BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1.
Teori Agensi (Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Principal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktivitas manajemen, yang terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan pertanggung jawabana pada agen (manajemen). Tetapi yang acap kali terjadi adalah kecendrungan manajemen melakukan tindakan yang membuat laporannya kelihatan baik, sehingga kinerja dianggap baik. Untuk mengurangi atau meminimalkan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dan membuat laporan keuangan yang dibuat manajemen lebih reliable (dapat dipercaya) diperlukan penguji. Penguji ini dilakukan oleh pihak yang independen. Pengguna informasi laporan keuangan akan mempertimbangkan pendapat auditor sebelum menggunakan informasi tersebut sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomis. Keputusan ekonomis pengguna laporan keuangan akusisi dan lain sebagainya. Pengguna informasi laporan keuangan akan lebih mempercayai informasi yang disediakan oleh auditor yang kredibel. Auditor yang kredibel dapat memberikan informasi yang lebih baik kepada pengguna informasi,
11
12
karena dapat mengurangi asimetris informasi antara pihak manajemen dengan pihak pemilik. Untuk mempersingkat model agency theory bisa terjadi dalam keterlibatan kontrak kerja yang mana memaksimalkan kegunaan yang diharapkan
oleh
principal,
sementara
mempertahankan
agen
yang
dipekerjakan dan menjamin bahwa ia memilih tindakan yang optimal. atau setidaknya sama dengan level usaha yang optimal dari seorang agen. Jadi,teori keagenan untuk membantu auditor sebagai pihak ketiga untuk memahami konflik kepentingan yang dapat muncul antara principal dan agen. Principal selaku investor bekerjasama dan menandatangani kontrak kerja dengan agen atau manajemen perusahaan untuk menginvestasikan keuangan mereka. Dengan adanya auditor yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuanagn yang dibuat oleh manajemen. Sekaligus dapat mengevaluasi kinerja agen sehingga akan menghasilkan sistem informasi yang relevan yang berguna bagi investor, kreditor dalam mengambil keputusan untuk investasi. 2.
Teori Keutamaan ( Virtue Theory ) Teori keutamaan berangkat dari manusianya ( Bertens, 2000 ). Teori keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang tidak etis. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-
13
sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina. Karakter/sifat utama dapat didefinisikan sebagai disposisisifat/watak yang telah melekat/dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik. Mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secara moral disebut manusia hina. Bertens ( 2000 ) memberikan contoh sifat keutamaan, antar lain : kebijakan, keadilan, dan kerendahan hati. Sedangkan untuk pelaku bisnis, sifat utama yang perlu dimiliki anatar lain: kejujuran, kewajaran (fairness), kepercayaan dan keuletan. Menurut teori ini, auditor dituntut untuk dapat bersikap sempurna. Seorang auditor dalam menjalankan tugasnya diharapkan dapat memiliki sifat jujur dan penuh dengan kewajaran dengan cara tetap bersikap objektif dalam membuat berbagai keputusan audit. Untuk itu, auditor perlu mempertahankan indenpedensi yang ada pada dirinya. Auditor juga diharapkan dapat menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya, serta bersikap ulet dalam melakukan proses audit hingga dapat menghasilkan kualitas audit yang baik. 3.
Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu
14
sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Menurut Sharpe (1997: 211) dan Ivana (2005:16), pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
4.
Pengertian Audit Auditing Menurut (Konrath,2005:5) didefinisikan sebagai proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang tekah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
15
Menurut Sukrisno Agoes (2004 : 3) dalam bukunya yang berjudul Auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapatan mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Tujuan akhir dari proses auditing ini adalah menghasilkan laporan audit. Laporan audit inilah yang digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya kepada para pemakai laporan keuangan sehingga bisa dijadikan acuan bagi pemakai laporan keuangan dalam membaca sebuah laporan keuangan.Untuk menyampaikan pernyataan atau pendapat hasil audit dari sebuah laporan keuangan dibutuhkan jasa seorang akuntan publik. Profesi akuntan publik adalah profesi yang dibutuhkan oleh para pelaku bisnis untuk memberikan pelayanan jasa yang berupa informasi, baik informasi keuangan maupun informasi non keuangan yang nantinya bermanfaat dalam pengambilan keputusan (Soekrisno, 2004:3). 5.
