9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teori 1. Wadi’ah Barang titipan dikenal dalam bahasa fiqh dengan al-wadi’ah, menurut bahasa al-wadi’ah ialah sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya supaya dijaganya, berarti bahwa al-wadi’ah ialah memberikan. Makna yang kedua al-wadi’ah dari segi bahasa ialah menerima, seperti seseorang berkata, “awda’tuhu” artinya aku menerima harta tersebut darinya. Secara bahasa al-wadi’ah memiliki dua makna, yaitu memberikan harta untuk dijaganya dan pada penerimaannya.1 Menurut syafiiyah dan malikiyyah, wadi’ah adalah pemberian mandat untuk menjaga sebuah barang yang dimiliki atau barang yang secara khusus dimiliki seseorang dengan cara-cara tertentu. Untuk itu diperbolehkan menitipkan kulit bangkai yang telah disucikan, atau juga seekor anjing yang telah dilatih untuk berburu atau berjaga-jaga. Tidak boleh menitipkan baju yang sedang terbang ditiup angin, karena ini termasuk dalam kategori harta yang sia-sia (tidak ada kekhususan untuk dimiliki), yang bertentangan dengan prinsip wadi’ah.2 Ketika kontrak wadi’ah telah disepakati kedua pihak, pemilik aset memiliki hak penjagaan
1
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 179 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 175 2
9
10
aset yang dititipkan, sedangkan penerima titipan berkewajiban untuk menjaganya. Jikalau ada dua orang menitipkan asetnya kepada seseorang, kemudian datang salah satu dari mereka dan meminta aset mereka kembali, maka aset itu tidak boleh dikembalikan, sehingga pihak kedua datang menemui mereka.3 Wadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu ataupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya. Wadi‟ah
juga
dapat diartikan akad seseorang kepada pihak lain dengan menitipkan suatu barang untuk dijaga secara layak (menurut kebiasaan). Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa apabila ada kerusakan pada benda titipan, padahal benda tersebut sudah dijaga sebagaimana layaknya, maka si penerima titipan tidak wajib menggantinya, tetapi apabila kerusakan itu disebabkan karena kelalainnya, maka ia wajib menggantinya. Dengan demikian, akad wadi’ah ini mengandung unsur amanah, kepercayaan.4 Sebagaimana menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 didefinisikan dalam Pasal 1 Angka 14 bahwa, “Penitipan adalah penyimpanan harta berdasarkan perjanjian atau kontrak antara Bank Umum dengan penitip, dengan ketentuan Bank Umum yang bersangkutan tidak mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut.” Penjelasan Pasal 6 huruf i dari Undang-Undang Perbankan tersebut mengemukakan bahwa, 3 4
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah,...hlm. 175 Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teori dan Praktis,...hlm. 85
11
“Dalam melakukan kegiatan penitipan, bank menerima titipan harta penitip dengan mengadministrasikannya secara terpisah dari kekayaan bank. Mutasi dari barang titipan dilaksanakan oleh bank atas perintah penitip. Oleh karena barang titipan tersebut bukan merupakan barang milik bank, maka bank tidak boleh menggunakan barang yang dititipkannya itu dengan cara dan dengan tujuan apapun. Jasa penitipan yang dikenal dalam bank konvensional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang perbankan sama dengan wadi’ah yad amanah. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut ketentuan syariah, bank syariah diperbolehkan menggunakan uang yang dititipkannya kepadanya.
Sehubungan
diperbolehkannya
bank
syariah
untuk
menggunakan dan yang dititipkan oleh nasabah berdasarkan dengan akad wadi’ah, keuntungan yang diperoleh dari penggunaan dana tersebut adalah milik bank syariah yang bersangkutan. Hal ini dibenarkan berdasarkan alasan bahwa bank menawarkan suatu safe custody kepada nasabah penyimpan dana tanpa membebankan fee. Namun tergantung kepada keuntungan yang diperoleh, bank syariah dapat menentukan untuk membayar suatu premium, atau hibah, atau bonus, yang bearnya ditentukan sesuai dengan kebijakan bank syariah itu, kepada nasabah penabung.5
5
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 404
12
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April tentang Tabungan, tabungan pada bank syariah dapat dijalankan dengan menggunakan prinsip mudharabah dan wadi’ah. Berdasarkan fatwa tersebut, ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah adalah sebagai berikut : 1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudarib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudarib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dan
mengembangkannya,
termasuk
di
dalamnya
mudharabah dengan pihak lain. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan piutang. 4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening. 5. Bank sebagai mudarib menutup biaya operasional tabungan dengan mengunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan tanpa persetujuan yang bersangkutan.6
6
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah,...hlm. 409
13
Sementara itu, ketentuan dari tabungan berdasarkan wadi’ah adalah sebagi berikut: 1. Bersifat simpanan. 2. Simpanan dapat diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan. 3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian bonus (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.7 2. Aplikasi wadi’ah dalam Perbankan Bank sebagai penerima titipan, sekaligus juga pihak yang telah memanfaatkan dana tersebut, tidak dilarang untuk memberikan semacam insetif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam
nominal atau persentase secara
advance, tetapi betul-betul merupakan kebijaksanaan dari manajemen bank. Dalam dunia perbankan modern yang penuh dengan kompetisi, insentif semacam ini dapat dijadikan sebagai banking policy dalam upaya merangsang semangat masyarakat dalam menabung, sekaligus sebagai indikator kesehatan bank terkait. Hal ini karena semakin besar nilai keuntungan yang diberikan kepada penabung dalam bentuk bonus, semakin efisien pula pemanfaatan dana tersebut dalam investasi yang produktif dan menguntungkan.
