengemukakan asumsi bahwa jiwa merupakan suatu realitas yang dapat terbukti dengan sendirinya dan memang tidak dapat dibuktikan. Jiwa merupakan substansi yang sederhana dan immaterial yang dapat merasa. Ia mengontrol tubuh melalui otot-otot dan alat perasa, tetapi tidak dapat dirasakan melalui alat-alat tubuh dan jiwa tidak dapat dibagi.58 Sedangkan dalam kitab karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah “ Ar-Ruh” ada beberapa pendapat yang berkenaan dengan jiwa dan ruh. d. Muqatil Bin Sulaiman mengatakan bahwa manusia itu mempunyai kehidupan, ruh dan jiwa. Jika ia tidur, maka jiwanya yang digunakan untuk memahami sesuatu itu keluar, namun ia tidak berpisah dengan 58
Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Op. cit., hlm. 14 - 18
40
badan. Ia keluar seperti benang panjang dan memiliki sinar sehingga ia bisa bermimpi ( melihat dalam tidur ) dengan jiwa ( nafs ) yang keluar dari jasadnya, sedangkan kehidupan dan ruh masih berada dalam tubuh, dengan jiwa inilah manusia bisa berbolak-balik dan bernafas. Jika manusia bergerak, maka jiwa itu dengan secepatnya kembali ke dalam tubuh lebih cepat dari kedipan mata. Apabila Allah menghendaki manusia itu mati, maka Allah menahan jiwa ( nafs ) yang keluar itu. e. Ahlul Atsar berpendapat bahwa ruh berbeda dengan jiwa ( nafs ). Jiwa adalah gambaran hamba, hawa nafsu, syahwat dan ujian. Sedangkan ruh itu mengajak kepada akhirat dan mempengaruhinya. Yang lain berpendapat bahwa jiwa ( nafs ) adalah makna yang memang ada memiliki batas, sendi, panjang, lebar dan kedalaman. Ja’far bin Harb mengatakan bahwa nafs ( Jiwa ) merupakan sesuatu yang bukan inti ( aradh ) yang terdapat di dalam jasad ( tubuh ) ini. Kalangan lain berpendapat bahwa nafs ( jiwa ) adalah hembusan yang keluar dan masuk dengan cara bernafas sedangkan ruh adalah sesuatu yang bukan inti dan ia hanyalah kehidupan ini. Ia berbeda dengan jiwa ( nafs ). Ini adalah pendapat al - Qadhi abu bakar bin Al-Baqilani dan para pengikutnya dari kalangan asy’ariyah. Ada pula yang berpendapat bahwa jiwa ( nafs ) itu bukan merupkan badan ( jasad ) dan bukan sesuatu yang bukan inti. Ia tidak berada disatu tempat, tidak punya ukuran panjang dan lebar, tidak punya volume, tidak punya warna, bukan merupakan bagian, tidak berada dialam dan tidak pula diluarnya, tidak bisa disamakan dan tidak bisa dibedakan.59 Sedangkan jiwa menurut al-Qur’an adalah suatu dzat yang bulat ( Totaliteit ) tercakup didalamnya ruh dan jasad atau dinyatakan kepada jasad saja atau kepada ruh saja ( Q.S. al-Sajdah ( 32 ) : 9 ). Tetapi ruh tidak dinyatakan kepada jasad saja dan tidak juga kepada jiwa saja. Ruh 59
Ibnu Qayyim al -Jauziyah, “ Menjelajah Alam Ruh” ( Terj, Salafudin Abu Sayid, Judul asli Mukhtashar Ar-Ruh li Ibnu Qyyim Al jauziyah ), Pustaka Arafah, Solo, 2005, cet. II, hlm. 134 142
41
memberikan hidup kepada jasad dan jiwanya sekaligus. Dan ruh juga diartikan wahyu atau al-Qur’an karena menghidupkan jiwa manusia. Badan manusia disebut hidup karena ada ruhnya dan disebut berharga ( mulia ) karena ada jiwanya. Dengan ruh manusia hidup, dengan jiwa manusia menjadi makhluk yang berharga
mulia ( Q.S. al-Hijr ( 32 ) :
9 ). Jiwa yang dihidupi oleh ruh menjadi mulia.60
G. Hubungan Jiwa Dengan Badan ( Jasad ) Dewasa ini, kata “ jiwa ” dan “ Badan “ ( jasad ) sudah tidak asing lagi ditelinga kita, kata-kata itu sudah menjadi bahasa sehari-hari. Kata badan sering pula diganti dengan kata “raga” seperti yang nampak dalam kalimat “berkorban jiwa dan raga demi membela tanah air dan bangsa”. Dalam kalimat tersebut tersimpul adanya konsep kesatuan antara jiwa dan badan atau raga. Jika seseorang mati maka badan akan dikubur dan hancur berkalang tanah. Tapi bersamaan itu pula jiwanya melayang atau lenyap, karena orang tidak akan melihatnya lagi. Dia berkorban jiwa dan raga, tapi dibalik pengertian formal itu sebenarnya tersembunyi suatu pengertian lain yang diyakini oleh orang yang bersedia berkorban itu yaitu bahwa sungguhpun raga dan nyawanya lenyap, jiwa dipercayai tetap “hidup” , terutama bagi yang beragama. Jiwa itu ( berharap ) akan kembali kepada Tuhan dan hidup bahagia di sisi-Nya. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT surat Al-Baqarah : 154, “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Allah ( Bahwa mereka itu ) telah mati, bahkan ( sebenarnya ) mereka itu tetap hidup, tetapi kamu tidak menyadari”. Pembicaraan tentang jiwa memang masih sedikit karena banyak dari ilmuwan yang terjebak ayat al-Qur’an yang menerangkan bahwa ruh itu adalah urusan Allah dan Kita hanya diberi sedikit sekali pengetahuan tentangnya ( QS. al-Isra : 85 ) padahal ayat itu mengisyaratkan bahwa masalah tentang ruh atau jiwa ( ruh yang telah mempribadi ) itu adalah sesuatu yang dapat dipelajari.
60
Maftuh Ahnan, Op. cit., hlm. 27
42
Plato dapat disebut orang yang pertama yang memulai studinya dengan obyek yang khusus ini. Ia mulai dengan membedakan antara jiwa dan raga ( badan ) itu sedemikian rupa sehingga orang memperoleh pengertian mengenai adanya konsep dualisme jiwa-raga ini.61 Dia mengatakan bahwa jiwa merupakan satu substansi yang eksistensinya mendahului badan yang untuk sementara waktu tertutup di dalam badan seperti dalam sebuah penjara, dan yang dapat menjadi dirinya secara sempurna hanya setelah ia keluar dari badan itu. Ia adalah “ada” dan badan adalah sesuatu yang lain dari “ada” sehingga bisa dikatakan bahwa Plato mengajarkan tentang jiwa dan badan suatu ajaran yang dinamakan dualisme. Dualisme itu ditolak oleh Aristoteles, seorang murid Plato. Dia berpendapat bahwa setiap makhluk hidup adalah sesuatu yang satu yang merupakan satu substansi saja, akibatnya jiwa bukanlah suatu substansi dia tidak bisa bereksistensi terpisah dari badan.61 Pada masa menjelang abad modern, dalam kurun pencerahan Eropa Barat tokoh yang tampil dalam pembahasan dualisme jiwa- badan adalah Rene Descartes ( 1596-1660 M ) yang terkenal dengan perkataannya “Cogito Ergo Sum” (Saya berfikir, karena itu saya ada). Descarter melihat kesalingterkaitan jiwa–badan, dimana jiwa pada hakekatnya mengarah kepada badan. Kalau badan sakit, jiwa turut merasakannya, tapi jiwalah yang memberi kesadaran dan arti pada badan dan menunjukkan adanya “aku”. Keduanya berbeda, namun saling berkaitan. Dari pendapat Descartes ini melahirkan dampak pada penilaiaan filosoffilosof sesudahnya, seperti Ludwig Feuerbach ( 1804-1872 ) dan George Berkeley ( 1685-1753 ). Ludwig Feuerbach, filosof Jerman pada pokoknya mengatakan bahwa manusia itu pada hakekatnya adalah badan tubuh raga yang merupakan bagian dari materi yang lebih luas. Dalam pandangan materialisme ini yang rahani tidak ada, termasuk jiwa. Kalaupun terdapat gejala-gejala yang disebut dan dianggap sebagai rahaniah, termasuk persepsi tentang Tuhan, maka hal itu adalah
61 62
M. Dawam Raharjo, “Nafs”, Jurnal Ulumul Qur’an No. 8, Vol. II, 1991, hlm. 53 Prof. Dr. Louis Leahy, SJ., Op. cit., hlm. 53 - 54
43
efek-efek saja dari materi, sebagaimana halnya banyak gejala timbul karena proses kimiawi. Jiwa menurutnya hanyalah ekspresi dari tubuh. Pendapat ini berlawanan dengan pandangan filosof Irlandia, George berkeley (1685-1753 M) yang justru mengingkari adanya materi sebagai yang hakiki, tentu saja kehadiran materi itu tidak bisa diingkari, tetapi materi itu ada karena dipersepsikan oleh jiwa yang berisikan akal ( Being is Being perceived ). Semua yang hadir hanyalah pengalaman jiwa. Ia sebenarnya tidak menyangkal adanya tubuh, tapi tubuh itu sendiri pada hakekatnya adalah manifestasi dari kehadiran ruh. Ruh adalah pusat segala sesuatu dalam kehidupan yang bertindak sebagai subyek dan menempatkan yang lain sebagai obyek. Badan hanyalah cerminan dari yang rahani. Yang hakekatnya adalah jiwa.63 Kedua pandangan ekstrem yang diwakili oleh Feuerback di satu kutub dan Berkeley di lain kutub yang berlawanan itu mungkin saja cenderung untuk tidak diterima oleh masyarakat ramai. Setidaknya tidak sepenuhnya dianggap benar. Namun pandangan itu tetap bermanfaat bagi pemahaman tentang jiwa maupun badan. Karena dengan mendasarkan diri dan bertolak dari salah satu aspek manusia, yaitu badan atau jiwa, maka pengetahuan mengenai tiap-tiap hal itu akan cenderung semakin mendalam. Menurut al - Ghazali, seorang pemikir Islam berpendapat bahwa jiwa yang bersih akan membawa dampak yang positif bagi perbuatan-perbuatan anggota badan, karena jiwa dan badan itu dipandang memiliki hubungan saling menerima kesan, seperti yang pernah diungkapkan dalam kitabnya bahwa jiwa itu apabila telah menjadi sempurna dan telah bersih, maka perbuatan-perbuatan anggota badan akan menjadi baik. Begitu juga badan, jika kesan-kesan yang telah ditimbulkan itu baik, maka akan tumbuhlah dalam jiwa, tingkah laku yang baik dan akhlak yang diridhai oleh Allah. Dari ungkapan ini selain mengandung teori psikologi tentang hubungan jiwa dan tingkah laku jasmani, juga memuat sebuah konsep, bahwa bahwa tingkah laku manusia itu sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya dalam relasi horisontalnya dengan alam atau lingkungan dan relasi transendentalnya dengan 63
M. Darwan Raharjo, Op. cit., hlm. 55
44
Tuhan. Ini berarti bahwa unsur ruhaniah ( kejiwaan ) manusia dipandang sangat menentukan terhadap keadaan perbuatan jasmaninya sendiri.64 Teori Psikologi al-Ghazali tentang hubungan antara jiwa dan tingkah laku lahiriah adalah sejalan dengan teori psikologi modern. Menurut Psikologi modern, hubungan jiwa dan perbuatan lahiriah hampir tak bisa dipisahkan, karena tingkah laku lahiriah ditentukan oleh keadaan psikologis yang ada dalam pikiran dan perasaan.65 Sedangkan dalam al-Qur’an sendiri telah dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk biologis yang disebut al-Basyar sekaligus juga sebagai makhluk rahaniah berikut karakteristik-karakteristik psikologisnya dengan sebut al-Insan sebagaimana telah dijelaskan diatas.
64
Abdullah Hadziq, “ Kajian Psikologis Terhadap Tasyfiyat al - Nafs dalam Mizah al Amal Karya Al-Ghazali “, Teologia, Vol. 15, No.2, Juli, 2004, hlm. 231 65 H. Jalaluddin, Psikologi agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 156 157