Profesi Akuntan Publik a. Pengertian Profesi dan Profesi Akuntan Publik 1) Pengertian Profesi Profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu. Sedangkan Profesional menurut KBBI adalah:
16
a) Bersangkutan dengan profesi b) Pekerjaan yang memerlukan dan membutuhkan kepandaian khusus untuk menjalankannya c) Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan dari amatir) Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suatu profesi menuntut seseorang untuk memiliki keahlian yang khusus yang tidak dimiliki kebanyakan orang. Selain itu diperlukannya suatu kualitas dalam melakukan pekerjaan karena adanya kompensasi berupa pembayaran. Dalam Sawyers (2005:10) beberapa kriteria yang sering digunakan untuk menilai kualitas profesional suatu jabatan antara lain : 1.
Pelayanan kepada publik
2.
Pelatihan khusus berjangka panjang
3.
Menaati kode etik
4.
Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan
5.
Publikasi jurnalyang bertujuanuntuk meningkatkan keahlian praktik
6.
Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat
7.
Lisensi oleh Negaraatau sertifikasi dewan Dalam Abdul Halim (2003), terdapat tiga syarat minimal agar
sesuatu dapat dikatakan sebagai suatu profesi, yaitu : 1.
Diperlukannnya suatu pendidikan profesional tertentu yang biasanya setingkat dengan S1 dan dapat ditambah pendidikan profesi.
17
2.
Adanya suatu pengaturan terhadap diri pribadi yang didasarkan pada kode etik profesi.
3.
Adanya penelaahan dan atau ijin dari penguasa ( pemerintah )
2) Profesi Akuntan Publik Menurut Abdul Halim (2003) Profesi akuntan publik harus memenuhi tiga kriteria, telah menjadi sarjana ekonomi jurusan akuntansi dan kemungkinan pendidikan profesi. Di Indonesia terdapat peraturan yang mengatur mengenai diri akuntan publik yaitu Kode Etik Akuntan Indonesia, serta adanya penelaahan atau izin dari Pemerintah Indonesia yang mengatur keberadaan dan syarat-syarat berdirinyaa kantor akuntan publik. Menurut Abdul Halim ( 2003), di negara yang terdapat banyak perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka, profesi akuntan publik semakin dibutuhkan karena sangat besar kemungkinan manajemen perusahaan terpisah dengan pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan hanya berperan sebagai penanam modal. Oleh sebab itu, mereka sangat membutuhkan informasi keuangan yang dapat dipercaya yang dihasilkan maanjemne. Profesi akuntan publik diperlukan untuk menilai dapat atau tidak dapat dipercayanya suatu laporan keuangan yang diberikan manajemen.
18
1.
Jasa yang diberikan Akuntan Publik a. Pelayanan Assurance Menurut Arens ( 2011:4 ) pelayanan assurance adalah pelayanan jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pembuat keputusan.Individu yang bertanggung jawab atas pembuatan keputusan bisnis akan mencari pelayanan assurance untuk meningkatkan kepercayaan dan kesesuaian informasi yang digunakan sebagai dasar keputusan mereka. Jasa assurance bernilai karena penyedian assurance merupakan seorang yang independen dan bertindak secara obyektif terhadap informasi yang diujinya. Salah satu kategori jasa yang disediakan oleh kantor akuntan publik adalah jasa atestasi. Asestasi merupakan salah satu jenis jasa assurance yang disediakan oleh kantor akuntan publik, dimana akuntan publik akan menerbitkan pleh kantor akuntan publik, dimana akuntan publik akan menerbitkan laporan tertulis yang isinya antara lain berupa kesimpulan tentang kepercayaan atas asersi (pernyataan yang menyebutkan sesuatu itu benar ) yang dibuat oleh pihak lain. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jasa atestasi menghasilkan laporan tertulis yang terpercaya yang dapat digunakan oleh pemakai informasi. Untuk dapat terpercaya maka dalam prosesnya diperlukan suatu pengujian yang handal.