7
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah,...hlm. 404
14
Dewasa ini, banyak bank Islam di luar negeri yang telah berhasil mengombinasikan prinsip wadi’ah dengan prinsip mudharabah. Dalam kombinasi ini, dewan direksi menentukan besarnya bonus dengan menetapkan persentase dari keuntungan yang dihasilkan oleh dana wadi’ah tersebut dalam suatu periode tertentu.8 3. Contoh perhitungan bonus wadi’ah Saldo rata-rata giro wadi’ah Tuan Abdullah sebesar Rp 2.500.000 ( saldo minimum untuk mendapatkan bonus. Bonus yang akan diberikan oleh bank kepada nasabah giro wadi’ah adalah 25 persen. Diamsusikan total saldo rata-rata dana giro di bank syariah tersebut Rp 500.000.000 dan keuntungan yang diperoleh untuk dana giro wadi’ah ebesar Rp 15.000.000 dengan demikian pada akhir bulan nasabah akan memperoleh bonus dari bank sebesar LDR = Rp 2.500.000/Rp 500.000.000 x Rp 15.000.000 x 25% = Rp 18.750 (sebelum pajak).9 Keterangan : Saldo tuan Abdullah Rp 2.500.000 Bonus yang diberikan oleh bank untuk nasabah 25% Jadi 25% itu dari tingkat keuntungan yang ditentukan oleh bank guna pendistribusian keuntungan anatara bank dan nasabah. Saldo rata-rata di Bank Syariah Rp 500.000.000 Keuntungan yang diperoleh Bank Rp 15.000.000
8
M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 87 9 Martono, Bank dan Lembaga Keuangan, (Yogyakarta: Ekonisia, 2002), hlm. 97
15
Perhitungannya : Rp 2.500.000/ Rp 500.000.000 X Rp 15.000.000 X 25% = Rp 18.750. B. Telaah Pustaka Pustaka merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian, karena itu berfungsi untuk menjelaskan kedudukan atau posisi penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti dan untuk menghindarkan kesamaan dengan peneliti lain. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan merupakan kajian atau perkembangan dari penelitian yang sebelumnya dilakukan.
14
Penelitian yang relevan Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu Nama dan jenis penelitian 1.
Anisah Satria Dewi (231.207.012) Implementasi prinsip wadiah pada produk simpanan keluarga investasi mandiri (SKIM) di KJKS BMT An-najah wiradesa.
Jenis dan pendekatan penelitian Menggunakan penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif.
Teknik Pengumpulan Data Observasi, wawancara, dokumentasi
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
Metode deskriptif Berdasarkan penelitian dan pembahasan dan analis dapat diketahui bahwa mekanisme produk Simpanan Keluarga Investasi Mandiri (SKIM) di KJKS BMT AnNajah Wiradesa sangatlah mudah, singkat dan praktis yang dapat dilakukan oleh calon anggota. Dalam hal ini implementasi prinsip wadi’ah menggunakan wadi’ah yad dhamanah dimana dana yang telah disimpan oleh anggota dapat dimanfaatkan oleh KJKS BMT An-Najah dengan tidak mensyaratkan imbalan secara prosentase sebelumnya dan dalam metode perhitungannya tidak menggunakan unsur riba sehingga dapat mensejahterahkan anggotanya.
14
Perbedaan dan persamaan Perbedaan dari penelitian ini adalah membahas tentang produk yang berbeda dengan mekanisme yang berbeda serta data yang berbeda. persamaan dari penelitian ini adalah membahas tentang penerapan pada akad wadi’ah.
15
Nama dan jenis penelitian 2.
Mutoharoh (231208040) Analisis penerapan prinsip syariah dalam pelaksanaan giro wadiah di BNI Syariah cabang pekalongan.
Jenis dan pendekatan penelitian Jenis penelitian lapangan (field research). Data penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang di gunakan bersifat kualitatif.
Teknik Pengumpulan Data Wawancara, dokumentasi
Teknik Analisis Data Analisis deskriptif
Hasil Penelitian Pelaksanaan giro wadi’ah di BNI Syariah Cabang Pekalongan sudah sesuai dengan prinsip syariah, ini bisa dilihat dari adanya akad yang digunakan menggunakan akad wadi’ah. Dan penerapan giro wadi’ah di BNI Syariah Cabang Pekalongan lebih mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam fatwa nomor 01/DSNMUI/IV/2000 adalah giro yang dibenarkan berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi giro wadi’ah sesuai prinsip syariah, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berasal dari lingkungan BNI Syariah Cabang Pekalongan yang dapat didominasi dengan adanya DPS (Dewan Pengawas Syariah) sedangkan faktor ekstern berasal dariluar bank yang tidak dapat dieliminasi dan diantisipasi oleh bank.
