BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang Guru PKn 1. Pengertian guru Guru merupakan suatu profesi yang memiliki tanggung jawab yang besar, yaitu menjadikan anak didiknya berhasil dalam bidang akademik maupun nonakademik, dan menjadi suri tauladan bagi masyarakat pada umumnya, menurut Uzer Usman (1996:5), bahwa “guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru, apalagi sebagai guru yang profesioanal yaitu orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan khusus” Mengenai jabatan guru sebagi perofesional ditegaskan pula dalam Undang undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003:24 bahwa “Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbinagn dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi” Sedangkan menurut pasal 1 UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa
”Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dsar, dan pendidikan menengah”. Guru memiliki tanggung jawab yang besar, selain memberikan ilmu pengetahun dan pendidikan sebagai bekal pelajar bersosialisasi dalam masyarakat dan
16
17 bekal untuk masa depannya, guru juga diharapkan dapat berperan menjadi orang tua kedua bagi pelajar selama ia berada di sekolah. Menurut pendapat M.I Soelaeman (1985:14) bahwa : “Guru disekolah dipandang sebagai pengganti orang tua, penjaga, pelindung, dan pengasuh anak, penyambung lidah, dan tangan orang tua, guru diharapkan dapat mengantar anak kepada harapan dan cita-citanya” Keahlian yang harus dimiliki guru bukan hanya kemampuan dalam hal ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk diberikan pada siswa, guru juga harus bisa mencerminkan profesinya sebagai guru melalui prilaku dan penampilannya seharihari baik disekolah maupun diluar sekolah. Dengan begitu guru bisa mempertanggung jawabkan profesinya dengan baik Beberapa peran guru merujuk pada ajaran Ki Hajar Dewantara seperti diungkapkan Wardani (2010: 234 ) bahwa : 1. Guru adalah pamong bagi siswanya artinya guru mendidik peserta didik agar menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, merdeka tenaganya. Guru tidak hanya memberi pengetahuan yang baik dan perlu saja, akan tetapi harus juga mendidik murid agar dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum. Tiap-tiap guru, dalam pola pikir Ki Hadjar Dewantara adalah abdi sang anak, abdi murid, bukan penguasa atas jiwa anak-anak. Di lingkungan Tamansiswa sebutan guru tidak digunakan dan diganti dengan sebutan pamong.
Hubungan antara pamong dan siswa, harus
dilandasi cinta kasih, saling percaya, jauh dari sifat otoriter dan situasi yang memanjakan. Dalam konsep ini, siswa bukan hanya objek, tetapi juga dalam kurun waktu yang bersamaan sekaligus menjadi subjek. Ki Hadjar Dewantara menjadikan tutwuri handayani sebagai semboyan bagi
18 pendidik agar apa yang diajarkan kepada peserta siswa dimaknai sebagai ajaran yang luhur dan bermakna bagi kehidupan. Sikap tutwuri merupakan perilaku pamong yang sifatnya memberi kebebasan kepada siswa untuk berbuat sesuatu sesuai dengan hasrat dan kehendaknya, sepanjang hal itu masih sesuai dengan norma-norma yang wajar dan tidak merugikan siapa pun. Sikap tutwuri handayani ini tertuang dalam pola perilaku guru yang mengarahkan pada usaha untuk mengatasi dan membantu persoalan yang dialami siswa yang dapat menimbulkan masalah kenakalan remaja dalam konteks pendidikan. 2. Tringa; Ngerti-Ngrasa-Ngalokoni Guru berperan tidak hanya mampu secara kognitif memberikan pendidikan dan pembelajaran tentang moral. Namun seorang guru dituntut untuk mengembangkan pengetahuan tentang moral
(moral
knowing), perasaan tentang moral (moral feeling) dan tindakan moral (moral action) dalam kehidupan sehari-hari. Guru berperan membantu siswa mengerti apa isi nilai yang digeluti dan mengapa nilai itu harus dilakukan dalam hidup. Dengan demikian siswa mengerti bagaimana menaktualisasikan nilai-nilai kewarganegaran dan moralitas secara nyata. Wardani ( 2010, 238) menegaskan tentang peran guru terkait dengan hubungannya dengan siswa dalam pendidikan bahwa
“Guru seharusnya dengan pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya pikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut secara kreatif dalam proses tranformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup. Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945”.
