BAB II LANDASAN TEORI II.1
Pasar Modal Di dalam kegiatan usaha modal merupakan aspek utama dalam menjalankan
kegiatan usaha. Modal itu sendiri dapat diperoleh melalui kegiatan investasi dalam pasar modal. Untuk memfasilitasi kegiatan transaksi permodalan agar mempermudah masyarakat dalam berinvestasi maka pemerintah melalui lembaga yang ditunjuk menyelenggarakan kegiatan pasar modal. Pengertian pasar modal menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001) ” Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri” (h.1). Selain pengertian menurut Darmadji dan Fakhruddin pengertian pasar modal juga terdapat di dalam
Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 Pasal 1 Ayat 13 tentang Pasar
Modal mendefinisikan pasar modal sebagai ” Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Pasar modal sendiri merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan seperti, surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal juga sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi oleh masyarakat yang dalam hal ini disebut investor. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai saran dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
7
7
II.2
Saham Saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang diperdagangkan secara
umum dan paling diminati oleh investor di dalam pasar modal. Dengan melakukan penerbitan saham suatu perusahaan dapat memperoleh tambahan modal untuk digunakan dalam kegiatan usahanya. Pengertian saham menurut Sulistyastuti (2002) saham adalah ” Surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi atas perusahaan” (h.1). Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak yang menyetorkan dana atau investor memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan mempunyai hak untuk hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Karakteristik yuridis pemegang saham, bisa digambarkan dengan tiga kata berikut: 1. limited risk, berarti pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkannya ke dalam perusahaan, 2. ultimate control, bermakna pemegang sahamlah yang (secara kolektif) menetapkan tujuan dan arah perusahaan, dan 3. residual claim, menunjukkan posisi para pemegang saham sebagai orang terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk dividen) dan sisa aset dalam likuidasi, yaitu setelah hak-hak para kreditur terpenuhi semuanya. Saham sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu saham biasa dan saham preferen. Dalam skripsi ini penulis membatasi penelitian hanya pada saham biasa dan penjelasan lebih lanjut mengenai saham biasa akan dijelaskan di sub-bab berikutnya.
8
II.2.1 Saham Biasa (Common Stocks) Saham biasa menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001) adalah “Saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi” (h.6). Dengan menyertakan modal, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan dan mempunyai hak untuk hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Karakteristik yang melekat pada saham biasa adalah : 1. Berhak atas pendapatan perusahaan yang berupa dividen. Dividen adalah bagian laba bersih setelah bunga dan pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen dapat berbentuk tunai (cash devidend) dan saham (stock devidend). Pembayaran dividen biasanya dibagikan setiap tahun, namun ada juga perusahaan yang membagikannya setiap kuartal atau setiap semester. 2. Berhak atas harta perusahaan ketika perusahaan penerbitnya dilikuidasi. 3. Berhak mengeluarkan suara, hak pemegang saham mengeluarkan suara dala RUPS diatur dalam UUPT NO.1/1995 Pasal 45 dan 46. Bahkan penjelasan pasal 46 ayat 3 UUPT 1/1995 menyebutkan bahwa yang dimaksud saham biasa adalah saham yang memberikan hak suara untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengurusan perseroan, hak menerima pembagian dividen dan sisa kekayaan dalam proses likuidasi.
9
4. Tanggung jawab terbatas, maksudnya tanggung jawab pemegang saham atas perusahaannya hanya sebatas nilai saham yang dimilikinya dan tidak bertanggung jawab secara pribadi yang menjadikan harta pribadi menjadi jaminan. 5. HMETD berkaitan dengan pengeluaran saham baru dalam rangka penambahan dana. Pengeluaran saham baru yang dimaksud adalah untuk penambahan dana yang berkaitan dengan HMETD, bukan IPO. Untuk menjaga proporsi kepemilikannya, pemegang saham lama memilki hak memesan efek terlebih dahulu. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001) ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas : 1. Blue-chip stocks Yaitu sekumpulan saham dari perusahaan yang dinilai kuat, yang memiliki pertumbuhan laba, pembayaran dividen, serta reputasi manajemen, produk dan jasa yang bermutu. Contoh saham dari blue-chip stoks seperti Astra International, Indah Kiat, Pulp & Paper, Tjiwi Kimia. 2. Income Stocks Yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Contoh saham dari income stocks seperti Multipolar, AGIS, Tempo Inti Media, Metrodata.
10
3. Growth Stocks Yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi. Biasanya emitennya sebagai perusahaaan pemimpin dalam industrinya dan cukup prospektif. Sehingga perusahaan tersebut mampu memberikan dividen relatif tinggi. Walaupun harga saham ini termasuk mahal dengan PER yang tinggi tetapi saham kategori ini memiliki indeks beta kurang dari 1. Contoh saham dari growth stocks seperti Indofarma dan Kimia Farma. 4. Speculative Stocks Yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggidi masa mendatang, meskipun belum pasti. Saham kategori ini memiliki indeks beta yang tinggi yaitu lebih dari 2 dan PER sangat fluktuatif. Saham-saham ini sangat agresif dan memiliki risiko sitematis melebihi risiko pasarnya. Contoh saham dari speculative stocks seperti Saham Pertambangan BUMI. 5. Defensive Stocks Yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti supermarket (Matahari, Alfa, Hero), consumer
11
goods (Unilever, Indofood, Tancho). Saham kategori ini memiliki indeks beta kurang dari 1.
II.3
Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai
indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa.
Indeks ini mencakup pergerakan harga
seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.
Hari dasar perhitungan indeks
adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten. Sekarang ini (Desember2008) jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sudah mencapai 396 emiten.
Berikut ini adalah grafik pergerakan IHSG dari tahun 1996 sampai dengan Desember 2008. Gambar 2.1 Pergerakan IHSG Januari 1996 – Desember 2008
Sumber : idx.co.id
Dari gambar diatas dan seiring dengan perkembangan dan dinamika yang terjadi didalam pasar, IHSG mengalami periode naik dan turun. Pada tanggal 9 Januari 2008, 12
IHSG mencapai level tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yaitu ditutup pada level 2.830,263.
II.4
Analisis Pergerakan Harga Saham Dalam melakukan investasi di pasar modal sebaiknya investor mengetahui hal-
hal yang mempengaruhi pergerakan harga saham dan pasar modal itu sendiri. Secara garis besar analisis dalam memprediksi pergerakan harga saham di masa mendatang dibagi dua cara, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Dalam skripsi ini penulis membatasi pembahasan pada analisis fundamental saja. Menurut Syamsir (2004), “Analisis fundamental pada dasarnya dapat dikatakan sebuah analisis yang dilakukan untuk melakukan penilaian atas sebuah saham dengan menggunakan analisis yang meliputi analisis perekonomian international, analisis perekonomian nasional, analisis industri, analisis perusahaan.” Dahlan Siamat juga menjelaskan mengenai analisis fundamental sebagai “penilaian suatu efek sangat dipengaruhi dan tidak terlepas dari kondisi kinerja perusahaan penerbitnya (emiten).” Menurut para penganut analisis fundamental, harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan.
II.5
Aksi Korporasi (Corporate Action) Pengertian aksi korporasi menurut Sulistyastuti (2002), “Corporate action
adalah kegiatan yang dilakukan oleh emiten yang bobotnya cukup material sehingga mempunyai kemungkinan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut di bursa efek maupun keputusan investor” (h.25).
13
Corporate action merupakan istilah di pasar modal yang menunjukkan aktivitas strategis emiten atau perusahaan tercatat (listed company) yang berpengaruh terhadap kepentingan pemegang saham. Pengaruh tersebut dalam wujud perubahan jumlah saham yang beredar maupun harga saham. Beberapa bentuk aksi korporasi yang umumnya dilakukan emiten antara lain adalah : pembagian deviden baik tunai maupun saham. Pemecahan saham (stock split) atau penyatuan saham (reverse split, saham bonus, penawaran umum terbatas (right issue) dan pembelian kembali saham (stock buy back). Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum baik RUPS ( Rapat Umum Pemegang Saham) ataupun RUPSLB ( Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa). Persetujuan pemegang saham adalah mutlak untuk berlakunya suatu corporate action sesuai dengan peraturan yang ada di pasar modal. Beberapa bentuk aksi korporasi yang umumnya dilakukan emiten antara lain adalah : •
Dividen adalah pembagian sisa laba bersih perusahaan yang diberikan kepada investor atas keputusan RUPS yang dapat diberikan dalam bentuk tunai (cash devidend) atau dalam bentuk saham (stock devidend)
•
Sotck split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil agar perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya menjadi lebih murah.