Perbedaan dan persamaan Perbedaan penelitian ini adalah membahas tentang pelaksanan giro wadi’ah yang mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam fatwa nomor 01/DSNMUI/IV/2000 sedangkan peneliti membahas tentang akad dan produk wadi’ah. Sedangkan persamaan dari penelitian ini adalah membahas tentang penerapan akad wadi’ah.
16
Nama dan jenis penelitian 3.
Mustaghafir Asror (201209020) Implementasi akad wadiah yad aldhamanah pada wisata religi 4 di BMT SM NU cabang Kesesi.
Jenis dan pendekatan penelitian Menggunakan penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif.
Teknik Pengumpulan Data Wawancara, observasi, dokumentasi
Teknik Analisis Data Metode deskriptif
Hasil Penelitian Produk Wisata Religi 4 yang dilakukan oleh BMTSM NU Cabang Kesesi ini bukan Wisata Religi secara mutlak (penuh) yang tidak sama dengan wisata religi pada umumnya, karena Wisata Religi sepenuhnya menjadi tanggunganBMT SM NU Cabang Kesesi dan uang disimpan tetap utuh tanpa dipotong sama sekali, tetapi nasabah Wisata Religi 4 harus memenuhi pembayaran setoran dari awal sampai akhir periode. Bagi peserta yang tidak mampu melanjutkan setoran atau tidak mampu menyetorkan uang yang sudah ditentukan oleh BMT SM NU Cabang Kesesi, nasabah tersebut tidak bisa mendapatkan Wisata Religi gratis karena BMT SM NU Cabang Kesesi menganggap nasabah sudah mengundurkan diri dari Produk Wisata Religi 4, dan bagi nasabah yang melakukan tanggung jawabnya sampai
Perbedaan dan persamaan Perbedaan dari penelitian ini adalah membahas tentang produk yang berbeda. sedangkan persamaan dari penelitian ini adalah membahas tentang penerapan akad wadi’ah.
17
Nama dan jenis penelitian
4.
Mirza Eki Nastika (2012110077) Implementasi akad wadi‟ah pada produk simpanan wisata religi menurut perspektif fatwa DSN no 02/DSNMUI/IV/2000 di BMT SM NU Cabang pemalang.
Jenis dan pendekatan penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dan pustaka, data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan sekunder.
Teknik Pengumpulan Data
Observasi, wawancara, dokumentasi
Teknik Analisis Data
Analisis evaluatif
Hasil Penelitian akhir periode akan mendapatkan bonus berupa ziarah ke makam para Wali atau Aulia‟ Allah secara gratis serta mendapatkan bonus marcendise. Dalam hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa implementasi akad wadiah di BMT SM NU tidak sesuai dengan fatwa DSN NO 02/DSN-MUI/IV/2000 yang mengatur tentang akad wadiah sebagi tabungan. Karena pada produk simpanan wisata religi bonus disebutkan di awal akad secara lisan dan tertera dalam brosur yang ada. Sedangkan pada fatwa DSN NO02/DSN-MUI/IV/2000 bonus tidak disebutkan dalam akad.
Perbedaan dan persamaan
Perbedaan penelitian ini adalah membahas produk yang berbeda menurut fatwa DSN no 02/DSNMUI/IV/2000. Sedangkan pesamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang penerapan akad wadi’ah.
18
Nama dan jenis penelitian 5.
Abdul Ghofar (23605048) Penghimpunan dana dengan prinsip wadi‟ah di UJKS UMAT Pekalongan.
Teknik Pengumpulan Data Jenis penelitian ini Observasi, wawancara, menggunakan dokumentasi pendekatan kualitatif. Jenis dan pendekatan penelitian
Teknik Analisis Data Metode induktif
Hasil Penelitian Dalam penelitian ini dijelaskan tentang pemberian bonus dan cara perhitungan dan wadi’ah di UJKS Mitra Umat. Dalam hal ini bonus diberikan sebagai rasa terima kasih kepada nasabah dan sebagai strategi pemasaran produk penghimpunan dana yang bertujuan untuk merangsang nasabah atau calon nasabah supaya menginvestasikan dananya kepada UJKS Mitra Umat.
Perbedaan dan persamaan Perbedaan penelitian ini adalah membahas tentang prinsip wadi’ah sedangkan peneliti membahas tentang akad dan produk wadi’ah. Sedangkan persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang wadi’ah.
19
Nama dan jenis penelitian 6.
6. Umi Mahmudah 7. 23606063 8. Perkembangan Giro Wadi‟ah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Pekalongan.
Jenis dan pendekatan penelitian penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif.
Teknik Pengumpulan Data Observasi, wawancara
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
Deskriptif kualitatif
Bahwa pada prinsipnya wadi’ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain dengan motivasi utama orang menitipkan uang atau barang tersebut untuk keamanan.
Perbedaan penelitian ini adalah membahas tentang Giro wadi’ah. Sedangkan peneliti membahas tentang penerapan akad wadi’ah. pesamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang akad wadi’ah.