19
Menurut Inatitut Akuntan Publik Indonesia ( 2011 ) dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik ( 2011 ) standar atestasi terbagi menjadi empat tiga tipe penugasan yaitu : 1. Standar Umum
1) Prikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup dalam fungsi atestasi. 2) Perikatan harus dilaksakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki pengetahuan cukup dalam bidang yang bersangkutan dengan asersi. 3) Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa dua kondisi berikut ini adalah : a) Asersi dapat dinilai dengan kriteria rasional, baik yang telah ditetapkan oleh badan yang diakui atau yang dinyatakan dalam penyajian asersi tersebut dengan cara cukup jelas dan komperehensif bagi pembaca yang diketahui maupun memahaminya b) Asersi tersebut dapat diestimasi atau diukur secara konsisten dan rasional dengan menggunakan kriteria tersebut 4) Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap mental independen harus dipertahankan oleh praktisi 5) Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi dalam melaksanakan perikatan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaan perikatan tersebut. 1. Standar Pekerja Lapangan 1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten, harus disupervisi dengan semestinya 2) Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan yang dinyatakan dalam laporan. 2.
Standar Pelaporan 1) Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan atestasi yang bersangkutan Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur 2) Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang perikatan dan penyajain asersi
20
3) Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaina laporan hanay oleh pihak-pihak yang menyepakati kriteria atau prosedur tersebut
b. Pelayanan Non Assurance Menurut Arens ( 2011:10 ), tiga contoh spesifik dari jasa nonassurance yang sering disediakan oleh akuntan publik adalah jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi manajemen. 1. Jasa akuntansi dan pembukuan Banyak klien kecil dengan staf akuntansi yang terbats meneyrahkan pembuatan laporan keuangan kepada kantor akuntan publik. Sebagian klien kecil bahkan tidak mempunyai cukup karyawan untuk mengerjakan buku besar dan ayat jurnalnya. KAP mengeluarkan kompialsi yang tidak memberikan jaminan apapun pada pihak ketiga. 2. Jasa Perpajakan Kantor akuntan publik menyusun surat pemberitahuan pajak (SPT) pajak penghasilan dari perusahaan dan perseorangan, baik yang merupakan klien audit maupun bukan. 3. Konsultasi Manajemen Kantor Akuntan Publik memberikan jasa tertentu yang memberikan keungkinana pada klien untuk meningkatkan efektifitas operasinya.
B.
Karakteristik Personal Auditor Menurut Gordon W. Allport (1968) dalam Mira Dewi Hemirna (2009), personality adalah : “Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophycical system that determine his unique adjustments to his environment”
21
Berdasarkan penelitian Lewis Goldberg (1977) dalam Hermirna (2009) menjelaskan bahwa terdapat lima model kepribadian yang dikenal dengan “Big Five Personality Characteristics” : 1.
Extraversion
: Ramah dan berorientasi stimulasi/ rangsangan dari luar vs tenang dan menghindari stimulasi/ rangsangan dari luar. 2. Neoriticism : Bereaksi secara emosional, cenderung memiliki emosi negatif vs tenang, optimis. 3. Agreeableness : Ramah, bermufakat vs agresif, dominan, tidak menyenangkan. 4. Conscientiousness : Patuh dan rapi vs secara spontan, tidak dapat dipercaya. 5. Open to experience : Terbuka bagi perubahan dan gagasan baru vs tradisional dan mengorientasikan kearah rutin. Dalam melakukan tugasnya, auditor harus mengikuti standar audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan serta kode etik akuntan.Dalam kenyataan, auditor banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap standar audit. Perilaku ini perkirakan sebagai akibat dari karakteristik personal yang buruk yang dimiliki oleh seorang auditor. Dampak negatif dari perilaku ini adalah terpengaruhnya kualitas audit secara negatif dari segi akurasi dan reliabilitas. Oleh sebab itu, personality seorang auditor sangat berperan dalam menentukan baik tidaknya kualitas kerja audit yang dihasilkan ( Hemirna, 2009 ). C. Skeptisisme Profesional Di dalam SPAP ( Standar Profesi Akuntansi Publik, 2011:230.1 ), menyatakan skeptisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Shaub dan Lawrence ( 1996 ) dalam
22