19
Hal senada diungapkan beberapa pakar pendidikan bahwa peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Dari penjelasan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa guru adalah profesi dibidang pendidikan yang memiliki tugas untuk memberikan ilmu pengetahuan dan pendidikan melalui proses pembelajaran di dalam kelas, selain itu guru memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan nilai, moral dan norma yang bail sehingga diharapkan dapat diterapkan dalam prilaku mereka sehari-hari dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Guru memiliki tanggung jawab bukan hanya pada siswa
ataupun pihak sekolah tetapi juga pada masyarakat
sekitarnya.
2. Peranan Guru PKn Guru PKn memiliki tugas dan peran yang lebih dari guru mata pelajaran lain. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawabnya untuk membentuk prilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga Negara yang baik. Tugas guru PKn bukan hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa tetapi juga mentransfer nilai-nilai yang diharapkan dapat dipahami, disadari, dan diwujudkan dalam prilaku siswa, menurut pendapat Nu’man Soemantri (1976:35) “Guru Pkn harus banyak berusaha agar siswa-siswanya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta keterampilan yang bermanfaat. oleh karena itu guru PKn harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta memberi dorongan kearah yang lebih baik” Menurut A. Tabrani Rusyan (1990:14) bahwa fungsi dan peran guru adalah sebagai berikut; a. Guru sebagai pendidik dan pengajar
20 b. Guru sebagai anggota masyarakat guru harus pandai bergaul dengan masyarakat c. Guru sebagai pemimpin harus pandai memimpin d. Guru sebagai pelaksana administrasi akan bdihadapkan kepada administrasi-administrasi yang harus dikerjakan disekolah e. Guru sebagai pengelola PBM, harus menguasai situasi belajar mengajar baik dalam kelas maupun diluar kelas. Secara garis besar tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memiliki pengetahuan (berilmu), dan cerdas dalam berprilaku. Mata pelajaran PKn merupakan salah satu alat untuk mencapai tujaun yang diharapkan dari sebuah sistem pendidikan. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bersumber dan berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, mata pelajaran ini membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga Negara dengan warga Negara serta warga Negara dengan warga Negara lainnya, agar siswa dapat mewujudkannya dalam bentuk prilaku dalam kehiduapan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Menurut
Nu’man
Soemantri
(2001:32)
mengartikan
pendidikan
kewarganegaraan sebagai: “Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah seleksi, adaptasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora, pancasila, UUD 1945 dan dokumen resmi Negara lainnya yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan” Lebih lanjut Nu’man Soemantri dalam Komala Nurmalina (2008:3) mendefinisikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut: ”Pendidikan kewarganegaraan program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruhpengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945”
21 Berdasarkan paparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran tidak hanya menitikberatkan pada aspek kognitif saja melainkan pada kemampuan dan keterampilan berfikir aktif warga Negara dalam menginternalisasikan nilai-nilai warga Negara yang baik sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. PKn merupakan kajian keilmuan yang terdiri dari beberapa bidang keilmuan, dan PKn merupakan penentu kemajuan pendidikan IPS. PKn terdiri dari beberapa bidang keilmuan, oleh karena itu PKn merupakan mata pelajaran yang kaya akan materi dan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang keilmuan. Secara umum Pkn bertujuan untuk membentuk warga Negara yang baik (to be a good citiezenship) dan pembentukan karakter bangsa yang baik. penjelasan tersebut senada dengan pendapat Achmad Kosasih Djahiri (1995:1) yang mengemukakan bahwa secara khusus PKn itu bertujuan untuk “Membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu prilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan yang maha esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, prilaku, yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, prilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan kepentingan prilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat, serta prilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
melihat pengertian diatas jelaslah bahwa PKn bertujuan untuk membentuk warga Negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dapat dilihat dari segi agama dan sosio cultural. sampailah tujuan akhir yang ingin dicapai dari mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan ini untuk membentuk warga Negara yang baik (to be a good citizenship) dan pembentukan karakter bangsa (nation and building).
22 Kecerdasan yang dimiliki warga Negara tersebut harus tercermin dalam tiga aspek, yaitu pengetahuan (Civics knowledge), kecakapan kewarganegaraan (Civics skill), dan watak-watak kewarganegaraan (Civics dispotition), jika warga Negara sudah tercerdaskan dalam aspek-aspek tersebut, maka tujuan PKn sudah dapat dikatakan berhasil.
B. Karakteristik Mata Pelajaran PKn Dinamika perubahan perilaku siswa dan kenakalan siswa merupakan fenomena sosial yang secara kasat mata terjadi di lingkungan sekolah. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan yang semakin berat, terutama untuk mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi berbagai dinamika perubahan yang berkembang pesat (Wardani ,2010:1). Keadaan tersebut menuntut adanya tanggung jawab dan peran yang lebih besar dari seorang pendidik. Peran guru tidak hanya sebagai pendidik dan teladan bagi siswanya. Secara garis besar peran guru adalah sebagai dinamisator, fasilitator dan katalisator pendidikan. Peran tersebut tertuang dalam proses pendidikan yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal). Dalam penelitian ini pendidikan formal menurut PP No. 29 tahun 1990 pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi pendidikan dasar salah satu bentuk satuan pendidikannya yaitu Sekolah Menengah. Salah satu peran yang dituntut adalah bagaimana seorang pendidik mengetengahkan materi pembelajaran Pendidikan PKn yang dapat membawa perubahan pada perilaku siswa (aspek behavioristik). mengungkapkan bahwa
Soeryabarata (1984:253),
23 “ belajar membawa perubahan (perubahan prilaku, baik aktual maupun potensional), perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha”. Penjelasan tersebut senada dengan apa yang di ungkapkan oleh (Sutomo ,1993:120). bahwa belajar adalah : ”belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan uang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir , sikap dan lain- lain ” Hal tersebut senada dengan pendapat Slameto (2003:2)
belajar secara
psikologis yaitu :
”Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Skinner dalam Dimyati(2002:9) menyatakan “belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik”. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku.. Kompleksitas permasalahan yang dialami oleh remaja menuntut adanya revitalisasi peran guru untuk membina siswa baik disekolah maun pada saat dibutuhkan pembinaannya di luar sekolah. Peran guru merujuk pada Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa ”guru sebagai pendidik professional mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Berdasarkan rumusan undang-undang tersebut dapat digambarkan dengan jelas bahwa peran guru dalam dunia pendidikan saat ini l eb ih b es ar, kompleks, dan strategis untuk membina siswa melalui transformasi nilai-nilai social dan budaya
24 dalam pendidikan. Proses transformasi dilakukan secara proporsional. Hakekat peran guru PKn adalah bagaimana mentransformasikan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didik. Pendidikan Kewarga negaran (PKn) merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang dapat diwujudkan dalam pemahaman, kesadaran, dan perilaku siswa sehari-hari sebagai warga negara yang baik. Tujuan lainya yaitu menumbuhkan potensi peserta didik agar memiliki "civic intelligence" dan "civic participation" serta "civic responsibility" sebagai warga negara Indonesia dalam konteks watak dan peradaban bangsa Indonesia yang ber-Pancasila (Winataputra, 2001, 2006). Mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai- nilai kehidupan yang perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dan dibelajarkan kepada siswa melalui pembelajaran pengalaman hidup sehari-hari. Pembelajaran nilai-nilai kewarganegaraan ini tidak berhenti pada tataran kognitif, tetapi
menyentuh pada tataran internalisasi, dan pengamalan nyata dalam
kehidupan anak didik sehari-hari-hari di masyarakat dan seorang guru memiliki tanggung jawab untuk merealisasikan arti pelajaran PKn bagi siswa secara nyata. Sasaran guru PKn adalah membawa anak didilnya menjadi manusia yang memiliki rasa kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang baik, hal ini sejalan dengan pendapat Nu’man Somantri (1976:35) ”Guru Pkn harus banyak berusaha agar siswa-siswanya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta keterampilan yang bermanfaat, oleh karena itu guru PKn harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta memberi dorongan kearah yang lebih baik”
Peran guru PKn dalam membina dan membimbing siswa untuk memiliki
25 moral dan prilaku yang baik dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas. akan tetapi waktu yang paling banyak kemungkinan dilakukannya ialah pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Guru PKn dapat menyusun strategi pengajaran mulai dari pemberian materi, penggunaan metode, media, sumber pengajaran dan evaluasi pengajaran yang berkaitan dengan penekanan mata pelajaran PKn yaitu aspek afektif dan psikomotor dengan tidak mengesampingkan aspek kognitif, guru PKn memiliki tanggung jawab untuk membentuk warga negara indonesia yang baik, bertanggung jawab, dan mempunyai karakteristik budaya indonesia seperti yang dikemukakan oleh Achmad Kosasi Djahiri (1996:19) tentang tri peran PKn yaitu : a. b.
c.
Membina dan membentuk kepribadian atau jatidiri manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dan berkpribadian indonesia. Membina bangsa Indonesia melek politik, melek konstitusi/atau hukum, melek pembangunan, dan melek permasalah diri, masyarakat, dan negara. Membina pembekalan siswa (substansial dan potensi dirinya untuk belajar lebih lanjut)
Sehubungan dengan fungsi PKn diatas seorang guru PKn dituntut harus bisa membentuk pelajar yang memiliki kepribadian yang baik, melek politik, selain itu juga harus dapat membentuk pelajar yang melek hukum dan dapat berpartisipasi dalam pembangunan serta membekali pelajar dengan ilmu pengetahuan yang bisa dijadikannya sebagai bekal untuk menjalani hidup di masyarakat. Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam PKn terdapat tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap siswa yaitu pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan, dan watak kewarganegaraan. Ketiga hal tersebut diharapkan ada pada diri peserta didik. Untuk membentuk kompetensi tersebut maka merupakan tugas dari guru PKn untuk mewujudkannya. Disini peranan guru PKn sangat diperlukan agar setiap siswa memiliki kompetensi yang diharapkan sehingga tujuan dari PKn yaitu untuk menjadi warga negara yang
26 baik dapat tercapai.
C. Kenakalan Remaja
1.
pengertian remaja Pengertian
Kenakalan
Remaja
(juvenile
delinquency)
berasal dari bahasa latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri-ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan,yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggaran aturan, pembuat rebut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah pola prilaku yang dianggap menyimpang dari norma yang berlaku dimasyarakat (dursila) atau hukum tetap. Dalam prespektif psikologi, kenakalan anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga remaja mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang sebagai bentuk protes. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima oleh sosial sampai pelanggaran setatus hingga tindak keriminal. (Kartono, 2003). Mussen dkk (1994) menungkapkan bahwa kenakalan remaja yaitu: “sebagai prilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang remaja maka akan mendapat sanksi hukum”.
27 Remaja berada pada satu periode masa transisi dengan perilaku yang cenderung anti sosial yang potensial, disertai dengan banyak pergolakan hati atau kekisruhan batin pada fase-fase remaja dan adolesens. Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, mencari model dan masa untuk mendapatkan pengakuan kelompok sebagai sebuah proses pencarian identitas.
2.
Arti kenakalan remaja Secara garis besar kenakalan remaja diartikan sebagai perbuatan dan tingkah
laku
yang
merupakan
pelanggaran-pelanggaran
terhadap
kesusilaan
dan
menimbulkan persoalan bagi yang lain. Dalam lingkungan sekolah kenakalan remaja adalah sikap yang tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan melanggar aturan sekolah. Pola penanganan masalah kenakalan remaja di lingkungan sekolah menggunakan pendekatan pendidikan. Menurut Kartini kartono (1992:7), bahwa : “kenakalan remaja (Juvenile delinquency) ialah prilaku jahat dursila atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh salah satu bentuk pengabaian sosial sehingga itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang...” Beberapa contoh kenakalan remaja yang dapat ditemui di lingkungan sekolah seperti bolos sekolah, tawuran siswa, merokok, melawan guru, melalaikan tugas dan tidak berpakaian layaknya pelajar. Kenakalan remaja menurut Gunarsa (1990:15) dibagi menjadi dua macam yaitu:
28 1.
Kenakalan semu yaitu bentuk kenakalan yang bukan merupakan kenakalan bagi pihak-pihak lain dan bagi sebagian pihak tidak diangggap sebagai bentuk pelanggaran terhadap nilai-nilai moral dan norma social. Tolak ukur penilaian terhadap jenis kenakalan ini pada umumnya kesabaran dan bagaimana tingkat sensitifitas seseorang untuk menerima bentuk kenakalan tersebut.