Metode analisis data yaitu bertolak dari dasar-dasar pengetahuan yang bersifat umum berupa teori-teori, hukum-hukum dalam bentuk preposisi-preposisi yang berlaku secara umum
Bahwa bonus akad wadi’ah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan adalah dalam tiap bulan bonus akad wadi’ah ditentukan saldo rata-rata dana anggota KJKS, dan bahwa penentuan bonus di BMT Bahtera Pekalongan disesuaikan dengan keuntungan akhir tahun, bonus merupakan kebijakan hak prerogatif dari BMT sebagai penerima titipan, bonus tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlah yang diberikan, baik dalam prosentase maupun nominal (tidak ditetapkan dimuka)
Perbedaan penelitian ini adalah membahas tentang bonus akad wadi’ah. Sedangkan peneliti membahas tentang penerapan akad wadi’ah. pesamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang akad wadi’ah.
9. 7. Umul Fadilah 231208032 Mekanisme penentuan bonus pada akad wadi’ah (studi kasus di KJKS BMT Bahtera Pekalongan)
penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif.
Observasi, wawancara, dokumentasi
Perbedaan dan persamaan
20
Nama dan jenis penelitian 8. Adi Dwi Prasetyo Pelaksanaan akad wadi‟ah dilembaga keuangan syariah studi kasus di BMT HIRA Gabungan Tanon Sragen (2010) 9. M. Ghofur Wibowo Pengaruh pendapatan bagi hasil, pendapatan margin murabahah, dan simpanan wadi’ah pada Bank Syariah Mandiri (2010)
Jenis dan pendekatan penelitian penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif
penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif
Teknik Pengumpulan Data Observasi, wawancara, dokumentasi
Observasi, wawancara, dokumentasi
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
Perbedaan dan persamaan
Analisis deskriptif
Meneliti tentang bagaimana akad wadi’ah diterapkan keuangan syariah di BMT HIRA Gabungan Tanon Sragen yang dalam perkembangannya produk wadi’ah terasa kurang populer dikalangan masyarakat.
Perbedaan penelitian ini adalah tempat yang diteliti.. persamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang penerapan akad wadi’ah.
Analisis deskriptif
Bertujuan untuk mencari kejelasan tentang besarnya pengaruh pendapatan bagi hasil, pendapatan margin murabahah dan dana simpanan wadi’ah Bnak Umum Syariah (BUS) periode 2008-2010.
Perbedaan penelitian ini adalah meneliti pengaruh pendapatan bagi hasil, pendapatan margin murabahah dan simpanan wadi’ah. . Sedangkan peneliti membahas tentang penerapan akad wadi’ah persamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang akad wadi’ah.
21
Nama dan jenis penelitian
Jenis dan pendekatan penelitian
10. Badruzaman Najahi Analisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, sertifikat wadi’ah Bank Indonesia terhadap pembiayaan Bank Syariah di Indonesia, studi kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri (2009)
penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kuantitatif
Teknik Pengumpulan Data Observasi, wawancara, dokumentasi
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
Analisis deskriptif Menganalisis pengaruh dana pihak evaluatif ketiga, sebagaimana pihak ketiga dijadikan penanaman modal atau investor dalam pembiayaan Bank Syariah di Indonesiadengan tingkat bagi hasil berdasarkan sertifikat wadi’ah Bank Indonesia terhadap pembiayaan Bank Syariah.
Perbedaan dan persamaan Perbedaan penelitian iniadalah menganalisis dana pihak ketiga berdasarkan sertifikat wadi’ah. Sedangkan peneliti membahas tentang penerapan akad wadi’ah. persamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang akad wadi’ah
22
19
Penulis memilih judul penerapan akad wadi’ah pada produk SIMATA (Simpanan Masa Datang) di BMT Citra Keuangan Syariah Comal. Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan tugas akhir tersebut, yaitu sama-sama meneliti tentang wadi’ah. Sedangkan perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah penulis akan meneliti tentang penerapan akad wadi’ah pada produk SIMATA (Simpanan Masa Datang) serta meneliti tentang bagaimana perhitungan bonus pada pada produk SIMATA (Simpanan Masa Datang). Penulis memilih judul ini karena SIMATA (Simpanan Masa Datang ) menggunakan akad wadi’ah yang dipergunakan dalam waktu jangka 2 tahun yang dikelola secara syariah dan memiliki keungulan dari simpanan lainnya, yaitu dalam penerapannya dan perhitungan bonusnya. Adapun untuk produk SIMATA (Simpanan Masa Datang) ini, pada setiap bulannya akan diundi yaitu berupa hadiah dalam bentuk barang atau souvenir dan pada saat diakhir periode akan dilakukan pengundian yang hadiahnya lebih besar dibandingkan undian tiap bulanannya salah satu tujuannya adalah untuk menarik minat nasabah. C. Pengertian Wadi’ah Secara linguistik, wadi’ah bisa diartikan dengan meninggalkan atau titipan. Secara istilah, wadi’ah adalah sesuatu yang dititipkan oleh satu pihak (pemilik) kepada pihak lain dengan tujuan untuk dijaga. Menurut Hanafiyyah, wadi’ah adalah memberikan kekuasaan kepada orang lain atas suatu barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijaga,
19
20
baik secara verbal atau dengan isyarat (dilalah). Misalnya, “Aku titipkan barang ini kepada engkau”, kemudian pihak lain menerimanya dengan jelas. Atau seseorang datang dengan membawa baju, kemudian baju itu diletakkan di atas tangan orang lain, dan ia berkata “Aku titipkan baju ini kepada engkau”. Si penerima hanya diam dan menerima baju tersebut.10 Al-Wadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan murni dan merupakan perjanjian yang bersifat saling percaya atau dilaksanakan atas dasar kepercayaan semata atau merupakan perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang) dengan penyimpan (termasuk bank) dimana pihak penyimpan bersedia menyimpan dan menjaga keselamatan barang yang dititipkan kepadanya. Pihak yang menitipkan barang atau uangnya kepada pihak bank adalah pihak nasabah, dengan demikian pihak bank harus menjaga titipan tersebut dan mengembalikannya apabila nasabah tersebut menghendakinya.11 Wadi‟ah menurut Syafi‟I Antonio adalah titipan murni dari satu pihak baik invidu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan harus di kembalikan
kapan
saja
si
penitip
menghendaki.
