perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Prosedur Ekspor Ekspor adalah kegiatan untuk mengeluarkan barang dari dalam daerah pabean.Saat ekspor, barang yang telah dimuat di asarana pengangkut untuk dikeluarkan dari Daerah Pabean dianggap telah diekspor dan diperlakukan sebagai barang ekspor (International Chamber of Commerce, 2012). Ekspor adalah pengeluaran barang dari daerah pabean Indonesia untuk dikirimkan ke luar negeri dengan mengikuti ketentuan yang berlaku terutama mengenai peraturan kepabeanan dan dilakukan oleh seorang ekportir atau yang mendapat izin khusus dari Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen perdagangan (Tandjung, 2011). Ekspor adalah transaksi sederhana dan tidak lebih dari menjual barang dan jasa antara pengusaha-pengusaha yang bertempat di negaranegara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa tersebut tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara pengusahapengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan adat istiadat dan cara yang berbeda-beda (Hutabarat, 1985). Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean ( UU- No. 10 tahun 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Dari definisi-definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan mengeluarkan barang atau jasa dari daerah pabean keluar negeri baik untuk tujuan diperjualbelikan ataupun ditukarkan, dengan menggunakan sarana laut, darat maupun udara dengan tata cara yang berlaku. Tahapantahapan dalam prosedur ekspor dapat dilihat dari gambar berikut ini:
3
Advising Bank
Issuing Bank
10 12
8
4
9
13 11
2 1
Eksportir
5
14
Importir 17
7 16
Shipping Co
6
15
Shipping Co
Gambar 2.1 Prosedur Ekspor Sumber: Syarif Arbi, 2008 Keterangan: 1.
Proses negosiasi dan penyusunan kontrak dagang dengan membuat sales contract untuk perjanjian jual beli antara eksportir dan importir.
2.
Importir (applicant) mengajukan permohonan pembukaan Letter of Credit kepada issuing bank.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
3.
Issuing bank menerbitkan Letter of credit ditujukan ke importir melalui advising bank.
4.
Advising bank meneruskan Letter of Credit kepada Eksportir.
5.
Eksportrir
(beneficiary) menyiapkan
barang
ke perusahaan
pengangkut. 6.
Perusahaan pengangkut membawa barang ke negara Importir.
7.
Eksportir menerima dokumen Bill of Lading pengangkutan dari perusahaan pengangkut.
8.
Eksportir mengirimkan dokumen pengangkutan bersama dokumendokumen (packing list, invoice, Bill of Lading dan COO) lainnya atau sesuai Letter of Credit ke advising bank.
9.
Dokumen sudah benar sesuai Letter of Credit, Advising bank membayar uang sejumlah yang tertulis dalam Letter of Credit atas namaissuing bank.
10.
Advising bank meneruskan dokumen kepada issuing bank untuk meminta ganti pembayaran.
11.
Dokumen-dokumen diteruskan oleh issuing bank ke Importir.
12.
Issuing bank melakukan penggantian pembayaran ke advising bank.
13.
Bersamaan dengan itu Importir melunasi (bilamana berhutang ke issuing bank dalam rangka buka Letter of Credit).
14.
Dalam hal L/C dibuka dengan NCL (Non Cash Loan) maka dokumen asli diserahkan issuing bank setelah pelunasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
15.
Asumsi barang barang tiba dipelabuhan tujuan dibongkar dimaskapai pelayaran.
16.
Importir menyerahakan Bill of Lading asli ke maskpai pekayaran untuk menerima barang.
17.
Maskapai pelayaran menyerahkan barang keluar dari gudang ke Importir.
B. Dokumen yang Diperlukan dalam Rangka Ekspor Semua dokumen yang dibutuhkan dalam kegiatan ekspor baik yang dikeluarkan oleh bea cukai, disperindag dan EMKL memiliki arti dan peran yang sama penting. Berikut ini adalah dokumen yang dibutuhkan dalan proses ekspor: 1.
Sales Contract Adalah dokumen bukti kesepakatan antara eksportirdan importir dalam hal perjanjian jual beli.Dalam Sales Contract tersebut disebutkan syarat-syarat yang telah disepakati.Kontrak ini merupakan dasar bagi pembeli untuk mengisi aplikasi pembuakaan L/C kepada Bank.
2.
L/C ( Letter Of Credit ) Adalah suatu jenis surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan importir yang ditujukan pada eksportir untuk memberikan hak untuk menarik wesel atas sejumlah uang sesuai dengan jumlah yang disebutkan dalam L/C jika persyaratan didalam L/C tersebut dipenuhi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
3.
Packing List Adalah dokumen yang menjelaskan tentang isi barang yang di pak, di bungkus, di ikat, dalam peti, dan kardus. Fungsi dari packing list untuk memudahkan pemeriksaan oleh bea dan cukai. Packing List terbit pertama dari bagian produksi barang eksportir/ gudang kemudian di salin kembali oleh eksportir sendiri agar dapat menjadi lebih baik dan rapi supaya memudahkan importir memeriksanya.
4.
Invoice/ Commercial Invoice Adalahnota perincian tentang keterangan barang-barang yang dijual dan harga dari barang-barang tersebut.Commercial Invoice oleh eksportir ditujukkan kepada pembeli yang mana dan alamatnya sesuai dengan yang tercantum dalam L/C dan di tanda tangani oleh yang berhak menandatanganinya.
5.
Bill Of Lading ( B/L) Adalah tanda terima pengiriman barang-barang yang diberikan oleh pengangkut (carrier) kepada pengirim barang (shipper).Isinya menyatakan bahwa barang-barang tersebut telah diterima dan disetujui oleh pengangkut untuk diangkut ke pelabuhan tujuan dan diserahkan disana kepada penerima barang (consignee) yang diajukan oleh pengirim barang.
6.
PEB ( Pemberitahuan Ekspor Barang ) Dokumen pabean yang digunakan untuk pemberitahuan pelaksanaan ekspor. Isinya antara lain tentang jenis barang ekspor, identitas eksportir, nama importir, negara tujuan, NPWP, izin khusus,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
berat barang, propinsi asal barang, cara penyerahan barang misal: Free on Board (FOB) dan Cost Insurance Freight (CIF), merk dan nomor kemasan. Penerbit dokumen ini adalag EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut). 7.
Surat Keterangan Asal ( SKA) Adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh menteri perdagangan atau pejabat yang ditunjuk. Surat Keterangan Asal yang dipergunakan sebagai dokumen penyerta barang yang di ekspor dari wilayah Indonesia yang membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan dan atau diolah di Indonesia.
8.
Shipping Instruction Adalah perintah atau instruksi pengapalan dan atau pengiriman yang dibuat oleh eksportir/ pengirim barang kepada perusahaan pengangkutan.
C. Petikemas Petikemas adalah suatu peti empat persegi panjang, tahan cuaca, digunakan untuk mengangkat dan menyimpan sejumlah muatan kemasan dan barang-barang curah yang melindungi isinya dari kehilangan dan kerusakan, dapat dipisahkan dari alat transport, diperlukan sebagai satuan muat dan jika pndah kapal tanpa harus bongkar isinya (Sudijono dan Murti, 2011). Petikemas adalah satu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan yang ada di dalamnya (Suyono, 2003). 1.
Ukuran Petikemas Badan
Internasional
Standart
Organization
(ISO)
telah
menetapkan ukuran-ukuran dari petikemas adalah sebagai berikut: a. Container
Dry Freigh (20 feet) atau 6.058 x 2.438 x
2.591m Ukuran dalam: 5.919 x 2.340 x 2.380 m Kapasitas: Cubic Capacity: 33 Cbm : Pay Load: 22.1 ton b. Container
Dry Freight (40 feet) ) x 8
(t) atau 12.192 x 2.438 x
2.591m Ukuran dalam: 12.045 x 2.309 x 2.379 m Kapasitas:Cubic Capacity: 67, 3 Cbm :Pay Load: 27, 396 ton c. Container
High Cube Dry
Ukuran luar
(p)
(l)
(t) atau 12.192 x 2.438 x
2.926 m Ukuran dalam: 12.056 x 2.347 x 2.684 m Kapasitas: Cubic Capacity: 76 Cbm : Pay Load: 29, 6 ton
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Ukuran muatan dalam pembongkaran/ pemuatan kapal petikemas dinyatakan dalam TEU (twenty foot equivalent unit). Oleh karena ukuran standar dari petikemas dimulai dari panjang 20 feet, maka satu petikemas
TEU atau sering juga dinyatakan dalam FEU (fourty foot equivalent unit). 2.