•
Saham bonus adalah saham yang dibagikan perusahaan kepada pemengang saham yang merupakan kapitalisasi dari agio saham, pemegang saham tidak
14
menyetorkan kas atau aktiva lainnya kepada perusahaaan untuk mendapatkan saham bonus tersebut. •
Right issue adalah pengeluaran saham baru dalam rangka penambahan modal perusahaan yang terlebih dahulu ditawarkan kepada pemengang saham lama untuk menambah modalnya di perusahaan. Dalam skripsi ini penulis hanya memfokuskan penelitian kepada corporate
action stock split dan penjelasan lebih lanjut mengenai stock split akan dijelaskan didalam sub bab selanjutnya.
II.5.1 Dampak Corporate Action Corporate action merupakan aktivitas emiten yang menarik perhatian pelaku pasar seperti analis saham, manager investasi, manager dana, investor atau pemegang saham. Umumnya pihak – pihak yang berkepentingan akan mencermati dengan seksama setiap langkah yang dilakukan manajemen emiten dalam proses corporate action, baik sejak rencana hingga proses pelaksanaannya. Pemegang saham berkepentingan dengan aksi korporasi karena beberapa hal seperti : •
Perubahan komposisi kepemilikan dan dilusi saham. Sebuah corporate action dapat mengakibatkan berubahnya komposisi pemegang saham serta dapat berakibat menurunnya persentase kepemilikan (dilusi saham), sebagai contoh, jika pemegang saham / investor tidak mengambil bagian dalam rangka right issue.
15
•
Dana tambahan. Pemegang saham tidak selalu memiliki dana tambahan untuk turut serta dalam sebuah corporate action, misalnya pada right issue.
•
Perubahan permodalan perusahaan. Corporate action yang menyangkut perubahan saham dapat berakibat pada perubahan modal sendiri (ekuitas) dan dapat berdampak pada perubahan indikator – indikator yang berkaitan dengan permodalan.
•
Jumlah saham beredar. Jumlah saham yang beredar dapat berubah secara cukup signifikan di pasar. Hal tersebut tentu saja dapat berpengaruh terhadap kinerja saham atau likuiditas perdagangan saham. Faktor lain yang terpengaruh atas perubahan jumlah saham beredar adalah perubahan laba per saham ( earning per share).
•
Harga saham. Corporate action dapat berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di pasar, di mana harga saham merupakan perhatian utama bagi pemegang saham khususnya investor yang aktif memperdagangkan sahamnya terlebih bagi investor dengan horizon waktu yang lebih pendek atau lebih ekstream bagi para investor yang memperdagangkan sahamnya dalam kurun waktu harian (daytrader).
•
Dividen. Bagi pemegang saham corporate action yang dilakukan emiten misalnya merger atau peningkatan modal dapat berakibat pada meningkatnya kinerja perusahaan yang berujung pada peningkatan profitabilitas yang berarti peluang deviden yang lebih besar.
16
•
Likuiditas. Hal ini mencerminkan laju perdagangan saham atau sejauh mana suatu saham aktif atau tidaknya diperdagangkan. Investor khususnya jangka pendek berkepentingan dengan likuiditas suatu saham, karena hal tersebut memungkinkan terciptanya peluang capital gain bagi investor. Corporate action misalnya pemecahan saham dapat berakibat pada meningkatnya likuiditas perdagangan saham, yang tentunya merupakan hal positif bagi investor.
•
Strategi investasi. Setiap investor baik institusi maupun perorangan memiliki preferensi berbeda baik terhadap peluang keuntungan maupun potensi kerugian. Preferensi tersebut tercermin dalam strategi yang dijalankan investor. Strategi investasi yang berbeda tentu akan memandang corporate action dalam sudut pandang dan kepentingan berbeda.