Dan
pada
perkembanganya Wadi’ah menurut Bank Indosesia adalah akad penitipan barang atau uang anatara dua pihak yang mempunyai barang atau uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan serta keutuhan barang.12
10
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah,...hlm. 173 Martono, 2002. Bank dan Lembaga Keuangan,... hlm. 96 12 Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2009), hlm. 245 11
21
Menurut mohammad dalam bukunya yang berjudul pengantar Akuntansi Syariah, wadi’ah disamakan dengan qordah, dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan lembaga keuangan sebagai peminjam. Akad wadi’ah dalam lembaga keuangan syariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis yaitu wadi’ah yad al-amanah dan wadi’ah yad al-dhamanah, akad ini dikembangkan dalam bentuk giro dan tabungan berjangka.13 Secara umum wadi’ah dibagi menjadi dua jenis yaitu: a. Wadi’ah yad al-amanah Wadi’ah yad al-amanah adalah akad titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan (dalam hal ini bank) tidak wajib mengganti jika terjadi kerusakan, biasanya akad ini diterapkan bank pada titipan murni. Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut: 1)
Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh penerima titipan.
2) Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanapa boleh memanfaatkannya. 3) Sebagai
konpensasi,
penerima
titipan
diperkenannkan
untuk
membebankan biaya kepada yang menitipkan.
13
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, Edisi 2, (Jakarta: PT Salemba Emban Patri 2005), hlm. 178
22
4) Mengingat barang atau harta yang ditipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa penitipan.14 Skema Wadi‟ah yad amanah :
Keterangan : Dengan konsep wadi’ah yad amanah,pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan. b. Wadi’ah yad adh-dhomanah Wadi’ah yad adh-dhomanah adalah titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan bertanggung jawab atas nilai (bukan fisik) dari uang yang dititipkan. Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik berikut ini: 1) Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang menerima titipan. 2) Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititpkan tersebut tentu dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan
14
M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek,...hlm. 148
23
bagi penerima titipan untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip. 3) Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini yaitu giro dan tabungan 4) Bank konvensional memberikan jasa giro sebagai imbalan yang dihitung berdasarkan persentase yang telah ditetapkan. Adapun pada bank syariah,
pemberian bonus (semacam jasa giro) tidak boleh
disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi benarbenar pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih dari pihak bank. 5) Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan manajemen bank syariah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan. 6) Produk tabungan juga dapat menggunakan akad wadi’ah karena pada prinsipnya tabungan mirip dengan giro, yaitu simpanan yang bisa diambil setiap saat. Perbedaannya, tabungan tidak dapat ditarik dengan cek atau alat lain yang dipersamakan.15 Skema Wadi‟ah yad adh-dhomanah
15
M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek,...hlm. 149
24
Keterangan: Dengan konsep wadi’ah yad dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentu pihak bank dalam hal ini mendapatkan hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberi intensif kepada penitip dalam bentuk bonus. D. Landasan Syariah 1.
Al-Qur‟an Dalam masalah wadi‟ah ulama‟ sepakat bahwa landasan hukum wadi‟ah adalah Al-quran. Dalam hal ini Allah menyinggung melalui sabdanya surat an-nisa‟ 58: ….
Artinya: sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…………..(QS.An-nisa:58) Dalam surat lain Allah juga menyebutkan tentang orang yang di beri amanah dan amanah itu harus di sampaikan kepada pemiliknya. ..... ……… Artinya : Hendaklah yang dipercayai itu mtnunaikan amanah…..(Qs.Albaqoro.283 2.
Hadits Sedang Nabi juga pernah menyinggung tentang amanat yang harus disampaikan. Sabda beliau:
َا ْن ِا ْن َا َا َا َا َا َاا َا َا ُن َا ْن َا َا َا
َا َّد اَا َا َا َا ِا َا
25
Artinya: Serahkan amanah orang yang mempercayai engkau, dan jangan kamu menghianati orang yg menghianatimu.16 3.
Ijma Para tokoh ulama sepanjang zaman telah melakukan (konsensus) terhadap legitimasi al wadi’ah karena kebutuhan manusia terhadap hal ini jelas terlihat seperti dikutip oleh Dr. Wahbah Azzuhaily dalam al-fiqh al islami wa adillatuhu dari kitab al-mugni wa syarh kabir li ibni qudhamah dan mabsuth li imam sarakhsy. Pada dasarnya penerima titipan adalah yadh al-amanah (tangan amanah), artinya ia tidsk bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan (karena faktor-faktor diluar batas kemampuan). Hal ini telah dikemukakan oleh Rasulullah dalam suatu hadits. “jaminan pertanggung jawaban tidak diminta dari peminjam yang tidak menyalahgunakan (pinjaman) dan penerima titipan tidak lali terhadap titipan tersebut”. Akan tetapi dalam aktivitas perekonomian modern, sipenerima simpanan
tidak
mungkin
meng-idle-kan
aset
tersebut.