maghfirah Gusti ( 2008 ) mengartikan skeptisme profesional auditor sebagai berikut : “professional skepticism is a choice to fulfill the auditor’s duty to prevent or reduce or harmful consequences of another person’s behavior...”. Skeptisisme profesional digabungkan ke dalam literatur profesional yang membutuhkan auditor untuk mengevaluasi kemungkinan kecurangan material ( Loebbeck, etal,1984 ). Selain itu juga dapat diartikan sebagai pilihan untuk memenuhi tugas audit profesional untuk mencegah dan mengurangi konsekuensi bahaya dan prilaku orang lain ( SPAP 2011 : 230.2 ) Kee dan Knox’s ( 1970 ) dalam model “Professional Scepticism Auditor” menyatakan bahwa skepetisme profesional auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1. Faktor-faktor kecondongan etika Faktor-faktor kecondongan etika memiliki pengaruh yang signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor. The American Heritage Directory menyatakan etika sebagai suatu aturan atau standar yang menentukan tingkah laku para anggota dari suatua turan atau standar yang menentukan tingkah laku para anggota dari suatu profesi. Pengembangan kesadaran etis/moral memainkan peranan kunci dalam semuaarea profesi akuntan ( Louwers, 1997 ), termasuk dalam melatih sikap skeptisisme profesional akuntan. 2. Faktor-faktor Situasi Faktor-faktor situasi berpengaruh secara positif terhadap skeptisisme profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki risiko tinggi ( situasi irregularities ) mempengaruhi auditor untuk meningkatkan sikap skeptisisme profesional. 3. Pengalaman Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baikdari segi lamanaya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Butt (1988) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat judgement yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas
23
profesionalnya, dari pada auditor yang kurang berpengalaman. Jadi seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih tinggi tingkat skeptisisme profesionalnya dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman. Berkaitan dengan skeptisisme ini, penelitian yang dilakukan Kee & Knox’s ( 1970 ) yang menggambarkan skeptisisme profesional sebagai fungsi dari disposisi etis, pengalaman dan faktor situasional. Michael K. Shaub dan Janice E. Lawrence ( 1996 ) mengindikasikan bahwa auditor yang menguasai etika situasi yang kurang lebih terkait dengan etika profesional dan kurang lebih dapat melaksanakan skeptisisme profesional auditor.
D. Pengertian Tingkat Keahlian Auditor Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi yang tepat. Menurut Websiter’s ninth New Collegiate Dictionary ( 1983 ) dalam Murtanto & Gudono ( 1999 ) mendefinisikan keahlian ( expretise ) adalah ketrampilan dari seorang yang ahli. Ahli ( experise ) didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diproleh dari pengalaman atau pelatihan. Menurut Praptomo ( 2002 ) dalam Nadia ( 2006 ). Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain : merencanakan programkerja
pemeriksaan,
melaksanakan
program
menyusun
kerja
program
pemeriksaan,
kerja
menyusun
pemeriksaan, kertas
kerja
pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan. Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat profesional adalah :
24
a. kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan
dan
belajar
selamabertahun-tahun
yang
berguna
untuk
mengembangkan teknik tersebut. b. Keinginan untuk mencapai professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. c. Jasa yang diberikan klien harus diproleh dengan cara-cara yang professional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing.
E. Etika Profesi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2007 ) etika adalah ilmu tentang apa yang baik dana apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral ( akhlak ). Etika dalam bahasa latin “ethica” yang berarti falsa moral, yang merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut budaya, susila serta agama. Menurut Arens ( 2011:110 ), etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai normal. Setiap orang memiliki rangkaian niali tersebut, walaupun kita memperlihatkan atau tidak memperlihatkannnya secara eksplisit. Penelitian yang dilakukan Maryani dan Ludigdo ( 2001 ) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi sikap dan prilaku etis akuntan serta faktor yang dianggap paling dominan pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku tidak etis akuntan. Hasil yang diperoleh dari
25
kuesioner tertutup menunjukkan bahwa terdapat sepuluh faktor yang dianggap oleh sebagian besar akuntan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka.
Sepuluh
faktor
tersebut
adalah
religiusitas,
pendidikan,
organisasional, pendidikan, organisasional, emotional quotient, lingkungan keluarga, pengalaman hidup, imbalan yang diterima, hukum, dan posisi atau kedudukan. Sedangkan hasil yang diperoleh dari kuesioner terbuka menunukkan bahwa terdapat 24 faktor tambahan yang juga dianggap berpengaruh terhadap sikap dan perilaku etis akuntan dimana faktor religiusitas tetap merupakan faktor yang dominan.