2.
Kenakalan sebenarnya yaitu kenakalan yang dapat merugikan dirinya atau orang lain dan dianggap melanggar nilai-nilai moral dan norma social.
Remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya kurang memiliki control diri sehingga dapat merugikan dirinya atau bahkan merugikan orang lain. Sifat dari tindakan remaja tersebut ada yang termasuk melanggar hokum (KUHP) dan ada pula yang hanya bersifat amoral dan asosial tetapi tidak melanggar KUHP. Hal senada diungkapkan Sudjono D (1981 : 206), bahwa : “kenakalan remaja (anak-anak) meliputi : anak- anak yang melakukan tindak pidana, anak-anak yang tidak melakukan ketertiban umum ( walaupun tidak melnggar hokum pidana) dan anak-anak yang terlantar butuh bantuan”. Bentuk kenakalan anak dapat terjadi di sekolah yaitu pada saat anak berada disekolah. Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa kenakalan anak sekolah merupkan tindakan seorang anak yang dapat menggangu keamanan anak lainnya atau mengganggu ketertiban lingkungan sekolah pada umumnya.
29 3.
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Kenakalan
Remaja Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock, (1996) jelaskan sebagai berikut: a. Identitas Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (dalam Santrock, 1996) masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas harus di atasi. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada kepribadian remaja: (1) terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya dan (2) tercapainya identitas peran, kurang lebih dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai yang diyakini, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja terutama kelompoknya b. Kemampuan Mengembangkan Kontrol Diri Kenakalan remaja merupakan bentuk kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri terhadap stimulus internal dan eksternal. Kegagalan ini berkembang menjadi bentuk tekanan atau stress yang kemudian terakumulasi dan diapresiasikan dalam bentuk yang menyimpang. Kegagalan control ini disadari merupakan bagian dari protes social atas kondisi yang dihadapi remaja. Sebagian besar remaja telah mempelajari nilai-nilai yang terkait dengan benar dan salah atau perbedaa antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima oleh lingkungan . kenakalan remaja timbul akibat ketidak mampuan untuk membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara
30 keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku. c. Usia Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti hasil penelitian dari McCord (dalam Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal tipe terisolir meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60 % dari mereka menghentikan perbuatannya pada usia 21 sampai 23 tahun. Jenis d. Jenis Kelamin Sebagian besar pelaku kenakalan remaja adalah laki- laki.
Remaja yang
menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah dan kurang beitu mempercayai sistem pendidikan. Sekolah dianggap tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya atau untuk menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi. Mereka tidak mempunyai motivasi. Riset yang dilakukan oleh Janet Chang dan Thao N. Lee (2005) mengenai pengaruh sikap sekolah terhadap kenakalan siswa yaitu sikap sekolah ternyata dapat menjembatani hubungan antara kenakalan teman sebaya dan prestasi akademik. e. Kondisi Sosial dan Keadaan Ekonomi Keluarga Kondisi keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Proses pendidikan dan pembelajaran nilai-nilai dalam keluarga turut menentukan pola perilaku anak dala menyikapi permasalahannya. Kurangnya dukungan keluarga
31 seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock, 1996) menunjukkan bahwa pengawasan orang tua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Status sosial ekonomi orang tua turut berpengaruh terhadap pola perilaku nakal remaja. Kenakalan remaja sering dilakukan oleh remaja dari kalangan status social rendah. Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan remaja dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan diri dan memiliki kesempatan mencapai apa yang menjadi tujuannya. Selain itu masyarakat cenderung menilai dan menerima keberadaan seseorang berdasarkan status social dan ekonomi. Hal ini menimbulkan kecemburuan social dan kesenjangan yang akan berdampak pada perilaku anti social. f. Pengaruh Kelompok Kelompok memiliki pengaruh yang besar terhadap kenakalan remaja. Remaja cenderung memilih untuk mengikuti nilai-nilai dalam kelompoknya agar diterima sebagai bagian dari kelompok dan sebagai ekspresi diri. Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal g. Lingkungan Sekitar Lingkungan sosial memiliki pengaruh besar terhadap pola perilaku remaja. Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja terutama ketika komunitas tersebut lebih menghargai nilai-nilai perilaku yang menyimpang
32 atau anti social dibandingkan dengan nilai-nilai yang lebih positif. Masyarakat adalah bagian integral dari sebuah proses pembentukan kualitas individu terutama remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memberikan kesempatan kepada remaja untuk melakukan pembelajaran dan meniru pola perilaku menyimpang agar mendapatkan penghargaan. Gunarsa (1990) mengungkapkan bahwa; ”faktor yang berpengaruh terhadap kenakalan remaja adalah tingkat emosionalitas remaja dalam menghadapi situasi atau permasalahan baik yang terjadi dilingkungan sekolah atau keluarga. Emosional tersebut berbentuk kemarahan, temper tantrum (ngadat).agresi yang berlebihan, negatifisme” Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja dilingkungan sekolah adalah factor keluarga yang kurang harmonis atau diistilahkan dengan Broken home dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik.
D. Peranan Guru PKn Dalam Menaggulangi Masalah Kenakalan Remaja di Sekolah. Sekolah merupakan rumah kedua bagi remaja untuk mendapatkan pendidikan, perlindungan, bimbingan dan pembinaan, yang mengajarkan nilai dan moral yang berlaku di masyarakat. Sekolah juga bertanggung jawab terhadap perkembangan moral anak. Disekolah pelajar dilatih agar bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai agama, pancasila, dan budaya Indonesia, untuk itu sekolah senantiasa harus dapat membina situasi sosial emosional yang bermoral, seperti yang dikemukakan oleh S. W sarwono (2001:121) bahwa :
33 ”Sekolah lembaga pendidikan sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping mengajarkan berbagai keterampilan dan kepandaian kepada para siswa”
Sekolah merupakan lembaga sosial bagi pelajar dimana pertumbuhan mental, moral, sosial, dan segala aspek kepribadiannya dapat berjalan dengan baik. sekolah merupakan tempat untuk merubah pelajar menjadi manusia yang berkualitas dan berkpribadian. Hal ini senada dengan A Tabrani Rusyan (1990:8) bahwa: ”Sekolah merupakan suatu lembaga profesional yag bertujuan membentuk peseta didik menjadi manusia yang berkpribadian, yang matang dan dapat bertanggung jawab terhadap masyarakat serta terhadap dirinya”. Salah satu komponen yang ada disekolah yaitu guru, dimana guru dalam hal ini mempunyai peranan yang sangat besar dan bertanggung jawab dalam pendidikan, pembinaan sikap dan prilaku pelajar juga meliputi pencegahan dan penaggulangan kenakalan pelajar disekolah. Apalagi guru PKn mempunai peranan yang sangat penting selain memberikan materi pelajaran juga memberikan pendidikan nilai, moral dan norma yang berlaku dimasyarakat kepada pelajar sebagai pedoman pelajar dalam bertingkah laku, sehingga dengan diadakan bimingan dan pembinaan dari guru PKn diharaokan pelajar dapat bertingkah laku sesuai denga apa yang diharapkan yaitu sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. dalam hal ini juga guru PKn diharapkan dapat meminimalisir kenakalan-kenakalan yang dilakukan oel pelajar, sehingga menjadi manusia yang berkualitas dan berguna badi bangsa dan negara. Guru PKn merupakan tulang punggung dari guru mata pelajaran lainnya, khususnya dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pelajar, karena guru PKn mengajarkan pendidikan nilai, moral dan norma sehingga guru PKn mempunyai
34 pengaruh yang besar bagi perkembangan prilaku pelajar yang secara otomatis akan mengendap dan menjadi kepribadian pelajar yang akan di implementasikan dalam kehidupannya baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kenakalan remaja merupakan persoalan yang sangat kompleks dan disebabkan oleh beberapa faktor, maka dalam penenggulangannya pun memerlukan bermacammacam usaha sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi pada saat itu. Tindakantindakan penaggulangan masalah kenakalan remaja ini dapat dibagi menjadin tindakan yang preventif, tindakan refresif, serta tindakan kuratif dan rehabilitasi. a.