Tetapi
mempergunakannya dalam aktivitas perekonomian tertentu, karenanya ia harus
meminta
izin
dari
sipembeli
titipan
untuk
kemudian
mempergunakan harta tersebut, dengan catatan ia menjamin atau
16
Mardani, Fiqih Muamalah, ( Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 283
26
mengembalikan asset secara utuh, dengan demikian ia bukan lagi yadh al-amanah tetapi yadh al-dhamanah (tangan penanggung) yang bertanggung jawab atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang.17 Fatwa DSN tersebut memberikan ketentuan yang berkaitan dengan tabungan yang berdasarkan wadiah. Agar tidak terjadi pelanggaran atau penyalahgunaan dari akad wadiah tersebut. Adapun ketentuan Fatwa Dewan
Syariah
Nasional
No
02/DSN-MUI/IV/2000
tabungan
berdasarkan wadiah : Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadi‟ah: a. Bersifat simpanan. b. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan. c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian („athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.18 E. Rukun dan Syarat wadi’ah Menurut Imam Hanafiyah seperti yang dikutip oleh Hendi Suhendi, rukun al-wadi’ah ada satu yaitu ijab dan qabul. Sedangkan yang lainnya termasuk syarat dan tidak termasuk rukun. Menurut imam hanafiyah dalam shighat ijab dianggap sah apabila ijab tersebut dilakukan dengan perkataan yang jelas (sharih) maupun dengan perkataan samaran (kinayah). Hal berlaku juga untuk qabul, disyaratkan bagi yang menitipkan dan yang dititipi barang 17 18
Muhammad syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek,...hlm. 86 Muhammad syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek,...hlm. 233
27
dengan mukalaf. Tidak sah apabila yang menitipkan dan yang menerima benda titipan adalah orang gila atau anak yang belum dewasa. Menurut Syafi‟iyah seperti yang dikutip oleh hendi suhendi al wadi’ah memiliki tiga rukun yaitu: 1.
Barang yang dititipkan, syarat barang yang dititipkanadalah barang atau benda itu merupakan sesuatu yang dapat dimiliki menurut syara‟.
2.
Bagi orang yang mau menitipkan dan yang menerima titipan, disyaratkan bagi penitip dan menerima titipan sudah balig, berakal, serta syarat-syarat lain yang sesuai dengan syarat-syarat yang berwakil.
3.
Shigat ijab dan qabul al-wadi’ah, disyaratkan pada ijab dan qabul ini dimengerti oleh kedua belah pihak, baik dengan jelas maupun samar.19
F. Pendanaan Dengan Prinsip Wadi’ah 1. Giro Wadi’ah Giro wadi’ah adalah produk pendanaan bank syariah berupa simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro (current account) untuk keamanan dan kemudahan pemakaiannya. Karakteristik giro wadiah ini mirip dengan giro pada bank konvensional, ketika kepada nasabah penyimpan diberi garansi untuk untuk dapat menarik dananya sewaktuwaktu dengan menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti cek, bilyet giro, kartu ATM, atau dengan menggunakan sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan tanpa biaya. Bank boleh menggunakan dana nasabah yang terhimpun untuk
19
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah,... hlm. 252
28
tujuan mencari keuntungan dalam kegiatan yang berjangka pendek atau untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank, selam dana trsebut tidak ditarik. Biasanya bank tidak menggunakan danan ini untuk pembiayaan bagi hasil karena sifatnya yang jangka pendek. Keuntungan yang diperoleh bank dari penggunaan dana ini menjadi milik bank. Demikian juga, kerugian yang timbul menjadi tanggung jawab bank sepenuhnya. Bank diperbolehkan untuk memberikan insentif berupa bonus kepada nasabah, selama hal ini tidak disyaratkan sebelumnya. Besarnya bonus juga tidak ditetapkan di muka. Beberapa fasilitas giro wadi’ah yang disediakan bank untuk nasabah, antara lain: a.
Buku cek
b.
Bilyet giro
c.
Kartu ATM
d.
Fasilitas pembayaran
e.
Traveller’s cheques
f.
Wesel bank
g.
Wesel penukaran
h.
Kliring20 Dalam aplikasinya ada giro wadi’ah yang memberikan bonus dana
ada giro wadi’ah yang tidak memberikan bonus. Pada kasus pertama, giro wadi’ah memberikan bonus karena bank menggunakan dana simpanan 20
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 292
29
giro ini untuk tujuan produktif dan menghasilkan keuntungan, sehingga bank dapat memberikan bonus kepada nasabah deposan. Pada kasus kedua, giro wadi’ah tidak memberikan bonus karena bank hanya menggunakan dana simpanan giro ini untuk menyeimbangkan kebutuhan likuiditas bank dan untuk transaksi jangka pendek atas tanggung jawab bank yang tidsk menghasilkan keuntungan riil. Bank tidak menggunakan dana ini untuk tujuan produktif mencari keuntungan karena memandang bahwa giro wadi’ah adalah kepercayaan, yaitu dana yang dititipkan kepada bank dimaksudkan untuk diproteksi dan di amankan, tidak untuk diusahakan. Simpanan giro (current account) di bank syariah tidak selalu menggunakan prinsip wadi’ah yad -dhamanah, tetapi secara konsep dapat juga menggunakan prinsip wadi’ah yad- amanah dan prinsip qardh.’ Simpanan giro dapat menggunakan prinsip wadi’ah yad-amanah karena pada dasarnya giro dapat dianggap sebagai suatu kepercayaan dari nasabah kepada bank untuk menjaga dan mengamankan aset/dananya. Dengan prinsip ini nasabah deposan tidak menerima imbalan atau bonus apapun dari bank karena aset/dana yang dititipkan tidak akan dimanfaatkan untuk tujuan apapun, termasuk untuk kegiatan produktif. Sebaliknya, bank boleh membebankan biaya administrasi penitipan.21 Selain itu, simpanan giro juga dapat menggunakan prinsip qardh ketika bank dianggap sebagai penerima pinjaman tanpa bunga dari 21
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan..., hlm. 293
30
nasabah deposan. Bank dapat memanfaatkan dana pinjaman dari nasabah deposan untuk untuk tujuan apa saja, termasuk untuk kegiatan produktif mencari keuntungan. Sementara itu, nasabah deposan dijamin akan memperoleh kembali dananya secara penuh, sewaktu-waktu nasabah ingin menarik dananya. Bank boleh juga memberikan bonus kepada nasabah deposan, selam hal ini tidak disyaratkan diawal perjanjian. Simpanan giro ini diterapkan di perbankan islam di Iran. Pada prinsipnya, teknik perhitungan bonus wadi’ah dihitung dari saldo terendah dalam satu bulan. Namun demikian, bonus wadi’ah dapat diberikan kepada giran sebagai berikut: a. Saldo terendah dalam satu bulan takwim di atas Rp 1.000.000,- (bagi rekening yang bonus wadi’ahnya dihitung dari saldo terendah). b. Saldo rata-rata harian dalam satu bulan takwim di atas Rp 1.000.000,(bagi rekening yang bonus gironya dihitung dari saldo rata-rata harian). c. Saldo hariannya di atas Rp 1.000.000,- (bagi rekening yang bonus wadi’ahnya dihitung dari saldo harian).22 Besarnya saldo giro yang mendapatkan bonus wadi’ah dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: a. Rp 1 juta s.d. Rp 50 juta b. Di atas Rp 50 juta s.d. 100 juta c. Di atas Rp 100 juta
22
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,...hlm. 294
31
Rumus yang digunakan dalam perhitunga bonus giro wadi’ah adalah sebagai berikut: a. Bonus wadi’ah atas dasar saldo terendah, yakni tarif bonus wadi’ah dikalikan dengan saldo terendah bulan yang bersangkutan. Tarif bonus wadi’ah x saldo terendah bulan ybs b. Bonus wadi’ah atas dasar saldo rata-rata harian, yakni tarif bonus wadi’ah dikalikan dengan saldo rata-rata harian bulan
yang
bersangkutan. Tarif bonus wadi’ah x saldo rata-rata harian bulan ybs c. Bonus wadi’ah atas dasar saldo harian, yakni tarif bonus wadi’ah dikalikan dengan saldo harian yang bersangkutan dikali hari efektif. Tarif bonus wadiah x saldo harian ybs x hari efektif
Dalam memperhitungkan pemberian bonus wadi’ah tersebut, hal-hal yang harus diperhatikan adalah: a.
Tarif bonus wadi’ah merupakan besarnya tarif yang diberikan bank sesuai ketentuan.23
b.
Saldo terendah adalah saldo terendah dalam satu bulan.
c.
Saldo rata-rat harian adalah total saldo dalam satu bulan dibagi hari bagi hasil sebenarnya menurut bulan kalender. Misalnya, bulan januari 31 hari, bulan februari 28/29 hari, dengan catatan satu tahun 365 hari.
d. 23
Saldo harian adalah saldo pada akhir hari Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,...hlm. 295
32
e.
Hari efektif adalah hari kalender tidak termasuk hari tanggal pembukuan atau tanggal penutupan, tapi termasuk hari tanggal tutup buku.
f.