F. Kualitas Audit 1.
Pengertian Kualitas Audit Kualitas hasil pemeriksaan adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas hasil audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil ( Alim, 2007 dalamSukriah, 2009 ). De Angelo mendefinisikan Kualitas Audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (Kompetensi) sementara tindakan
26
melaporkan salah saji tergantung pada Independensi auditor (Kusharyanti 2003 dalam Siti Hardjanti,2011). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Kualitas Audit adalah : a. b. c. d. e. f. g. h. i. 2.
Meningkatkan pendidikan profesionalnya. Mempertahankan Independensi dalam sikap mental. Dalam melaksanakan pekerjaan audit, menggunakan kemahiran. Profesionalnya dengan cermat dan seksama. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik. Memahami struktur pengendalian intern klien dengan baik. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten. Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien atau sesuai dengan hasil temuan.
Ukuran Kualitas Audit Menuurut Bedar ( 1993 ) dalam Arie Wibowo ( 2010 ), salah satu cara untuk mengukur kualitas hasil pekerjaan auditor adalah melalui kualitas keputusan-keputusan yang diambil. Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah keputusan-keputusan yang diambil. Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah keputusan secara umum, yaitu outcome oriented dan process oriented. Untuk pendekatan yang berorientasi proses, kualitas keputusan diukur dengan : (i) tingkat kepatuhan auditor terhadap General Acceptance on Auditing Standards ( GAAS ); (2) tingkat spesialisasi auditor dalam industry tertentu. Bagi pendekaatn yang berorientasi hasil,
27
kualitas audit diukur melalui hasil audit. Hasilpenilitian Ika Sukriah ( 2009 ), diperoleh hasil penelitian bahwa pengalaman kerja, semakin obyektif auditor melakukan pemeriksaan dan semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik hasil pemeriksaan yang dilakukannya. G. Penelitian Terdahulu Sebagai acuan penelitiannya ini, dapat dilihat dari penelitianpenelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain : Anisah Fatimah ( 2012 )
melakukan penelitian tentang
Karakteristik personal auditor Sebagai anteseden perilaku disfungsional auditor Dan pengaruhnya terhadap kualitas hasil audit. Hasil penelitian tersebut adalah Lokus Kendali, Keinginan Untuk Berhenti Bekerja, dan Tingkat
Kinerja
pribadi
Karyawan
sebagai
anteseden
Perilaku
Disfungsional yang mempengaruhi Kualitas hasil Audit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel yang diuji terbukti berpengaruh positif terhadap Perilaku Disfungsional sehingga peningkatan Lokus Kendali, Keinginan Untuk Berhenti Bekerja, serta Tingkat Kinerja Pribadi Karyawan dapat meningkatkan Perilaku Disfungsional. Sebaliknya jika tingkat ketiga variabel tersebut semakin rendah, dapat menurunkan Perilaku Disfungsional. Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa Perilaku Disfungsional berpengaruh negatif terhadap Kualitas Hasil Audit sehingga adanya peningkatan Perilaku Disfungsional dapat menurunkan Kualitas Hasil
28
Audit dan jika Perilaku Disfungsional semakin rendah, hal ini akan dapat meningkatkan Kualitas Hasil Audit. Fenomena tersebut mengindikasikan dukungan terhadap theory of attitude change. Suzy Novianty(2007) penelitian KAP Skeptisme profesional, Fraud Auditor yang diberi penaksiran resiko yang tingi akan menunjukkan skeptis profesionalisme yang tinggi dalam mendeteksi fraud Tipe kepribadian mempengaruhi sikap skeptisme profeional. Haslinda Lubis ( 2009 ) melakuakn penelitian tentang Pengarauh keahlian, kecermatan professional dan kepatuhan pada kode etik terhadap kualitas auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian tersebut adalah keahlian, kecermatan professional dan kepatuhan pada kode etik secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. adalah keahlian, kecermatan professional dan kepatuhan pada kode etik secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit. Mock & Samet (1982) Survey terhadap auditor di Amerika Serikat dengan mengembangkan kuesioner 32 item untuk mengevaluasi kualitas audit Teridentifikasi 5 dimensi kualitas audit : perencanaan, administrasi, prosedur, evaluasi dan perlakuan. Berikut ini disajikan tabel ringkasan dari penelitian terdahulu yang menjadi dasar dari penilitian empiris ini :
29
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No 1
2
Peneliti dan Tahun Ida Suraida ( 2005 )
Maghfirah Gusti dan Syahril Ali ( 2009 )
Judul
Persamaan
Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Resiko Audit Terhadap Skeptisisme Personal Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik
Variabel etika dan skeptisisme personal auditor, pengukuran menggunakan skala likert
Hubungan Skeptisisme Personal Aditor dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman Serta Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik
Variabel skeptisisme personal auditor, etika, serta keahlian audit
Perbedaan Obyek penelitian adalah kantor akuntan publik di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan, menambah variabel karakteristik personal auditor dan tingkat keahlian auditor
Hasil Penelitian
Etika, kompetensi, pengalaman audit dan tingkat risiko audit secara parsial maupun secara simultan berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor Tidak Skeptisisme menggunakan profesional opini auditor dan auditor menambahkan mempunyai karakteristik hubungan yang personal auditor signifikan dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.
