1
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Dakwah Di Masyarakat Pedalaman Fakfak 1. Definisi dan Makna dakwah a) Definisi Dakwah secara Etimologi Secara etimologi kata “dakwah” merupakan istilah yang berasal dari bahasa Arab, dakwah merupakan bentuk maṣdar (جٛ )اٌذعterdiri dari tiga huruf dasar ( َد َٚ َ ) dal, „ain dan waw berwazan “ًَ َ َ ” yang berarti: (ْ ِٕهٛى٠ َوالٚ خٛه تص١ٌء ئًٟ اٌش١ّ)ذ “Sesuatu yang condong atau berpaling kepadamu dengan melalui perantara sauara atau ucapan yang bersal darimu (dari yang mengucapkan)”1 Dakwah memiliki ragam arti dan makna, Ahmad Warson Munawwir memaknai dakwah sebagai: Memanggil, mengundang, mengajak, meminta tolong, meminta, menyuruh, menyeru, mendorong dan memohon.2 Kata “dakwah” yang disebutkan dalam Al Qur‟an memiliki beberapa makna, antara lain: 1) Meminta atau mengharapkan ()اٌطٍة ْ ۡٱدعَٚ ِح ٗذاَٚ َٰ ساُٛ ْ اَّل ذ َۡذع ٗ ِسا َوثُٛ ٗ ا ثُثُٛ ٗ ََ ثُثٛۡ َ١ٌا ۡٱُٛ شا١ “(Akan dikatakan kepada mereka): "Jangan kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak".3 2) Bermakna Panggilan atau Seruan ()إٌذاء 1
Ahmad bin Faris bin Zakariya Ar Rāzy, Mu‟jam Maqāyīs al Lughah, (Dārul Fikri: t.p, 1979), 279. 2 Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1994), 439. Lihat juga: Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013), 1. 3 Al Qur‟an, 25: 14.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
ْ ث١َ ۡغر َِج٠ ٍََُۡ َُُۡ٘ٛۡ َٓ َصعَّۡ رُُۡ َ َذع٠ ٱٌا ِزٞ ْ ُي َٔادَُٛم٠ ََ ٛۡ َ٠َٚ تِ ٗماٛۡ ُُِ إَٙ١ۡ َ َج َ ٍَٕۡا تَٚ ٌَُُۡٙ اُٛ َ ا ُش َش َوآ ِءُٚ “Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Dia berfirman: "Serulah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu". Mereka lalu memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka)”.4 3) Bermakna Memohon ()اٌغإاي ْ ٌُلَا َٓ٠َا ذَغُشُّ ٱٌ َٰٕا ِظ ِشُٙٔٛۡ ٌاٞص ۡف َش ٓا ُء َالِع َ ا ۡٱد ُ ٌََٕا َستاٛ َ جٞ َا تَمَ َشٙ ُي ئِٔاَُٛم٠ َُٗ ۚا لَا َي ئِٔا ۥُٙٔٛۡ ٌَ ِّٓ ٌإَا َِا١َُث٠ ه “Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya".5 4) Seruan bermakna motivasi atau ajakan atau sebuah hasutan untuk melakukan sesuatu (ط٠ اٌرحشٚ )اٌحث اس ِ ٱٌٕاٌَِٝ ئٟٓ َُِٕٔٛذ َۡذعَٚ ِجَٰٛ ٱٌٕا َجٌَِٝ ُوُۡ ئُٛ أَ ۡدعٟٓ ٌِ َِ َِاٛۡ ََم٠َٰ َٚ “Hai
kaumku,
bagaimanakah
kamu,
aku
menyeru
kamu
kepada
keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka”.6 5) Bermakna Istighathah atau seruan berupa permintaan dan permohonan ()اَّلعرغاثح َش ا١َۡ أَذ َۡر ُى ُُ ٱٌغاا َعحُ أَغٚۡ َٱَّللِ أ رَ ُىُۡ ئِ ْۡ أَذَ َٰى ُىُۡ َع َزابُ ا٠ۡ لُ ًۡ أَ َس َء َٓ١ِص ِذل َ َٰ َُُْۡ ئِْ ُوٕرٛٱَّللِ ذ َۡذ ُع
4
Ibid., 18:52. Ibid., 2:69. 6 Ibid., 40:41. 5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!”.7 6) Seruan yang Bermakna Perintah ()األِش ْ ُِِٕ ُوُۡ ٌِرُ ۡإَُٛ ۡذع٠ ُيُٛٱٌ اشعَٚ ِٱَّلل َْ تِ إُِِٛ َِا ٌَ ُىُۡ ََّل ذُ ۡإَٚ َٓ١ِِِٕ َٰثَمَ ُىُۡ ئِْ ُوٕرُُ ُِّ ۡإ١ِِ لَ ۡذ أَ َخ َزَٚ ُۡا تِ َشتِّ ُىٛ “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman”.8 7) Seruan Bermakna Do‟a atau berdoa ()اٌذعاء ْ ۡٱدع َٓ٠ُ ِحةُّ ۡٱٌ ُّ ۡ رَ ِذ٠ َ ۚح ئِٔا ۥُٗ ََّل١ ُخ ۡفَٚ عشُّ ٗعا َ َا َستا ُىُۡ ذُٛ “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.9 Beberapa Makna kata dakwah (جٛ )اٌذعyang terdapat pada ayat-ayat diatas bila diperhatikan maka akan ditemukan bahwa kata tersebut menunjukkan kepada satu makna yaitu: at ṭolab meminta atau mengharapkan ()اٌطٍة. Kata Yang Semakna dengan Dakwah
Makna Kata An Nida‟ adalah permintaan untuk hadir
Panggilan atau Seruan ()إٌذاء
dan datang baik perintah berupa perkara yang zahir atau maknawi
Memohon, Meminta atau bertanya ()اٌغإاي
As Sual yaitu permintaan untuk mengetahui tentang suatu perkara yang sebelumnya belum mengetahui apapun
7
Ibid., 6:40. Ibid., 57: 8. 9 Ibid., 7: 55 . 8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
tentangnya Motivasi atau ajakan atau sebuah
At Tahriḍ yaitu permintaan untuk
Hasutan untuk melakukan sesuatu
melakukan suatu perbuatan yang tidak
(ط٠)اٌرحش
diinginkan oleh orang lain
Istighasah atau seruan berupa
Al Istighathah yaitu meminta untuk
permintaan atau Permohonan
menghilangkan atau mengangkat musibah,
()اَّلعرغاثح
bahaya yang menimpa si pemohon
Seruan yang Bermakna Perintah
Al Amr yaitu permintaan untuk melakukan
()األِش
suatu pekerjaan yang harus dikerjakan
Do‟a atau berdoa ()اٌذعاء
Ad Dua‟ yaitu permintaan atau permohonan kepada Allah Ta‟ala
Bila didefinisakn kata Dakwah ( هللاٌٝج ئٛ )اٌذعmengajak kepada Allah Ta‟ala dapat diartikan sebagai berikut: “Meminta kepada manusia (orang-orang) untuk mentaati Allah Ta‟ala dan Rasul-Nya Ṣallallahu „Alaihi Wa Sallam senantiasa berpegang teguh terhadap Syariatnya (Hukum-hukum Agama yang telah diatur oleh Allah dalam Al Qur‟an dan Rasul-Nya) yakni beragama dengan agama Islam yang lurus dan murni yaitu agama yang telah dipilih oleh Allah Ta‟ala bagi makhluknya serta beramal dengan pengajaran dan panduan dari Allah Ta‟ala. ْ ٱعثُذ ۡ َُا ٱٌٕااطُّٙ٠ََٓأ٠َٰ ََُْٛٓ ِِٓ لَ ۡثٍِ ُىُۡ ٌَ َ ٍا ُىُۡ ذَرام٠ٱٌا ِزَٚ ُۡ َخٍَمَ ُىٞا َستا ُى ُُ ٱٌا ِزُٚ “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orangorang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.10 Berpijak pada penjelasan diatas dapat dipahami bahwa hubungan antara apa yang ditujukkan pada kata kerja ( )دعاmenurut bahasa dan apa yang dimaksudkan pada istilah yang ditujukkan dalam Al Qur‟an ( ً سته١ عثٌٝ )اد ئmenunjukkan 10
Ibid., 2:21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
makna berpaling ( )اإلِاٌحdan berupa ajakan (ة١ )اٌرشغyakni berpaling dari kejahatan dan mengajak manusia kepada jalan Allah Pencipta alam semesta. Asmuni Syukir menambahkan bahwa terdapat beberapa kata atau kalimat dalam bahasa Arab yang memiliki makna yang sama atau hampir sama dengan dakwah 11, kata-kata tersebut diantaranya: a) Tabligh artinya menyampaikan ajaran Allah dan Rasul kepada orang lain yang penyajiannya bersifat objektif dan sangat mendasar tanpa adanya unsur paksaan untuk diterima atau diikuti b) Al Amr bi Al Ma‟ruf artinya: memerintahkan kepada kebaikan yang diperintahkan dalam ajaran Islam c) An Nahyu An Al Munkar artinya melarang kepada perbuatan yang munkar atau perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Islam. d) An Naṣihah yaitu penyampaian dengan tutur kata yang baik dalam penyampaian pesan-pesan dakwah bertujuan dan berusaha memperbaiki tingkah laku seseorang maupun sekelompok masyarakat e) Khiṭabah yaitu memberi khutbah atau menyampaikan nasehat-nasehat kebajikan kepada orang lain sesuai dengan perintah ajaran Islam f) Mau‟iẓah artinya memberikan nasehat dan pelajaran yang baik kepada orang lain g) Al Irsyad adalah upaya untuk mendorong manusia agar mau mengikuti petunjuk dengan meyampaikan kebenaran Islam, sekaligus larangan-
11
Amin, Ilmu Dakwah, 8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
larangannya sehingga menimbulkan perbuatan manusia untuk mengikuti Islam. h) Ad Di‟āyah adalah usaha untuk memprogandakan agama Islam sehingga manusia mengikuti ajaran Islam juga dapat diartikan sebagai usaha untuk menarik perhatian dan simpati seseorang terhadap suatu sikap, tindakan atau pemikiran dengan menggunakan bujukan, pujian dan lainnya i) Waṣiyyah berarti pesan atau perintah tentang sesuatu tentang kebenaran agama Islam j) Tabsyir artinya memberi kabar berita tentang rahmat dan karunia Allah yang akan diperoleh orang-orang yang beriman k) Tadhkirah atau Indhar artinya memberi peringatan berupa ancaman atau mengingatkan manusia agar selalu menjauh dari perbuatan yang menyesatkan dan agar selalu mengingat Allah dan mengikuti petunjukNya. l) Al Jihad artinya berjuang membela agama Allah Ta‟ala. Jihad bukan hanya berperang melawan musuh namun segala perbuatan yang bersifat mengadakan pembelaan dan melestarikan ajaran Allah Ta‟ala. m) Al Wa‟īd adalah upaya menyampaikan kebenaran Islam yang mencakup janji dan ancaman sehingga dengannya manusia menganut ajaran tersebut atau bahkan memperjuangkannya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Dengan demikian secara etimologi dakwah merupakan proses penyampaian atas pesan-pesan tertentu berupa ajakan, seruan, dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.12 b) Definisi Dakwah secara Terminologi Dakwah meiliki definisi yang relatif banyak dan berbeda-beda diantara para ahli yang sejalan dengan dimensi dan variannya. Namun perbedaan tersebut memiliki kandungan makna yang sama dan saling melengkapi. Berikut beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya: a. Makna dakwah yang terlontar dari perkataan seorang sahabat Rasulullah, Rib‟iy bin „Amir Ath Thaqofy Raḍiyallahu „Anhu kepada Rustum seorang panglima pasukan Majusi Persia sebelum terjadinya perang Qadisiyyah, tatkala ia menjawab atas pertanyaan yang diajukan Rustum kepadanya: apa yang membuat kalian datang kesini? Rib‟iy Raḍiyallahu„anhu menjawab: “Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari peribadatan (penghambaan) terhadap sesama makhluk (hamba)
kepada Ibadah
(penghambaan) kepada Tuhan yang menciptakan makhluk, dari kesempitan dunia kepada keluasannya dunia dan akhirat dan dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam.13
12
Ibid., 2 Peperangan Al-Qadisiyah terjadi pada masa kekhalifahan „Umar bin Al-Khattab radhiyallahu „anhu pada tahun 14 H dari wafatnya Rasulullah. Lih. „Abdurrahman „Ali Al Hajjy, As Sirah An Nabawiyyah Manhajiyyah Dirasatuha Wa Isti‟radu Ahadithuha, (Damsakus: Dārul Ibn Kathir, 1420), 36; Abu Ja‟far At Ṭabari, Tarikh At Ṭabari: Tarikh Ar Rasul Wa Al Muluk wa Ṣilah Tarikh 13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
b. Menurut Ibnu Taimiyyah: “Dakwah kepada Allah adalah proses untuk mengajak orang beriman kepada Allah dan mempercayai dan meyakini apa yang diberitakan dan apa yang dibawa oleh Rasul-Nya serta mentaati apa yang diperintahkan oleh Rasul-Nya”.14 Ibnu Taimiyah juga berkata: termasuk dakwah kepada Allah adalah: “ajakan atau perintah kepada Allah atas setiap apa yang dicintai dan disukai Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban dan keharusan baik yang tampak ( )ظا٘شmaupun tersembunyi (ٓ)تاغ. Demikian juga menjauhi larangan dari setiap apa yang dibenci dan dimurkai Allah dan Rasul-Nya baik yang tampak ( )ظا٘شmaupun tersembunyi (ٓ)تاغ. Tidaklah sempurna dakwah melainkan dengan melakukan apa yang dicintai atau disukai Allah serta meninggalkan apa yang dibenci-Nya baik hal itu berupa ucapan maupun perbuatan yang tampak atau tersembunyi”. c. Menurut Abdul Karim Zaidan: dakwah adalah panggilan kepada Allah ataupun seruan kepada agama islam.15 d. Menurut Toha Yahya Omar: dakwah islam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.16
At Ṭabary, (Beirut: Dār At Turath, 1387), 520; Abu Al Fida‟ Ibn Kathir, Al Bidayah Wa Nihayah, (t.t: Dār Hajar, 1997), 622 14 Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa, (Riyaḍ: Marhabi Ar Riyaḍ, 1985), 157. 15 Abdul Karim Zaidan, Uṣul Dakwah, (t.t: t.p., t.th), 4. 16 Amin, Ilmu Dakwah, 3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
e. Menurut Sudirman dalam bukunya “Problematika Dakwah Islam di Indonesia”, yang dikutip oleh Siti Muriah dalam buku “Metodologi Dakwah Kontemporer”, mendefinisikan dakwah sebagai usaha-usaha untuk merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup seharihari, baik bagi kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan ummat manusia untuk memperoleh keridhaan Allah Ta‟ala.17 f. Menurut M. Arifin.: Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.18 g. Samsul Munir Amin dalam bukunya Ilmu Dakwah berpendapat: Dakwah diartikan sebagai proses penyampaian ajaran agama Islam dan usaha untuk mengubah way of thinking, way of feeling, dan way of life manusia sebagai objek dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik19
17
Siri Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer , (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), 4. Amin, Ilmu Dakwah, 4. 19 Ibid., 6 18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Para ahli telah menyampaikan makna dakwah yang relatif banyak, dari beberapa definisi diatas nampaknya terdapat perbedaan redaksi, namun pada hakikatnya tidak menunjukkan adanya perbedaan substansi yang prinsip bila dicermati,
sama-sama
memaknai
dakwah
dengan
“mengajak,
menyeru,
menyampaikan, memanggil”, selain itu dari masing-masing definisi tetap memiliki sisi dan titik perbedaan diantaranya beberapa ahli memaknai dakwah dengan penekanan yang berbeda terutama dalam hal materi atau pesan dakwah. Adnan bin Muhammad menyebutkan bahwa dakwah memiliki dua makna, yang pertama bahwa dakwah yang dimaksudkan adalah agama Islam itu sendiri. Kedua dakwah yang dimaksudkan adalah proses penyampaian Islam dan ajakan kepada Allah. Yaitu penyampaian dan ajakan kepada ajaran Islam berupa lisan, tulisan seperti belajar mengajar, khutbah, nasehat, seminar-seminar dan muktamarmuktamar tentang Islam dan lain sebagainya20. Samsul Munir menyimpulkan makna dakwah dalam beberapa poin berikut: 1. Dakwah adalah suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan oleh segolongan manusia dengan sengaja dan sadar21 2. Usaha dan aktivitas dakwah yang dilakukan untuk meraih dan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat22 3. Upaya dan ajakan kepada manusia untuk melakukan perbuatan yang ma‟ruf dan mencegah manusia dari kemungkaran
20
Adnan bin Muhammad, Manhaj Ad Dakwah Al Mu‟āṣiroh Fī Ḍou‟ Al Kitab Wa Sunnah,(t.t: t.p., t.th), 60. 21 Amin, Ilmu Dakwah, 4. 22 Ibid, 5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
4. Dakwah berupa ajakan kepada Allah Ta‟ala yaitu pemahaman terhadap Agama, sebagai bentuk. pengamalan terhadap firman Allah Ta‟ala yang tercantum dalam Al Qur‟an Surat Al Aṣr ayat 1-3 dan Surat Yusuf ayat 108. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” Dan Firman-Nya: “Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik" Pemaparan makna dan definisi dakwah di atas terdapat pelajaran penting dan hikmah dibaliknya antaralain: bagi seorang pelaku dakwah terbentang dihadapannya sejumlah strategi atau jalan ( )اٌطشقdakwah demikian pula banyaknya sarana dan media (ًعائٌٛ )اdakwah yang digunakan seorang da‟I dalam melakukan dakwahnya. Metode dan media dakwah mana yang sesuai dengan keadaan atau kondisi objek dakwah (ٛ )اٌّذعyang dihadapinya. 2. Urgensi Dakwah di Pedalaman Papua a. Keutamaan Dakwah dalam Islam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
Dakwah dalam Islam menempati posisi yang sangat urgen serta merupakan asas atau pondasi utama (rukun). Allah Ta‟ala menegaskannya dalam FirmanNya: “Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik"23 Ayat ini menjelaskan betapa pentingnya dakwah sekaligus tujuan dari dakwah itu sendiri, dalam ayat ini Allah Ta‟ala memerintahkan Nabi-Nya Muhammad Ṣallallahu „Alaihi Wa Sallam menyeru dan mengajak ummatnya untuk mengikuti jalan atau agama yang diridḥai Allah Ta‟ala yaitu Islam yang dengannya akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat (berupa Surga). ُ ظ ُ َّّۡ أَ ۡذَٚ َُٕۡ ُى٠د ٌَ ُىُۡ ِد ُ ٍۡ َّ ََ أَ ۡوٛۡ َ١ٌۡٱ ٕ ۚا٠ٗ ٱإل ۡع ٍََٰ َُ ِد ِ َسَٚ ِٟ ُىُۡ ِٔ ۡ َّر١ۡ ٍَد َع ِ ۡ ُُ د ٌَ ُى١ “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”24 Berpijak dari apa yang telah dipaparkan diawal bab ini, dakwah diartikan sebagai suatu usaha atau upaya untuk mengajak, menyeru, dan mempengaruhi manusia senantiasa berpegang pada ajaran Allah Ta‟ala guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Usaha mengajak dan mempengaruhi manusia agar pindah dari situasi yang jauh dari ajaran Allah Ta‟ala menuju situasi 23 24
Al Qur‟an, 12:108. Ibid., 5:3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
yang sesuai dengan petunjuk Allah Ta‟ala25. Banyak ayat dalam Al Qur‟an menjelaskan urgensi dan keutamaan dakwah kepada Allah Ta‟ala antara lain: a) Dakwah sebagai sebab Kekohan dan Pengembangan Islam ٓ ُ اط ئِ اْ ا اَٚ ُٗئِْ ٌاُۡ ذ َۡف َ ًۡ َ َّا تٍَا ۡغدَ ِس َعاٌَرَ ۚۥَٚ ه ٱَّللَ ََّل َ ُّ ص َ َۖ ِّهَ ِِٓ است١ۡ ٌَِٔض َي ئ ِ ۡ َ٠ ُٱَّلل ِ ِۗ ه َِِٓ ٱٌٕا ِ ُي تٍَِّ ۡغ َِآ أَُٛا ٱٌ اشعُّٙ٠ََأ٠َٰ َٓ٠ ََ ۡٱٌ َٰ َىفِ ِشٛۡ َ ۡٱٌمٞ ِذٙۡ َ٠ “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.26 b) Dakwah memberikan pemahaman dan membentuk keimanan yakni karena dakwah seorang hamba akan mendapatkan petunjuk sehingga mampu memurnikan keimanannya dan segala bentuk ibadah yang dilakukannya hanya kepada Allah Ta‟ala semata dan memahami hukum-hukum ajaran Islam mana yang halal dan haram serta mengetahui akan batasanbatasannya. c) Dakwah bersifat universal yang dapat mempererat solidaritas terhadap sesama maksudnya bahwa muamalah di antara manusia menjadi lebih baik, seperti dalam hal jual beli, perjanjian, pernikahan, maupun perkaraperkara lainnya yang berkaitan dengan kemasyarakatan dan kekeluargaan
25 26
Amin, Ilmu Dakwah, 50. Al Qur‟an, 5: 67.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
d) Dakwah mampu memperbaiki akhlak manusia menjadi lebih baik, meminimalisir
perbedaan
pendapat
dan
pemahaman
serta
dapat
menyebabkan hilangnya kedengkian dan kebencian di antara manusia e) Dengan dakwah seorang hamba akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat Allah Ta‟ala berfirman: اَٚ ُ١ٖ ِص َٰ َش ٖغ ُِّ ۡغرَم ِ َٰٝ ٌََِ َشآ ُء ئ٠ َِٓ ٞ ِذٙۡ َ٠َٚ ُِ ٍََٰ َاس ٱٌ اغ ِ دَٰٝ ٌَِ ْا ئُٛٓ َ ۡذع٠ ُٱَّلل “Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)”.27 Dan Firman-Nya: اس ِ ٱٌٕاٌَِٝ ئٟٓ َُِٕٔٛذ َۡذعَٚ ِجَٰٛ ٱٌٕا َجٌَِٝ ُوُۡ ئُٛ أَ ۡدعٟٓ ٌِ َِ َِاٛۡ ََم٠َٰ َٚ “Hai
kaumku,
bagaimanakah
kamu,
aku
menyeru
kamu
kepada
keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka”.28 f) Dengan dakwah manusia akan mendapatkan kasih sayangnya Allah َٓ١ِّ ٍَ َ َٰ ٍۡ ٌِّ ه ئِ اَّل َس ۡح َّ ٗح َ ََٰٕ ٍۡ َِآ أَ ۡس َعَٚ “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.29 g) Dengan dakwah senantiasa terciptanya keamanan, keselamatan dan keadilan diantara manusia ٓ ْ َُِٕ َٓ َءا٠ٱٌا ِز َْٚرَ ُذٙۡ ُِّ َُُ٘ٚ ُٓ َُِۡ ُُ ۡٱألٌَٙ ه َ ِ ٌََٰ ُُُْٚ تِظُ ٍۡ ٍمُ إََّٔٙ َٰ ٠ِ ْا ئُٛٓ َ ٍۡثِغ٠ ٌََُۡٚ اٛ
27
Ibid., 10: 25. Ibid., 40:41. 29 Ibid., 21:107. 28
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.30 h) Dengan dakwah manusia akan mendapatkan rasa aman baik keamana terhadap jiwanya, harta dan kehormatannya bila manusia senantiasa beramal sesuai dengan ajaran Islam ۡ ْ ٍُِّ َعَٚ ُۡا ِِٕ ُىٛ ْ َُِٕ َٓ َءا٠ٱَّللُ ٱٌا ِز َع َذ اَٚ ۡ ض َو َّا ا ٱٌ َٰ اٛ ٌَُُۡٙ َُٓ َّ ِّىٕ ا١ٌََٚ ُِۡٙ ٍَِٓ ِِٓ لَ ۡث٠ٱعر َۡخٍَفَ ٱٌا ِز ِ صٍِ َٰ َح ِ ٱألَ ۡسِٟ َُُۡٙ ۡغر َۡخٍِفَٕا١ٌَ د ٓ َْ ٌََٰ ِهُٚه َأ َ ٌِ َِٓ َوفَ َش تَ ۡ َذ َٰ َرَٚ ۚا١َۡٗ شَِْٟ تٛ ُۡش ِش ُو٠ ََّلََُِٟٕٔٚ ۡ ثُذ٠ ُۡ أَِۡ ٕٗ ۚاِٙ ِ َٛۡ ُُ ِِّ ۢٓ تَ ۡ ِذ خُٙثَ ِّذٌَٕا١ٌََٚ ٌَُُۡٙ َٰٝ ع َ َ ۡٱسذُٞ ُُ ٱٌا ِزَٕٙ٠ِد َُُْٛ٘ ُُ ۡٱٌ َٰفَ ِغم “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.31 Kenikmatan dan pahala yang besar serta apa yang diinginkan manusia baik di kehidupan dunia dan di akhirat tak akan dapat diraih melainkan dengan jalan berdakwah. Betapa pentingnya dakwah kepada Allah Ta‟ala bahkan dakwah 30 31
Ibid., 6: 102. Ibid., 24:55.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
merupakan pekerjaan penting yang diamanahkan Allah Ta‟ala kepada para Nabi dan Rasul. اٌَِٝا ئ١دَا ِعَٚ . شا٠ ٗ ُِِّٕ اجا ٗ ِع َشَٚ ٗٱَّللِ تِا ِ ۡرِِٔۦ ٗ َٔ ِزَٚ ُِثَ ِّش ٗشاَٚ ٗذاِٙ ئِٔاآ أَ ۡس َع ٍۡ ََٰٕهَ َٰ َشُّٟ َِا ٱٌٕاثُّٙ٠ََٓأ٠َٰ شا١ “Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”.32 b. Urgensi Kewajiban Dakwah Berpijak pada pembahasan sebelumnya bila ditinjau dari berbagai naṣ baik dari Al Qur‟an maupun Al-Hadith menunjukkan akan wajibnya berdakwah secara umum baik muslim dan muslimah, laki-laki ataupun perempuan. Kewajiban dalam hal berdakwah para ulama memiliki dua pendapat. Pendapat pertama: menyatakan bahwa dakwah hukumnya wajib atau farḍu „Ain. Setiap muslim yang sudah dewasa baik laki-laki maupun perempuan, tanpa terkecuali. Apapun jabatan dan kedudukannya wajib melaksanakan dakwah. Kewajiban ini berlandaskan pada firman Allah Ta‟ala berikut: ٓ ُ ه َ َۖ ِّه ِِٓ است َ ١ۡ ٌَِٔض َي ئ ِ ُي تٍَِّ ۡغ َِآ أَُٛا ٱٌ اشعُّٙ٠ََأ٠َٰ “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”.33 Dan Firman-Nya: ه َ ًِّ َست١ ِ ِ َعثَٰٝ ٌَِۡٱد ُ ئ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu”.34 Dan Sabda Rasulullah Ṣallallahu „Alaihu „Alaihi Wa Sallam: 32
Ibid., 33: 45-46. Ibid., 5: 67. 34 Ibid., 16:125. 33
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
ح٠ آٌٛٚ ٟٕا عٛتٍِّغ “Sampaikanlah walau hanya satu ayat”.35 Redaksi kata yang terdapat dalam ayat dan hadits diatas antara lain: ()تٍغ, ( )اد, (اٛ)تٍغ, menunjukkan perintah, dan setiap perintah secara umum hukum asalnya adalah wajib. Kaedah Ilmu uṣul Fiqh mengatakan bahwa: Hukum asal dari perintah terhadap suatu perbuatan yang terdapat di dalam Al Qur‟an dan As Sunnah adalah menunjukkan wajibnya perbuatan tersebut.36 Kemudian Ibnu Taimiyyah menjelaskan: “Perintah Allah dan Rasul-Nya jika bersifat mutlak maka konsekuensinya bahwa perintah tersebut adalah wajib”.37 Secara umum kewajiban dakwah pada bab ini hukumnya adalah wajib atas setiap muslim dan muslimah dimana pun ia berada baik di perkotaaan maupun pedesaan bahkan di pedalaman sekalipun yang memiliki kemampuan dan kesanggupan. Pendapat kedua: menyatakan bahwa berdakwah itu hukumnya adalah fardhu kifayah maksudnya apabila dakwah sudah disampaikan oleh sekelompok atau sebagian orang maka gugurlah kewajiban dakwah itu bagi sebagian lainnya. Hal ini berlandaskan firman Allah Ta‟ala: ْ ُٕ ِزس١ٌَِٚ ٓ٠ِّ ْ َٙرَفَما١ٌِّ حٞ َُُۡ غَآئِفٕٙۡ ِِّ ََّل َٔفَ َش ِِٓ ُو ًِّ ِ ۡشلَ ٖحٛۡ ٍََ ا َوآ ا ٗۚحُٚ ْ َٕفِش١ٌِ َُِِْٕٛ َِا َواَْ ۡٱٌ ُّ ۡإَٚ ُُۡ ئِ َراَِٙ ٛۡ َا لُٚ ِ ٱٌذِٟ اُٛ ََُْٚ ۡح َزس٠ ُُُۡٙۡ ٌَ َ ٍاِٙ ١ۡ ٌَِ ْا ئُٛٓ َس َج 35
HR. Al Bukhari, bab Ahadith Al Anbiyā, no. 3461;lih. Al Bukhari, Ṣahih Al Bukhari, (t.t: Dār At Ṭuq An Najah, 1422 H).; HR. At Tirmidhi, Bab Al Ilmu, no. 2669, lih. Muhammad bin „Isa At Tirmdhi, Sunan At Tirmidhi, (Mesir: Syarikah Maktabah, 1975); HR. Ahmad, 2/159, 2/202, 2/214, lih. Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal (t.t: Muassasah ar Risalah, 2001) ; HR. Ad Darimy dalam Muqaddimah. No. 542, lih. Ad Darimy, Sunan Ad Darimy, (KSA: Dār Al Mughni, 2000). 36 Muhammad Al Amin Asy Syinqity, Mudhakirah Fī Uṣul Al Fiqh, (Al Madinah Al Munawwarah: Maktabah Al „Ulūm Wa Al Hikam, 2001), 224 37 Muhammad bin Hasan Al Jizani, Ma‟ālim Uṣūl Al Fiqh „Inda Ahli As Sunnah Wa Al Jama‟ah, (t.t: Dār Ibn Al Jauzi, 1427), 300
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.38 Dan Firman-Nya: ٓ َُْٛه ُ٘ ُُ ۡٱٌ ُّ ۡفٍِح َ ِ ٌََٰ ُْٚأَٚ َْ َع ِٓ ۡٱٌ ُّٕ َى ۚ ِشٛۡ َٕٙۡ َ٠َٚ فُٚ ِ َْ تِ ۡٱٌ َّ ۡ شَُٚ ۡأ ُِش٠َٚ ِش١َۡ ۡٱٌخٌََِْٝ ئَٛ ۡذ ُع٠ حٞ ِ ٌۡرَ ُىٓ ِِّٕ ُىُۡ أُ اَٚ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.39 Namun terkadang dakwah menjadi wajib hukumnya terhadap seseorang yang sebelumnya hukumnya wajib kifayah baginya dikarenakan tak ada seseorang pun yang berdakwah sehingga dakwah itu akan menjadi wajib „Ain sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Hadits dari Abu Sa‟īd Al Khudry Raḍiyallahu „Anhu ia berkata, bersabda Rasulullah: ّْا٠رٌه أظ ف اإلٚ ٗغرطع ثمٍث٠ ٌُ ْ ا،ٗٔغرطع ثٍغا٠ ٌُ ْ ا،ٖذ١ِّشٖ ت١غ١ٍ ِٕىُ ِٕىشآِٜ سأ “Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika ia tidak kuasa maka dengan lisannya, jika tidak kuasa dengan lisannya maka dengan hatinya yang demikian itu adalah selemahlemahnya iman”.40
38
Al Qur‟an, 5:122. Ibid., 3:104. 40 HR. Muslim, Kitab Al Iman 69/1, lih. Muslim Bin Al Hajjaj, Ṣahih Muslim, (Beirut: Dār Ihya‟ At Turath, t.th) dan 20; Abu Daud Kitab Ṣalat 1 dan 248/ 677, lih. Abu Daud, Sunan Abi Daud, 39
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Hadits ini menunjukkan wajibnya dakwah bagi segenap umat Islam sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan yang dimilikinya dan sesuai dengan bidangnya masing-masing, bahkan kewajiban berdakwah merupakan tanggung jawab dan tugas setiap muslim, laki-laki maupun wanita Islam yang baligh dan berakal, di manapun dan kapanpun ia berada.41 c. Urgensi Tujuan Dakwah Dakwah yang ideal dan terorganisir hendaknya memiliki tujuan sehingga menjadi batu loncatan bagi seorang pendakwah dalam proses dakwah. Tujuan dakwah adalah salah satu unsur terpenting dalam rangkaian dakwah yang saling mempengaruhi. Tujuan dakwah sangat menentukan dan mempengaruhi terhadap strategi, media atau sarana apa yang akan digunakan dalam menghadapi objek dakwahnya. Pada umumnya dakwah bertujuan mewujudkan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat dengan rahmat dan riḍa Allah Ta‟ala, membimbing manusia kepada jalan Allah Ta‟ala yang lurus dan agamanya yang mulia, mengeluarkan manusia dari kegelapan (kejahilan) kepada cahaya (keimanan), dari kesyirikan kepada tauhid, dari kezoliman dan kelaliman kepada keadilan dan kasih sayang. Tujuan dakwah ini telah Allah Ta‟ala jelaskan dalam ayat-ayat Al Qur‟an, diantaranya: 1) Surat Ali Imran ayat 110 2) Surat Al Mukminun ayat 17 (Beirut: Al Maktabah „Al Aṣariyyah, t.th) ; At Tirmidzi Kitab Al Fitan 4 dan 11/ 469; An Nasā‟I Kitab Al Iman 8/111, lih: Abu Abdurrahman An Nasā‟I, As Sunan As Sughra Lin Nasāi, (t.t: Maktab Al Maṭbu‟ah Al Islami, 1986) ; Ibn Majah, Kitab Al Fitan 2 dan 20/1330, lih. ; Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/10. 20.92. 41 Amin, Ilmu Dakwah, 54.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
3) Surat As Syura ayat 52-53 4) Surat Ar Ra‟d ayat 36 5) Surat Ibrahim ayat 1-4 Para ahli telah banyak mengemukakn pembagian tujuan dakwah, sebagaimana yang terangkum dalam Ilmu Dakwah oleh Samsul Munir, antara lain: 1) Menurut Samsul Munir Amin Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi dua yaitu42: a) Tujuan Umum Dakwah (Mayor Objective) dan b) Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective) 2) Menurut A. Rosyad Shaleh dalam Manajemen Dakwah tujuan dakwah dibagi menjadi43: a) Tujuan Utama Dakwah b) Tujuan Departemental Dakwah 3) Menurut Endang Saifuddin Anshari dalam wawasan Islam, bahwa tujuan dakwah dibedakan dalam44 : a) Tujuan Vertikal b) Tujuan Horizontal 4) Menurut Jamaluddin Kafie dalam Psikologi Dakwah, tujuan dakwah dapat dikelompokkan menjadi45:
42
Ibid. 60. Ibid, 65. 44 Ibid 66. 45 Ibid., 67 43
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
a) Tujuan Utama b) Tujuan Hakiki c) Tujuan Umum d) Tujuan Khusus Tujuan atau sasaran dakwah akan tercapai secara teratur bila setiap tindakan dan tahapan dakwah berjalan berdasarkan program kerja dakwah yang disusun secara bertahap dan terorganisir. d. Kriteria dan Karakteristik Pendakwah Pendakwah atau Da‟i ( ح١ اٌذاع/ٟ )اٌذاعadalah pelaku, komunikator atau dalam bahasa arab dikenal dengan ( ً )اعُ اعyaitu orang yang menyeru, orang yang memanggil. Kata da‟i ( ح١ اٌذاعٚ أٟ )اٌذاعberasal dari kata kerja ( ٛذع٠ )دعاadapun bentuk jamaknya adalah ( دعاجatau ْٛ داعatau اخ١)داع. Pendakwah adalah unsur terpenting dalam proses dakwah, ibarat pemandu atau penunjuk yang membimbing, mengarahkan orang-orang kepada satu tujuan dan kebahagiaan serta keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Sebaik-baik pemandu, pembimbing adalah baginda Rasulullah Ṣallallahu „Alaihi Wa Sallam. ٓ ۡ ََ ٛۡ َ١ٌ ۡٱَٚ َٱَّلل ْ َ ۡشج٠ ََْح ٌِّ َّٓ َواٞ ٕجٌ َح َغَٛ ٱَّللِ أُ ۡع َر َو َش اَٚ ٱأل ِخ َش ا اُٛ ِي اُٛ َسعِٟ ٌُۡامَ ۡذ َواَْ ٌَ ُى ٗ ِٱَّللَ َوث شا١ “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.46
46
Al Qur‟an, 33:21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Ibnu Kathir menjelaskan bahwa ayat ini menjadi dasar utama keteladanan dan panutan terhadap Rasulullah dalam segala hal darinya, tutur kata dan ucapan beliau, prilaku maupun perbuatan dan akhlak serta hal ihwal beliau.47 Keberhasilan dakwah Rasulullah adalah cerminan dan panutan bagi seorang pendakwah. Oleh karenanya setiap pendakwah seyogyanya bercermin kepada Rasulullah bagiamana sikap dan sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendakwah, apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan. Abdul Karim Zaidan menjelaskan bahwa juru dakwah dalam menunaikan tugasnya yang telah Allah Ta‟ala bebankan kepada para Rasul memerlukan persiapan yang matang agar tugas dan amanat tersebut sukses dan berhasil. Berbagai persiapan yang disiapkan oleh seorang pendakwah sebagai bekal baginya antara lain: ilmu pengetahuan yang luas ( ك١ُ اٌذلٙ)اٌف, keyakinan yang teguh ( ك١ّ ٌّاْ ا٠ )اإلdan mempunyai hubungan terus menerus dengan Allah ( ٌٝك تاَّلل ذ ا١ثٌٛ)اَّلذصاي ا.48 Dengan demikian seorang pendakwah sebelum menjalankan tugasnya di medan dakwah agar mempersiapkan berbagai bekal yang terkait dengan proses dakwah baik hal itu berupa metode dakwahnya, pesan atau materi dakwah yang akan disampaikan, sarana dan media dakwah yang akan digunakannya ataupun unsur-unsur dakwah lainnya yang dapat membantunya dalam proses dakwahnya serta tepat sasaran yang sesuai dengan kebutuhan yang di butuhkan oleh objek dakwah (mad‟u). Seorang juru dakwah haruslah mempunyai pandangan yang luas, mengetahui apa yang akan disampaikannya, baik yang berhubungan dengan perkataan, perbuatan 47 48
Ibn Kathir, Tafsir Ibn Kathir,(t.t: Daar Ṭayyibah, 1999), 391. Zaidan, Uṣul Dakwah, (t.t: Muassasah Ar Risālah: 2001), 325
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
dan dengan apa yang harus ditinggalkan”.49 Secara umum akhlak atau sifat-sifat yang dimiliki oleh pendakwah antara lain yang disebutkan oleh Abdul Karim Zaidan dalam bukunya Uṣul Dakwah50 antara lain: 1) Jujur Ibnu Al Qoyyim Rahimahullah mengatakan: “Seorang pendakwah haruslah memiliki sifat
jujur yakin jujur niatnya, ucapan dan tutur katanya serta
perbuatannya”51. ۡ َٚ ص ۡذ ٖق ٗ ص شا١ َ ُٔ ِِٓ ٌاذٌِّٟ ً َ ٱج ِ ه ع ٍُۡ َٰطَ ٕٗا ٔا ِ ُِ ۡخ َش َجِٟٕأَ ۡخ ِش ۡجَٚ ص ۡذ ٖق ِ ًَ ُِ ۡذ َخٍِٟٕۡ لًُ سابِّ أَ ۡد ِخَٚ “Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong”.52 (
ص ۡذ ٖق ِ ُِ ۡخ َش َجِٟٕأَ ۡخ ِش ۡجَٚ ص ۡذ ٖق ِ ًَ ُِ ۡذ َخٍِٟٕۡ )أَ ۡد ِخmaksud dari ayat ini menjelaskan
betapa pentingnya sebuah kejujuran apa yang dilakukan oleh seorang pendakwah karena Allah Ta‟ala dan apa yang ditinggalkan juga karena Allah Ta‟ala bukan karena urusan pribadi atau keluarga. 2) Sabar. Sabar menurut bahasa adalah menahan diri ( اٌىفٚ )اٌحثظ. Terdapat tiga jenis sabar yaitu sabar dalam mentaati perintah Allah Ta‟ala, sabar atau menahan diri dari perbuatan maksiat kepada Allah, dan sabar atas segala musibah dan bencana yang menimpa. Kata Sabar disebutkan lebih dari 80 tempat dalam Al Qur‟an antra 49
Ibid, 325. Ibid., 326-369. 51 Ibnul Qayyim, Madārijus Sālikin bayna Manāzil Iyyāka Na‟bud Wa Iyyāka Nasta‟īn, (Beirut: Dārul Kutub Al „Arabi, 1996). 281-282 52 Al Qur‟an, 17: 80. 50
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
lain dalam surat: (Al Baqarah (2): 45; Al Ahqāf (46): 35; Ali Imran (3): 146; Al Anfal (8): 46; An Nisā‟ (4): 25; Az Zumar (39): 10; Ar Ra‟du (13): 24; dan ayatayat lainnya yang menjelaskan akan pentingnya sifat sabar dalam mengarungi medan dakwah. 3) Penyayang Rasulullah adalah tipe sosok panutan yang penyayang terhadap siapa saja. Sifat ini tergambar dalam Firman Allah Ta‟ala: ٞ َٓ َس ُء١ِِِٕ ُىُ تِ ۡٱٌ ُّ ۡإ١ۡ ٍَصٌ َع٠ ِٗ َِا َعِٕرُُّۡ َح ِش١ۡ ٍَ ٌض َع٠َض ٞ ٌَمَ ۡذ َجآ َء ُوُۡ َسع ُ١ٞ ف اس ِحٚ ِ ي ِِّ ۡٓ أَٔفُ ِغ ُىُۡ عُٛ “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”.53 Sebagai Pendakwah sangat dianjurkan untuk menghiasi dirinya dengan sifat penyayang ini. Rasulullah bersabda: ُ ِّ َع: ِٗ لَا َي١ِ ع َْٓ أَت،ش٠ َج اً ََّلَٚ " ئِ اْ هللاَ َع اض: ُيَُٛم٠ َُ َعٍاَٚ ِٗ ١ْ ٍَ هللاُ َعٝصٍا َ ِ َي هللاُْٛد َسع ِذ هللاِ ْت ِٓ َج ِش ٍم١ْ َع َْٓ ُعث اط َ َشْ َح ُُ إٌا٠ َشْ َح ُُ َِ ْٓ ََّل٠ Dari „Ubaidillah dari ayahnya bekata bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah „Azza Wa Jall tidak menyayangi orang yang tidak menyayangi manusia”54. Rasulullah juga bersabda: " اٌغّاءٟ ِٓ ُشحّى٠ األسضٟ ِٓ اّٛ اسح،ٌُٝ هللا ذ اّٙشح٠ ْاّٛ"اٌشاح
53
Ibid., 9: 128. Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, (t.t: Muassasah Ar Risalah: 2001), 31/503. 54
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
“Orang-orang yang penyayang itu akan disayang oleh Yang Maha Penyayang, hendaklah kalian sayangi orang yang berada di bumi, maka kalian akan disayangi oleh Dzat yang di atas langit”. 4) Rendah Diri Rendah diri merupakan akhlak dan sifat yang hendaknya ada pada seorang pendakwah dan seorang pendakwah dituntut untuk tidak sombong. Sombong adalah sifat yang tidak sukai oleh Allah Ta‟ala. ۡ ض َِ َشح َۖا ئِ اْ ا سٛ َ ص ِّۡش َخ اذ َ ُ ََّل ذَٚ ٖ ُِحةُّ ُو اً ُِ ۡخر٠ ٱَّللَ ََّل ِ َّۡ ََّل ذَٚ اط ِ ن ٌٍِٕا ٖ َاي َ ُخ ِ ٱألَ ۡسِٟ ش “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah
tidak
menyukai
orang-orang
yang sombong lagi
membanggakan diri”55. Bagaimana mungkin seorang da‟I yang membawa misi Ilahi sementara si pendakwah memiliki sifat yang tidak di sukai oleh Allah Ta‟ala? Selain karakter pendakwah tersebut, perlu diketahui bahwa dakwah adalah sebuah proses atau aktivitas ilmiah yang dilakukan oleh seorang pendakwah bukan paksaan atau terdapat unsur paksaan terhadap mad‟unya untuk memilih dan memeluk islam sehingga membuat komunikan atau objek dakwah menjauh darinya. Oleh karenanya seorang pendakwah sebaiknya memahami jatidirinya sebagai seorang pendakwah serta menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang telah dijelaskan.
55
Al Qur‟an, 31:18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
َٰ ُۡإ ِِ ۢٓ تِ ا٠َٚ خ ۡ ٱَّللِ َمَ ِذ َٓ ََّلَٰٝ َ ۡثمُٛ ٌ ِج ۡٱَٚ ه تِ ۡٱٌ ُۡش َ ٱعرَّۡ َغ ِ َٛ ۡىفُ ۡش تِٱٌطا ُغ٠ َّٓ َ ِّٟ ۚ آَ ٱٌشُّ ۡش ُذ َِِٓ ۡٱٌ َغ١َ َۖ ِٓ لَذ ذاث٠ِّ ٱٌذِٟ ََّٖل ئِ ۡو َشا اَٚ َ ِۗاٌَٙ ََ صا ٌُ ١ٍِ ٌع َع١ِّ ٱَّللُ َع َ ِٱٔف “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.56 Sifat lain seorang pendakwah sebagai penerus perjuangan Rasulullah dalam kancah dakwah antara lain yang tergambar dalam ayat-ayat berikut: 1. Al Qur‟an Surat Al Baqarah (2) ayat 129 2. Al Qur‟an Surat Ali Imran (3) ayat 164 3. Al Qur‟an Surat Al Jumuah (68) ayat 2 ْ ٍَُ ۡر٠ ُُٕۡٙۡ ِِّ َّلُٛ ٗ ُۡ َسعِٙ ١ِ ۡٱت َ ۡثَٚ َستإَا ُُ ١ ُض ۡٱٌ َح ِى٠َُۡۖ ئِٔاهَ أَٔدَ ۡٱٌ َ ِضِٙ ١ُضَ ِّو٠َٚ َ ۡٱٌ ِح ۡى َّحَٚ ة َ َِر٠َٰ ُۡ َءاِٙ ١ۡ ٍَا َعٛ َ َُ ُُ ۡٱٌ ِى َٰرُّٙ ٍِّ َ ُ٠َٚ ه “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”.57 Ketiga ayat di atas memiliki makna yang sama menekankan pada sikap seorang pendakwah, terdapat tiga sifat yang Allah tegaskan dalam ayat ini yaitu:
56 57
Al Qur‟an, 2:256. Ibid., 2: 129.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
1. Pendakwah adalah seorang Muballig dibebani amanah untuk mengajak dan menyampaikan, menyerukan pesan-pesan Allah Ta‟ala pesan-pesan yang mengandung kabar gembira (ش١ )اٌرثشmaupun ancaman (ش٠ )اٌرٕزdari ٗ َسع Allah Ta‟ala. Muballig dalam ayat ini diisyaratkan pada ayat: ( ُُٕۡٙۡ ِِّ َّلُٛ ْ ٍَُ ۡر٠). ه َ َِر٠َٰ ُۡ َءاِٙ ١ۡ ٍَا َعٛ 2. Pendakwah adalah seorang Mu‟allim yang diamanahi untuk mengajarkan, membimbing, mengarahkan, menuntun manusia kepada apa yang diinginkan Allah dan diriḍai oleh Allah Ta‟ala dalam segala urusan dunia maupun akhirat. Mu‟allim dalam ayat ini diisyaratkan pada ayat: ( ُُ ُُّٙ ٍِّ َ ُ٠َٚ ۡ ة َ َ)ٱٌ ِى َٰر. 3. Pendakwah adalah seorang Muzakki diamanahi untuk mensucikan dan membersihkan manusia dari berbagai perbuatan yang dibenci Allah Ta‟ala serta melakukan semua ibadah yang diperintahkan Allah, yaitu berupa Al Amr bil Ma‟ruf wan Nahyu „Anil Munkar. Muzakki dalam ayat ini diisyaratkan pada ayat: ( َُِۖۡٙ ١ُ َض ِّو٠ٚ). َ e. Urgensi Objek Dakwah Bagi Juru Dakwah Masyarakat sebagai objek dan sasaran dakwah sudah sepantasnya bagi seorang pendakwah dituntut untuk mengenal dan memahami lebih dekat hakekat masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Masyarakat berarti: sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
yang mereka anggap sama. Abdulsyani58 mengutarakan pengertian masyarakat dari beberapa ahli antara lain: 1) Auguste Comte mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya
sendiri
dan
berkembang
menurut
pola
perkembangan yang tersendiri 2) Hasan Shadly berpendapat bahwa msyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain. 3) Ralph linton menurutnya masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. 4) J.L. Gillian dan J.P. Gillian mengemukakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. 5) Menurut Muhammad At Ṭohir bin „Ᾱsyur: Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terbentuk dari beberapa orang atau keluarga dan mempunyai keterkaitan di antara mereka yaitu tujuan yang sama,
58
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 31-32
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
menetap dalam waktu lama serta terikat oleh kebiasaan-kebiasaan atau peraturan-peraturan tradisi.59 Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tentang masyarakat diatas, Abdulsyani menambahkan bahwa masyarakat bukan hanya sekedar sekumpulan manusia akan tetapi memiliki ciri-ciri masyarkat antaralain: 1) Adanya hubungan atau pertalian di antara masyarakat 2) Secara sadar bahwa anggota masyarakat merupakan satu kesatuan 3) Bercampur untuk waktu yang cukup lama 4) Memiliki sistem hidup bersama yang saling berpengaruh, sistem hidup berkembang dari sebuah kebiasaan kemudian menjadi adat atau tradisi yang melembaga. Sedangkan pedalaman adalah: daerah yang terletak jauh dari kota atau dari pantai. Pedalaman identik dengan tempat atau daerah bagian dari sebuah kota yang terpencil, jauh dari keramaian kota.60Seorang pendakwah hendaknya memahami benar akan kondisi dan seluk beluk masyarakat yang merupakan sasaran atau objek dakwahnya terkait dengan letak geografisnya, kebiasaan dan tradisi masyarakat setempat, agama dan keyakinan mereka, tingkat pendidikan masyarkat dan lain sebagainya, hal ini akan berpengaruh pada semua unsur-unsur yang ada dalam proses dakwah itu sendiri. Belajar dari sebuah Hadith bahwa Rasulullah Ṣallallahu „Alaihi Wa Sallam tatkala mengutus Mu‟az bin Jabal Raḍiyallahu „Anhu ke Yaman untuk menyampaikan Risalah Ilahi (dakwah) 59
Muhammad Ṭohir Al Juwani, Al Mujtama‟ wa Al Usrah Fī Al Islam, (t.t: Dār „Ᾱlim Al Kutub: 2000), 14 60 Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
memberikan pelajaran penting serta terkandung di dalamnya hikmah yang sangat berharga kepada umatnya terkhusus kepada para pendakwah ُي اُٛ لَا َي َسع: لَا َي،ُ َّإْٙ هللاُ َع اَٟ ظ :ِٓ َّ َ١ٌ اٌََِٝٓ تَ َ ثَُٗ ئ١ َعٍا َُ ٌِ ُّ َ ا ِر ْت ِٓ َجثَ ٍمً ِحَٚ ِٗ ١ْ ٍَ هللاُ َعٝصٍا َ ِهللا ِ ط َس ع َِٓ ات ِْٓ َعثاا ٍم ُي اُٛأَ اْ ُِ َح اّذا َسعَٚ ،ُهللا ا أَ ْْ َّلَ ئٌََِٗ ئِ اَّل اَُٚذَٙ ْش٠ ْْ َ أٌَُِٝ ُْ ئُٙ ُْ َا ْد ُعَٙ َا ِ َرا ِج ْر،ب َ «ئِٔا ِهللا ِ ْ ِا ِِ ْٓ أَ ْ٘ ًِ اٌ ِىرَاَٛ لِٟه َعرَأْذ َأ َ ْخثِشْ ُ٘ ُْ أَ اْ ا،ه َا ٌَهُٛ َاِ ْْ ُ٘ ُْ غَاع،ٍَ ٍمح١ْ ٌََٚ َْ ٍمَٛ٠ ًِّ ُوِٟ خ َ ٌِه تِ َز َ ٌَ اَُٛا ِ ْْ ُ٘ ُْ غَاع ا ٍمَٛ ٍَص َ ظ َ ّْ ُْ َخِٙ ١ْ ٍَض َع َ هللاَ لَ ْذ َ َش ه َأ َ ْخثِشْ ُ٘ ُْ أَ اْ ا َا ٌَهَ تِ َزٌِهُٛ َاِ ْْ ُ٘ ُْ غَاع،ُْ ِٙ ِ ُمَ َشائٍَٝ ُْ َرُ َش ُّد َعِٙ َِائ١ِٕ ذُ ْإ َخ ُز ِِ ْٓ أَ ْغ،ص َذلَح َ ٌِتِ َز َ ُْ ِٙ ١ْ ٍَض َع َ هللاَ لَ ْذ َ َش ْ َّ ٌجَ اَٛ ك َد ْع َٓ ا١ْ َتَٚ َُٕٗ١ْ َْظ ت » ٌهللاِ ِح َجاب َ اا٠َِا َ ١ٌَ ُٗ َأِا،َٛ ِ ُ ٍظ ِ اذاَٚ ،ُْ ِٙ ٌِاَٛ ِْ َ َو َشائِ َُ أَٚ ن “Dari Ibnu „Abbas Raḍiyallahu „Anhu ia berkata: telah bersabda Rasulullah Ṣallallahu „Alaihi Wa Sallam kepada Mu‟az bin Jabal Raḍiyallahu „Anhu tatkala ia diutus ke Yaman: “Sungguh kamu akan mendatangi orang-orang ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang harus kamu sampaikan kepada mereka adalah agar mereka bersaksi (bersyahadat) “Lā Ilāha Illāllah” tak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah (Rasulullah), jika mereka mematuhi apa yang kamu dakwahkan, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka ṣalat lima waktu dalam sehari semalam, jika mereka telah mematuhi apa yang telah kamu sampaikan, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka dan diberikan pada orang-orang yang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan, maka jauhikanlah dirimu dari harta pilihan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
mereka, dan takutlah kamu dari doanya orang-orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak tabir (penghalang) antara doanya dan Allah”.61 Pelajaran dari Hadith yang diriwayatkan oleh Ibn „Abbas Raḍiyallahu „Anhuma diatas menyodorkan 3 poin penting , antara lain: 1) Urgensi dakwah 2) Dasar-dasar (Uṣul) dakwah dan skala prioritas dalam berdakwah 3) Akhlak pendakwah Pelajaran pertama: yakni berkaitan dengan urgensi dakwah, bagi seorang pendakwah ataupun siapapun orangnya yang memiliki keilmuan dan pengetahuan dalam ilmu Islam berkewajiban untuk menyampaikan dan mengajarkannya kepada saudaranya sesama muslim, mencintai dan menyukai saudaranya sebagaimana ia mencintai dan menyukai sesuatu yang ada pada dirinya sendiri demikian pula ia membenci keburukan yang terjadi dan musibah yang menimpa saudaranya sebagimana ia membenci hal tersebut menimpa dirinya, bahkan Rasulullah Ṣallallahu „Alaihi Wa Sallam menjadikan sifat ini sebagai bagian dari keimanan seorang muslim. Anas bin Malik Raḍiyallahu „Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Ṣallallahu „Alaihi Wa Sallam bersabda: »ِٗ ُ ِحةُّ ٌَِٕ ْف ِغ٠ ِٗ َِا١ُ ِحةا ِألَ ِخ٠ ٝ َحرا،ُْ ُْإ ُِِٓ أَ َح ُذ ُو٠ َ «َّل: َعٍا َُ لَا َيَٚ ِٗ ١ْ ٍَ هللاُ َعٝصٍا َ ِّٟ ِظ َع ِٓ إٌاث ع َْٓ أََٔ ٍم،َُح اذثََٕا لَرَا َدج “Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.62
61
Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Al Bukhari, (t.t: Daar Tuuq An Najah, 1422 H), 5/162
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
Rasa cinta akan kebaikan terhadap saudara inilah yang menggerakkan Mua‟z bin Jabal Raḍiyallahu „Anhu mematuhi perintah Rasulullah dan meninggalkan kota Madinah berdakwah di negeri Yaman, dalam sebuah riwayat menceritakan bahwa tatkala Mua‟az bin Jabal Raḍiyallahu „Anhu kembali ke kota Madinah ia mendapati Rasulullah telah wafat.63 Pelajaran kedua: berkaitan dengan dasar-dasar dalam berdakwah (Uṣul Dakwah). bahwa materi atau pesan dakwah yang pertama kali disampaikan hendaknya lebih mendahulukan perkara-perkara wajib dari pada yang sunnah atau mubah serta hal-hal yang sangat urgen dibutuhkan oleh objek dakwah, lebih memprioritaskan hal-hal pokok yang wajib dan bersifat dasar (يٛ )أصdalam agama sebagaimana yang terdapat dalam hadith ini bahwa ilmu pokok atau dasar agama yang pertama kali disampaikan dan diajarkan oleh Mu‟az bin Jabal Raḍiyallahu „Anhu kepada para penduduk negeri Yaman antara lain dimulai dari Tauhid yaitu mengenal Allah dan Rasul-Nya kemudian dilanjutkan dengan kewajibankewajiban lainnya seperti perintah ṣolat, zakat dan sedekah. Pelajaran ketiga: yaitu berkaitan dengan sikap seorang pendakwah setidaknya mampu dan harus bisa bersikap adil serta tidak menzalimi atau menyakiti mad‟unya karena suatu masalah yang bersifat duniawi atau menyangkut kepentingan pribadi, sebaliknya bersikap dan bertindak sebagaimana seorang
62
Al Bukhari, Kitab Al Iman, Bab Min Al Iman An Yuhibba Liakhihi Ma Yuhibbu Linafsihi, no. 13; Imam Muslim “Kitab Al Iman, Bab Al Dalil „Ala Ana Min Khishal Al Iman An Yuhibba Liakhihi Al Muslim Ma Yuhibbu Linafsihi Min Al Khair, no. 45. 63 Muhammad bin Muhammad bin Suwailim, As Sīrah An Nabawiyyah „Ala Ḍou Al Qur‟an Wa As Sunnah, (Damaskus: Dār Al Qolam, 1427), 558
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
pendakwah yang telah tersebut ciri-ciri dan karakternya pada pembahasan sebelumnya dalam bab ini. Dakwah di daerah pedalaman memiliki banyak keterbatasan serta diliputi berbagai kekurangan dari segala sisi baik SDM nya maupun terkendala komunikasi dan transportasi. Oleh karenanya berlandaskan pada pembahasan di atas, betapa urgennya dakwah di daerah pedalaman dan bahkan menjadi sebuah kewajiban bagi daerah sekitarnya dalam hal ini adalah wilayah perkotaan yang memiliki berbagai kemajuan untuk memperhatikan daerah-daerah pedalaman yang berada di sekitarnya terutama dalam urusan dakwah atau urusan agama. Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah selaku pemimpin umat dan pemimpin di wilayah kekuasaannya mengutus berbagai delegasi dakwah dari para sahabatnya ke daerah pedalaman dan ke berbagai daerah yang membutuhkan dakwah atau bahkan minim akan pengetahuan agama. Yaman adalah negeri yang penduduknya telah lebih dulu beriman diawal hijrah seperti Ammar bin Yassir, Miqdad bin Aswad, Abu Musa Al „Asy‟ari, Syurahbil bin Hasanah Raḍiyallahu „Anhum. Kendati demikian Rasulullah senantiasa mengutus sahabat-sahabatnya untuk berdakwah di negeri tersebut. Bahkan para delegasi yang dikirm oleh Bani Himyar pada tahun 630-631 H meminta Rasulullah untuk mengutus dan mengirimkan sejumlah sahabat atau guru mengajarkan kepada mereka agama Islam. Para sahabat yang didelegasikan Rasulullah ke negeri Yaman antara lain: „Ali bin Abi Ṭalib dan Al Muhājir bin Abi Umayyah bin Al Mugirah ke Ṣana‟a yang merupakan ibukota Yaman, Mu‟az bin Jabal ke Taiz sebelah selatan Kota
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
Yaman, dan Abu Musa Al „Asy‟ari ke Zabid, Ziyād bin Labīd Al Anṣari ke Haḍralmaut, „Adi bin Hātim ke Bani Asad dan Mālik bin Nuwairah Al Yarbu‟. 64 B. Polemik Antara Tradisi dan Ajaran Agama Tradisi atau traditio berasal dari bahasa latin, secara etimologi artinya sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Tradisional adalah menurut tradisi (adat) atau diasimilasikan dengan ritual adat atau agama. Upacara adat yaitu upacara menurut tradisi. Atau masyarakat yang lebih banyak dikuasai oleh adatistiadat yang lama.65Islam telah mengatur berbagai etika dan norma yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang dalam Islam tradisi diistilahkan dengan adab. Islam telah menoreh sejarah yang mulia, memecah tradisi dan budaya yang membelenggu manusia, serta mengambil intisari dari peradaban dunia modern untuk kemaslahatan masyarakat Islam. Mengajak kepada kebaikan dunia dan akhirat serta mencegah dari berbagai perbuatan mungkar dan keji merupakan salah satu tujuan fundamental dalam proses dakwah dan tegaknya Islam tak lepas dari unsur ini. Polemik antara tradisi dan agama adalah suatu yang pasti terjadi, terkadang ajakan untuk berbuat baik maupun larangan dari melakukan suatu perbuatan berdampak positif demikian juga sebaliknya kedua hal ini yakni ajakan dan larangan berdampak negatif. Terlebih lagi larangan terkait dengan sebuah tradisi untuk menerima tradisi baru yang bukan tradisi dari para leluhur atau para
64 65
Suwailim, As Sīrah An Nabawiyyah, 558-561 KBBI, dalam http://www.kbbi.web.id/tradisional diakses (23 Mei 2016) 10.41
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
tokoh-tokoh adat tersebut. Allah Ta‟ala telah mengabadikan dan menegaskan polemik ini dalam Al Qur‟an: ْ ٌُٱَّللُ لَا ْ ُِ ُُ ٱذاثٌَٙ ًَ ١ِئِ َرا لَٚ ا َِآ أَٔ َض َي اُٛ َْٚرَ ُذٙۡ َ٠ ََّلَٚ ا١َۡٗ َْ شٍَُِٛ ۡ م٠ َواَْ َءاتَآ ُؤُُ٘ۡ ََّلٛۡ ٌََٚ َ ِٗ َءاتَآ َءَٔ ۚآ أ١ۡ ٍََٕا َع١ۡ َا تَ ًۡ َٔراثِ ُع َِآ أَ ٌۡفٛ “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".66 Dan Firman Allah Ta‟ala: ْ ٌُ ِي لَاُٛ ٱٌ اشعٌَِٝئَٚ ُٱَّلل َِآ أَٔضَ َي اَٰٝ ٌَِ ْا ئٛۡ ٌَُُۡ ذَ َ اٌَٙ ًَ ١ِئِ َرا لَٚ َواَْ َءاتَآ ُؤُُ٘ۡ ََّلٛۡ ٌََٚ َ ِٗ َءاتَآ َءَٔ ۚآ أ١ۡ ٍَ َج ۡذَٔا َعَٚ ا َح ۡغثَُٕا َِاٛ َْٚرَ ُذٙۡ َ٠ ََّلَٚ ا١َۡٗ َْ شُّٛ ٍَ ۡ َ٠ “Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?”.67 Hanafi menyatakan bahwa: “Kita harus berhati-hati dengan tradisi itu sendiri. Dalam melakukan pembaharuan, tradisi adalah sarananya. Kemudian beliau melanjutkan juga bahwa: “…tradisi mencerminkan tahap perjalanan sejarah yang bisa berubah-ubah dan berganti-ganti dibentuk oleh setiap generasi sesuai
66 67
Al Qur‟an, 2:170. Ibid., 5:104.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
dengan tantangan zaman.
68
Oleh karena itu tradisi masa lampau bisa saja hadir
dalam realitas kehidupan dan mengarahkan prilaku masa kini yang hidup di era modern namun masih tetap berpijak pada tradisi masa lampau yang dianggap sebagai suatu warisan, dan disinilah tradisi itu menjadi pandangan hidup.69 Namun disisi lain tradisi luar atau tradisi barat yang hadir di era modern berpeluang atau memiliki peluang yang sama dalam mengarahkan perilaku kehidupan manusia.70Bila ditinjau dari kacamata Islam, eksistensi tradisi atau adat istiadat tidak sedikit menimbulkan polemik namun, al Qur‟an juga sebagai pedoman hidup manusia telah mengatur dan menjelaskan kedudukan tradisi dalam agama karena nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah tradisi dipercaya dapat mengantarkan keberhasilan dan keberuntungan bagi masyarakat. Tradisi Islam (Hukum Syara‟71) mengatur berbagai bentuk peraturan yang memiliki sifat tidak memaksa dan tidak membebani terhadap ketidakmampuan pemeluknya. ُ َىٍِّفُ ا٠ ََّل َا َِا ۡٱورَ َغثَ ۡ ِۗدٙ١ۡ ٍَ َعَٚ َا َِا َو َغثَ ۡدٌَٙ َ ۚاٙ َ ۡعُٚ ٱَّللُ ٔ َۡفغا ئِ اَّل “Allah
tidak
membebani
seseorang
melainkan
sesuai
dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”.72
68
Wasid, dkk, Menafsirkan Tradisi & Modernitas: Ide-ide Pembaharuan Islam, (Surabaya: Pustaka Idea, 2011), 31. 69 Ibid., 32 70 Ibid., 32 71 Hukum Syara‟ menurut ulama Fiqh yaitu Seperangkat peraturan berdasarkan ketentuan Allah tentang tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini berlaku serta mengikat untuk semua umat yang beragama Islam. Sedangkan Hukum Syara‟ menurut ulama Uṣul: Perintah Allah yang menyangkut tindak tanduk mukallaf dalam bentuk tuntutan, pilihan berbuat atau tidak atau dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang ditetapkan. Lih. AmirSyarifuddin, “Uṣul Fiqh” (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), 281-282 72 Ibid., 2:286.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Tradisi dalam hukum Islam diistilahkan dengan al „urf ()اٌ شف. Secara etimologi berarti: ma‟rifah ( )اٌّ ش حyaitu sesuatu yang telah diketahui dan dikenal antonimnya adalah sesuatu yang belum diketahui atau An Nakirah ()إٌىشج maksudnya adalah sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat.73 Selain itu oleh para Ulama Uṣul menyamakan „urf dengan adat yang berarti pengulangan. Abdul Karim An Namlah mengemukakan bahwa adat lebih umum dari „urf dan semua „urf adalah adat. Sedangkan Al „urf secara terminologi adalah “Sesuatu yang dikenal atau dipahami dan dipandang baik oleh mayoritas orang (masyarakat) dan bukan perorangan berkaitan dengan urusan dunia dan telah lama menjadi kebiasaan diantara masyarakat tersebut serta tidak bertentangan dan melanggar Syara‟ (hukum agama) baik berupa ucapan, perbuatan atau meninggalkan”.74 Penjelasan definisi diatas dapat dipahami bahwa terdapat dua bentuk „urf, yang pertama adalah „urf atau kebiasaan dalam bentuk perkataan atau ucapan dan „urf yaitu kebiasaan dalam bentuk perbuatan atau ajaran agama yakni berkaitan dengan naṣ- naṣ dalam al Qur‟an. Meskipun „urf (tradisi) telah lama dikenal dan diterima serta menjadi kebiasaan masyarakat namun tidak semua „urf (tradisi) sejalan dan sesuai dengan Syara‟ (Hukum Islam). Dalam hal ini, para ulama yang paling banyak menggunakan „urf sebagai dalil adalah para ulama Hanafiyyah dan Malikiyyah75. Kaedah Hukum yang berkaitan dengan al „urf antara lain:
73
„Abdul Karim bin „Ali bin Muhammad An Namlah,, Al Muhazzab Fii „Ilmi Ushul Al Fiqh Al Muqaran, (Riyadh: Maktabah Ar Rusyd, 1999), 1020 74 Muhammad Hasan Abdul Ghifary, Taysir Ushul Fiqh Lil mubtadhi‟in (t.t: t.p., t.th) 75 Abdurrahman Dahlan, Uṣul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), 212.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
اٌ ادج ِحىّح “ Adat Kebiasaan dapat menjadi hukum”76 Oleh karenanya para ulama uṣul menyatakan bawah al „urf atau tradisi dapat dijadikan salah satu dalil dalam menentukan hukum syara‟, bila memenuhi persyaratan berikut: 1. Tradisi atau „urf yang absah yaitu tidak bertentangan dengan dalil atau Syara‟ yang telah diatur dalam agama al Qur‟an dan sunnah Contoh pertama berupa larangan terhadap tradisi yang bertentangan dengan syara‟: dahulu kebiasaan para sahabat melakukan nikah mut‟ah kemudian setelah ada hukum dan dalil pelarangan nikah tersebut maka mereka pun meninggalkan dan menghapus kebiasaan atau tradisi tersebut. Contoh kedua berupa legalitas atau pengakuan syara‟ terhadap tradisi: sistem kerjasama muḍarabah (qiraḍ)77 atau bagi hasil yang telah lama dikenal sebelum Islam dan dahulu Rasulullah Ṣallallah „Alaihi Wa Sallam mengikat perjanjian kerjasama bagi hasil dengan Khadijah Raḍiyallahu „Anha, setelah datang Islam (syara‟) melegalkan atau tidak mempertentangkan tradisi tersebut 2. Tradisi atau „urf yang rusak atau salah yaitu adat kebiasaan yang bertentangan dengan ketentuan dan dalil syara‟ adat kebiasaan yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.78
76
Ibid., 213. Lih. Juga, Abdul Malik bin Abdullah, Al Burhān Fī Uṣul Fiqh, (Beirut : Dār Al Kutub Al „Ilmiyyah, 1997), 222. 77 yaitu akad perjanjian atau kerjasama usaha antar pemberi modal penerima modal dengan konsekuensi bahwa keuntungan yang didapatkan oleh peminjam modal diberikan atau dibagi kepada pemberi modal sesuai ketentuan yang disepakati. 78 Dahlan, Uṣul Fiqh, 211.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
Contoh: Mengharamkan perkawinan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram hanya karena berasal dari suku atau marga yang sama. Dalam hal ini para ulama sepakat bahwa „urf fāsid tidak dapat menjadi landasan hukum dan kebiasaan tersebut batal demi hukum.79 3. Tradisi atau „urf membawa sebuah maslahat atau solusi dalam mengatasi masalah Contoh: yaitu pada sistem perjanjian bagi hasil (Al Muḍarabah) atau jual beli As Salam.80 Contoh penggunaan „urf lainnya sebagai pedoman antara lain: tentang usia baligh, usia wanita haid, masa haid, nifas dan suci. Dan perbuatan-perbuatan lainnya yang belum dikenal pada masa Rasulullah. Yang kesemuanya itu dikembalikan menurut pendapat yang terkuat dan berpedoman kepada adat yang berlaku pada suatu tempat. Terkait dengan hal ini perlu ditegaskan kembali bahwa „urf atau tradisi yang disepakati adalah tradisi yang bersifat konstan dan benar berlaku umum sejak masa sahabat dan seterusnya serta tidak bertentangan dengan naṣ- naṣ syara‟ baik dalam al Qur‟an maupun as Sunnah.81 Pembahasan tentang tradisi atau „urf telah dibahas secara detail dalam Islam terutama dalam bidang ilmu Fiqh dan Uṣul Fiqh. Betapa urgennya bagi seorang pendakwah untuk mempelajari dan memahami latarbelakang tradisi, adat dan kebudayaan suatu masyarakat sebelum
79
Ibid., 211 As Salam yaitu perjanjian pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah disepakati dan dengan pembayaran tunai pada saat akad berlangsung. 81 Dahlan, Uṣul Fiqh, 215 80
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
ia berdakwah. Kehidupan manusia yang kian kompleks, saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain menyebabkan akulturasi kebudayaan, tradisi maupun adat yang merupakan suatu hal yang tak bisa dihindari. Disinilah bijaknya seorang pendakwah dituntut. ع ُۡث َٰ َحَٓ اَٚ َِٟٕۖ َ َ َِ ِٓ ٱذاثَٚ َش ٍمج أَٔ َ۠ا١ص ۚ اٌَِٝ ْا ئُٛٓ أَ ۡدعٟٓ ٍِ١ِلُ ًۡ ََٰ٘ ِزِۦٖ َعث َٓ١ َِآ أَٔ َ۠ا َِِٓ ۡٱٌ ُّ ۡش ِش ِوَٚ ِٱَّلل ِ َ تَٰٝ ٍَٱَّللِ َع “Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".82 Ulama Uṣul menetapkan suatu kaidah dalam uṣul Fiqh yang perlu dipahami oleh setiap pendakwah bahwa Islam akan selalu relevan untuk setiap waktu dan tempat. ُّْش ْاألَ ْص َِا١ش ْاألَحْ َىاَ تِرَ َغ١ذغ “Ketentuan hukum dapat berubah dengan terjadinya perubahan waktu”.83 Kaidah ini sangat penting dipahami maksudnya bahwa hukum yang dapat berubah disini adalah adalah hukum yang berkaitan dengan tradisi atau „urf sedangkan hukum syara‟ adalah hukum asas dan pokok yang tidak mungkin dirubah-rubah sampai kapanpun. Sedangkan tradisi akan senantiasa berubah disetiap zaman maupun waktu disetiap generasi dan keadaan namun kendati demikian, tradisi-tradisi tersebut telah diatur dalam Islam secara detail sehingga selalu relevan sepanjang zaman.
82
Al Qur‟an, 12: 108 Ahmad Az Zarqo, Syarh Al Qowāid Al Fiqhiyyah, (Damaskus: Dār Al Qolam, 1989), 227. Lih juga. Dahlan, Uṣul Fiqh, 215-216; dan Satria Efendi, Uṣul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2014), 156158 83
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id