BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Umum Pada tahap awal perencanaan proyek, para kontraktor selalu dihadapkan akan
masalah mengenai cara untuk mengestimasi biaya proyek sehingga harga yang keluar untuk tender tidaklah terlalu mahal ataupun terlalu murah. Estimasi biaya proyek biasanya meliputi biaya material, biaya peralatan, biaya pekerja, overcoast, dan laba kontraktor. Salah satu item biaya yang menentukan dalam melakukan estimasi terhadap biaya proyek adalah penentuan biaya pekerja. Penentuan biaya pekerja ini tergantung pada beberapa hal, dan salah satunya adalah produktivitas dari para pekerja. Tingkat produktivitas pekerja ini sangat sulit diukur secara akurat dan memerlukan tenaga dan biaya yang sangat besar. Tenaga kerja ataupun tukang telah menjadi faktor utama dalam mempengaruhi produktivitas konstruksi, dimana tingkat produktivitas berhubungan langsung dengan motivasi yang dimiliki tenaga kerja meskipun pengaruh langsung tidak bisa dilihat secara jelas ketika produktivitas dilihat secara global atau menyeluruh. Oleh karena itu pengukuran produktivitas ini sulit dilakukan secara akurat, sehingga pengukurannya dilakukan dengan cara pendekatan.
7 Universitas Sumatera Utara
2.2
Pengertian Produktivitas Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara hasil (output) dan masukan
(input) berdasarkan pada waktu dengan mempertimbangkan kualitas, dan mengakibatkan keefisienan dan keefektifan kenerja dari individu dan organisasi proyek. Keefisienan ini lebih menekankan kepada sumber daya yang digunakan dalam mengerjakan proyek itu seperti peralatan, material, dan tenaga kerja yang ada di dalam proyek tersebut. Keefektifan, ini sangat berpengaruh pada hasil dari proyek itu sendiri, dan lebih diarahkan pada hasil yang ingin dicapai seperti profit/margin. Secara harfiah, produktivitas dapat diartikan sebagai kapasitas untuk memproduksi atau keadaan untuk terus menghasilkan. Dalam konteks produktivitas sering sekali dikaitkan dengan pemasukan, penghasilan, dan output yang memperhatikan kualitas, bukan hanya kuantitasnya saja. Secara umum produktivitas diukur dengan rumus, yaitu: Produktivitas (m = output / input) Atau Produktivitas = hasil kerja / jam kerja
2.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja
konstruksi seperti: waktu kerja, prosedur konstruksi, perubahan keinginan, persefsi
8 Universitas Sumatera Utara
negatif, cuaca, tingkat perkembangan ekonomi, manajemen ilmiah, perserikatan pekerja-pekerja, teknologi, adanya jaminan sosial, gaji atau upah, pendidikan, pengalaman, usia pekerja, disiplin, etika kerja, kesehatan, teknologi, sarana produksi, iklim kerja, dan sebagainya. Dua aspek penting dari produktivitas adalah efisiensi dan efektivitas kerja. Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan yang direncanakan dengan masukan yang sebenarnya terlaksana. Kalau masukan yang sebenarnya digunakan itu semakin besar penghematannya, maka tingkat efisiensi semakin tinggi. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai baik secara kualitas maupun waktu. Jika prosentase target yang dapat tercapai itu semakin besar, maka tingkat efektivitas semakin tinggi, demikian pula sebaliknya.
2.3.1. Faktor Eksternal Adapun faktor eksternal yang berkaitan dengan produktivitas adalah sebagai berikut: a. Cuaca Proyek konstruksi dilaksanakan di tempat terbuka, karenanya berbagai kondisi cuaca
mempengaruhi produktivitas pekerja. Cuaca yang terlalu panas
maupun basah akan kurang konduktif bagi fisik dan mental pekerja. b. Tekanan udara
9 Universitas Sumatera Utara
Variasi ketinggian tempat proyek itu berlangsung akan mengakibatkan tekanan udara yang berbeda- beda yang mana menyebabkan kelembaban udara bervariasi pula. Pekerja akan bekerja paling efisien pada kelembaban antara 40-70 %. c. Angin Bila hembusan angin yang terlalu kencang, hal ini akan memperlambat produktivitas pekerja bangunan. d
Temperatur dalam hal ini pekerja paling efisien bekerja pada temperatur 28˚ C
2.3.2. Faktor Internal Adapun yang termasuk dalam faktor- faktor internal yang berkaitan dengan produktivitas adalah: a. Pekerja Pekerja merupakan faktor pengaruh utama dalam produktivitas proyek konstruksi, sehingga menunjukkan bahwa tingkat produktivitas langsung berhubungan dengan motivasi para pekerja. b. Skill Hal ini merupakan keahlian, kualifikasi, pelatihan, dan pengalaman yang mempengaruhi produktivitas. 10 Universitas Sumatera Utara
c. Bakat hal ini termasuk apakah pekerja memiliki jiwa pekerja baik secara fisik maupun mental atupun pembawaan lahir, sehingga meningkatkan produktivitas. d. Skill dan bakat Pengaplikasian dari keahlian dan pembawaan lahir akan ada melalui sebuah proses. Meskipun pekerja proyek konstruksi terlihat sederhana ataupun hanya terkait dengan penggunaan kekuatan, tetapi keahlian hanya di dapat melalui pelatihan dan pengalaman. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk melatih pekerja jika ingin mendapatkan produktivitas yang lebih tinggi. e. Usia pekerja Pekerja konstruksi yang masih muda usianya dibandingkan dengan yang sudah tua pada umumnya bekerja lebih produktif.
2.4.
Pengertian ”Time Study” Time study adalah pengumpulan data berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Data-data yang diperoleh dari lapangan diisikan pada lembaran-lembaran yang digunakan dalam kertas time study. Time study meliputi: 1. Timing Ini menunjukkan berapa lama pekerjaan itu di lakukan.
11 Universitas Sumatera Utara
2. Rating Ini digunakan untuk mengevaluasi pekerja yang diteliti terhadap skala normalnya. 3. Standar time Ini dicari dengan mempertimbangkan waktu relaksasi dan waktu kontingensi.
Dalam metode Time Study terdapat beberapa istilah antara lain: 1. Standar Rating Merupakan ukuran untuk mengevaluasi pekerja konstruksi terhadap standar normalnya. 2. Observed time Ini adalah data berupa waktu yang didapat selama pengamatan lapangan. 3. Observed Rating Observed rating adalah data yang di dapat selama di lapangan.
Berikut ini adalah tabel rating yang memuat nilai-nilai koefisien pekerja berdasarkan dari rating pekerja. Nilai- nilai ini akan digunakan dalam perhitungan time study untuk menemukan basic time, yaitu waktu yang di perlukan untuk menyelesaikan suatu aktivitas dengan standar rating
12 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Standar Rating pekerja konstruksi. Perbandingan terhadap kecepatan Deskripsi Kerja (MPH)
0
Tidak ada kegiatan
0
50
Sangat lambat, malas, pekerja terlihat
1
Mengantuk dan bekerja tanpa semangat. 75
Tenang, tidak terburu-buru, terlihat lambat
2
Tetapi pekerja tetap bekerja. 100
Cepat, terlihat profesional.
(Standar) 125
3 Sangat cepat, bekerja dengan cekatan,
4
Dan gerakan yang efisien, pekerja sangat
13 Universitas Sumatera Utara
Terlatih. 150
Kecepatan khusus, membutuhkan banyak
5
tenaga,pekerja sangat terlatih berkemampuan tinggi. Sumber: Anggota IKAPI
Dalam menggunakan metode time studi terdapat beberapa tahap yang dilakukan agar bisa mendapatkan hasil akhir berupa produktivitas pekerja. Tahap-tahap yang dilakukan adalah : a. Menentukan jenis pekerjaan jenis pekerjaan yang diamati dalam penelitian ini adalah pekerjaan pasangan batu dan mortal, pekerjaan semen untuk pondasi semen tanah, dan pekerjaan bekisting. b. Melakukan pengamatan dari pekerjaan yang telah ditentukan Pengamatan dilakukan selama satu siklus dari awal sampai akhir. c. Menentukan breaks points antar elemen-elemen pekerjaan.
14 Universitas Sumatera Utara
Break points adalah batasan-batasan antar elemen pekerjaan . break points ini bersifat tegas, jelas, dan mudah diamati sehingga bisa didapatkan waktu secara akurat. d. Melakukan pengamatan dan mengisikan pada lembaran time studi.
2.5.
Pengukuran Produktivitas Pekerja Dalam bidang konstruksi penentuan produktivitas pekerja pada awal
proyek sangatlah penting karena akan mempengaruhi schedul yang direncanakan akan berjalan dengan lancar atau mungkin sebaliknya. Apabila pekerja yang ada dilapangan bekerja dengan kecepatan lebih lambat dari pada nilai acuan yang digunakan, maka proyek akan terhambat dan berisiko mendapat komplain dan denda. Namun sebaliknya apabila pekerja bekerja lebih cepat maka berisiko dalam cash flow dan schedule proyek berubah. Oleh karena itu, diperlukan informasi mengenai tingkat produktivitas pekerja yang terus menerus ditingkatkan akurasinya. Dalam mencari informasi mengenai tingkat produktivitas pekerja aktual suatu proyek, disini kami akan membahas metode Activity Sampling, karena sesuai dengan ketersediaan waktu, biaya, kemudahan pelaksanaan, dan kesesuaian dengan jenis data yang diperlukan. Dalam Standar Bina Marga didapatkan landasan teori yang menyatakan bahwa satu hari kerja adalah 7 jam kerja efektif.
15 Universitas Sumatera Utara
2.5.1.
Defenisi Activity Sampling Activity sampling adalah suatu teknik pengumpulan informasi dilapangan
dimana informasi yang dihasilkan tidak hanya dapat diperoleh dengan cepat dan ekonomis, tetapi juga memiliki keakuratan yang dapat dipercaya. Activity Sampling dapat digunakan sebagai alat dalam menentukan tingkat keproduktifan suatu kegiatan pada kondisi lapangan proyek konstruksi yang berbeda-beda, dan hasilnya hampir sama jika dibandingkan dengan menggunakan metode time study, tanpa adanya kerugian-kerugian dari metode time study.
2.5.2.
Prinsip dari Rate Activity Sampling Untuk mendapatkan data dari pengamatan di lapangan yang akurat maka
tingkat kecepatan dari para pekerja pun harus diamati. Kecepatan bekerja dalam satu pekerjaan akan berbeda pada masing-masing pekerja yang ada. Hal ini juga terlihat pada satu orang pekerja dari waktu ke waktu selama satu hari bekerja. Sebagai contoh, ketika awal bekerja pada pagi hari, setelah istirahat, atau setelah makan siang, akan diperlukan suatu waktu bagi pekerja untuk menyesuaikan kembali kecepatannya dalam bekerja seperti pada saat sebelum istrahat. Hal seperi inilah yang akan menyebabkan perbedaan kecepatan bekerja, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi waktu penyelesaian suatu pekerjaan dalam proyek konstruksi.
16 Universitas Sumatera Utara
2.6.
Manajemen Proyek Konstruksi Manajemen
proyek konstruksi merupakan suatu sistem manajemen yang
dilakukan oleh sebuah tim atau kelompok orang yang mewakili owner, perencana, dan perusahaan kontraktor dalam suatu pekerjaan proyek konstruksi. Proses dari manajemen konstruksi meliputi kegiatan perencanaan, koordinasi dan pengendalian sumber daya (material, alat, dan tenaga kerja) dalam jangka waktu, biaya, dan kualitas yang telah ditetapkan agar mencapai tujuan / sasaran proyek konstruksi. Cepat lambatnya suatu pekerjaan juga tergantung pada banyaknya jumlah pekerja. Makin banyak jumlahnya maka pekerjaan tersebut akan makin cepat selesainya. Namun hal ini belum tentu menjamin seberapa efektif pekerja tersebut melakukan pekerjaannya. Sebaiknya jumlah pekerja disesuaikan dengan banyaknya pekerjaan, tingkat kesulitan, dan target waktu yang telah ditetapkan. Sebab jumlah pekerja yang banyak akan menambah beban biaya yang harus dikeluarkan.
2.6.1. Proses Konstruksi Proses konstruksi meliputi perencanaan, penjadwalan,
dan rangkaian
pekerjaan di lapangan. Suatu proses konstruksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan konstruksi akan mendasari biaya yang akan dikeluarkan untuk proyek konstruksi tersebut. Setiap proses konstruksi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-
17 Universitas Sumatera Utara
masing. Namun dipilih yang tentunya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan di lapangan. Pemilihan proses konstruksi yang tepat akan mempercepat waktu penyelesaian sebuah proyek.
2.6.2. Pekerja Yang Terampil Kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh produsen dapat dipengaruhi salah satunya oleh ada tidaknya pekerja yang terampil. Untuk memperoleh pekerja yang terampil dibutuhkan adanya pengembangan dan pelatihan para pekerja. Pelatihan ini biasanya dilakukan untuk jangka pendek dan diperuntukkan bagi pekerja yang langsung berhubungan dengan pekerjaan di lapangan. Tujuan adalah agar mereka dapat bertambah keterampilannya dalam menggunakan peralatan dan mesin baru.
2.6.3. Lingkup Pekerjaan Konstruksi Jalan Raya Lingkup tugas dari konstruksi jalan raya dibagi menjadi, tahap persiapan, perancangan dan pelaksanaan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
2.6.3.1. Tahap Persiapan Pada tahapan ini konsultan Jalan Raya membantu pengelola proyek melaksanakan pengadaan, menyusun Kerangka Acuan Kerja, dan menyiapkan
18 Universitas Sumatera Utara
kontrak perjanjian pekerjaan. Kegiatan awal dalam persiapan adalah mobilisasi personal tenaga ahli maupun tenaga pendukung. 2.6.3.2. Tahap Perancangan Tahapan ini merupakan implementasi dari usulan yang telah ditetapkan dan diperioritaskan oleh masyarakat. Selanjutnya tahapan ini lebih banyak dilakukan oleh fasilitator. Pada tahapan ini fasilitator akan melakukan survey pendahuluan, survey lokasi, penilaian kelayakan mengenai dampak lingkungan, penghitungan dan penggambaran teknis, pembuatan spesifikasi teknis, estimasi biaya, dan transfer ilmu pengetahuan kepada masyakat terutama kepada panitia pembangunan yang tergabung dalam inti. Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah melakukan pekerjaan desain engineering dan pengendalian aspek biaya, jadwal dan mutu.
2.6.3.3. Tahap Pelaksanaan Pada tahapan ini konsultan mempunyai tugas mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan konstruksi arahan/pendampingan dari Fasilitator. Selain itu hal yang dilakukan pengendalian program pelaksanaan, melakukan koordinasi berbagai pihak, dan melakukan kegiatan pengawasan, serta menyusun laporan pelaksanaan. Pengendalian biaya dan jadwal pada pelaksanaan pada tahapan ini adalah menganalisa
aspek-aspek,
pemakaian
jam-orang
dibanding
dengan
anggaran/perencanaan, berbagai pekerjaan dibanding dengan jadwal induk yang telah dibuat perancang, efisiensi penggunaan sumber daya, kinerja dan produktivitas.
19 Universitas Sumatera Utara
2.6.4. Teknik Perencanaan Jalan Langkah – langkah perencanaan konstruksi jalan raya baik jalan baru ataupun jalan yang masih ada adalah melakukan kegiatan survey lapangan. Survey lapangan yang dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut : survey pendahuluan, survey andal, survey topografi, survey hidrologi, survey lalu lintas dan survey geoteknik. Selain survey tersebut juga diperlukan data pendukungdata dasar yang harus disediakan sebagai referensi saat pelaksanaan survey lapangan. Data-data penunjang tersebut antara lain adalah, peta jaringan, peta topografi, dan peta geologi regional.
2.6.5. Sitem Perencanaan Perencanaan konstruksi perkerasan dapat dibedakan antara perencanaan konstruksi jalan baru dan untuk peningkatan/lapis perkerasan tambahan (overlay) penelitian ini perencanaan jalan baru dan lapis perkerasan tambahan (overlay) dihitung dengan menggunakan metode analisa komponen atau cara Standar Bina Marga
2.6.6. Perencanaan Jalan Baru Pada sitem perencanaan jalan baru, perhitungan tebal perkerasan dilakukan secara ekonomis tetapi harus tetap memenuhi nilai kekuatan struktural yang 20 Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan oleh jalan tersebut, harus dapat mengantisipasi perkembangan lalu lintas dan ramah lingkungan. Di Indonesia perhitungan perkerasan jalan baru dapat menggunakan metode Bina Marga, karena sesuai dengan kondisi di Indonesia yaitu untuk keadaan alam, lingkungan, sifat tanah dasar, dan jenis perkerasan yang umumnya dipakai di Indonesia.
2.6.7. Perencanaan Lapis Perkerasan Tambahan (Overlay) Pada konstruksi jalan yang habis masa pelayanannya dan telah melampaui indeks permukaan akhir yang diharapkan, maka perlu diberikan perkerasan tambahan untuk dapat kembali mempunyai nilai kekuatan struktur, selain untuk meningkatkan tingkat keamanan, impermeable/kedap air, tingkat pelayanan. Sama halnya dengan perencanaan jalan baru, pada penelitian ini perhitungan tebal perkerasan tambahan menggunakan metode Bina Marga yaitu metode analisa komponen (SKBI 2.3.26.1987).
21 Universitas Sumatera Utara
Tabel
2.2. Berikut merupakan tabel berupa hambatan-hambatan pemicu
produktivitas. Secara umum
Menurut pihak owner
Menurut kontraktor
Menurut pekerja
tidak tersedianya material
gempa bumi
penundaan pekerjaan
kondisi lapangan
kurangnya program instruksi mandor
kecepatan kerja yang kurang
cuaca tidak baik seperti hujan
perintah yang tidak jelas
tidak tersedianya
waktu pelaksanaan proyek pendek
mendekati deadline proyek
kondisi fisik pekerja
perubahan pekerjaan
-
change order
peralatan rendahnya motivasi pekerja
Sumber : Soedradjat (1994) Dalam penelitian dilapangan, dan hasil analisa diketahui bahwa terdapat perbedaan produktivitas perkegiatan/bangunan disebabkan karena: a. Jumlah tukang yang berbeda dalam melakukan perpekerjaan b. Dalam menentukan hari melakukan kegiatan berbeda sehingga cuaca tidak bisa dipastikan baik atau tidak. c. Lama waktu dalam melakukan pekerjaan perkegiatan berbeda pula.
22 Universitas Sumatera Utara