30
3
Thio Anastasian Petronila, Yuke Irawati ( 2006 )
Karakteristik personal auditor sebagai anteseden perilaku disfungsional auditor dan pengaruhnya terhadap kualitas hasil audit
Variabel karakteristik personal auditor, Kualitas audit, pengukuran menggunakan skala likert
Obyek penelitian adalah auditor di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan , menambahkan variabel karakteristik personal, skeptisisme personal auditor, tingkat keahlian dan etika
Terdapat hubungan positif antara karakteristik personal auditor dengan kualitas hasil audit
4
M. Nizarul Alim, Trisni Hapsari, Liliek Purwati, ( 2007 )
Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai variabel moderasi
Variabel etika Menambahkan dan kualitas audit variabel karakteristik personal auditor, skeptisisme personal dan tingkat keahlian dengan objek penelitian kantor akuntan publik wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan
Kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
5
Isyrin Ishak ( 2009 )
Pengaruh independensi dan keahlian profesional auditor internal terhadap kualitas audit dengan pengalaman kerja sebagai Variabel moderating
Variabel keahlian profesional auditor, kualitas audit
Obyek penelitian pada auditor eksternal, menambahkan variabel karakteristik personal,skeptisis mepersonal, keahlian auditor
Penelitian ini menemukan bukti empiris bahwa keahlian berpengaruh signifikan terhadap kualiats audit.
31
H. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian kali ini adalah pengaruh karakteristik personal auditor, skeptisisme profesional, pengalaman audit dan etika profesi terhadap kualitas hasil audit. Berikut ini merupakan kerangka pemikiran secara ilustrasi mengenai
pengaruh
karakteristik
personalauditor,
skeptisisme
profesional, pengalaman audit dan etika profesi terhadap kualitas hasil audit.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Karakteristik Personal Auditor X1 Skeptisisme Profesional Kualitas Audit X2 Y Tingkat Keahlian Auditor X3 Etika Profesi X4
32
I. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Terhadap Kualitas Audit Karakteristik personal dapat
mempengaruhi
baik secara
langsung maupun secara tidak langsung terhadap kualitas audit. Dalam
kenyataan
di
lapangan,
auditor
banyak
melakukan
penyimpangan perilaku audit. Prilaku ini diperkirakan sebagai akibat dari karakteristik personal yang kurang baik yang dimiliki seorang auditor. ( Hermina, 2009) Menurut Annisa Fatimah ( 2012 ) karakteristik personal auditor dipengaruhi oleh perilaku disfungsional antara lain, lokus kendali, keinginan untuk berhenti bekerja, dan tingkat kinerja pribadi karyawan yang secara signifikan berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil penelitian yang sama juga didapat dari penelitian Yuke Irawati ( 2005 ), yang meyatakan bahwa karakteristik personal auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Karakteristik personal auditor dapat berdampak negatif terhadap kualitas audit dari segi akurasi dan reliabilitas. Oleh sebab itu, personality seorang auditor sangat berperan dalam menetukan baik atau tidaknya kualitas kerja audit yang dihasilkan. ( Aji, 2009 : 5 ) Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
33
H01 : Karakteristik personal auditor memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap kualitas audit. Ha1: Karakteristik personal auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2. Pengaruh Skeptisisme Profesional Terhadap Kualitas Audit Skeptisisme profesional auditor adalah suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Skeptisisme profesional auditor tersirat di dalam literatur dengan adanya keharusan auditor untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya kecurangan atau penyalah gunaan wewenang yang material yang terjadi di dalam perusahaan klien (Loebbecke et al 1989). Kee dan Knox s (1970) dalam Margfirah dan Syahril (2008), dalam model “Professional Scepticism Auditor” menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu; faktor-faktor kecondongan etika, faktor-faktor situasi dan pengalaman. Semakin skeptis seorang auditor maka semakin mengurangi tingkat kesalahan dalam melakukan audit (Bell et al, 2005). Carpenter et al (2002) menyatakan bahwa auditor yang kurang memiliki sikap skeptisisme profesional akan menyebabkan penurunan kualitas audit. Ida Suraida (2005), Marghfirah dan Syahril (2008) menguji hubungan skeptisisme profesional auditor dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik dan apakah ada