Dana giro yang mengendap kurang dari satu bulan karena rekening baru dibuka awal bulan atau ditutup tidak pada akhir bulan tidak mendapatkan bonus wadi’ah, kecuali apabila perhitungan bonus wadi’ahnya atas dasar saldo harian.24
2. Tabungan Wadi’ah Tabungan wadi’ah adalah produk pendanaan bank syariah berupa simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan (saving account) untuk keamanan dan kemudahan pemakainnya, seperti giro wadi’ah, tetapi tidak sefleksibel giro wadi’ah, karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek. Karakteristik tabungan wadi’ah ini juga mirip dengan tabungan pada bank konvensional ketika nasabah penyimpan diberi garansi
untuk
dapat
menarik
dananya
sewaktu-waktu
dengan
menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti kartu ATM, dan sebagainya tanpa biaya. Seperti halnya pada giro wadi’ah, bank juga boleh menggunakn dana nasabah yang terhimpun untuk tujuan mencari keuntungan dalam kegiatan yang berjangka pendek atau untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank, selama dana tersebut tidak ditarik. Biasanya
bank
dapat
menggunakan
dana
ini
lebih
leluasa
dibandingkan dana dari giro wadi’ah, karena sifat penarikannya yang tidak
24
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,... hlm. 295
33
sefleksibel giro wadi’ah, sehingga bank mempunyai kesempatan lebih besar untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, bonus yang diberikan oleh bank kepada nasabah tabungan wadi’ah biasanya lebih besar dari pada bonus yang diberikan oleh bank kepada nasabah giro wadi’ah. Besarnya bonus tidak disyaratkan dan tidak ditetapkan dimuka. Selain tidak adanya fasilitas buku cek dan bilyet giro, fasilitas bagi nasabah tabungan wadi’ah yang diberikan oleh bank mirip dengan fasilitas bagi nasabah giro wadi’ah.25 Dari pembahasan diatas, dapat disarikan beberapa ketentuan umum tabungan wadi’ah sebagai berikut: a. Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call) sesuai dengan kehendak pemilik harta. b. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang menjadi milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. c. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening.26
Landasan hukum tabungan wadi’ah mengacu pada : a. Fatwa DSN-MUI 25
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm.
26
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah,... hlm. 300
113
34
Fatwa DSN No: 02//DSN-MUI/IV/2000, menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah. b. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Penjelasan
pasal
3
peraturan
Bank
Indonesia
Nomor
9/19/PBI/2007, wadi’ah adalah transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu. c. Pasal 1 angka 21 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.27 3. Perhitungan Bonus Wad‟iah Perhitungan bonus wadi’ah oleh bank syariah dilakukan sebagai berikut: Saldo giro wadi’ah Fuad di Bank B adalah Rp 1 juta (saldo minimum untuk mendapatkan bonus). Bonus yang akan diberikan bank kepada nasabah giro wadi’ah adalah 25%. Diasumsikan total saldo rata-rata dana
27
Ahmad Dahlan, Bank Syariah Teori, Praktik, Kritik , (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 137
35
giro wadi’ah di Bank B sebesar Rp 200 juta dan keuntungan bank yang diperoleh dari giro wadi’ah adalah sebesar Rp 6 juta. Pada akhir bulan, nasabah giro wadi’ah akan mendapat bonus sebagai berikut: Rp 1.000.000 : Rp 200.000.000 x Rp 6.000.000 x 25% = Rp 7.500 (sebelum pajak).28 Sementara itu, Khir et al. Mengemukakan terdapat dua metode untuk menghitung besarnya hibah (bonus). Kedua metode tersebut adalah Accumulated Daily Average Method dan Daily Balance Method. Penjelasan mengenai kedua metode tersebut adalah sebagi berikut: a. Accumulated Daily Average Method Metode ini adalah untuk menghitung besearnyarata-rata akumulasi saldo rekening. Caranya adalah dengan mengunakan rumus:
Total of End of Day Balances for the Entire Month
Monthly Average Daily Balance = In the Month (MADB)
No. Of Days in the Month
Setelah memperoleh MADB dapat diketahui berapa besarnya keuntungan dari bulan yang bersangkutan dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut: Profit Amount for the Month = MADB x Profit x No. of Days in the month 365 Keterangan: 28
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah,...hlm. 354
36
MADB
: total saldo untuk satu tahun dibagi dengan jumlah hari kalender dari yang bersangkutan, misalnya untuk bulan Maret jumlah hari kalender adalah 31 hari.
Profit rate
: tingkat keuntungan yang ditentukan oleh bank guna pendistribusian keuntungan antara bank dan nasabah.
No. of Days
: jumlah hari kalender yang sesungguhnya pada bulan yang bersangkutan.
Kalkulasi tersebutt didasarkan pada kebijakan bank dan tidak diketahui sebelumnya pada saat dana simpanan tersebut ditempatkan di bank. Persentase keuntungandapat diperoleh berdasarkan keuntungan yang dihasilkan dari simpanan pada bulan yang lalu. Penghitungan keuntungan tersebut dapat didasrkan pada rata-rata saldo harian dari rekening tersebut dan pengkreditan keuntungan (credit of profit) dapat dilakukan secara bulanan atau setengah tahunan. Pengkreditan keuntungan dapat bervariasi antara bak yang satu dengan bank yang lainnya.29 b. Daily Balance Method Metode ini digunakan untuk menghitung jumlah keuntungan (profit). Caramya dengan m,enggunakan rumus sebagai berikut: Profit Amount = P x R x T
29
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah,...hlm. 354
37
Keterangan: P = Principal adalah saldo rekening nasabah, misalnya saldo pada akhir hari. R = Profit rate adalah tingkat keuntungan yang ditentukan oleh bank guna pendistribusian keuntungan antara bank dan nasabah. T = jumlah hari yang sesungguhnya pada bulan yang bersangkutan dibagi 365. Kalkulasi di atas biasanya digunakan untuk menghitung keuntungan harian dan pengkreditan keuntungan tersebut dapat dilakukan secara bulanan (setiap bulan) atau setengah tahunan (6 bulan sekali). Pengkreditan keuntungan dapat bervariasi antara bank yang satu dan bank yang lain.30
30
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah,...hlm. 354
38