Jenis-jenis Petikemas dan Fungsinya Menurut (Suyono, 2003) Petikemas
dibagi dalam enam
kelompok, yaitu: a. General Cargo Container: adalah petikemas yang dipakai untuk mengangkut muatan umum. 1) General purpose container Adalah
container
yang
digunakan
untuk
jenis
pengiriman barang kering, umum yang tidak memerlukan penanganan khusus, seperti kayu dan keramik.
Gambar 2.2 General Purpose Container Sumber:www.container-transportation/containertypes.html(diakses tanggal 30 april 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
2) Open side container Adalah pintu sampingnya dibuka untuk memasukan dan mengeluarkan barang yang ukuran dan beratnya lebih mudah dimasukan melalui samping petikemas.
Gambar 2.3 Open Side Container Sumber: www.container-transportation/containertypes.html (diakses tanggal 30 april 2013). 3) Open top container Container berikut memiliki fasilitas memasukkan dan mengeluarkan barang dari atas yang digunakan untuk barangbarang berat yang menggunakan alat derek (crane) untuk memasukkan danmengeluarkannya.
Gambar 2.4 Open Top Container Sumber: www.shipping-worldwide.com/containersales/type.html (diakses tanggal 30 april 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
4) Ventilated container Merupakan container yang memiliki ventilasi agar terjadi sirkulasiudara untuk pengiriman tertentu terutama pengiriman barang dengan kadar air tinggi seperti, binatang dan tumbuhan.
Gambar 2.5 Ventilated container Sumber:www.shippingcontainers24.com/general/ventilated (diakses tanggal 30 april 2013). b. Thermal: adalah petikemas yang dilengkapi pengatur suhu untuk muatan tertentu. 1) Hisolated container Petikemas yang dinding bagian dalamnya diberi isolasi agar udara dingin di dalam petikemas tidak merembes keluar seperti, ikan dan daging.
Gambar 2.6 Hisolated Container Sumber:www.shipping-worldwide.com/containersales/type.html(diakses tanggal 30 april 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
2) Reefer container Peti kemas dilengkapi dengan mesin pendingin untuk mendingkan udara dalam peti kemas sesuai suhu yang diperlukan. Untuk pengiriman barang yang tidak tahan lama, mudah
busuk
seperti
sayuran,
makanan,buah-buahan.
Container yang dilengkapi dengan pendingin (refrigerator) dengan pengatur suhu antara -25oC hingga 25oC.
Gambar 2.7 Reefer container Sumber:www.container-transportation/containertypes.html(diakses tanggal 30 april 2013). 3) Heated container Petikemas yang dilengkapi dengan mesin pemanas agar udara yang didalam petikemas dapat diatur pada suhu yang diinginkan.
Gambar 2.8 Heated container Sumber:www.shippingcontainers24.com/general/heated.co ntainer (diakses tanggal 30 april 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
c. Tank container Tangki yang ditempatkan dalam kerangka petikemas yang dipergunakan untuk muatan baik muatan cair (bulk liquid) maupun muatan gas (bulk gas).
Gambar 2.9 Tank Container Sumber:www.shippingcontainers24.com/general/tank.conta iners-vs-drums(diakses tanggal 30 april 2013). d. Dry bulk container General purpose container yang dipergunakan khusus untuk mengangkut muatan curah (bulk cargo).Masuknya muatan melalui lubang bagian atas dan mengeluarkan muatan melalui lubang bagian atas dan mengeluarkan muatan melalui lubang bagian bawah seperti, kopi dan kacang-kacangan.
Gambar 2.10 Dry bulk container Sumber:www.shippingcontainers24.com/general/drybulk(diakses tanggal 30 april 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
e. Platform adalah peti kemas yang terdiri dari lantai dasar 1) Flat rack container Petikemas yang terdiri dari lantai dasar dengan dinding pada ujungnya.
Gambar 2.11 Flat rack container Sumber:www.container-transportation/containertypes.html(diakses tanggal 30 april 2013). 2) Platform based container Petikemas yang hanya terdiri dari lantai dasar saja, dan apabila diperlukan dapat dipasang dinding.Petikemas ini biasanya digunakan untuk muatan yang mempunyai lebar atau tinggi
melebihi
ukuran
petikemas
standard.Platform
adalahcontainer tanpa dinding dan atap. Hanya mempunyai alas saja sebagai tempat membawa barang. Biasa digunakan untuk membawa drum product, crate, dan mesin.