•
Portofolio investasi. Manager investasi suatu portofolio atau reksa dan berkepentingan bagaimana meningkatkan nilai portofolio investasi yang dikelolanya. Terlebih jika dalam kurun waktu yang relatif sama, manager investasi tersebut dihadapkan dengan beberapa rencana corporate action atas saham- saham yang dikelolanya.
II.6
Stock Split Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi berdasarkan rasio
tertentu. Misalnya dari nominal Rp 1.000 per saham menjadi Rp 500 per saham atau dari Rp 500 per saham menjadi Rp 100 per saham. Pemecahan nilai nominal saham ini mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi lebih banyak. Perbandingan jumlah lembar saham yang bernominal lama dengan jumlah lembar saham yang bernominal
17
baru biasa disebut dengan rasio stock split. Misalnya rasio stock split 1:2 berarti 1 lembar saham nominal lama dipecah menjadi 2 lembar saham nominal baru. Stock split tidak mempengaruhi modal disetor penuh karena yang terjadi hanyalah pemecahan nilai nominal menjadi lebih kecil. Stock split tidak mengakibatkan dilusi kepemilikan saham. Proporsi kepemilikan setiap investor tetap walaupun jumlahnya akan bertambah sesuai rasio stock split. Walaupun tidak terjadi dilusi, tetapi harga pasar teoritis akan mengalami penyesuaian. Secara teoritis, harga pasar saham dengan nominal baru sama dengan rasio stock split dikalikan harga saham saat suspensi.
II.6.1 Jenis Stock Split Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan yaitu stock split-up dan stock split-down. 1. Stock split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya stock split dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, dan 4:1. Stock split dengan faktor pemecahan 2:1 maksudnya adalah dua lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar dengan satu lembar saham lama (lembar sebelum stock split). Stock split dengan faktor pemecahan 3:1 maksudnya adalah tiga lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar dengan satu lembar saham lama (lembar sebelum stock split) dan seterusnya. 2. Stock split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan turun dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3, 1:4. Stock split dengan faktor pemecahan 1:2 18
maksudnya adalah satu lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar dengan dua lembar saham lama (lembar sebelum stock split). Stock split dengan faktor pemecahan 1:3 maksudnya adalah satu lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar dengan tiga lembar saham lama (lembar sebelum stock split) dan seterusnya.
II.6.2 Pengaruh Stock Split Terhadap Harga Saham Pada saat dimulainya perdagangan saham tersebut dengan nilai nominal yang baru, maka harga saham tersebut di bursa akan dikoreksi sesuai dengan rasio dari stock split atas dasar harga terakhir perdagangan dengan nilai nominal yang lama. Secara matematis apabila kita mengetahui berapa rasio pemecahannya kita dapat mengukur berapa koreksi harga yang akan terjadi secara teoretis. Harga Teoretis = Faktor Koreksi x Harga Saham Terakhir Faktor Koreksi = Saham Lama / Saham Baru
II.7
Capital Asset Pricing Model Menurut Fabozzi (1999) pengertian Capital Asset Pricing Model adalah sebagai
berikut : “CAPM merupakan teori ekonomi yang menjabarkan hubungan antara resiko dan pengembalian diharapkan, atau dengan kata lain, merupakan model penetapan harga sekuritas berisiko. CAPM menyatakan bahwa satu-satunya risiko yang dinilai oleh
19
investor adalah risiko sistematis, karena risiko ini tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi.” (h.111). Untuk menguji perhitungan CAPM penulis mengacu pada Elton & Gruber (2003) yang mengatakan : ”Most tests of general equilibrium models deal with either the standart CAPM or the zero Beta (two-factor) form of a general equilibrium model. The basic CAPM can be written as” (p.338). CAPM dapat dinyatakan dalam Sekurities Market Line (SML) sebagai berikut : E(RI) = RF + βI [E(RM) – RF] Dimana : E(RI) = Expected Return on a given risky security RF
