6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi kegiatan masyarakat tersebut. Salah satu tradisi yang dikenal dimasyarakat umum yakni tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. Tradisi slametan dalam masyarakat merupakan sebuah ritual upacara adat yang dalam pelaksanaannya bertujuan untuk memberikan ungkapan rasa syukur. Palgunadi mengatakan masyarakat suku Jawa melakukan suatu upacara ritual adat dengan tujuan “mengucapkan syukur kepada Sang Murbeng jagat raya (Sang Penguasa jagat raya)” (Palgunadi, 2002:195). Pelaksanaan upacara ritual ini juga sangat beragam dari syukuran atas kelahiran bayi, pernikahan, khitanan, syukuran selesainya suatu bangunan atau rumah, sampai kelulusan seseorang dari masa pendidikannya. Ucapan rasa syukur tersebut, biasanya dilengkapi dengan hadirnya sebuah pertunjukan seni dalam pelaksanaan tradisi upacara adat yang dimaksud. Palgunadi mengatakan bahwa “pada masyarakat tradisional suku Bangsa Jawa, terdapat cukup banyak bentuk pagelaran yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan suatu upacara ritual adat”(Palgunadi, 2002:168). Begitupula, upacara ritual adat kelahiran bayi yang merupakan ucapan rasa syukur atas kelahiran yang
7
ditemui dalam masyarakat desa Sidomulyo Selatan dengan sebuah pertunjukan genjringan yang dihadirkan dalam upacara sepasaran bayi.
B. Bentuk Pertunjukan Bentuk setiap pagelaran dalam pelaksanaannya memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Palgunadi mengatakan bahwa “bentuk tertentu dari pagelaran mengakibatkan terjadinya suatu keadaan, kondisi, situasi, suasana dan kesan yang khas pula” (Palgunadi, 2002:100). Berdasarkan pernyataan diatas Palgunadi membagi bentuk pagelaran dalam tiga kategori yakni: a). pagelaran tertutup yang mengartikan bahwa pagelaran dilaksanakan dalam suatu ruang tertutup (di dalam bangunan), dengan keadaan yang cenderung lebih tertib dan terkesan formal, b). pagelaran terbuka yang mengartikan bahwa suatu pagelaran dilaksanakan di tempat terbuka (di luar bangunan), dengan keadaannya lebih bersifat terbuka tidak formal dan lebih santai, c). pagelaran tertutup dan terbatas yakni sebuah pagelaran yang dilaksanakan secara tertutup dan terbatas (di dalam bangunan dan di sebuah ruang), keadaannya yang sifatnya terbatas (tanpa penonton) pagelaran ini biasanya dilaksanakan untuk maksud tertentu misalnya sebagai pengiring adegan drama radio atau rekaman (Palgunadi, 2002:100). Uraian di atas mencerminkan kekhasan dari sebuah bentuk pagelaran begitupula dengan pagelaran adat tradisional. Palgunadi yang mengatakan bahwa “pagelaran adat tradisional yang dilaksanakan di pedalaman atau pedesaan,
8
apapun bentuknya, biasanya mempunyai kekhasan tersendiri yang umumnya tidak akan ditemui jika pagelaran yang sama dilakukan dikota” (Palgunadi, 2002:101). Pertunjukan genjringan yang dihadirkan di lingkungan pedesaan akan terkesan berbeda ketika dihadirkan dalam ruang lingkup perkotaan. Masyarakat perkotaan terkesan hidup individual yang tidak akan goyah, dengan hal-hal yang bersifat tradisional dan hanya akan membuang-buang waktu mereka. Pertunjukan genjringan akan kehilangan esensi pertunjukanya, karena kurang mendapat perhatian. Berbeda dengan pertunjukan genjringan di ruang lingkup pedesaan, masyarakatnya lebih membutuhkan hiburan dan pertunjukan. Pagelaran adat tradisional lebih dekat dengan masyarakatnya, begitupula dengan sebuah pertunjukan musik tradisional. Menurut Sukotjo musik tradisional berhubungan dengan teori teks dan konteks, teks dalam hal ini berhubungan dengan elemen dalam pola bermain musik, elemen dalam pola bermain music yakni nada, melodi, bentuk, harmoni, tekstur, interval, dinamika, tempo, figur, motif dan lain sebagainya. Konteksnya berhubungan dengan keadaan masyarakat yang merupakan bagian dari pendukung musik tersebut (Sukotjo, 2004:38). Pertunjukan musik tradisional menurut Sukotjo dapat dilihat dari : a). Keadaan masyarakat yang melingkupi pertunjukan tersebut, atau hal-hal yang melatarbelakangi pertunjukan musik dalam suatu masyarakat, b). Tempat pelaksanaan pertunjukan, yang menjadikan dasar untuk persiapan dalam sebuah pertunjukan, c). Penyajian musiknya, yang dapat menggambarkan ciri khas atau gaya suatu masyarakat, d). Dalam suatu pertunjukan musik akan memiliki sistem
9
musik, yang dapat dilihat yakni nyanyian atau lagu serta instrumen pengiring yang dimainkan dengan nada-nada yang melingkupinya. Berdasarkan ungkapan Sukotjo mengenai pertunjukan musik dapat dilihat dari beberapa unsur yang melingkupinya, begitupula dengan pertunjukan genjringan yang terdapat dilingkungan masyarakat desa Sidomulyo Selatan. Tentunya dilihat dari keadaan masyarakat yang melingkupi pertunjukan tersebut yang dominan merupakan masyarakat pendatang, tempat pelaksanaan pertunjukan yang merupakan wadah awal dalam suatu pertunjukan, selanjutnya penyajian musiknya yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Pelaksanaan pertunjukan genjringan dalam penyajiannya juga terdapat gaya atau style yang merupakan ciri khas dari masyarakat yang melestarikanya. Pertunjukan genjringan merupakan salah satu kesenian yang termasuk dalam
pagelaran
tertutup.
Tempat
pelaksanaan
pertunjukan
genjringan
berlangsung di dalam bangunan atau rumah tepatnya disuatu ruangan tertentu, yang dalam pertunjukannya memiliki komponen-komponen pendukung yang mempengaruhi sebuah pertunjukan. Perlengkapan pertunjukan yang disebutkan oleh Palgunadi terdiri atas : a). Perlengkapan pagelaran yang bersifat langsung berhubungan dengan pemain, teknik ketrampilan, teknik permainan, dan perlengkapan lainnya, b). Perlengkapan pagelaran yang bersifat tidak langsung yakni berhubungan konsumsi, penggunaan alat bantu pengeras suara, penggunaan lampu sebagai penerangan, dan berbagai keadaaan situasi dan kondisi saat pertunjukan berlangsung, c). Perlengkapan pagelaran lainnya berhubungan dengan kelengkapan instrumen pagelaran dan sejumlah perlengkapan lainnya,
10
yang berkaitan erat pengaruhnya terhadap kelangsungan pertunjukan (Palgunadi, 2002 : 104). Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa sebuah bentuk pagelaran tidak lepas dari komponen-komponen pendukungnya. Pemahaman mengenai pagelaran
sama halnya dengan pertunjukan. Hal ini, didasari
pengertian pagelaran dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai pementasan, pertunjukan (Daryanto, 1998:421).
C. Kelahiran Bayi Setiap masyarakat memiliki tradisi yang berbeda-beda dan setiap warisan merupakan warisan dari nenek moyang sejak turun temurun. Sehingga dalam kehidupan bermasyarakat masih tetap dilestarikan dan dijaga, beberapa tradisi masyarakat yang dapat ditemui salah satunya yakni tradisi kelahiran. Menurut Edi Sedyawati (2006:426) „secara garis besar tradisi-tradisi Jawa dapat dipilah kedalam 3 pokok yaitu : a). sistem upacara daur hidup dan sistem upacara daur waktu; b). adat pergaulan; dan c). kesenian. Berdasarkan yang diungkapkan oleh sedyawati sistem upacara daur hidup terdiri dari beberapa tahapan yakni kelahiran, perkawinan dan kematian. Setiap upacara yang dilaksanakan memiliki tujuan dan makna-makna tertentu yang terkandung di dalamnya salah satunya adalah upacara kelahiran. Upacara kelahiran merupakan suatu upacara yang tidak lain tujuan utamanya yakni sebagai ucapan rasa syukur terhadap anugerah yang telah diberikan Yang Maha Kuasa kepada satu keluarga.
11
Kegiatannya
upacara
kelahiran
bayi
yang
terdapat
dilingkungan
masyarakat Sidomulyo Selatan memiliki beberapa tahapan upacara dari bayi lahir hingga berumur 35 hari. Setiap upacara kelahiran tersebut memiliki makna simboliknya, yakni sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah yang maha kuasa atas rahmat dan karunia yang telah diberikan. Untuk mengucapkan rasa syukur tersebut upacara kelahiran bayi terdiri dari beberapa tahapan yakni upacara brokohan yang diadakan sehari setelah bayi lahir, upacara sepasaran yang diadakan pada hari kelima, upacara selapanan yang diadakan pada hari ke 35. Bagi masyarakat setiap upacara kelahiran bayi, memiliki arti tertentu, dan tidak bisa terlewat untuk dilaksanakan. Tradisi ini bagi masyarakat yang memiliki kepercayaan kuat terhadap kekuatan Yang Maha Esa akan diambil makna-makna simboliknya saja. Menurut Van Gennep mengemukakan bahwa kelahiran juga merupakan “ritus peralihan” dari satu kelompok (status) ke kelompok (status) yang lain, terdapat tiga tahap yakni tahap pertama disertai “ritus perpisahan”, tahap kedua disertai “ritus peralihan”, dan tahap yang terakhir disertai “ritus penerimaan” (Van Gennep dalam Van Baal, 1988:26). Beberapa pemikiran yang telah dikemukakan di atas, dapat dibuat kerangka pikir berdasarkan konsep teori yang digunakan untuk mengarah pada bentuk pertunjukan genjringan. Peneliti menggunakan kajian teks dan konteks, untuk kajian teksnya mengarah pada ungkapan Palgunadi mengenai perlengkapan pertunjukan yang dibagi menjadi tiga yakni perlengkapan bersifat langsung, perlengkapan bersifat tidak langsung dan perlengkapan lainnya. Perlengkapan
12
bersifat langsung berhubungan dengan teknik permainan dan teknik keterampilan, dan perlengkapan yang bersifat tidak langsung berhubungan dengan konsumsi, alat pengeras suara, penerangan, dan keadaan situasi kondisi saat pertunjukan. Perlengkapan lainnya berhubungan dengan instrumen dan vokal yang secara keseluruhan akan mempengaruhi pertunjukan. Untuk kajian konteks lebih mengarah pada masyarakat yang melingkupi pertunjukan genjringan, hal ini dilihat berdasarkan keadaan masyarakat melatarbelakangi pertunjukan, tempat pelaksanaan pertunjukan, penyajian musiknya, nyanyian atau lagu serta instrumen pengiring. Uraian yang telah dikemukakan merupakan penyesuaian terhadap bentuk pertunjukan genjringan yang terdapat dalam ruang lingkup desa Sidomulyo Selatan.
13
Berdasarkan kerangka pikir teori-teori di atas peneliti merumuskan alur sebagai berikut:
Upacara Kelahiran Bayi Masyarakat Desa Sidomulyo Selatan
Ritus Perpisahan
Ritus Peralihan
Ritus Penerimaan
Brokohan
Sepasaran
Selapanan
Pertunjukan Genjringan
Teks
*Perlengkapan Bersifat Langsung *Perlengkapan Bersifat Tidak Langsung *Perlengkapan Lainya
Konteks
*Keadaan Masyarakat Melatarbelakangi Pertunjukan *Tempat Pelaksanaan Pertunjukan *Penyajian Musik *Nyayian atau Lagu Instrumen Pengiring
Pemain Teknik Keterampilan Teknik Permainan Konsumsi Alat Pengeras Suara Keadaan Situasi dan Kondisi Instrumen Vokal
Bentuk Pertunjukan Genjringan