Gambar 2.12 Platform container Sumber:www.shipping-worldwide.com/containersales/type.html(diakses tanggal 30 april 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
f. Specials Container Adalah petikemas yang khusus dibuat untuk muatan tertentu, seperti peti kemas untuk muatan ternak (cable container) atau muatan kendaraan (car container).
Gambar 2.13 Specials container Sumber:www.container-transportation/containertypes.html(diakses tanggal 30 april 2013). 3.
Status Petikemas Dalam Pengangkutan Petikemas dari suatu negara ke negara lainnya, petikemas mempunyai 2 status, yaitu a. Full Container Load (FCL) FCL adalah satu pengirim yang menggunakan satu petikemas untuk pengiriman barangnya sendiri dan ditujukan pada satu alamat di tempat tujuan, serta penyerahannya langsung ke lapangan penumpukan (container yard). Status Petikemas ini memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Berisi muatan dari satu shipper dan dikirim untuk satu consignee 2) Petikemas diisi (stuffing) oleh shipper atau dapat melalui perantara/forwader dan petikemas yang sudah diisi diserahkan di container yard (CY) pelabuhan muat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
3) Di pelabuhan bongkar petikemas di ambil oleh consignee di container yard (CY) dan di un-stuffing oleh consignee. 4) Perusahaan pelayaran tidak bertanggung jawab atas kerusakan dan kehilangan barang yang ada dalam petikemas. FCL/FCL Moda
FCL
Shipper
FCL
Angkutan
CY
Consignee
CY
Gambar 2.14 Status Petikemas FCL Sumber:Suyono, 2003 Keterangan: a) Satu shipper mengirim ke satu consignee. b) Shipper berkewajiban melakukan
stuffing di tempatnya
mengirim container ke CY (containeryard). c) Carrier berkewajiban
menerima container di CY
dan
menyerahkan container di CY pelabuhan tujuan. d) Carrier bertanggung jawab isi container selama Seal utuh. e) Consignee
berkewajiban
mengambil
container
di
CY
melakukan un-stuffing di tempatnya. f) Consignee berkewajiban mengembalikan container ke depo b. Less than Container Load (LCL) LCL
adalah
pengiriman
satu
petikemas
denganshipper
mengkonsolidasi/mencampur barang dengan barang shipper lainnya, dan penyerahan barang dilakukan di gudang konsolidasi atau yang lazim disebut Container Freight Station (CFS). LCL memiliki kriteria sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
1) Petikemas berisi muatan dari berbagai shipper dan ditujukan ke berbagai consignee. 2) Muatan diterima dalam keadaan breakbulk dan diisi (stuffing) di container freight station (CFS) oleh perusahaan pelayaran. 3) Di pelabuhan bongkar petikemas di un-stuffing di CFS oleh perusahaan
pelayaran
dan
diserahkan
kepada
beberapa
consignee dalam keadaan breakbulk. 4) Perusahaan pelayaran tidak bertanggung jawab atas kerusakan dan kehilangan barang yang ada dalam petikemas. LCL/LCL Consignee
Shipper LCL
Shipper Shipper
CFS
Moda Angkutan
LCL CFS
Consignee Consignee
Gambar 2.15 Status Petikemas LCL Sumber:Suyono, 2003 Keterangan:
a) Beberapa shipper kepada beberapa consignee. b) Shipper wajib mengirimkan barang sampai CFS. c) Freight forwarder maupun EMKL mengambil container kosong di depo dan melakukan di CFS. d) Freight forwarder dan EMKL bertanggung jawab terhadap isi container sampai ke consignee. e) Freight forwarder dan EMKL di pelabuhan tujuan wajib melakukan un-stuffing dan mengeluarkan barang ke consignee. f) Consignee berkewajiban mengambil barang di CFS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Dalam moda angkutan petikemas, terdapat beberapa kombinasi, yakni: FCL/LCL Moda
FCL
Shipper
Angkutan
CY
LCL CFS
Consignee Consignee Consignee
.Gambar 2.16 Status Petikemas Kombinasi FCL/LCL Sumber: Suyono, 2003 Keterangan: 1. Satu shipper ditunjukkan beberapa consignee. 2. Kewajiban shipper ambil container kosong di depo, stuffing di tempat dan mengirim container ke CY (container yard). 3. Carrier berkewajiban menerima container di CY dan menyerahkan container di CFS pelabuhan tujuan. 4. Carrier tidak bertanggung jawab isi container. 5. Forwarder ataupun EMKL mengurus proses rubah status FCL / LCL. 6. Forwarder ataupun EMKL unstuffing di CFS dan meneyerahkan barang ke consignee. 7. Forwarder maupun EMKL wajib mengembalikan container kosong ke depo. 8. Consignee wajib mengambil barang di CFS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
LCL/FCL Shipper Shipper
Moda
LCL
Shipper CFS
CFS
FCL
Angkutan
Consignee CY
Gambar 2.17 Status Petikemas Kombinasi LCL/FCL Sumber:Suyono, 2003 Keterangan:
a. Beberapa shipper mengirim kepada satu consignee. b. Shipper berkewajiban mengirim barang ke CFS. c. Forwarder maupun EMKL melakukan stuffing di CFS setelah mendatangkan container kosong dari depo. d. Forwarder bertanggung jawab isi container dan diserahkan kepada consignee. e. Consignee berkewajiban mengambil container di CY dan unstuffing di tempatnya. f. Consignee berkewajiban mengembalikan container kosong ke depo. 4.
Keuntungan dan Kerugian Memakai Petikemas Menurut (Suyono, 2003) terdapat keuntungan dan kerugian memakai petikemas, diantaranya adalah: a. Keuntungan Memakai Petikemas 1) Cepat dan ekonomis dalam menangani petikemas, terutama dalam bongkar muat di pelabuhan atau interface.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
2) Keamanan terhadap kerusakan dan pencurian lebih terjaga, terutama untuk barang-barang kecil atau berharga. 3) Efisien, karena satu gang yang terdiri dari 12 orang dapat melaksanakan kegiatan bongkar muat kapal petikemas dalam waktu 3 atau 4 hari. Bila dilakukan hal yang sama oleh 100 orang akan memakan waktu 3 atau 4 minggu. 4) Pembungkus barang tidak perlu terlalu kuat, karena tumpukan (stacking) dapat dibatasi setinggi dalamnya petikemas. 5) Bisa untuk angkutan door to door. b. Kerugian Memakai Petikemas 1) Kapal petikemas mahal (lebih mahal dari kapal barang biasa). 2) Jumlah banyaknya petikemas harus tiga kali banyaknya petikemas yang ada di kapal. Satu kelompok yang akan dimuat dan satu kelompok yang akan di bongkar. 3)
Harus dibuat terminal khusus untu bongkar muat petikemas dan harus menggunakan peralatan khusus untuk mengangkut dan menumpuknya.
4) Jalan-jalan yang ada harus disesuaikan untuk pengakutan petikemas. 5) Dapat terjadi ketidakseimbangan dalam perdagangan antar negara,
bila
suatu
negara
petikemasnya.
commit to user
tidak
cukup
persediaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
D. Packing Adalah kegiatan membungkus barang ekspor dengan menggunakan berbagai jenis alat bungkus sesuai dengan kebutuhan keamanan barang (Suyono, 2003). Syarat pembungkusan barang harus memenuhi 3K yaitu: Keamanan, Keaslian, Kepuasan. Jenis bungkusan yang diperlukan untuk membungkus barang yang merupakan kesatuan atau dalam jumlah yang banyak tergantung dari: 1.
Sifat
2.
Volume
3.
Berat
4.
Jumlah barang
5.
Jenis barang
6.
Cara pengiriman
7.
Tujuan terakhir barang yang diangkut Secara umum, jenis bungkusan yang dipergunakan dan muatan
didalamnya dapat dipaparkan sebagai berikut (Suyono, 2003) 1.
Karung Bahan karung dapat menekan isi yang ada di bagian dalam tetapi tidak melindungi kerusakan yang datang dari luar. Dapat digunakan untuk muatan, misalkan: kain, pupuk, beras, jagung, kopi.
2.
Fiber dan Karton
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Bahan fiber dan karton dapat menahan tekanan dan bantingan serta relative murah. Dapat digunakan untuk muatan, misalnya: kayu, barang-barang pecah belah, keramik. 3.