34
hubungan situasi audit, etika, pengalaman, dan keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H01: Skeptisisme personal auditor memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap kualitas audit. Ha1: Skeptisisme personal auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 3. Pengaruh Tingkat Keahlian Auditor Terhadap Kualitas Audit Jika auditor memiliki keahlian melakukan pengauditan dengan efektif,
perencanaan dan koordinasi akan berpengaruh terhadap
tingkat kinerja auditor. Menurut Teguh (2004) meneliti Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit. Variabel independen
dalam
penelitian
tersebut
adalah
keahlian
dan
independensi. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Kualitas
Audit.
independensi
Hasil
penelitian
berpengaruh
menunjukkan
signifikan
terhadap
keahlian kualitas
dan audit.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H01: Keahlian memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap kualitas audit. Ha1: Keahlian memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
35
4. Pengaruh Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit Etika memiliki pengaruh terhadap kualitas audit berdasarkan hasil penelitian Alim dkk (2007) membuktikan bahwa interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan auditee disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Sedangkan, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh interaksi kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit dalam penelitian ini tidak dapat diketahui karena dari hasil pengujian ternyata kedua variabel tersebut keluar dari model (Excluded Variables). Sari (2011) yang
juga
meneliti
pengaruh
etika
terhadap
kualitas
audit
membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara etika dan kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H01: Etika memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap kualitas audit. Ha1: Etika memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 5. Pengaruh Karakteristik PersonalAuditor, Skeptisisme Personal, Tingkat Keahlian Auditor, dan Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit
36
Menurut Annisa Fatimah ( 2012 ) karakteristik personal auditor dipengaruhi oleh perilaku disfungsional antara lain, lokus kendali, keinginan untuk berhenti bekerja, dan tingkat kinerja pribadi karyawan yang secara signifikan berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil penelitian yang sama juga didapat dari penelitian Yuke Irawati ( 2005 ), yang meyatakan bahwa karakteristik personal auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Ida Suraida (2005), Marghfirah dan Syahril (2008) menguji hubungan
skeptisisme
profesional
auditor
dengan
ketepatan
pemberian opini auditor oleh akuntan publik dan apakah ada hubungan situasi audit, etika, pengalaman, dan keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Menurut Teguh (2004) meneliti Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit. Variabel independen dalam penelitian tersebut adalah keahlian dan independensi. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Kualitas Audit. Hasil penelitian menunjukkan keahlian dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Etika memiliki pengaruh terhadap kualitas audit berdasarkan hasil penelitian Alim dkk (2007) membuktikan bahwa interaksi
37
independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan auditee disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Dari hasil penelitian diatas sehingga dapat dibuat hipotesis dalam penelitian ini adalah : H05 : Karakteristik personal auditor, skeptisime personal, tingkat keahlian auditor, dan etika profesi memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap kualitas audit. H05 : Karakteristik personal auditor, skeptisime personal, tingkat keahlian auditor, dan etika profesi memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit.