BAB II MANAJEMEN DAKWAH DAN UNSUR-UNSUR MANAJEMEN DAKWAH
2.1.Manajemen Dakwah 2.1.1. Pengertian Manajemen Dakwah a. Pengertian Manajemen Sebelum mengemukakan pengertian manajemen, terlebih dahulu akan dikemukakan asal kata manajemen. Kata manejemen berasal dari bahasa inggris dari kata manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola (Echols dan Shadily, 2000 : 372). Sedangkan pengertian manajemen secara istilah menurut beberapa ahli sebagai berikut : 1. G.R. Terry ”Manajemen adalah suatu proses planing, organizing, actuating, dan controling untuk optimasi sumber-sumber daya dan tugas-tugas untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien” (Terry dan Rue, 1991 : 1). 2. Drs. Malayu Hasibuan Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2001 : 2).
14
15
3. Drs. M. Manulang Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, penyusunan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu (manulang, 1996:15). Dari beberapa definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen adalah : -
Ilmu dan seni mengatur
-
Dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain
-
Yang
terdiri
dari
tindakan
perencanaan,
pengorgaisasian,
penggerakan dan pengawasan. -
Untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
-
Secara efektif dan efisien
a. Pengertian Dakwah Secara etimologis dakwah berasal dari kata دﻋ ﺎ – ﻳ ﺪﻋﻮ – دﻋ ﻮة yang berarti menyeru, memanggil, mengajak, menjamu (Yunus, 1975 : 127). Sdangkan pengertian dakwah secara istilah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
16
1) Prof. H.M. Toha Jahja Omar, M.A Beliau memberi pengertian dakwah menjadi 2 bagian yaitu : pengertian dakwah secara umum dan pengertian dakwah secara khusus (Islam). ”Pengertian dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berarti cara-cara dan tuntutan-tuntutan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,
menyetujui,
melaksanakan
suatu
ideologi,
pendapat, pekerjaan yang tertentu” (Omar, 1992 : 1). Sedangkan
pengertian
dakwah
menurut
Islam adalah
”Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat”(Omar, 1992 : 1). 2) Dr.H.Awaluddin Pimay, Lc, M.Ag ”Dakwah adalah upaya atau perjuangan untuk menyampaikan ajaran agama yang benar kepada umat manusia dengan cara yang simpatik, adil, jujur, tabah dan terbuka, serta menghidupkan jiwa mereka dengan janji-janji Allah Swt tentang kehidupan yang membahagiakan serta menggetarkan hati mereka dengan ancamanancaman Allah Swt terhadap segala perbuatan tercela, melalui nasehat-nasehat dan peringatan-peringatan” (Pimay, 2006 : 7).
17
3) A. Hasjmy ”Dakwah Islamiyah, yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syari’ah Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri” (Hasjmy, 1974 : 28). 4) Prof. H.M. Aridin, M.Ed ”Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
dilakukan
secara
sadar
dan
berencana
dalam
usaha
mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamatan terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsurunsur paksaan” (Arifin, 1994 : 6). Dari beberapa pendapat tentang pengertian dakwah dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya dakwah adalah suatu usaha aktif untuk meningkatkan taraf dan tata nilai hidup manusia sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Selain itu dakwah bukan hanya sekedar menyampaikan firmanfirman Allah secara harfiah saja, melainkan harus mencakup bagaimana memperbaiki keadaan, keadaan yang serba maksiat atau munkar menjadi ma’ruf,
kemusyrikan
menjadi
ketauhidan,
kemiskinan
menjadi
18
kemakmuran agar sesuai dengan fungsi manusia diciptakan Allah yaitu untuk beribadah kepada-Nya. b. Manajemen Dakwah Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,organisaisi dakwah harus digerakkan dengan suatu kegiatan yang dinamis yang disebut manajemen, manajemen inilah merupakan suatu proses kegiatan untuk mencpai suatu tujuan, ia terdapat hampir dalam seluruh kegiatan manusia, baik di pabrik, kantor, sekolah, rumah sakit, hotel, panti asuhan, lembaga sosial, bahkan rumah tanggapun memerlukan manajemen. Oleh karena itu lembaga dakwah tidak akan terselenggara tanpa adanya manajemen (Mochtarom, 1997 : 35). Setelah diuraikan tentang pengertian dakwah dan manajemen maka akan diuraikan pengertian manajemen dakwah menurut para ahli. 1) M.Munir, S.Ag, MA dan Wahyu Ilahi, S.Ag. MA ”Manajemen dakwah adalah sebuah pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan/aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan dakwah” (Munir dan Ilahi, 2006 : 36-37). 2) Drs. A. Rosyad Shaleh ”Manajemen dakwah adalah proses merencanakan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan tenagatenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu dan kemudian
19
menggerakkannya ke arah pencapaian tujuan dakwah” (Shaleh, 1997: 44). 3) Drs. H.zaini Muchtarom, MA ”Tujuan manajemen dakwah adalah sasaran dakwah yang ingin dicapai yang dirumuskan secara pasti dan menjadi arah dari segenap tindakan yang dilakukan pimpinan” (Muchtarom, 1997:41). Dari beberapa pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pada dasarnya manajemen dakwah adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian untuk mencapai tujuan dakwah.
2.1.2. Fungsi-Fungsi Manajemen Dakwah Sebenarnya belum ada kesatuan pendapat antara para sarjana dan
penulis
manajemen
mengenai
macam-macam
fungsi
dari
manajemen. Mereka mempunyai pendapat sendiri-sendiri yang saling berbeda. Perbedaaannya terletak pada tekanan mengenai fungsi-fungsi tertentu yang mereka tonjolkan atau dahulukan. Selain itu juga disebabkan antara lain : -
Lapangan manajemen yang digeluti
-
Tidak adanya persamaan terminologi diantara para pengarang menyangkut konsep yang sama.
-
Mencampuradukan fungsi dan proses
-
Deskripsi fungsi-fungsi sangat subyektif.
20
Agar lebih jelas dan sebagai bahan perbandingan penulis mengutip beberapa pendapat ahli manajemen tentang fungsi-fungsi manajemen, yaitu, a. G.R Terry membagi empat fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, controlling (Terry, 2000 : 15). b. Henry Fayol membagi 5 fungsi manajemen, yaitu planning, organizing, comanding, coordinating, controlling. c. DR. S.P.Siagian membagi 5 fungsi manajemen, yaitu Planning, organizing, motivating, controlling, evaluating. d. John F. MEE membagi 4 fungsi manajemen, yaitu planning, organizing, motivating, controlling (Hasibuan, 2001 : 38). Dari beberapa pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pada dasarnya ada empat macam fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling. Dakwah sebagai suatu proses yang dilakukan secara sadar dan terencana, aktivitasnya harus dipersiapkan dan direncanakan secara matang dengan rangkaian perbuatan yang disusun tahap demi tahap dan sasarannya ditetapkan secara rational pula, yaitu obyektif, sesuai dengan kondisi dan situasi, baik yang melingkupi diri pelaku, maupun obyek dakwah serta faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam proses dakwah. Karena dakwah merupakan suatu proses usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu, yang menyangkut bidang-bidang yang sangat luas dalam lapangan kehidupan manusia. Maka perlu menggunakan manajemen
21
agar hasil yang dicapai dapat efektif dan efisien. Fungsi-fungsi manajemen dakwah adalah : a. Perencanaan Dakwah (Planning) Perencanaan merupakan fungsi pertama yang fundamental dalam manajemen. Lancarnya implementasi fungsi-fungsi lainnya banyak bergantung pada perencanaan (Effendy, 1989 : 18). Dakwah Islam hanya akan berjalan terarah sesuai dengan tujuan apabila pelaksanaannya telah direncanakan secara matang. Di samping itu perencanaan juga memungkinkan dipilahnya tindakan-tindakan yang tepat. Sesuai dengan situasi dan kondisi dimana dakwah akan diselenggarakan, berdasarkan hasil pengamatan dan penganalisaan pimpinan dakwah terhadap situasi dan kondisi yang ada. Dengan perencanaan dakwah, akan dapat dipersiapkan tenagatenaga pelaksanaan dakwah yang diperlukan, begitu pula alat-alat perlengkapan dan fasilitas lainnya. Disisi lain perencanaan memudahkan pemimpin dakwah dalam melakukan pengawasan dan penilaian terhadap jalannya penyelenggaraan dakwah, lebih baik yang sedang dalam proses maupun yang sudah selesai. b. Pengorganisasian Dakwah (Organizing) Menurut Drs. M. Manullang, pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai keseluruhan aktifitas manajemen dalam mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang
22
berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu (Manullang, 1983: 21-22). Dengan pengorganisasian maka pemimpin atau manajer harus dapat menetapkan setiap individu sebagai bagian dari organisasi ke dalam suatu tugas tertentu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, agar mereka dapat berperan seoptimal mungkin. Juga menggariskan tugas tanggung jawab dan wewenang serta hubungan agar di antara mereka tidak terjadi tumpang tindih fungsi. Begitu juga dengan pengorganisasian dakwah yang dikemukakan oleh Rustad Saleh dalam bukunya Munir dan Ilahi adalah rangkaian aktiva menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja di antara satuan-satuan organisasi-organisasi atau petugasnya (Munir dan Ilahi, 2006, 119-120). Peran pemimpin dakwah dalam hal ini adalah menempatkan pelaksana-pelaksana
dakwah
dalam
divisi-divisi
sesuai
dengan
kemampuan yang dimiliki. Juga menetapkan aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Di samping itu juga mengatur jalinan hubungan di antara divisi-divisi yang ada agar ada kesesuaian langkah dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan dakwah.
23
Pelimpahan tanggung jawab dan wewenang memungkinkan tiap pelaksana dakwah melaksanakan tugas-tugas dengan dedikasi tinggi dan mencurahkan semua kemampuan yang dimilikinya. c. Penggerakan Dakwah (Actuating) Penggerakan adalah menggerakkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja aktif untuk mencapai tujuan (Hasibuan, 2001:41). Masalah penggerakan berkaitan erat dengan manusia dan merupakan suatu masalah
yang paling kompleks serta paling sulit
dilakukan dari semua fungsi manajemen. Menggerakkan manusia merupakan hal
yang sulit, karena manusia pekerja adalah makhluk
hidup yang mempunyai harga diri, perasaan dan tujuan yang berbeda. Bagi proses dakwah, penggerakan itu mempunyai arti dan peranan yang sangat penting, sebab di antara fungsi manajemen yang lain, maka penggerakan merupakan fungsi yang secara
langsung
berhubungan dengan manusia (pelaksana). Manajemen dakwah yang berarti proses penggerakkan para pelaku dakwah untuk melakukan aktivitas dakwah, tentulah tidak akan ada, sekiranya tidak dilakukannya proses penggerakan. Penggerakan dakwah bermaksud
meminta pengorbanan para
pelaksana untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka dakwah. Hal ini hanya mungkin bila mana pimpinan dakwah mampu memberikan motivasi, membimbing, mengkoordinir dan menjalin pengertian di
24
antara mereka serta selalu meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka (Shaleh, 1976: 113). Berpijak dari maksud penggerakan dakwah tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa pada dasarnya ada beberapa langkah dalam penggerakan dakwah yaitu : -
pemberian motivasi
-
pengarahan dan pembimbingan
-
penyelenggaraan komunikasi
-
peningkatan dan pengembangan kemampuan serta keahlian para pelaksana dakwah. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan para pelaksana
dakwah mau mendukung semua program dakwah yang telah ditetapkan dan bekerja dengan penuh keikhlasan tanpa ada unsur keterpaksaan. d. Pengendalian Dakwah (Controlling) Segala sesuatu yang direncanakan harus dikontrol dan dinilai. Apabila realisasi rencana tidak dikontrol, maka tidak dapat diketahui apakah pelaksanaan sudah sesuai rencana, ada atau tidak penyimpangan dalam pelaksanaan, serta kendala apa saja yang dihadapi. Pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses manajemen, karena baiknya (Hasibuan, 2001: 241).