Peti Kayu Peti kayu merupakan bahan bungkus yang paling baik dan sesuai untuk pengangkutan barang secara konvensional, dan tahan terhadap panas atau kelembapan. Sedangkan menurut (PPEI, 2012) jenis kemasan yang dipergunakan dan muatan didalamnya dapat dipaparkan sebagai berikut: 1.
Kemasan Plastik Kemasan plastik merupakan bahan bungkus yang paling murah.Dapat digunakan untuk muatan.misalnya: permen, kopi, teh, lada, kue, dan makanan ringan.
2.
Logam/ kaleng Logam merupakan bahan yang dapat menahan tekanan dan dapat melindungi produk dalam waktu tertentu terutama dalam masa perjalanan pada saat pengiriman barang. Dapat digunakan dalam muatan misalnya: makanan dan minuman.
3.
Gelas Gelas merupakan bahan yang tidak mudah tumpah, bocor, dan relative murah. Dapat digunakan dalam produk atau muatan, misalnya: susu, koktail, yogurt, dan air mineral.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
E. Stuffing Stuffing merupakan proses pemindahan produk yang sudah di packing ke dalam kontainer dengan diberi kode-kode yang ditentukan dan dihitung untuk pembuatan packing list. Berikut merupakan stuffing yang baik (Sudijono, 2010): 1. Maksimum kapasitas container. 2. Pembagian berat yang terbagi rata. 3. Penataan yang ringan di atas dan yang berat di bawah. 4. Ruang kosong harus di-isi. 5. Kemasan mudah pecah jangan terkena dinding. 6. Susunan jangan rubuh menimpa pintu container. 7. Muatan berbahaya harus diperhatikan. Berikut beberapa carastuffing yang baik (Suyono, 2003): a. Muatan Peti Karton Bila berat peti/ karton tidak sama, maka peti/karton yang lebih berat disusun dibawah. Bila susunan peti/ karton seragam, maka tumpukan pertama disusun dari kanan ke kiri dan tumpukan dua dari kiri ke kanan.
Gambar 2.18 Peti Karton
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Sumber: titipanterminal.blogspot.com (diakses tanggal 13 Mei 2013) b. Muatan Karung yang tidak dapat Dipalet Karung disusun pada tumpukan pertama dengan baris melintang dan paling ujung membujur petikemas.Selanjutnya pada tumpukan kedua, dua baris melintang dimulai dari atas yang membujur dan yang paling ujung disusun membujur.
Gambar 2.19 Karung tidak Dipalet Sumber: myfadhliyah.wordpres.com (diakses tanggal 13 Mei 2013) c. Muatan Drum/Barrels Drum atau Barrel harus selalu disusun berdiri, selang satu baris dipergunakan dunnage, mulai dari kiri ke kanan atau dari depan ke belakang. Dunnage digunakan diatas tumpukan/ susunan pertama untuk mulai susunan kedua. Untuk mengurangi broken space, gunakan alas papan pada baris urutan ganjil agar benjolan drum tidak saling bersentuhan.
Gambar 2.20 Muatan Drum/ barrels
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Sumber: banyusekarlaras.wordpress.com (diakses tanggal 13 Mei 2013) d. Muatan yang Dipalet Muatan diatas palet harus diikat kuat menggunakan ban, ikatan baja atau plastik, dan diikat pada palet. Letakkan susunan palet di tengah-tengah petikemas bila petikemas hanya diisi dengan satu atau dua palet saja, diperkuat dengan ganjal agar muatan palet tidak goyang.
Gambar 2.21 Muatan Dipalet Sumber: titipanterminal.blogspot.com (diakses tanggal 13 Mei 2013)
e. Long Length Cargo Untuk muatan ini menggunakan petikemas jenis flatrack atau open top untuk memudahkan pemuatan dan pembongkarannya. Pasang chocking
di
ujung-ujung
petikemas.Untuk
mempermudah
mengeluarkan muatan, gunakan dunnage agar sling dapat mudah dimasukkan atau di-presling dahulu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Gambar 2.22 Long Length Cargo Sumber: titipanterminal.blogspot.com (diakses tanggal 13 Mei 2013) Mengurangi akibat Kondensasi (Sudijono& Murti, 2011) 1) Harus ditata di tempat yang lebih lapang. 2) Container harus kering. 3) Dipergunakan silica gel. 4) Dunnage harus kering. 5) Besi telanjang harus dicat atau dibungkus pipa PVC.
commit to user