= Risk-free rate
RM
= Expected return on the stock market as a whole
βI
= σIM / σ2 m, a mesure of the undiversible risk of the security
II.8
Laba Saham Salah satu yang diharapkan dari investasi saham adalah pengembalian yang lebih
tinggi dibandingkan dana awal yang dikeluarkan untuk membeli saham tersebut. Pengembalian saham ini disebut juga Return. Definisi dari Return menurut Penman (2001) adalah “Return are uncertain – risky – and normal return are compensation for bearing the risk and for the time value of money” (p.66). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa return adalah apa yang diperoleh dalam suatu investasi yang
20
resikonya tidak dapat diketahui dan merupakan nilai yang akan berubah sesuai dengan jangka waktu investasi, formula return saham menurut Ross et al (2003) adalah : Ri = Pt – Pt-1 Pt-1 Dengan : Ri = Return Saham Pt = Harga saham pada periode t Pt-1 = Harga saham pada periode t-1 (p.238) Selain return saham juga terdapat return pasar (Rm) yang dihitung dengan formula menurut Jogiyanto (2003) adalah : Rm = IHSGt – IHSGt-1 IHSGt-1 Dengan ; Rm
= Return pasar
IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode t IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada periode t-1 (p.232) Return dari investasi saham yang berupa keuntungan atau kerugian dapat juga disebut capital gain (loss). Definisi mengenai capital gain menurut Jones et al (2002) adalah “The appreciation (or depreciation) in the price of the asset, commonly called the capital gain (loss)” (p.131). Yang dapat diartikan sebagai laba yang diperoleh dari selisih positif dalam perdangangan saham. Sementara capital loss adalah kerugian yang disebabkan oleh selisih negatif dalam perdagangan saham, sesuai dengan pergerakan harga saham di pasar bursa. Untuk mengukur tingkat return dapat mengunakan 2 metode
21
yaitu tingkat pengembalian rata-rata aritmetika dan tingkat pengembalian waktu tertimbang.
II.8.1 Tingkat Pengembalian Rata-Rata Aritmetika Tingkat pengembalian rata-rata aritmetika merupakan rata-rata tidak tertimbang dari pengembalian sub-periode. Formula umumnya adalah : RA/AAR = RP1 + R P2 + ... + RPN N Dengan : RA = tingkat pengembalian rata-rata aritmetika RPK = pengembalian portofolio untuk sub-periode k N
= jumlah sub-periode dalam periode evaluasi
Contoh : jika pengembalian portofolio adalah -10%, 20% dan 5% masing-masing di bulan juli, Agustus dan september, maka pengembalian bulanan rata-rata aritmetika adalah 5%, seperti dalam perhitungan di bawah ini : N=3
RP1 = -0,10
RP2 = 0,20
RP3 = 0,05
RA = -0,10 + 0,20 + 0,05 3 = 0,05 = 5%
22
II.8.2 Tingkat Pengembalian Waktu Tertimbang Tingkat pengembalian waktu tertimbang mengukur suku bunga majemuk dari pertumbuhan nilai pasar portofolio awal selam periode evaluasi, dengan asumsi seluruh distribusi kas diinvestasikan kembali pada portofolio. Tingkat pengembalian ini dihitung dengan mengambil rata-rata geometri dari pengembalian sub-periode portofolio. Formula umumnya adalah : RT/GMR = [ (1 +RP1) (1+RP2) ... (1+RPN)]1/N – 1 Dengan : RT = tingkat pengembalian rata-rata tertimbang RPK = pengembalian portofolio untuk sub-periode k N
= jumlah sub-periode dalam periode evaluasi
Contoh : Diasumsikan bahwa pengembalian portofolio di bulan Juli, Agustus dan september masing-masing adalah -10%, 20% dan 5%. Maka, tingkat pengembalian waktu tertimbang dihitung dengan : RT = {[1+(-0,10)] (1+0,20)(1+0,05)}1/3 – 1 = [(0,90)(1,20)(1,05)]1/3 – 1 = 0,043 Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan metode tingkat pengembalian waktu tertimbang karena metode ini lebih cocok diterapkan untuk menghitung data yang fluktuasinya tinggi.
23