itu harus dilakukan sebaik-
25
Tujuan pengendalian atau pengawasan adalah supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan rencana dan melakukan
tindakan
perbaikan
jika
terdapat
penyimpangan-
penyimpangan, supaya tujuan yang akan dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan. Jadi kontrol dilakukan sejak proses dimulai, sampai dengan pengukuran hasil yang dicapai. Segala aktivitas yang telah direncanakan dan diarahkan pada suatu tujuan tertentu, tidak akan berhasil dengan baik bila tidak disertai dengan pengawasan yang merupakan tindakan pengendalian dan penilaian. Tidak dapat disangkal bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan yang efektif sering menghadapi tantangan, terutama dalam bentuk hambatan yang sengaja atau tidak, diciptakan oleh para anggota organisasi yang menjadi obyek pengawasan. Pengendalian dakwah adalah alat pengaman dan sekaligus pendinamis jalannya proses dakwah (Munir dan Ilahi, 2006: 169). Dari uraian tentang fungsi manajemen dalam dakwah Islam di atas, dapatlah dimengerti bahwa jika aktivitas dakwah dilaksanakan dengan penerapan (fungsi manajemen yang mapan, maka bukan mustahil bila realisasi ajaran agama Islam di dalam semua segi kehidupan masyarakat dapat segera terwujud.
26
Namun semua berpulang kepada para pemimpin dakwah itu sendiri, karena di tangannyalah semua kebijaksanaan aktivitas dakwah dilaksanakan.
2.2.UNSUR-UNSUR MANAJEMEN DAKWAH Dakwah adalah suatu proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al Islam. Proses tersebut terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen, begitu juga dalam manajemen selalu dikaitkan dengan usaha bersama sekelompok manusia dengan menggunakan unsur-unsur yang diperlukan. Adapun unsur-unsur itu menurut beberapa ahli 1. Prof. Drs, Onong Uchana Effendi, M.A. Unsur-unsur manajemen yang disingkat “six M” terdiri dari -
Men (manusia)
-
Materials (bahan)
-
Machines (mesin)
-
Methods (metode)
-
Money (uang)
-
Markets (pasar) (Effendi, 1989: 8).
2. Drs. H.Zaini Muchtarom, M.A. Unsur-unsur manajemen terdiri dari 6 macam yang dirumuskan menjadi 6 M terdiri dari:
27
-
Men (manusia)
-
Machines(mesin)
-
Money (uang)
-
Materials (barang)
-
Method (metode)
-
Market (pasar) (Muhtarom, 1997: 42).
3. Saerozi, S.Ag, M.Pd. Unsur-unsur manajemen dakwah atau sumber daya adalah 7 macam -
Men (manusia)
-
Materials (barang)
-
Money(uang)
-
Machine / teknologi / informasi (mesin)
-
Method (metode)
-
Market (pasar)
-
Minute (waktu) (Saerozi, S.Ag, M.Pd, bahan kuliah, 2006)
4. G.R. Terry Unsur-unsur manajemen atau elemen-elemen dasar disebut “The Six M” yang terdiri dari -
Men (manusia)
-
Materials (bahan)
-
Machines (mesin)
-
Methods (metode)
-
Money (uang)
28
-
Market (pasar) (Terry disadur Winardi, 1971: 8).
5. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan Unsur-unsur manajemen (tools of managemen) yang sering disingkat 6 M terdiri dari -
Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional / pelaksana
-
Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
-
Methods yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.
-
Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
-
Machines yaitu mesin-mesin / alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk mencapai tujuan.
-
Market yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan (Hasibuan, 2001: 20-21). Dari beberapa pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pada
dasarnya ada 6 unsur-unsur manajemen yaitu: -
Men (manusia)
-
Money (uang)
-
Material (barang)
-
Machine (mesin)
-
Method (metode)
-
Market (pasar)
29
Dakwah juga memerlukan usaha bersama sekelompok manusia yang memerlukan unsur-unsur sebagaimana diperlukan oleh manajemen pada umumnya. 1. Men (Manusia) Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur terpenting sehingga berhasil atau gagalnya suatu manajemen tergantung pada kemampuan manajer untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang ke arah tujuan yang akan dicapai. Karena begitu pentingnya unsur manusia dalam manajemen, melebihi unsur-unsur lainnya, maka boleh dikatakan bahwa manajemen itu merupakan proses sosial yang mengatasi segalagalanya. Hal ini menjadi lebih penting bila manajemen itu menyangkut bidang dakwah yang intinya berhubungan dengan peran manusia dengan sesamanya. Manusia berbeda-beda watak, sikap, aspirasi, keinginan, perilaku dan potensinya. Keadaan demikian itu akan berlangsung terus di masa mendatang, sehingga tantangan yang paling utama bagi manajer adalah menjawab masalah bagaimana wujud manajemen yang akan dilaksanakan dengan kenyataan pluralitas tersebut (Muhtarom, 1997: 43). Untuk menghadapi aneka ragam manusia, seorang manajer harus memiliki berbagai kemahiran antara lain: a. Kemahiran hubungan kerja dengan manusia (human relation skill) seperti bekerja sama dengan bawahan, membina hubungan baik
30
dengan atasan, konsultasi dengan tenaga ahli dan mengadakan lobby dengan pihak luar dan lain-lain. b. Kemahiran administratif dan teknis (administrative and technical skill) seperti mengawasi pelaksanaan tata usaha dan jalannya arus pekerjaan, memberikan pedoman kerja, mengendalikan waktu pelaksanaan pekerjaan secara efisien dan lain-lain. c. Kemahiran konseptual (conceptual skill) seperti kemampuan ingatan, daya analisa dan konseptualisasi. Kemampuan hubungan
kerja dengan manusia (human relation
skill) perlu dimiliki oleh semua manajer dari seluruh tingkatan, baik manajer lapis bawah (lower manager), manajer lapis tengah (middle manager) maupun manajer lapis atas (higher manager). Adapun manajer lapis bawah memerlukan lebih banyak kemampuan administratif dan teknis dan hanya sedikit saja kemampuan konseptual. Sebaliknya manajer tingkat atas memerlukan lebih banyak kemampuan konseptual dari pada kemampuan administratif dan teknis. Sedangkan manajer lapis tengah memerlukan kemampuan berimbang antara administratif dan teknis di satu pihak dengan kemampuan konseptual di pihak lain (Muhtarom, 1997: 44). Dalam kegiatan dakwah manusia merupakan aset terpenting dalam kegiatan dakwah, begitu juga dalam sebuah organisasi baik Islam maupun non Islam, tanpa orang-orang yang berinteraksi dan melaksanakan pekerjaan organisasi tersebut, maka tidak akan ada organisasi. Dalam organisasi dakwah, unsur manusianya adalah obyek dan subyek dakwah
31
dan dalam sebuah organisasinya adalah pengurus dan anggota dalam organisasi tersebut. Sehingga yang menjadi subyek dakwah adalah pelaksana kegiatan dakwah baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dan terorganisir pelakunya biasa di sebut da’i. Da’i adalah pembantu dan penerus para rasul yang mengajak umat manusia kepada jalan Allah. Pada dasarnya tugas dakwah dibebankan kepada semua umat Islam yang baligh dan berakal, sesuai dengan kemampuan yang ada. Karena dakwah tidak hanya perkataan tetapi juga dengan perbuatan dan hal ini dapat berupa apa saja seperti cara hidup sehari-hari, pergaulan dalam masyarakat atau perbuatan sosial lain. Maka semua umat Islam dapat melaksanakannya di setiap tempat dan setiap waktu sesuai dengan kemampuannya. Menurut Asmuni Syukir, setiap orang yang menjalankan aktivitas dakwah, hendaknya memilih kepribadian yang baik sebagai seorang da’i. meliputi kepribadian yang bersifat jasmani dan rohani, secara terperinci dapat disebutkan sebagai berikut : a. Kepribadian yang bersifat rohaniah 1) Sifat-sifat seorang da’i -
Iman dan taqwa kepada Allah
-
Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi
-
Ramah dan penuh pengertian
32
-
Tawadhu’
-
Sederhana dan jujur
-
Tidak memiliki sifat egoisme
-
Tidak antusiasme (semangat)
-
Sabar dan tawakal
-
Memiliki jiwa toleran
-
Sifat terbuka (demokrasi)
-
Tidak memiliki penyakit hati.
2) Sikap seorang da’i -
Berakhlak mulia
-
Hing ngarso asung tuladha, hing madyo mangun karsa, tut wuri handayani.
-
Disiplin dan bijaksana
-
Wira’I dan berwibawa
-
Tanggung jawab
-
Berpandangan luas
3) Berpengetahuan yang cukup b. Kepribadian yang bersifat jasmaniah -
Sehat jasmani
-
Berpakaian necis (syukir, 1983 : 35-48).
Memang tidak semua orang dapat memenuhi seluruh kriteria sebagai mana tersebut di atas, namun paling tidak kita dapat mengetahui apa yang seharusnya yang mesti dimiliki sebagai subyek dakwah.
33
Yang menjadi obyek dakwah (mad’u) adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam. Sedangkan, kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas, iman Islam dan ikhsan (Munir dan Ilahi, 2006 : 23-24). Sedangkan unsur manusia dalam organisasi adalah para pengurus dan anggota organisasi tersebut. 2. Money (Uang) Dalam hal unsur-unsur manajemen berupa dana dan sumber daya alam berapapun jumlahnya akan selalu terbatas. Oleh karena itu seorang manajer harus menggunakan secara efisien terutama terhadap dana dan sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui seperti minyak bumi yang semakin lama dirasakan semakin terbatas, bahkan bisa menjadi semakin langka. Keterbatasan dan kelangkaan sumber daya alam ini dapat diperhitungkan dari semakin besarnya jumlah konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang semakin bertambah (Muhtarom, 1996 : 4445). Begitu juga dalam kegiatan dakwah atau organisasi dakwah uang sangat diperlukan untuk kelancaran proses dakwah karena tanpa adanya
34
uang maka proses dakwah tidak berjalan dan tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Material (Materi) Organisasi Dakwah Islamiyah dipersiapkan sedemikian rupa dengan berbagai materi yang diperlukan. Sehingga mereka dapat melaksanakan tugas berat dan amanah Allah yang telah dipercayakan kepadanya. Organisasi
Dakwah
Islamiyah
harus
diperlengkapi dengan
kemilitensian sikap juang dan tindak kerja, dengan tenaga-tenaga yang terdidik dan terlatih, dengan angkatan dakwah yang militan, dengan para juru dakwah yang berakhlak Islam, dengan perlengkapan-perlengkapan materiil sesuai dengan kebutuhan zaman dan lingkungan. Organisasi dakwah dan angkatan dakwah tidak akan ada arti apaapa tanpa adanya perlengkapan-perlengkapan itu, tidak akan dapat bekerja dengan tubuh polos. Perlengkapan/materi yang diperlukan organisasi dakwah dan angkatan dakwah dalam zaman keadaan ini, dimana manusia telah mulai menemukan ilmu-ilmu yang prinsip-prinsipnya telah hampir empat belas abad yang lalu tercantum dalam Al-Qur'an, dapat saya kemukakan sebagai berikut: lalu a. Ma’had dan lokakarya tempat mendidik dan melatih para juru dakwah. b. Unit pengeras suara yang lengkap, termasuk alat perekam atau tape recorder.
35
c. Mobil unit yang diperlengkapi segala alat-alat penerangan. d. Perusahaan penerbit yang diperlengkapi dengan percetakan, tokoh buku dan pabrik klise, yang bertugas menerbitkan buku-buku, majalahmajalah dan surat-surat kabar. e. Pemancar radio dan televisi yang selalu mengumandangkan suara dakwah islamiyah. f. Kantor berita yang bertugas menyiarkan berita dakwah islamiyah dan berita-berita dunia Islam. g. Studio film yang bertugas membuat film-film yang bernadakan dakwah islamiyah. h. Teater Islam yang bertugas melaksanakan pementasan drama-drama dan pertunjukan-pertunjukan yang bernadakan dakwah Islam. i. Lembaga musik dengan orkes, gambus yang dilengkapi istrumen yang memadai (Hasjmy, 1974: 290-291). Inilah secara garis besar perlengkapan yang diperlukan oleh organisasi dakwah islamiyah dan lembaga dakwah islamiyah, sedangkan kemungkinan pengadaannya tergantung pada kemungkinan waktu dan lingkungan. 4. Mechine (Media) Dalam melaksanakan tugas wajib dakwah kepada umat manusia, para juru dakwah memerlukan media dan sarana, membutuhkan alat dan medan.
36
Media dan sarana, alat dan medan yang dibutuhkan, antara lain yaitu: a. Mimbar dan Khitabah Mimbar salah satu media dakwah yang telah tua sekali usianya, mungkin setua usia manusia; Sedangkan khitabah salah satu sarananya yang sama hanya dengan mimbar. Pentingnya mimbar dan khitabah dalam pelaksanaan dakwah islamiyah dapat kita simpulkan dari ditetapkannya ibadat shalat jum’at tiap-tiap 7 hari sekali; dimana yang membedakan shalat tiap hari dengan shalat jum’at, yaitu khitabah atau khutbah jum’at, dan inilah inti hakiki hikmahnya. Sama halnya dengan shalat ‘idain, ‘idilqurban dan idilfithri (hari raya qurban dan hari raya fitri), dimana pada kedua shalat ‘id itu khutbahnya menjadi inti hakiki hikmahnya dalam pelaksanaan dakwah islamiyah. b. Qalam dan Khitabah Dalam Al-Qur'an terdapat satu surat yang bernama surah AlQalam, warta pena, dimana Allah bersumber dengan pena dan dengan penulisan, setelah terlebih bersumpah dengan huruf, pena dan penulisan dalam pelaksanaan dakwah islamiyah. Sebagai realisasi dari isyarat Allah yang sengaja bersumber dengan huruf dan pena sebagai alat penulisan yang kemudian dengan penulisan itu Allah bersumpah lagi, maka Nabi Muhammad menyuruh
37
penulisan Al-Qur'an tiap-tiap beliau menerima wahyu, sebagai permulaan sejarah penulisan dalam dakwah islamiyah. c. Masrah dan Masalamah Ushlub dakwah dalam Al-Qur'an, kadang-kadang pementasan (pemasrahan) dan pendramaan (pemahaman), agar lebih meresap dan lebih berkesan, bahkan kadang-kadang pendramaan itu terlalu dramatis, sehingga mengejutkan, mengerikan, menakutkan dan akhirnya menginsafkan. d. Seni Bahasa dan Seni Suara Allah menciptakan Al-Qur'an dalam bahasa arab yang maha balaghah, yang maha seni, yang luar biasa uslub dan maknanya. Sehingga tidak dapat ditiru dalam dijiplak oleh manusia bahkan oleh makhluk manapun, adalah isyarat bahwa dakwah Islamiyah diawali dengan pengucapannya dengan bahasa seni, yang harus dibaca dengan suara yang jelas dan teratur, bahkan kalau mungkin dengan suara yang merdu. e. Madrasah dan Daya f. Lingkungan kerja dan usaha (Hasjimy, 1974: 269-280). 5. Method (Metode) Unsur manajemen yang berupa metode menuntut kemampuan manajer untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi modern yang menghasilkan peralatan yang semakin canggih dan perkembangan ilmu
38
pengetahuan yang menawarkan berbagai metode untuk lebih cepat dan lebih baik dalam menghasilkan barang dan jasa (Muctarom, 1997: 46). Begitu juga dalam kegiatan dakwah, metode dakwah ada cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Sebuah materi dakwah yang akan disampaikan kepada objek dakwah membutuhkan metode yang tepat dalam penyampaiannya terdapat dalam berbagai kerangka dasar tentang metode dakwah sebagaimana terdapat dalam Q, S al-Nahl ayat 125 yaitu:
ﺴﻦ ـﻲ ﹶﺃﺣ ﻫ ﻲﻢ ﺑﹺﺎﱠﻟﺘ ﻬ ﺩﹾﻟ ﺎﻭﺟ ﺔ ﻨﺴ ﺤ ﺔ ﺍﹾﻟ ﻋ ﹶﻈ ﻮ ﻤ ﺍﹾﻟﺔ ﻭ ﻤ ﺤ ﹾﻜ ﻚ ﺑﹺﺎﹾﻟ ﺑﺭ ﺳﺒﹺﻴ ﹺﻞ ﻉ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺩ ﺍ ﻦ ﻳﺘﺪﻬ ﻤ ﺑﹺﺎﹾﻟﻋﹶﻠﻢ ﻮ ﹶﺃ ﻭﻫ ﻪ ﻠﺳﺒﹺﻴ ﻦ ﻋ ﺿﻞﱠ ﻦ ﻤ ﹺﺑﻋﹶﻠﻢ ﻮ ﹶﺃ ﻚ ﻫ ﺑﺭ ﹺﺇﻥﱠ Artinya: Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Qur'an dan Terjemahnya, 1983: 47) a. Bil al-Hikmah Kata hikmah sering diartikan dengan bijaksana adalah suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di dakwahkan atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, konflik maupun rasa tertekan. Dengan kata lain, bil al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikatif yang dilakukan atas dasar persuasif. Karena dakwah bertumpu pada human oriented, maka konsekuensi logisnya
39
adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis agar fungsi dakwah yang utama adalah bersifat informatif b. Mau’idzah al-hasanah Yaitu nasehat yang baik, berupa petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik dan dapat mengubah hati agar nasehat tersebut dapat diterima dan berkenan dihati, enak di dengar, menyentuh perasaan, lurus di pikiran, menghindari sifat kasar dan tidak boleh mencaci atau menyebut kesalahan audience sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah bukan propaganda yang memaksakan kehendak kepada orang lain (pimay,2006:38). c. Mujadalah atau diskusi Apabila kedua metode diatas tidak mampu diterapkan, dikarenakan objek dakwah yang mempunyai tingkat kekritisan yang tinggi seperti ahli kitab, orientalis, filosof, dan lain sebagainya (Pimay, 2006:38). Metode dakwah yang berhasil di suatu tempat belum tentu berhasil di tempat yang lain. Karena itu penguasaan terhadap metode sangat penting bagi seorang da’i sehingga penetapan metode dakwah harus dilakukan sesuai dengan objek yang dihadapi oleh mad’u.
40
6. Market (Pasar) Unsur manajemen yang lain berbentuk market atau pasar yang dalam pengertian luas menunjuk kemana hasil tersebut akan dipasarkan atau dikonsumsikan. Unsur manajemen dalam bentuk pasar juga menghendaki agar manajer mempunyai orientasi pemasaran (pengguna jasa) dengan pendekatan ekonomi mikro maupun makro serta memperhitungkan kecenderungan-kecenderungan baru yang menyangkut permintaan atau kebutuhan masyarakat yang selalu berubah dan penawaran atau penyediaan yang selalu disesuaikan dan dimudahkan (Muchtarom, 1997:46). Dalam kegiatan dakwah untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan peranan market sangat menentukan karena dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang canggih dakwah diharapkan dapat diterima oleh masyarakat. Dengan banyaknya dai yang kompeten maka dai akan memiliki karakteristik tersendiri untuk menghadapi persaingan dakwah yang semakin ketat. Sehingga dalam suatu organisasi harus bisa memilih suatu objek dakwah yang tepat agar pemasaran dalam kegiatan dakwah berhasil sesuai dengan tujuan. Bila unsur-unsur manajemen dakwah diatas diolah dengan menggunakan ilmu manajemen maka aktifitas dakwah akan berlangsung secara lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebab bagaimanapun
41
juga sebuah aktifitas apapun itu sangat diperlukan sebuah pengelolaan yang tepat bila ingin berjalan secara sempurna dan diatur secara berimbang dan digunakan secara efisien kearah tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang telah ditentukan.