Tindakan Preventif Tindakan preventif adalah segala tindakan yang bertujuan mencegah
timbulnya suatu hal yang memang diharapkan tidak terjadi. Tindakan ini dilakukan secara sistematis berencana dan terarah. Berbagai upaya preventif dapat dilakukan, tetapi secara garis besar Sofyan S. Willis (1994:74) mengelompokan kedalam tiga bagian, yaitu: a. Usaha dirumah tangga (keluarga), yaitu menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama, menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis, adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antar ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya, memberikan kasih sayang secara wajar kepada anakanak, serta memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan remaja di lingkunga sekitar. b. Usaha disekolah, yaitu diantarana dengan adanya bagian bimbingan dan penyuluhan disekolah, mengintensifkan pelajaran agama, melengkapi fasilitas pendidikan dan perbaikan ekonomi guru. c. Usaha di masyarakat, yakni dengan didirikannya tempat-tempat penyalur aktivitas dan kreativitas remaja sebagai sarana pengisian waktu terulang (leisure time guidance). Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tindakan preventif ini dimaksudkan sebagai suatu upaya pencegahan terhadap timbulnya
35 gejala-gejala penyimpangan pada remaja yang dilakukan melalui upaya pembinaan, salah satu komponen yang paling penting adalah dilakuka oleh guru PKn melalui pendidikan nilai dan moral. b.
Tindakan refresif Tindakan refresif yakni tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan
remaja sesering mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat, tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-hal yang benar, baik dan tertib. Upaya refresif ini ditempuh jika terjadi suatu perbuatan yang dianggap telah menimpang. Hal ini senada dengan yang dikemukakan Zakiah Darajat (1971 :101) yang menyatakan bahwa : ”Terhadap anak remaja yang telah melakukan tindakan penyimpangan perlu dilkukan pengusutan, penahanan, penuntutan, dan hukuman guna menjamin rasa aman pada masyarakat dan anak yang melakukan penyimpangan/kenakalan itu sendiri” Perlu disadari bahwa anak dan remaja yang melakukan penyimpangan itu harus diberikan hukuman, yang tentu saja hukuman itu terlebih dahulu di konsep agar hukuman tersebut dapat benar-benar menimbulkan efek jera dan membawa mereka kembali kepada kesadaran, dan mereka memang harus dapat menerima hukuman dengan hati terbuka, dengan demikian tujuan pendidikan dari hukuman tersebut dapat tercapai. c.
Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi Tindakan Kuratif dan rehabilitasi dilakukan setelah tindakan pencegahan
lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu untuk mengubah tingkah laku remaja tersebut denga memberikan pendidikan tambahan.
36 Tindakan preventif, refresif, kuratif dan rehabilitasi, ketiganya memiliki tujuan yang sama yakni untuk membina remaja, dimana upaya preventif ditempuh sebelum remaja melakukan perbuatan menyimpang, upaya refresif dilakukan untuk menahan remaja melakukan penyimpangan yang lebih hebat, sedangkan tidakan kuratif dan rehabilitasi dilakukan sebagai upaya perbaikan, terutama pada individu yang telah melakukan perbuatan menyimpang. Dalam menghadapi remaja ada beberapa hal yang harus selalu diingat, yaitu bahwa jiwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak. Lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan perubahan sosial yang cepat (khususnya di kota-kota besar dan daerah yang sudah terjangkau sarana dan prasarana komunikasi dan perhubungan) sehingga dapat mengakibatkan pergeseran norma. Kondisi intern dan kondisi ekstern yang sama-sama bergejolak inilah yang menyebabkan masa remaja lebih rawan dari pada fase-fase lain dalam perkembangan jiwa manusia. Berdasarkan beberapa uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa peranan guru PKn dalam menanggulangi masalah kenakalan remja disekolah yaitu bahwa guru PKn harus mengadakan pendekatan yang humanitis, demokratis, dan bersahabat sehingga lebih efektif dalam menaggulangi masalah kenakalan remaja disekolah karenna pada usia mereka memerlukan perlakuan dan perhatian yang khusus dari orang-orang disekitarnya, disini guru PKn dihrapkan bisa tampil sebagai seorang sahabat bagi pelajar tetapi tidak menghlangkan kewibawaannya sebagai seorang guru. Peranan guru PKn sangatlah besar untuk membantu pelajar mendapatkan kepribadian yang baik dalam proses pencarian dan pembentukan identitas diri pelajar yang akan terjun ke masyarakat secara langsung.